Peranan Kantor Pertanahan dalam Meningkatkan Pelayanan Administrasi Pertanahan( Studi Tentang Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah {LARASITA} pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidempuan )

(1)

Skripsi

PE

( Stu

RANAN

PE

udi Tentang

KANTOR

ELAYAN

Program La Pe DEPARTE FAKULTA UN

R PERTA

NAN ADM

ayanan Rak ertanahan K

SUHEIRI

EMEN ILM AS ILMU S IVERSITA

ANAHAN

MINISTRA

kyat Sertifik Kota Padan Oleh: DIAPARI 090903011 MU ADMIN SOSIAL D AS SUMAT MEDAN 2013

N DALAM

ASI PER

kat Tanah { ngsidempuan SIREGAR 1 NISTRASI DAN ILMU TERA UTA

M MENIN

TANAHA

LARASITA n ) R I NEGARA POLITIK ARA

NGKATK

AN

A} pada K

A K

KAN


(2)

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wataala atas segala nikmat, rahkmat, taufik, hidayah dan inayahNya, Tak lupa pula shalawat dan salam penulis kirimkan kepada junjungan kita Rasulullah, Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi S1 Program Studi Administrasi Negara ini yang berjudul “ Peranan Kantor Pertanahan dalam Meningkatkan Pelayanan Administrasi Pertanahan ( Studi pada Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah { LARASITA }”.

Kepada Ayahanda Drs. Mara Sutan Siregar dan Ibunda Rosdalia Pulungan S.Pd yang tercinta atas segala pengertiannya, dan kasih sayang yang begitu melimpah serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi dan membimbing jalan ananda sehingga menjadi seseorang yang lebih bijaksana dan juga yang selalu memberikan dorongan dan bantuan, baik materi maupun moril. Terima kasih Ayah dan Ibu tercinta.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada program studi Adminitrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan yang telah diberikan oleh banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan juga bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Arlina SH, M.Hum selaku dosen pembimbing atas ketulusan dan kerendahan hati mencurahkan ilmu pengetahuan dan kesabarannya dalam membimbing penulis serta memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.


(3)

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Fisip USU Bapak Muhammad Husni Thamrin M.Sp dan Ibu Elita Dewi M.Sp, atas segala dedikasi dan bimbingannya.

3. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisip USU, terima kasih atas segala-galanya dan atas semua dedikasi yang telah diberikan dan seluruh karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Negara Kak Dian dan Kak Mega atas segala keikhlasan, kemudahan birokrasi dan keramahannya.

4. Saudara-saudaraku tercinta abangda Jukhri Diapari Siregar, Aswandi Diapari Siregar, dan Mauli Diapari Siregar, serta Kakakku Adelina Rosmaliani Siregar. Dan yang tak akan pernah lupa kakak tercinta Almarhumah Kak Mogawani Siregar, semoga tetap bahagia disana. Terima kasih atas motivasi dan segala dukungannya.

5. Teman, sahabat dan adik terbaik dan paling spesial yang dianugerahkan Allah SWT Kepadaku Suci Fajrin Syarif Hasibuan. Terima kasih atas segala dukungan dan motivasi yang selalu mengiringiku dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga tetap semangat dan sukses dalam menyelesaikan studinya.

6. Sahabat-sahabat penulis yang merangkap sebagai adik, Ade Fitria Rahma Siregar, Deci Christien Tobing, Nurul Hidayah, serta kawan-kawan seperjuangan Jaka Panggabean, Doli Parman, Widodo Sihotang, Nikolas Sitompul, Bg Tomi, Tri Rahmat Putra dan seluruh kawan-kawan Administrasi Negara 2009 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dan proses berbagi ilmu yang sering kita laksanakan.

7. Bapak Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn selaku kepala Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan, Bapak Rifi Hamdhani Rangkuti selaku Koordinator LARASITA, serta abang Romadhan Lubis selaku petugas LARASITA dan


(4)

seluruh jajaran pegawai Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan, terima kasih atas segala bantuan dan waktu yang telah diluangkan kepada saya.

8. Kepada Bapak Ilham Habibi Harahap, Muhammad Rizki Halomoan, Ahmad Safii, Loide Pasaribu, Julfian Mora dan Parhimpunan. Terima kasih atas waktu dan bantuan yang telah diberikan dalam proses wawancara peneliti.

9. Kepada Abang lopo kopi dan keluarganya dikampung, yang tetap sabar dijadikan lokasi dalam mengerjakan skripsi ini, beserta seluruh kawan-kawan lingkungan 3 Gang. Serasi.

10.Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua kerjasamanya, semoga kita diberi umur panjang sehingga suatu saat kita berjumpa lagi, Amin Ya Robbal Alamin

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahkmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juni 201

Suheiri Diapari Siregar


(5)

ABSTRAK

Administrasi Pertanahan merupakan salah satu bagian dari Administrasi Negara yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanahan. Pelayanan Administrasi Pertanahan diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional serta instansi vertikalnya di Daerah Kabupaten/Kota yaitu Kantor Pertanahan. Oleh sebab itu, Badan Pertanahan Nasional selaku pelaksana utama dalam pemberian pelayanan administrasi pertanahan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar guna tercapainya tujuan reformasi agraria nasional.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan dalam memaksimalkan pelayanan administrasi pertanahan melalui salah satu programnya yaitu Layanan Rakyat Sertifkasi Tanah atau disingkat LARASITA, yaitu jenis inovasi dalam bentuk pelayanan bergerak langsung kepada masyarakat yang dimaksudkan untuk merubah paradigma pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif menjadi aktif atau proaktif, serta juga bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala atau hambatan Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan melalui program LARASITA dalam memaksimalkan pemberian pelayanan administrasi Pertanahan kepada masyarakat.

Dalam penelitian ini terdapat masalah hasil dan prestasi kinerja Kantor Pertanahan, dimana hanya sedikit masyarakat yang berpartisipasi dalam pengurusan sertifikat tanahnya dan belum maksimalnya jumlah jenis pelayanan yang dapat diberikan melalui program LARASITA. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pelayanan administrasi pertanahan yang diberikan melalui program LARASITA, apa saja kendala serta hambatan program LARASITA dalam memaksimalkan pelayanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Metode deskriptif bermaksud membuat penyandaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat polpulasi tertentu. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 1 orang informan utama dan 6 orang informan biasa. Terbatasnya jumlah informan dikarenakan sibuknya para pegawai dengan mendesaknya laporan Pronas. Sehingga peneliti memaksimalkan data penelitian dengan melakukan observasi dilapangan dan pengumpulan berbagai jenis literatur. Setelah data diperoleh kemudian disajikan secara sistematis pada bab penyajian data kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik analisa data kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan peranan Kantor Pertanahan dalam memberikan pelayanan sudah dapat dikatakan baik dilihat dari standarisasi pelayanan publik Kepmenpan No.63 Tahun 2003, namun masih belum mampu memaksimalkan jenis pelayanan dan meningkatkan antusiasme masyarakat dalam mengurusi sertifikat melalui program LARASITA, serta masih banyak terdapat kendala-kendala nonteknis pada program LARASITA untuk dapat memaksimalkan pelayanan administrasi pertanahan kepada masyarakat.


(6)

DAFTAR ISI COVER

KATA PENGANTAR ABSTRAK

DAFTAR ISI……… i

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang……… 1

I.2 Fokus Permasalahan………... 7

I.3 Rumusan Masalah……….. 7

I.4 Tujuan………. 8

I.5 Manfaat Penelitian……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Peranan………... 9

II.2 Kantor Pertanahan……….. ……….. 9

II.2.1 Defenisi Kantor Pertanahan ……… 9

II.2.2 Fungsi dan Agenda Kebijakan kantor Pertanahan……….. 10

II.3 Konsep Pelayanan dan Pelayanan Publik………. 12

II.4 Konsep Administrasi dan Administrasi Pertanahan ………... 16

II.4.1 Administrasi Pertanahan……….. 17

II.5 Pelayanan Administrasi Pertanahan ………. 18

II.5.1 Tujuan Administrasi Pertanahan………. 19

II.5.2 Manfaat Administrasi Pertanahan……… ……….. 20

II.6 Pengertian LARASITA………...……….. 21

II.6.1 Tugas Pokok dan Fungsi LARASITA………...……….. 23

II.7 Defenisi Konsep………..………... 25


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian………. 29

III.2 Lokasi Penelitian……….. 29

III.3 Informan Penelitian……….. 29

III.4 Metode Pengumpulan Data……….. 30

III.5 Metode Analisa Data……… 31

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Sejarah Singkat Dan Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan……….. 32

IV.1.1 Letak Geografis Wilayah Kota Padangsidimpuan……….. 32

IV.1.2 Kependudukan……… 33

IV.1.3 Potensi Sumber Daya Alam……… 34

IV.1.4 Perekonomian Wilayah Kota Padangsidimpuan………. 35

IV.2 Sejarah Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan……….. 35

IV.2.1 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan…… 38

IV.2.2 Daftar Pegawai Negeri Sipil………. 39

IV.2.3 Visi dan Misi Kantor Pertanahan……… 40

IV.2.4 Arti Lambang Dan Logo Badan Pertanahan Nasional……… 41

IV.3 Struktur Organisasi Larasita Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan…….. 43

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA V.1 Penyajian Data……… 45

V.1.1 Pelaksanaan Wawancara……….. 45

V.1.2 Karakteristik Informan……… 47

V.1.3 Hasil Wawancara………. 48

V.1.4 Peranan Kantor Pertanahan melalui LARASITA……….. 50


(8)

V.2 Analisis Data……….. 72

V.2.1 Peranan Kantor Pertanahan Melalui LARASITA……….. 73

V.2.2 Kendala dan Hambatan LARASITA………. 83

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan……….. 90

VI.2 Saran……… 91

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL TABEL IV. 1 Pemanfaatan sarana dan Prasarana Kantor Pertanahan ……… 37

TABEL IV.2 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan ………. 38

TABEL IV.3 Daftar Pegawai Kantor Pertanahan ……… 39

TABEL IV.4 Struktur Organisasi LARASITA ……… 43

TABEL IV.5 Struktur Tim LARASITA ……… . 43

TABEL V.1 Jadwal Kegiatan Program LARASITA ………... 54

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Draft Pertanyaan Wawancara Penelitian

Lampiran II PP Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Badan Pertanahan Nasional

Lampiran III PERKABPN Nomor 18 Tahun 2009 Tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional


(9)

ABSTRAK

Administrasi Pertanahan merupakan salah satu bagian dari Administrasi Negara yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanahan. Pelayanan Administrasi Pertanahan diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional serta instansi vertikalnya di Daerah Kabupaten/Kota yaitu Kantor Pertanahan. Oleh sebab itu, Badan Pertanahan Nasional selaku pelaksana utama dalam pemberian pelayanan administrasi pertanahan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar guna tercapainya tujuan reformasi agraria nasional.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan dalam memaksimalkan pelayanan administrasi pertanahan melalui salah satu programnya yaitu Layanan Rakyat Sertifkasi Tanah atau disingkat LARASITA, yaitu jenis inovasi dalam bentuk pelayanan bergerak langsung kepada masyarakat yang dimaksudkan untuk merubah paradigma pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif menjadi aktif atau proaktif, serta juga bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala atau hambatan Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan melalui program LARASITA dalam memaksimalkan pemberian pelayanan administrasi Pertanahan kepada masyarakat.

Dalam penelitian ini terdapat masalah hasil dan prestasi kinerja Kantor Pertanahan, dimana hanya sedikit masyarakat yang berpartisipasi dalam pengurusan sertifikat tanahnya dan belum maksimalnya jumlah jenis pelayanan yang dapat diberikan melalui program LARASITA. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pelayanan administrasi pertanahan yang diberikan melalui program LARASITA, apa saja kendala serta hambatan program LARASITA dalam memaksimalkan pelayanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Metode deskriptif bermaksud membuat penyandaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat polpulasi tertentu. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 1 orang informan utama dan 6 orang informan biasa. Terbatasnya jumlah informan dikarenakan sibuknya para pegawai dengan mendesaknya laporan Pronas. Sehingga peneliti memaksimalkan data penelitian dengan melakukan observasi dilapangan dan pengumpulan berbagai jenis literatur. Setelah data diperoleh kemudian disajikan secara sistematis pada bab penyajian data kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik analisa data kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan peranan Kantor Pertanahan dalam memberikan pelayanan sudah dapat dikatakan baik dilihat dari standarisasi pelayanan publik Kepmenpan No.63 Tahun 2003, namun masih belum mampu memaksimalkan jenis pelayanan dan meningkatkan antusiasme masyarakat dalam mengurusi sertifikat melalui program LARASITA, serta masih banyak terdapat kendala-kendala nonteknis pada program LARASITA untuk dapat memaksimalkan pelayanan administrasi pertanahan kepada masyarakat.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Pun pada saat manusia meninggal dunia masih memerlukan tanah untuk penguburannya. Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan menguasainya. Masalah tanah erat sekali hubungannya dengan manusia sebagai pemenuhan kebutuhannya demi kelangsungan hidupnya demikian juga dalam interaksinya. Manusia sebagai anggota masyarakat dengan pemerintah sebagai penguasa tertinggi dalam negara sekaligus penggerak untuk teruwudnya pembangunan demi untuk peningkatan taraf hidup dari masyarakat.

Disamping sebagai tempat pemukiman, sumber penghidupan manusia dan persemayaman terakhir, tanah pada hakikatnya juga merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dalam pencapaian tujuan-tujaun Negara. Tanah adalah suatu unsur yang utama dalam pembangunan menuju terbentuknya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) secara tegas mengatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machststaat), hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 amandemen ke tiga (3), yang berbunyi : ”Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Negara hukum salah satu prinsipnya yaitu adanya jaminan kepastian hukum, ketertiban hukum dan perlindungan hukum, yang berisi nilai-nilai kebenaran dan keadilan, dengan


(11)

memberikan jaminan dan perlindungan atas hak-hak warga negara. Sebagai ketentuan Undang-Undang Dasar, maka apa yang tercantum dalam UUD 1945 ini, disamping mempunyai kedudukan yuridis yang sangat tinggi, sangat mendasar, juga mempunyai nilai filosofis dan nilai politis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Segala kebijakan para penyelenggara negara di bidang ekonomi dan pertanahan termasuk segala cabang produksi dan pengelolaan bumi, air dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah dilandaskan yakni dalam Pancasila dan UUD 1945. Sehingga pada akhirnya segala kebijakan-kebijakan tersebut harus betul-betul sesuai kebutuhan dan keinginan serta dapat menjunjung tinggi keadilan dan kesamaan derajat bagi seluruh lapisan rakyat Indonesia oleh para para penyelenggara negara agar dapat mencapai tujuan negara yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Tentu tujuan tersebut dapat diraih dengan mampunya masyarakat dalam memenuhi kebutuhannnya yang dalam hal ini peran aktif pemerintah selaku pihak yang memberikan pelayanan serta jaminan hidup kepada masyarakat sangat dibutuhkan. Dan sudah barang tentu pelayanan dan jaminan hidup tersebut harus dilakukan secara kontiniu ataupun terus-menerus, universal serta berkelanjutan bukan hanya pada satu kondisi tertentu serta pada bidang-bidang tertentu.

Pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan yang mendapat dukungan penuh dari rakyatnya. Dalam hal ini, rakyat berperan penting dalam rangka melanggengkan kekuasaan pemerintahan. Oleh karena itu sebagai wujud rasa terima kasih atas dukungan rakyat tersebut, sudah sepantasnyalah pemerintah (melalui aparat birokrasi) memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat/publik. Pelayanan yang diwujudkan adalah pelayanan yang berorientasi pada rakyat. Salah satu tugas pokok pemerintah yang terpenting adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Oleh karena itu, organisasi pemerintah sering pula disebut Pelayanan masyarakat (Public Servant).


(12)

Pelayanan yang dilakukan oleh aparat birokrasi (pemerintah), dapat dikatakan sebagai pelayanan publik. Sebab aparatur pemerintah bertanggung jawab memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan adalah segala bentuk pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparat pemerintah, termasuk pelaku bisnis BUMN/BUMD dan swasta dalam bentuk barang dan atau jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan undang-undang berlaku.

Maka dari itu, menyadari betapa pentingnya tanah bagi hidup dan kehidupan manusia, dan Indonesia sebagai negara agraris, maka dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan peranan tanah bagi bangsa Indonesia, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 33 ayat (3) undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi bahwa “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” Berdasarkan pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka pada tanggal 24 September 1960 telah dikeluarkan ketentuan hukum yang mengatur tentang pertanahan, yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), yang sampai saat ini masih digunakan sebagai landasan hukum dalam proses pertanahan di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan juga dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, undang-undang 12 tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (1) huruf (K) yang mengatakan bahwa pelayanan pertanahan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah merupakan urusan yang berskala Kabupaten/Kota, yang menjadi tugas dan wewenang Kantor Badan pertanahan Nasional ( BPN ) melalui instansi vertikalnya di daerah yaitu yg disebut dengan Kantor Pertanahan.


(13)

Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi pemerintah yang berkewajiban dalam memeberikan pelayanan publik. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum memadainya pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi birokrasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Untuk itu, institusi birokrasi perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan. Penataan dan pembinaan, dan pendayagunaan aparatur yang cenderung “gagap teknologi” sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman ini untuk dapat mencapai pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan yang didambakan masyarakat.

Pembekalan keterampilan dan pengetahuan akan teknologi menjadi kebutuhan bagi aparatur birokrasi saat ini. Peningkatan tuntutan dan kebutuhan masyarakat haruslah diimbangi dengan peningkatan keterampilan dan kompetensi aparatur birokrasinya juga. Selain itu, dituntut juga kinerja yang efektif dan efisien. Dengan ini, pelayanan terhadap masyarakat benar-benar menjadi prioritas utama dan para aparat birokrasi sebagai pelayan masyarakat akan lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan partisipasi masyarakat, sehingga birokrasi yang baik dan sesuai dengan harapan serta aspirasi masyarakat dapat tercipta.

Pemerintah melalui instansi-instansinya pada beberapa dekade terakhir sudah mencari formula-formula atau inovasi-inovasi program baru agar mampu dan dapat memaksimalkan pelayanannya terhadap masyarakat. Inovasi baru dalam pelayanan tentu sangat dibutuhkan dalam pencapaian pelayanan yang betul-betul efektif dan efisien seiring dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat yang semakin beragam serta didukung dengan peradaban


(14)

serta pola hidup masyarakat yang lambat laun semakin modern sehingga menuntut pemerintah untuk mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat tersebut yang memaksa pemerintah untuk mampu menggunakan tehnologi modern dalam pelayanannya. Bukan hanya penggunaan tehnologi modern, pemerintah juga dituntut untuk dapat memberikan inovasi-inovasi lain yang lebih bermutu termasuk pelayanan yang sering disebut belakangan ini dengan istilah “jemput bola” atau juga yaitu strategi yang oleh pemerintah langsung turun ke masyarakat bukan hanya menjadi pelaku pasif yang hanya duduk diam dengan hanya menunggu dikantor agar masyarakat sendiri yang datang untuk mengurusi segala urusannya seperti yang diterapkan para penyelenggara pada masa sebelumnya. Hal ini dianggap tidak efisien karena tuntutan zaman yang sudah berubah dan dianggap justru mengurangi niat masyarakat untuk berpastisipasi dalam penyelenggaraan negara. Karena selain memakan waktu yang lama, juga terkait waktu, energi, transportasi dan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk datang ke instansi-instansi pemerintah tersebut.

Corak permasalahan yang biasa terjadi pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang cenderung mengitari pengurusan sertifikat tanah adalah birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang mengambil keuntungan. Kondisi semacam ini berdampak negatif karena masyarakat menjadi apatis atau kurang berpartisipasi dalam mengurus sertifikasi tanah di Kantor BPN.

Untuk itu salah satu inovasi yang dilakukan BPN dalam pencapaian pelayanan yang sesuai dengan harapan-harapan masyarakat, maka Berdasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maka secara resmi LARASITA diterapkan di seluruh kantor Badan Pertanahan Nasional. LARASITA (Layanan Rakyat Sertipikat Tanah) merupakan sebuah program baru dari Kantor Badan Pertanahan Nasional. Adapun yang menjadi fokus dari program ini adalah memberikan kepastian hukum dalam proses serta


(15)

memudahkan bagi masyarakat yang hendak melakukan sertifikasi tanah, sekaligus memotong mata rantai pengurusan Sertipikat tanah yang berbelit-belit, yang memakan waktu yang cukup lama dan meminimalisir biaya pengurusan.

LARASITA dibangun dan dikembangkan untuk mewujudnyatakan amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Undang-Undang Pokok Agraria serta seluruh peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Pengembangan LARASITA berangkat dari kehendak dan motivasi untuk mendekatkan Badan Pertanahan Nasional dengan masyarakat, sekaligus mengubah paradigma pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif menjadi aktif atau proaktif (Pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang LARASITA BPN-RI).

LARASITA menjalankan tugas pokok dan fungsi yang ada pada kantor pertanahan. Namun sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian kewenangan yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan di lapangan.

Pengembangan dan penyederhanaan proses-proses pelayanan pertanahan terus dijalankan, dengan membangun terobosan-terobosan baru menjadi keniscayaan ketika kita menghadapi kenyataan bahwa masih ada 69% dari lebih kurang 85 juta bidang tanah yang belum teregalisasi. Jika kita menggunakan skema yang sudah dijalankan selama ini, maka perlu 110 tahun untuk dapat mensertipikatkan semua tanah diseluruh Indonesia. Dan, dengan LARASITA dapat memotong legalisasi asset seluruh Indonesia yang semula memerlukan waktu lebih dari 100 tahun menjadi kurang 15 tahun. Program LARASITA ini menjadi penting untuk dikembangkan ke seluruh nusantara, sebagai perluasan keberhasilan hasil uji coba LARASITA di 13 Kabupaten/Kota. Dan, sambutan baik serta harapan besar datang dari masyarakat atas program LARASITA.


(16)

Selain daripada itu, LARASITA telah mendapat penghargaan dari Bapak Presiden Republik Indonesia sebagai karya inovasi pelayanan terbaik. Demikian pula Bank Dunia telah memberikan apresiasi dengan menyatakan “Larasita – Indonesia

– pioneering mobile land information services,” juga dari pemerintah Swedia,

Spanyol, dan Australia. (http://kab-tanahbumbu.bpn.go.id/Propinsi/Kalimantan-Selatan/Kabupaten-Tanah-Bumbu/Program/Larasita.aspx , diakses pada 27 november 2012 pukul 15.00 )

Bertitik tolak dari uraian di atas maka merupakan hal yang menarik bagi peneliti untuk di angkat menjadi suatu bahan penelitian dengan judul “Peranan Kantor Pertanahan dalam Meningkatkan Pelayanan Administrasi Pertanahan ( Studi tentang program Layanan Rakyat untuk Sertifikat Tanah (LARASITA) di Badan Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan )”.

I.2 Fokus Permasalahan

Fokus permasalahan pada penelitian ini adalah pelayanan pengurusan pembuatan Sertifikat Hak Atas Tanah melalui program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah (Larasita) yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya diatas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah : “Bagaimana peranan Kantor Pertanahan melalui program Layanan Rakyat untuk Sertifikat Tanah (LARASITA) dalam meningkatkan pelayanan administrasi pertanahan di Kota Padangsidimpuan?”


(17)

I.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas terdapat tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui peranan Kantor Pertanahan melalui program LARASITA dalam meningkatkan pelayanan administrasi pertanahan di Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kendala (hambatan) Kantor Pertanahan dalam program LARASITA dalam meningkatkan pelayanan administrasi pertanahan.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat secara ilmiah

Penelitian ini bermamfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan untuk menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah tentang studi administrasi Negara dalam kaitannya dengan peningkatan pelayanan publik dalam hal administrasi pertanahan khusunya pengetahuan mengenai program larasita dan peranannya.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan baik bagi masyarakat dan pemerintah serta lembaga-lembaga lain yang terkait yang membutuhkan acuan dalam peningkatan pelayanan publik khususnya administrasi pertanahan.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai suatu tahapan utnuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi Srata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian peranan

Peranan menurut Grass, Mason dan MC Eachern yang dikutip dalam buku pokok-pokok pikiran dalam sosiologi karangan David Bery (1995:100) mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial tertentu.

Sedangkan dikemukakan oleh Soekanto (2002:243), bahwa peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Berdasarkan dua pengertian di atas, peranan adalah perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat atau lingkungannya kepadanya.

II.2 Kantor Pertanahan

II.2.1 Defenisi Kantor Pertanahan

Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di wilayah kabupaten, kotamadya, atau wilayah administratif lain yang setingkat, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. (Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda


(19)

II.2.2 Fungsi dan Agenda Kebijakan Kantor Pertanahan

Fungsi Kantor Pertanahan dalam menyelenggarakan tugas, Kantor Pertanahan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan;

2. Pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan;

3. Pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan survei potensi tanah;

4. Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan penataan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu; 5. Pengusulan dan pelaksanaan pemetaan hak tanah, pendaftaran hak atas tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset pemerintah; 6. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;

7. Penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan; 8. Pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah; 9. Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan;

10. Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemeritah dan swasta;

11. Pengkoordinasian penelitian dan pengembangan;


(20)

13. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, perundang-undangan serta pelayanan.

Kantor Pertanahan yang sebagaimana dimaksud sebagai instansi vertical dari Badan Pertanahan Nasional ( BPN ) menurut Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia memiliki 11 agenda kebijakan yaitu :

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional. 2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi

tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah konflik.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.

9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan Pertanahan yang telah ditetapkan.

10.Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.

11.Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan Pertanahan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pertanahan_Nasional diakses pada 25 0oktober 2012 pukul 10.00)


(21)

II.3 Konsep Pelayanan dan Pelayanan Publik

Dalam ilmu politik dan administrasi Negara, pelayanan umum atau pelayanan publik merupakan istilah yang menggambarkan bentuk dan jenis pelayanan pemerintah kepada rakyat atas kepentingan umum.

Seperti yang dikemukakan oleh Lay ( 2002 ) yang dikutip oleh Agung Kurniawan (2005: 4) Pelayanan dapat diartikan sebagai pemberian layanan ( melayani ) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tat cara yang telah ditetapkan.

Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani dririnya sendiri, tetapi untuk melayani rakyat, dengan kata lain pemerintah adalah pelayan rakyat. Pelayanan publik (public service) oleh birokrasi merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi negara, Kurniawan (2005 : 4).

Menurut Kotler dalam Sampara Lukman (2000 : 8 ), pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Sampara berpendapat, pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediaakan kepuasan pelanggan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi ( orang ) dengan makanan atau minuman; mengiyakan, menerima; menggunakan.

Sementara itu, istilah public berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata public sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa Indonesia baku


(22)

menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Padanan kata yang tepat adalah praja yang sebenarnya bermakna rakyat sehingga lahir istilah pamong praja yang berarti pemerintahan yang melayani kepentingan seluruh rakyat. Sinambella (2010:10) mendefenisikan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik beradasarkan nilai-nilai dan norma yang merasa memiliki. Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah tehadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Pelayanan publik diartikan, pemberian layanan ( melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003, publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatakan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.

Pelayanan publik oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang dan atau jasa


(23)

baik dalam rangka upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara teoritis, tujuan pelayanan public pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Maka untuk mencapai kepuasan itu, Sinambela L.Poltak (2010:6) berpendapat bahwa dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas. 4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta massyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan keinginan masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun termasuk suku. Ras, agama, golongan, status social, dan lain-lain.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban. Yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pembeli dan penerima pelayanan publik.

Birokrasi publik juga dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik. dari yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara-cara-cara kerja yang realistik pragmatis. dengan revitalitas


(24)

birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah daerah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenagan yang diberikan kepadanya dapat terwujud.

Pelayanan publik diberikan kepada masyarakat berdasarkan pada standar tertentu. Menurut Mahmudi (2005 : 236), standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatuyang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan. Jadi, standar pelayanan publik yaitu spesifikasi teknis pelayanan yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan pelayanan publik.

Adapun cakupan standar pelayanan publik yang ditetapkan (KeputusanMENPAN No. 63/2003) meliputi:

1 .Prosedur Layanan yaitu harus ditetapkan standar prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk prosedur pengaduan.

2.Waktu Penyelesaian yaitu harus ditetapkan pula standar waktu penyelesaian pelayanan yangditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3.Biaya Pelayanan yaitu harus ditetapkan standar biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yangditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4.Produk Pelayanan yaitu harus ada penetapan standar produk/hasil pelayanan yang akan diterimasesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5.Sarana dan Prasarana yaitu penetapan standar sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Perlu adanya penetapan standar kompetensi petugas pemberi pelayanan berdasarkan pengetahuan, keahlian, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan


(25)

II.4 Konsep Administrasi dan Administrasi Pertanahan

Administrasi pada intinya melingkupi seluruh kegiatan dari pengaturan hingga pengurusan sekelompok orang yang memiliki diferensiasi pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Administrasi dapat berjalan dengan sua atau banyak orang terlibat di dalamnya.

Sebagian besar literatur menggunakan istilah administrasi perkantoran dan manajemen perkantoran untuk menyebut administrasi.

Secara etimologis perkataan Indonesia administrasi yang bahasa Inggrisnya

Administration, berasal dari kata Latin, yaitu : Ad + ministrare dan Administratio. Ad

ministrate berarti melayani, membantu atau memenuhi, The Liang Gie (1977).

Jadi, Administrasi pada hakekatnya adalah usaha untuk menolong, usaha untuk membantu, usaha untuk memimpin atau mengarahkan semua kegiatan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Pengertian administrasi dalam arti yang sempit bahkan pengertian sehari-hari, maka administrasi artinya adalah tata usaha. Tata usaha ialah suatu pekerjaan yang sifatnya mengatur segala sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan tulis-menulis, surat-menyurat dan mencatat / membukukan setiap perubahan atau kejadian yang terjadi di dalam organisasi, (The Liang Gie,1977)

Dr. S.P. Siagian MPA (1977) berpendapat bahwa : Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai Tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Bila diteliti secara cermat definisi-definisi tersebut diatas maka sesungguhnya Administrasi adalah rangkaian kegiatan atau proses yang :

1. Dilakukan oleh sekelompok orang (dua orang atau lebih). 2. Berlangsung dalam suatu bentuk kerja sama.


(26)

3. Dimaksudkan untuk mencapai Tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ketiga faktor tersebut dapat disingkat menjadi sekelompok orang, kerja sama, tujuan tertentu. Ketiga faktor inilah yang lazim dikenal sebagai unsur mutlak dari pada administrasi.

II.4.1 Administrasi Pertanahan

Administrasi Pertanahan (land administration) menurut Herman Hermit (2008) adalah pemberian hak, perpanjangan hak, pembaruan hak, peralihan hak, peningkatan hak, penggabungan hak, pemisahan hak, pemecahan hak, pembebanan hak, izin lokasi, izin perubahan penggunaan tanah, serta izin penunjukan dan penggunaan tanah.

Dalam tahun 1988 Badan Pertanahan Nasional dengan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, yang sebagai Lembaga Pemerintahan Non Departemen bertugas membantu Presiden dalam mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan. Pemakaian sebutan pertanahan sebagai nama badan tersebut tidak mengubah ataupun mengurangi lingkup tugas dan kewenangan yang sebelumnya ada pada departemen dan direktorat jenderal agraria. Sebaliknya justru memberikan kejelasan dan penegasan mengenai lingkup pengertian agraria yang dipakai dilingkungan administrasi pemerintahan. Adapun administrasi pertanahan meliputi baik tanah-tanah di daratan maupun yang berada di bawah air, baik air daratan maupun air laut.

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur yang meliputi (i) pengumpulan, (ii) pengolahan, (iii) pembukuan, dan (iv) penyajian serta (v) pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk (v) pemberian surat tanda bukti haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya (Pasal 1 angka (1) 9PP. No. 24/1997).


(27)

II.5 Pelayanan Administrasi Pertanahan

Dalam bidang pertanahan yang dimaksud dengan tanah adalah lahan, sehingga muncul kosakata pendaftaran tanah, bukan pendaftaran lahan. Pertanahan yaitu suatu kebijakan yang digariskan oleh pemerintah di dalam mengatur hubungan antara tanah dengan orang agar tercipta keamanan dan ketentraman dalam mengelola tanah tersebut sehingga tidak melampaui batas.

Menurut Cahyo Widianto dalam.(http://eleveners.wordpress.com) ada tiga aspek di dalam pertanahan, yaitu:

1. Aspek Hukum, yaitu kelembagaan yang mengurusi masalah keperdataan tentang tanah. Dan lembaga yang mengurusi hukum perdata pertanahan ini yaitu BPN (Badan Pertanahan Nasional).

2. Aspek Tata Ruang, yaitu kelembagaan yang menangani masalah penataan ruang bagi pembangunan dan tata kota ataupun desa. Masalah tata ruang ini diatur pada Keputusan Presiden No.10 tahun 2003, ada 9 kewenangan di dalamnya, dan pihak yang menangani tata ruang ini yaitu Pemerintah Daerah.

3. Aspek Pajak, yaitu kelembagaan yang berperan dalam mengurusi pajak bagi pertanahan, diantaranya yaitu pajak bumi dan bangunan. Aspek ini merupakan aspek yang memberikan pemasukan bagi Negara. Pada aspek ini lembaga yang berperan yaitu Departemen Keuangan

Masalah keperdataan tentang pertanahan setelah diurusi oleh Badan Pertanahan Nasional, selanjutnya akan diajukan di Pengadilan Tata Usaha Negara untuk penyelesaiannya. Segala keputusan di PTUN tidak dapat lagi dirubah dan diganggu gugat. Oleh karena itu betapa pentingnya untuk mendapatkan kekuatan hukum tentang pertanahan


(28)

agar tidak terjadi masalah. Oleh karena itu demi terjadinya ketertiban di bidang pertanahan pemerintah mengusulkan administrasi pertanahan yang terpadu dan terencana

Administrasi pertanahan yakni menuju kepada penerimaan kegiatan sektor publik untuk mendukung kepemilikan, pembangunan, penggunaan, hak atas tanah dan pemindahan hak atas tanah.

II.5.1 Tujuan Administrasi Pertanahan

Adapun tujuan dari administrasi pertanahan menurut Tjahyo Widianto yg dikutip dalam (http://eleveners.wordpress.com) sebagai berikut :

1. Komponen yuridis memegang kendali utama dalam administrasi pertanahan untuk mendapatkan kepastian hak atas tanah.

2. Komponen Regulator yang penting untuk dihubungkan dengan pembangunan dan pengunaan lahan.Hal ini termasuk pembangunan lahan dan ketatnya penggunaan pajak melalui mekanisme yang berlaku.

3. Komponen fiskal lebih mengutamakan pada pemberian pajak lahan yang menunjang perekonomian.Proses ini digunakan untuk mendukung naiknya nilai pengumpulan dan produksi,serta sebagai insentif untuk mendisrtibusikan lahan terhadap tujuan-tujuan khusus lainnya.

4. Manajemen informasi,untuk memberi berbagai kelengkapan data yang memuat tiga aspek diatas yaitu fiskal kadaster dalam nilai dan pajak,dan pembagian wilayah dari sistem informasi yang lain dalam perencanaan dan pematuhan peraturan yang berkaitan.


(29)

II.5.2 Manfaat administrasi pertanahan

Adapun manfaat administrasi pertanahan yang juga menurut Cahyo Widianto dalam (http://eleveners.wordpress.com) adalah sebagi berikut.

1. Memberikan jaminan atas kepastian hak, maksud semakin jelas penentuan hak milik seseorang akan mempermudah untuk orang tersebut mempertahankan haknya atas klaim dari orang lain.

2. Stabilitas sosial,catatan publik yang tepat akan melindungi dari pengunjingan mengenai kepemilikan yang sah (bila nantinya ada yang menggugat),dan membantu menyelesaikan masalah-masalah lain dengan cepat sejak batasan dan kepemilikan tanah dibuat .

3. Kredit,catatan publik akan mengurangi ketidakpastian informasi melalui pemberian kewenagan pada kreditor untuk menentukan apakah peminjam potensial telah memiliki hak untuk pemindahan hak yang diminta menurut apa yang diminta sebagai jaminan peminjam.

4. Proses perbaikan lahan,pembaharuan jaminan atas kepastian hak pemilik akan menaikan kecenderungan seseorang untuk mencari keuntungan ketika akan berinvestasi pada bangunan,peralatan atau perbaikan infrastruktur termasuk pengukuran perlindungan lahan. Cara kredit yang sudah diperbaiki menyediakan sumber daya keuangan yang bisa mempengaruhi nilai lahan.

5. Produktivitas,faktor-faktor seperti nilai guna, perpindahan lahan, kepemilikan, pembanguan, hak atas tanah dan lain-lain dikombinasikan untuk meyakinkan bahwa lahan itu sedang berkembang menuju nilai dan


(30)

manfaat yang terbaik,misalnya,pertanian komersil dilakukan oleh petani yang cerdik untuk mendapatkan keuntungan dan lahan lebih. Beda dengan petani biasa yang tidak bisa mengembangkan lahannya.

6. Likuiditas,ketika hak kepemilikan sudah dapat legalitas formal aset-aset tersebut bisa ditukar dengan cepat dalam skala besar dan pada harga yang rendah. Pada Negara-negara berkembang,mayoritas hak kepemilikan dalam stastus informal,oleh karena itu mereka tidak dapat memasuki tempat pasaran formal sebagai aset yang bisa dinegosiasikan

Pada pelaksanaan administrasi pertanahan ada aspek yang penting untuk menjamin kepastian hukum bagi pemilik tanah, yaitu pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah ini lebih jelasnya diatur dalam Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997 tentang pedoman pendaftaran tanah.

II.6 Pengertian LARASITA

Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, dalam pasal 1 dikatakan bahwa dalam rangka mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang disebut dengan LARASITA.

LARASITA adalah kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat. LARASITA merupakan Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah. Program ini memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan Sertipikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang


(31)

murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.

LARASITA juga merupakan layanan sistem front office mobile secara online dengan kantor pertanahan setempat. Sehingga seluruh proses pelayanan dari mobil/sepeda motor Larasita saat itu juga langsung terdata di kantor pertanahan. Penerbitan Sertipikat tanah yang dilaksanakan oleh kantor BPN berdasarkan atas Undang-Undang Pokok Agraria mengenai pendaftaran tanah.

Dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan maka pemerintah telah menetapkan suatu kebijaksanaan khusus yang dikenal dengan istilah Catur Tertib Pertanahan yang meliputi :

a. Tertib Hukum Pertanahan

b. Tertib Administrasi Pertanahan

c. Tertib Penggunaan Tanah

d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Catur Tertib Pertanahan diatas, berarti BPN disini memiliki fungsi melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara tertib administrasi pertanahan. Dimana Tertib Administrasi Pertanahan juga merupakan salah satu dari tujuan pendaftaran tanah. Dalam hubungan LARASITA dengan pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan tersebut maka segala sesuatu yang menyangkut bidang pertanahan harus


(32)

diselesaikan melalui prosedur hukum yang berlaku bukan diselesaikan dengan mempergunakan kekerasan ataupun mempergunakan kekuasaan (http://www.bpn.go.id).

II.6.1 Tugas Pokok dan Fungsi LARASITA

LARASITA menjalankan tugas pokok dan fungsi yang ada pada kantor pertanahan. Namun sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian kewenangan yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan di lapangan.

Dengan demikian LARASITA menjadi mekanisme untuk:

1. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agrarian nasional (reforma agraria);

2. Melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;

3. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;

4. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasi bermasalah;

5. Memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin diselesaikan di lapangan;

6. Menyambungkan program BPN RI dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat;


(33)

LARASITA berperan dalam mencakup masalah dari :

1. Mendekatkan layanan pertanahan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan pelayanan dan informasi pertanahan.

2. Mengurangi beban biaya transportasi masyarakat saat mendaftar dan mengambil sertifikat.

3. Menghilangkan campur tangan pihak ketiga yang berkaitan dengan pelayanan pertanahan yang disinyalir sebagai salah satu bagian yang turut merusak citra Badan Pertanahan Nasional.

4. Memberikan kepastian pelayanan pertanahan yang bertanggung jawab. (http://kab-serang.bpn.go.id/Propinsi/Banten/Kabupaten-Serang/Program/Larasita.aspx diakses pada 05 desember 2012 pukul 19.00).

LARASITA menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada kantor pertanahan, dengan kekhususan pada jenis kegiatan sebagai berikut:

1. melaksanakan secara lebih dini pengawasan dan pengendalian, penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah serta melaksanakan identifikasi dan penelitian terhadap tanah yang diindikasikan terlantar;

2. melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan sinkronisasi dan penyampaian informasi penatagunaan tanah dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) kabupaten/kota;

3. memfasilitasi dan mendekatkan akses-akses untuk menciptakan sumber-sumber ekonomi baru dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;


(34)

4. melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan identifikasi masalah, sengketa atau perkara pertanahan secara dini serta memfasilitasi upaya penanganannya;

5. melakukan sosialisasi dan berinteraksi untuk menyampaikan informasi pertanahan dan program-program pertanahan lainnya serta menghubungkan kebutuhan masyarakat dengan program BPN RI;

6. melaksanakan kegiatan legalisasi aset; dan

7. melaksanakan tugas-tugas pertanahan lain.

II.7 Defenisi Konsep

Defenisi konsep diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian yakni dengan mneggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan sebuah fenomena yang hendak diteliti secara tepat, Singarimbun (2006 : 330 ). Defenisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Peranan Kantor Pertanahan pada LARASITA adalah suatu rangkaian kegiatan dan pelaksanaan tugas dan fungsi dari kantor pertanahan pada program LARASITA.

2. Pelayanan administrasi pertanahan adalah segala tugas pokok dan fungsi Kantor Pertanahan selaku pihak yang diberi kewenangan dalam mengurusi urusan pertanahan yang dalam penelitian ini mencakup pendaftaran tanah untuk memperoleh sertifikat hak atas tanah kepada masyarakat. untuk mengukur pelayanan administrasi pertanahan khususnya dalam pembuatan sertifikat penulis menentukan dengan indikator :

1. Kejelasan, yang mencakup :

a. Prosedur/tatacara dalam pengurusan sertifikat dalam program LARASITA b. Rincian biaya/tarif dalam pengurusan sertifikat dalam program LARASITA


(35)

2. Ketepatan waktu, pelaksanaan pelayanan pengurusan sertifikat dalam program LARASITA harus sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan.

3. Kompetensi petugas pemberi layanan dalam pengurusan sertifikat pada LARASITA

4. Sarana dan prasarana, yang mencakup :

a. Tersedianya informasi mengenai penentuan jadwal untuk waktu dan lokasi LARASITA

b. Tersedinya unit dan sarana pendukung pada program LARASITA

3. LARASITA adalah suatu program yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional melalui jenis pelayanan bergerak atau langsung mendatangi masyarakat yang bertujuan untuk mendekatkan Kantor Pertanahan dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam pengurusan administrasi pertanahan khususnya pada pendaftaran sertifikat tanah.

4. Peranan Kantor Pertanahan dalam meningkatkan pelayanan administrasi pertanahan melalui program LARASITA adalah kegiatan pelayanan administrasi pertanahan khususnya dalam pengurusan sertifikat oleh pihak Kantor Pertanahan melalui programnya yaitu bentuk pelayanan bergerak yaitu Layanan Rakyat Sertifikat Tanah (LARASITA) dalam pencapaian tujuan-tujuan Badan Pertanahan Nasional. Peranan Kantor Pertanahan dalam meningkatkan pelayanan administrasi pertanahan melalui program Larasita, mencakup :

1. Membangun kepercayaan dan mendekatkan pelayanan pertanahan kepada masyarakat.

2. Mengurangi beban biaya transportasi masyarakat saat mendaftar dan mengambil sertifikat.


(36)

3. Menghilangkan campur tangan pihak ketiga yang berkaitan dengan pelayanan pertanahan.

4. Memberikan kepastian pelayanan pertanahan yang bertanggung jawab, yang mencakup :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengurusan sertifikat pada LARASITA b. Kesiapan dalam pelaksanaan pelayanan sertifikat pada LARASITA c. Penyelesaian keluhan mengenai pelaksanaan pelayanan LARASITA

II.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian, dan defenisi konsep. Teori-teori disini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berfikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situsi social yang diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan validitas data.


(37)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.

BAB V : PENYAJIAN DATA dan ANALISIS DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dilapangan beserta analisis data yang dilakukan peneliti.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.

                           


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif Kualitatif. Menurut Zuriah ( 2006: 47 ) penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gelala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau suatu daerah tertentu. Oleh karena itu, penulis akan berusaha untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi yang timbul pada objek sehingga dapat diperoleh sebuah kesimpulan jelas mengenai penelitian yang dimaksud.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan yang beralamat di Komplek Perkantoran Pal IV Pijorkoling Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

III.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh karena itu, pada pnelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian akan menjadi informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan gambaran situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitan. Ia berkewajiban secara sukarela untuk menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan kesukarelaannya informan tersebut


(39)

dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses serta kebudayaan yang latar penelitian tersebut, Moeloeng, (2004 : 132).

Dalam menentukan informan penelitian, penulis menggunakan tehnik purposive sampling yaitu pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Yang menjadi informan kunci pada penelitian ini adalah Kepala Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan, dan Kordinator Tim LARASITA, informan utama satu orang petugas Larasita serta informan biasa enam orang masyarakat yang pernah berpartisipasi dalam mendaftarkan sertifikat tanahnya melalui program LARASITA.

III.4 Metode Pengumpulan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data dapat dikelompokkan menjadi dua macam dilihat dari klasifikasi sumbernya, yakni :

1. Metode Pengumpulan Data Primer

Merupakan data yang langsung dari objek penelitian, terdiri dari :

a. Metode wawancara secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya hingga diperoleh informasi secara terperinci

b. Metode Observasi dengan melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang terjadi dilapangan sesuai dengan focus penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung dari objek penelitian terdiri dari :

a. Penelitian Kepustakaan, pengumpulan data melalui buku-buku, makalah, literature yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi, dengan cara mengkaji informan yang bersumber dari dokumen-dokumen yang menyangkut dengan masalah penelitian.


(40)

III.5 Metode Analisa Data

Tehnik analisa data dalam penelitian ini adalah tehnik analisa data kualitatif. Menurut Moleong ( 2006: 247 ), tehnik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

                                       


(41)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan IV.1.1 Letak Geografis Wilayah Kota Padangsidimpuan

Nama kota ini berasal dari "padang na dimpu" (padang yang artinya ‘hamparan luas’, na yang artinya ‘di’, dan dimpu yang artinya ‘tinggi’) sehingga padang sidimpuan berarti "hamparan rumput yang luas yang berada di temapat yang tinggi." pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari Sibolga - Padangsidimpuan - Panyabungan, Padang Bolak (paluta) - Padangsidimpuan - Sibolga. Sebelumnya Padangsidimpuan merupakan Kota Administratif, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982. Kemudian sejak tanggal 21 Juni 2001 , berdasarkan Undang – undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Daerah Otonom dan merupakan hasil penggabungan dari Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimmpuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.

Kota Padangsidimpuan dibentuk pada tahun 2001 berdasarkan Undang - Undang No. 04 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan. Secara geografis Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01° 08’ 07’’- 01° 28’ 19’’ Lintang Utara dan 99° 13’ 53’- 99° 21’ 31’’ Bujur Timur.

Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kota yang terletak di Propinsi Sumatera Utara dan berada pada posisi sebelah selatan Kota Sibolga. Jarak dari Kota Padangsidimpuan ke Kota Sibolga adalah 88 Km dan dapat ditempuh dengan waktu lebih kurang 3 jam melalui jalan darat. Sedangkan jarak Kota Padangsidimpuan dengan Kota Medan sebagai ibukota


(42)

Provinsi Sumatera Utara adalah 389 Km dan dapat ditempuh dalam waktu lebih kurang 10 jam melalui jalan darat. Kota Padangsidimpuan terletak antara 260 - 1100 meter diatas permukaan laut (DPL). Dan Batas Wilayah Kota Padangsidimpuan terdiri atas :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Angkola Timur KabupatenTapanuli Selatan.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

IV.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2009 mencapai 191,912 Jiwa. Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Kecamatan Padangsidimpuan Utara memiliki jumlah penduduk yang relatif lebih besar dibanding dengan kecamatan lainnya yakni masing - masing menca pai 61,855 jiwa dan 59,535 jiwa. Sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu memiliki jumlah penduduk paling sedikit jika dibandingkan dengan Kecamatan lainnya yakni 7,612 jiwa. Kondisi ini tentunya dipengaruhi oleh sifat perkotaan dan perdesaan yang mencirikan masing – masing kecamatan dimana Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Padangsidimpuan Utara lebih bersifat urban sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu lebih bersifat prural . Kepadatan penduduk bruto Kota Padangsidimpuan adalah 17 jiwa/Ha.

Kepadatan penduduk tertinggi dijumpai di desa Timbangan yakni sebesar 303 jiwa/Ha, disusul dengan Kelurahan Wek III sebesar 290 jiwa/Ha, sedangkan kepadatan


(43)

penduduk terendah dijumpai di desa Aek Najaji, Bargot Opong dan Simirik yang masing – masing memiliki kepadatan penduduk 1 jiwa/Ha.

IV.1.3 Potensi Sumber Daya Alam

Kegiatan pertanian di Kota Padangsidimpuan dapat dibedakan menjadi: pertanian tanaman pangan, tanaman palawija, sayuran, buah - buahan dan tanaman keras/perkebunan. Sektor pertanian tanaman pangan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan adalah berupa tanaman padi sawah dengan luas panen sekitar 8079 Ha pada tahun 2009. Luas areal terbesar terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua yaitu 2175 Ha dengan jumlah produksi sebesar 11921 ton pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 16278 ton pada tahun 2010. Tanaman palawija yang menonjol adalah tanaman jagung, dimana dari tahun 2007-2008 mengalami peningkatan jumlah produksi yang signifikan dari 705,43 ton menjadi 2.489,54 ton. Jenis sayuran yang paling menonjol dari segi produksinya adalah buncis yang mencapai produksi sebesar 1.210,275 ton dengan luas panen 75 Ha.

Kota Padangsidimpuan terkenal dengan julukan kota salak, produksi buah salak memang sangat menonjol jika dibandingkan dengan jenis buah-buahan lainnya, dimana produksinya mencapai 8370 ton pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 9140 ton pada tahun 2010. Tanaman keras dan perkebunan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan cukup bervariasi pada setiap kecamatan. Kecamatan yang menonjol kegiatan pertanian tanaman keras dan perkebunannya adalah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, akan tetapi perkembangan tanaman keras baik dari segi luasan maupun jumlah produksi sangat fluktuatif/tidak stabil dari tahun ke tahun.

Tanaman perkebunan yang menonjol adalah tanaman karet dengan luas areal tanaman sebesar 2.128 Ha pada tahun 2009 dengan jumlah produksi sebesar 3.318,45 ton, akan tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan dari segi luas dan jumlah produksi. Kegiatan


(44)

perternakan di Kota Padangsidimpuan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yautu ternak besar dan ternak kecil. Jumlah total produksi ternak besar pada tahun 2009 adalah sekitar 6,5 ton. Sedangkan di sector ternak kecil sampai dengan tahun 2009 jumlah ternak kecil/unggas yang terdapat di Kota Padangsidimpuan sekitar 135,709 ton.

IV.1.4 Perekonomian Wilayah Kota Padangsidimpuan

Kota Padangsidimpuan merupakan kota di Provinsi Sumatera Utara yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan bagi kota-kota di sekitarnya. Sejalan dengan hal tersebut, sektor perdagangan merupakan kontributor terbesar bagi PDRB daerah ini dibanding sektor lainnya. Sektor lainnya yang relatif menonjol adalah jasa-jasa dan pertanian.Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sector menujukkan struktur perekonomian atau peran setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah, urutan sektor-sektor sesuai dengan besarnya kontribusi adalah sebagai berikut:

1. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2. Jasa-Jasa

3. Pertanian

4. Pengangkutan dan Komunikasi 5. Industri Pengolahan

6. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7. Listrik, Gas dan Air Bersih

IV.2 Sejarah Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan

Badan Pertanahan Nasional (disingkat BPN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan


(45)

di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. BPN dahulu dikenal dengan sebutan Kantor Agraria. BPN diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.Sejak bergantinya status Padangsidimpuan dari Kota administratif menjadi Kota Pada Juni 2001, maka dibentuklah Kantor Pertanahan yang berlokasi di Kota Padangsidimpuan.

Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan dibentuk berdasarkan Keputusan Walikota Padangsidimpuan Nomor : 189/KPTS/2006 tentang Penetapan Alokasi Tanah untuk Pembangunan Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan dengan kode satker 649991. Luas tanah Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan adalah 4620 M2 , sedangkan luas bangunan adalah 400 M2.. Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan berlokasi di JL. Raya Mandailing Komplek Perkantoran Pal IV Pijorkoling, keseluruhan wilayah berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, Luas wilayah domain Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan seluas 14. 685. 680 Ha, dengan jumlah penduduk mencapai 193. 322 jiwa, serta berkewenangan mengurusi 6 Kecamatan dan 79 Desa / Kelurahan. Kondisi bangunan kantor pertanahan saat ini masih baik dan sangat layak sebagai Kantor Pelayanan, namun di beberapa tempat masih memerlukan perawatan secara rutin.

Gambaran lokasi Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan yang berada di kompleks perkantoran Pal IV Pijorkoling yang merupakan komplek dari kantor-kantor pemerintah lainnya bisa dikatakan hampir berada di pinggiran Kota Padangsidimpuan, lokasi kompleks yang sepi jauh dari kericuhan kota diharapkan dapat membantu para aparatur untuk lebih dapat berkonsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam hal pemberian layanan publik kepada masyarakat. Namun jarak yang cukup jauh dari perkotaan dan permukiman warga dapat dikatakan menjadi suatu kendala bagi masyarakat untuk dapat mendapatkan pelayanan dari pemerintah sebagai pemberi layanan publik.


(46)

TABEL IV.1

PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA KANTOR PERTANAHAN Lantai 1

No Pemanfaatan Luas (M2)

1. Loket Pelayanan 10

2. Ruang Server 5

3. Lobby ( Ruang Tunggu Pelayanan ) + Teras 15

4. Ruang Kepala Kantor 35

5. Ruang Sub Bagian Tata Usaha 40 6. Ruang Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran

Tanah

40

7. Ruang Seksi Survey Pengukuran dan Pemetaan

40

8. Ruang Seksi Pemberdayaan Masyarakat 40 9. Ruang Seksi Sengketa Konflik dan Perkara 40 10. Ruang Seksi Pengaturan dan Penataan

Pertanahan

40

11. Aula 30

12. Musholah 6

13. Toilet Pria 3

14. Toilet Wanita 3

15. Taman 23


(47)

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Drs. Hermansyah

Kepala Urusan Perencanaan Dan Keuangan Ardhi Jayali Lubis, S.IP

17. Gudang Barang 10

Sumber: Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan

IV.2.1 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan TABEL IV.2

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PERTANAHAN KOTA PADANGSIDIMPUAN

Kepala Kantor

Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn

Kepala Urusan Umum Dan Kepegawaian Romadhan Lubis, S.

K

Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Khairul Hasan Lubis,

S. Sit Kepala Seksi Hak

Tanah Dan Pendaftaran Tanah

Amri Siregar,SH Kepala Seksi Survey,

Pengukuran Dan Pemetaan Bambang Hastiyanto, SH Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Rifi Hamdani Rangkuti,

S. Sit Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Dapot Tua Simanjuntak, SH

Kasubsi Pengukuran dan Pemetaan Bambang Sutomo, S. Sit

Kasubsi Penetapan Hak Tanah Amri Rangkuti

Kasubsi PGT dan Kawasan Tertentu H. Amril,SP Kasubsi Pemberdayaan Masyarakat Kasubsi Sengketa dan Konflik Masbulan, SH

Kasubsi Tematik dan Potensi Tanah Kasubsi Pengaturan Tanah Pemerintah Kasubsi Pendaftaran Tanah Kasubsi Peralihan, Pembebanan Hak dan

PPAT Parlautan Harahap

Kasubsi Landreform dan Konsolidasi Tanah

Suriati

Kasubsi Pengendalian Pertanahan

Kasubsi Perkara Pertanahan


(48)

IV.2.2 Daftar Pegawai Sipil Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan TABEL IV.3

DAFTAR PEGAWAI KANTOR PERTANAHAN No. Nama

Pegawai

NIP Pangkat/Golongan Jabatan Foto

Pegawai 1. Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn 19711015 199303 1 002 III/d

Penata TK. I Kepala Kantor

2. Ardhi Jayali Lubis, S.IP 19841209 200912 1 001 III/a Penata Muda Kepala Urusan Perencanaan dan

Keuangan 3. Romadhan Lubis, S. Kom 19850522 200912 1 002 III/a Penata Muda

Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian 4. Mardame Pasaribu, Amd 19841206 200903 1 005 II/c

pengatur Staf Tata Usaha

5. Bambang Hastiyanto, SH 19580218 198003 1 003 III/d Penata TK. I

Kepala Seksi Survei,Pengukuran dan Pemetaan 6. Bambang Sutomo, S. Sit 19780411 199803 1 002 III/b

Penata Muda Tk. I

Kepala Sub Seksi Pengukuran dan

Pemetaan 7. Iman K.

Yulianto

19730705 200312 1

004

II/b

Pengatur Muda TK. I

Staf

Survei,Pengukuran dan Pemetaan 8. Andri

Pratama 19860617 200912 1 002 II/a Pengatur Muda Staf Survei,Pengukuran dan Pemetaan 9. Amri

Siregar,SH

19591231 198203 1

042

III/d Penata TK. I

Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran

Tanah 10. Amri

Rangkuti 19590810 198003 1 005 III/a Penata Muda

Kepala Sub Seksi Penetapan Hak Tanah

11. Parlautan Harahap

19610323 198303 1

005

III/b

Penata Muda Tk. I

Kepala Sub Seksi Peralihan,Pembebanan

Hak dan PPAT 12. Khairul Hasan Lubis, S. Sit 19700730 199103 1 002 III/c Penata Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan 13. H. Amril,SP

19610918 198603 1

002

III/b

Penata Muda Tk. I

Kepala Sub Seksi PGT dan Kawasan Tertentu

14. Suriati

19640830 198603 2

003

III/b

Penata Muda Tk. I

Kepala Sub Seksi Landreform dan Konsolidasi Tanah


(49)

15. Rifi Hamdani Rangkuti, S. Sit 19790227 199803 1 003 III/c Piñata Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan 16. Masbulan, SH

19610415 198303 2

001

III/d Penata TK. I

Kepala Sub Seksi Sengketa dan Konflik

17. Dapot Tua Simanjuntak, SH 19600207 198503 1 004 III/d Penata TK. I

Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan

Perkara 18. Drs.

Hermansyah

19600102 198203 1

003

III/d Penata TK. I

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sumber: Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan

IV.2.3 Visi dan Misi Kantor Pertanahan Visi

Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

Misi

Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

2. peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).

3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat


(50)

4. 5. IV.2.4 A Lam terdiri d    hukum dan konflik dan Keberlanju memberika sebagai sum Menguatka yang tertua Arti Lamba mbang Bada dari: Gamba Memaknai telah dilaku keberlanjut Gam Melambang langsung de udara. Gam dan 3 (tiga) yang mand

n sistem pen n perkara di utan sistem k an akses selu mber keseja an lembaga p ang dalam U

ng dan Log

an Pertanaha

ar 4 (empat atau melam ukan BPN R tan.

mbar lingka gkan wadah engan unsur

mbar sumbu ) Garis Buj asari lahirny ngelolaan pe kemudian h kemasyarak uas-luasnya ahteraan mas pertanahan UUPA dan a

go Badan Pe

an Nasional

t) butir pad mbangkan 4

RI yaitu kem

aran bumi m h atau area u

r-unsur yan melambang jur Memak ya Undang-ertanahan se hari. katan, keban a pada gener

syarakat. sesuai deng aspirasi raky

ertanahan N

l adalah ben

di melamba (empat) tuj makmuran, k

melambang untuk berka ng ada didal

gkan poros knai atau me -undang Pok

ehingga tida

ngsaan dan k rasi yang ak

gan jiwa, se yat secara lu

Nasional

ntuk suatu k

angkan Kem juan Penata

keadilan, ke

gkan sumber arya bagi BP

am bumi ya

keseimbang elambangka

kok Agraria

ak melahirk

kenegaraan kan datang t

mangat, pri uas. kesatuan gam makmuran da an Pertanah esejahteraan r penghidup PN RI yang ang meliput

gan. 3 (tiga an pasal 33 a

a (UUPA) n

kan sengketa

n Indonesia d terhadap tan

insip dan at

mbar dan tu

an kesejahte han yang ak

n sosial dan

pan manusia berhubung ti tanah, air

a) Garis Lin ayat 3 UUD nomor 5 tah

a, dengan nah uran ulisan eraan. kan dan n a. an dan ntang D 45 hun


(51)

                        Gam (Sebelas) a sebelah kiri BPN RI. Warna Co teguh. Warna Ku kemakmura Warna Ab mbar 11(seb genda perta i melamban klat melam uning Emas an. bu-abu mela belas) bidan anahan yang ngkan bidan mbangkan bu s melamban ambangkan

ng grafis bu g akan dan t ng bumi yan

umi, alam r

ngkan kehan

n kebijaksan

umi memakn telah dilaku ng berada di

aya dan cer

ngatan, penc

naan, kedew

nai atau me ukan BPN R luar jangka

rminan dapa

cerahan, int

wasaan serta

elambangkan RI. Bidang p

auan wilayah at dipercaya telektual dan keseimban n 11 pada sisi h kerja a dan n gan.


(52)

IV.3 Struktur organisasi Larasita pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan tahun 2013

TABEL IV.4

STRUKTUR ORGANISASI LARASITA KANTOR PERTANAHAN

NO. NAMA/NIP/PANGKAT/GOL. JABATAN Ditunjuk

Sebagai

1.

Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn 197110151993031002

Penata Tk I (III/d)

Kepala Kantor

Penanggung Jawab

2.

Rifi Hamdani Rangkuti, S.Si.T 19790227 199803 1 003 Penata (III/c)

Kepala Seksi Pengendalian dan

Pemberdayaan Koordinator

3.

Suriati

19640830 198603 2 003 Penata Muda Tk. I (III/b)

Kasubsi Landreform dan Konsolidasi Tanah Anggota 4. Masbulan, S.H.

19610415 198303 2 001 Penata Tk I (III/d)

Kasubsi Sengketa

dan Konflik Anggota 5. 1

.

Andri Pratama

19860617 200912 1 002 Pengatur Muda (II/a)

Staf Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan

Anggota

Sumber: Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan

Dan berikut Tabel struktur Tim Pelaksana Larasita pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan Tahun 2013:

TABEL IV.5

STRUKTUR TIM LARASITA KANTOR PERTANAHAN

NO. NAMA/NIP/PANGKAT/GOL. JABATAN Ditunjuk

Sebagai

1.

Rifi Hamdani Rangkuti, S.Si.T 19790227 199803 1 003 Penata Muda Tk. I (III/b)

Kepala Seksi Pengendalian dan

Pemberdayaan Koordinator

2. Romadhan Lubis, S.Kom

19850522 200912 1 002

Kepala Urusan Umum dan

Petugas Penerimaan


(53)

Penata Muda (III/a) Kepegawaian Berkas

3.

Ardhi Jayali Lubis, S.IP. 19841209 200912 1 001 Penata Muda (III/a)

Kepala Urusan Perencanaan dan

Keuangan

Petugas Penerimaan

Berkas

4.

H. AMRIL, SP.

19610918 198603 1 002 Penata Muda Tk. I (III/b)

Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan

Tertentu

Petugas Penerimaan

Uang Sumber: Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan

                                 


(1)

7. Legalisasi Aset Masyarakat

Dalam hal kegiatan legalisasi aset, LARASITA melaksanakan langkah sebagai berikut:

a. Kegiatan yang berhubungan langsung dengan pemohon yaitu menerima dan meneliti berkas, menerima biaya, membuat tanda terima dan menyerahkan produk kepada pemohon;

b. Apabila pekerjaan yang dilakukan belum dapat diselesaikan secara tuntas di lapangan karena ketentuan peraturan perundang-undangan, maka kegiatan tersebut selanjutnya diproses di kantor pertanahan.

E. Aplikasi Pelayanan

LARASITA dilaksanakan sebagai berikut :

1. Kegiatan dengan teknologi informasi dan komunikasi.

Apabila telah tersedia infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, LARASITA dilakukan dengan memanfaatkan infrastruktur tersebut yang menyambungkan LARASITA secara langsung dengan server di kantor pertanahan. Apabila tidak tersambung karena sesuatu hal, maka kegiatan tetap dapat dilaksanakan karena aplikasi untuk keperluan ini sudah ada dalam perangkat komputer LARASITA yang tersedia.

Aplikasi LARASITA menyiapkan laporan harian kegiatan LARASITA yang harus dicetak oleh petugas. Hasil cetakan laporan menjadi laporan serah terima berkas dan keuangan kepada petugas di kantor pertanahan.

2. Kegiatan LARASITA secara manual.

Apabila infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi belum tersedia, maka kegiatan LARASITA dapat dilakukan secara manual. Setiap kegiatan dicatat dan dibukukan dengan


(2)

legalisasi aset, nomor berkas permohonan, misalnya, diberikan nomor sementara. Apabila petugas LARASITA telah kembali ke kantor pertanahan, maka nomor berkas sementara tersebut disinkronisasikan dengan nomor berkas di kantor pertanahan. Contoh :

Nomor berkas sementara pendaftaran LARASITA adalah: A.5/L/2009, A adalah tim LARASITA A, angka 5 adalah nomor urut pendaftaran di lapangan, L adalah singkatan dari LARASITA, angka 2009 adalah angka tahun berjalan. Apabila nomor berkas pendaftaran terakhir di kantor pertanahan tercatat, misalnya, Nomor 58/2009 maka setelah disinkronisasi Nomor A.5/L/2009, menjadi nomor berkas berikutnya yakni Nomor 59/2009. Nomor baru tersebut harus dicatat juga dalam berkas permohonan, agar proses penyelesaian berkas permohonan tersebut tetap dapat dipantau.

F. Mekanisme Pengamanan

1. Pengamanan Lembaga

LARASITA pada hakekatnya adalah kantor pertanahan yang bergerak mendekati masyarakat. Oleh karena itu, pengamanan LARASITA merupakan pengamanan terhadap lembaga BPN RI. Dengan demikian, setiap ketentuan yang mengatur hal tersebut harus diperhatikan dan dipedomani di lapangan.

2. Pengamanan Perangkat Kelembagaan a. Petugas LARASITA

Dalam melaksanakan tugasnya, petugas LARASITA harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) memakai seragam lengkap BPN-RI;

2) menggunakan nama lengkap (tanda pengenal) di dada kiri;


(3)

4) jika dipandang perlu petugas LARASITA diasuransikan.

b. Perangkat LARASITA

1) Perangkat Bergerak

Kendaraan LARASITA merupakan inventaris kantor yang memerlukan perawatan dan pengamanan dalam operasional pelaksanaan di lapangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengamanan kendaraan adalah:

a) menggunakan logo dan simbol-simbol BPN-RI;

b) selama di lapangan kendaraan diparkir dengan memperhatikan segi keamanan, kecelakaan lalu lintas dan rawan bencana alam;

c) petugas LARASITA selalu menjaga perawatan dan keamanan kendaraan berikut perlengkapannya;

d) Disediakan nomor-nomor telepon penting seperti Kantor Polisi, Pusat Kesehatan, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan, dan lain-lain yang dianggap penting.

2) Perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi serta pendukung lainnya

Perangkat Keras dan Lunak (Hardware dan Software) Peralatan yang digunakan LARASITA terdiri dari perangkat komputer, aplikasi dan pendukungnya selalu dijaga, dirawat dan diamankan dengan melakukan pengecekan kerja sistem operasi komputer, pengamanan terhadap serangan virus, dan sebagainya.

Setiap pergantian pelaksana lapangan, koordinator menyerahkan LARASITA berikut peralatannya kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan Berita Acara Serah Terima.


(4)

LARASITA tersambung secara langsung dengan server di kantor pertanahan dengan menggunakan sarana jaringan komunikasi seperti kabel, satelit, maupun radio yang dianggap paling aman.

Standar keamanan komunikasi data menggunakan 2 kriteria disesuaikan dengan ketersedian jaringan komunikasi di Kantor Pertanahan yaitu: Yang telah ditetapkan BPN-RI yaitu jaringan intranet BPN- RI NET yang menggunakan teknologi MPLS (Multiprotocol Label Switching).

Untuk Kantor Pertanahan yang belum terintegrasi dengan jaringan yang telah ditetapkan BPN-RI, maka jaringan komunikasi dapat menggunakan jalur komunikasi Internet yang telah dilengkapi dengan firewall (perangkat pengaman jaringan).

3. Pengamanan Masyarakat

Yang dimaksud dengan pengamanan masyarakat adalah bahwa setiap produk kegiatan LARASITA harus terjaga baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan memberikan manfaat yang setinggi-tingginya bagi masyarakat.

4. Pengamanan Data Pertanahan

Berkas permohonan ataupun dokumen lain yang diterima maupun dibawa LARASITA pada saat tiba kembali di kantor pertanahan harus diserahkan oleh koordinator LARASITA kepada petugas yang bertanggung jawab di kantor pertanahan dengan tanda terima pada hari yang sama atau paling lambat 1(satu) hari kerja berikutnya. Petugas penerima bertanggung jawab atas berkas permohonan dan dokumen di atas dan melanjutkan proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(5)

a. Uang yang diterima oleh Bendahara Penerima LARASITA disimpan dalam brankas LARASITA, dibukukan untuk diserahan kepada Bendahara Penerima Kantor Pertanahan dengan tanda terima pada hari yang sama atau paling lambat 1(satu) hari kerja berikutnya.

b. Jika jumlah uang yang diterima oleh Bendahara Penerima LARASITA relatif besar dapat meminta pengawalan dari kepolisian setempat.

6. Pengamanan Lainnya.

a. Apabila dalam melaksanakan tugas di lapangan mengalami gangguan keamanan, maka koordinator LARASITA segera melaporkan hal tersebut secepatnya kepada kepolisian setempat dan sekaligus membuat laporan kejadian tersebut kepada Kepala Kantor Pertanahan.

b. Kepala Kantor Pertanahan segera mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu untuk mengatasi permasalahan keamanan tersebut.

G. Laporan Pelaksanaan Kegiatan

Koordinator LARASITA membuat laporan kegiatan. Laporan tersebut selanjutnya diserahkan kepada petugas di kantor pertanahan dengan tanda terima.

H. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaporkan secara periodik oleh Kepala Kantor Pertanahan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.


(6)

BAB IV PENUTUP

LARASITA adalah inovasi yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk memenuhi harapan masyarakat. Dengan LARASITA pola pengelolaan pertanahan dikembangkan menjadi lebih aktif untuk memberikan jaminan keadilan bagi masyarakat dalam pengurusan pertanahan, memperluas cakupan wilayah pengurusan pertanahan dan menjamin pengurusan-pengurusan pertanahan tersebut tanpa perantara.


Dokumen yang terkait

Implementasi Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (Larasita) Pada Kantor Pertanahan Kota Binjai

1 92 133

Kualitas Pelayanan Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo)

21 258 133

Efektivitas Pelayanan dalam Penerbitan Sertifikat Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo

37 208 104

Peranan Kantor Pertanahan dalam Meningkatkan Pelayanan Administrasi Pertanahan( Studi Tentang Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah {LARASITA} pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidempuan )

5 96 127

Implementasi Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (Larasita) Pada Kantor Pertanahan Kota Binjai

1 66 132

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

0 15 167

Efektivitas Pelayanan Publik Mengenai Sertifikat Tanah melalui Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang Tahun 2007

0 6 1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

BAB I PENDAHULUAN - Implementasi Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (Larasita) Pada Kantor Pertanahan Kota Binjai

0 0 43

Peranan Kantor Pertanahan dalam Meningkatkan Pelayanan Administrasi Pertanahan( Studi Tentang Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah {LARASITA} pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidempuan )

1 0 24