PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SDN MRANGGEN 1 SRUMBUNG MAGELANG

(1)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SDN MRANGGEN

1 SRUMBUNG MAGELANG

SKRIPSI

Oleh:

Hendri Kurniawan NPM: 20120720005

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA


(2)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SDN MRANGGEN

1 SRUMBUNG MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) strata satu

pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammdiyah Yogyakarta Oleh:

Hendri Kurniawan NPM: 20120720005

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA


(3)

NOTA DINAS

Lamp. : 4 eks. Skripsi Yogyakarta, 24 Agustus 2016 Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agam Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

Assalam’alaikum Wr.Wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Hendri Kurniawan NPM : 20120720005

Judul : PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD N MRANGGEN 1 SRUMBUNG MAGELANG

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terimaksih. Wasslamu’alaikum Wr, Wb.

Pembimbing


(4)

PENGESAHAN Skripsi Berjudul

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN

BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SD N MRANGGEN 1 SRUMBUNG MAGELANG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Hendri Kurniawan NPM : 20120720005

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 28 Dzul Qa‟idah 1437 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2016 Masehi dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Anita Aisah, M.Psi. (………...)

Pembimbing : Dr. Muhammad Azhar, M.Ag. (………...……...) Penguji : Drs. Marsudi Iman M.Ag. (………...……...)

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammdiyah Yogyakarta Dekan,

Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. NIK 19660717199203113014


(5)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Hendri Kurniawan Nomor Mahasiswa : 20120720005

Program Study : Pendidikan Agama Islam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

HENDRI KURNIAWAN NIM 20120720005


(6)

MOTO

ُن اَسْح ْْا ِّْا ِن اَسْحِْْا ُءاَزَج ْلَ

“Tiada balasan untuk sebuah kebaikan selain kebaikan itu pula”

(Ar-Rahman : 60)

Tidak ada suatu amal perbuatan pun dalam timbangan yang lebih baik daripada akhlak yang baik”(Al-Hadits)


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap kemurnian dan kesucian hati serta ketulusan dan keikhlasan jiwa

karya ini kupersembahkan

untuk:

Ayah dan Ibunda (Suratmin dan Sumi Waryani), penentram jiwa dan hatiku yang

senantiasa tiada putus-putusnya mengasihi dan menyayangi setulus hati, sebening

cinta, sesuci doa, dan seindah surgawi serta selembut permadani. Tiada jemu

memotovasi dengan semangat yang luar biasa, yang selalu membantu baik moril,

materiil maupun spiritual, selalu mendoakan aku, sehingga aku bisa seperti ini

menatap dan menyongsong masa depan yang cerah.

Saudaraku Eko Purnomo dan segenap keluarga, Paman, Bibi, Kakek dan Adik

Sepupu, Keponakan karena mereka selalu memberi motivasi dan semangat yang

tiada henti.

Untuk Almamater ku tercinta yang telah memberikan cahaya yang cerah dan

berkilau berupa ilmu hingga aku dapat mewujudkan harapan, angan serta


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT. Atas segala karunia, rahmat, serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR RASULULLAH YANG DITERAPKAN GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA SDN MRANGGEN 1 SRUMBUNG MAGELANG

. Dan semoga shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi akhir zaman pembawa pelita bagi kita.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan (S. Pd.) Prodi Pendidikan Agama Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (UMY).Selain itu juga dimaksudkan sebagai bahan kajian dan pertimbangan bagi masalah yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H, Bambang Cipto selaku Rektor Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.


(9)

2. .Bapak Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

3. .Bapak Dr. H. Abd. Majid, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan yang telah menyetui dan mengesahkan judul skripsi ini.

4. Bapak Dr. Muhammad Azhar, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta ketulusan hati telah memberikan waktu dan sumbangan pemikirannya untuk mengarahkan dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

5. Seluruh bapak dan ibu dosen beserta karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammdiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis

6. Tak lupa pula terima kasih kepada Bapak Gioto, Kepala Sekolah SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang, juga kepada Bapak Muttaqin selaku Guru PAI di sekolahan tersebut berkat bantuan dan kerelaan beliau penulis dapat dengan mudah melaksanakan penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu yang tidak bosan-bosan selalu memberikan motivasi dan do‟a kepada nanda dalam menuntut ilmu, maafkan nanda atas keterlambatan dalam menyelesaikan study.

8. Saudara saudariku Eko Purnomo, Rahmawati, Irul, Diah dan segenap keluarga besar Bapak Suratmin yang selalu memberikan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan study ini


(10)

9. Kepada sahabat dan teman-temanku, Widi, Gani, Fajar, Wildan dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan semua disini, sekali lagi terimakasih yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Mudah-mudahan Allah Swt., memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasanya,.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016

HENDRI KURNIAWAN


(11)

DAFTAR ISI

JUDUL………... ii

NOTA DINAS………...……….………... iii

PENGESAHAN……….... iv

PERNYATAAN KEASLIAN………..………….….. v

MOTO……….………...………..…...…….….…... vi

PERSEMBAHAN………......….….…….…….. vii

KATA PENGANTAR………...………...…...…………... viii

DAFTAR ISI……….…….………. xi

DAFTAR BAGAN DAN TABEL…….………..………. xvi

ABSTRAK………. xviii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...……….….. 1

B. Rumusan Masalah……….……….………...….…. 4

C. Tujuan dan Kegunaan Peneltian…...……….………...…... 5

1. Tujuan Penelitian………...……….…...5

2. Kegunaan Penelitian………...……….…..5


(12)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 8

A. Tinjauan Pustaka……… 8

B. Kerangka Teori………….………. 10

1. Prestasi Belajar……….... 10

a. Pengertian Prestasi Belajar……….………… 10

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar. ……….…………11

2. Persepsi………….……….……...14

a. Pengertian Persepsi………….……….………...14

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi………….……….……15

3. Metode Mengajar Rasulullah….………...17

a. Pengertian Metode Mengajar Rasulullah………17

b. Macam-Macam Metode Mengajar Rasulullah………...18

1) Mengkondisikan kesiapan belajar peserta didik………….……..18

2) Memanfaatkan Media Audio Visual………….………19

3) Praktek………….……….25

4) Menyajikan Pelajaran Secara Proporsional………….…………..25

5) Dialog dan Rasionalisasi………….………..26

6) Bercerita………….………...27

7) Perumpumaan………….………..27

8) Antusiasme………….………..28


(13)

10)Sketsa dan Gambar………….………..29

11)Argumentasi………….………....29

12)Memancing Kreatifitas Berfikir Siswa………….………....30

13)Pengulangan………….……….31

14)Pemetaan………….………..32

15)Kuisioner………….………..33

16)Menguji Kemampuan Siswa………….………....……35

17)Mendorong Kreatifitas Siswa………….………...…..36

18)Memberikan Jawaban Lebih………….………....…37

19)Menjelaskan Jawaban Berulang………….………...37

20)Sportif dalam Menjawab………….………...38

4. Kemandirian Belajar………...……….……...40

a. Pengertian Kemandirian………….………....40

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar…………..41

c. Ciri-ciri Kemandirian Belajar……...……….…42

C. Hipotesis………...………...…..44

BAB III : METODE PENELITIAN 45

A. Metode Penelitian………...……….…………..45

1. Pendekatan Penelitian………..45

2. Variabel Penelitian………...………....45


(14)

4. Metode Pengumpulan Data……….…………...48

a. Angket………...………..………..….48

b. Dokumentasi……….….50

5. Uji Asumsi...……....…...………...……….……….…....50

a. Uji Validitas Data………....………….…… 50

b. Uji Reabilitas Data….…...…...………..………….……... 52

c. Uji Normalitas Data…...……….…….. 53

6. Analisis dan Penafsiran Data……….……..54

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 A. Deskripsi Sekolah………...56

1. Profil Umum……… 56

2. Visi dan Misi……….………... 57

3. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan……….…..….... 58

4. Data Siswa..……….………….…….. 59

B. Deskripsi Hasil Penelitian………..59

1. Persepsi siswa SDN Mranggen 1 Srumbung tentang metode mengajar Rasulullah dalam mempelajari materi PAI. ………....59

2. Kemandirian belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam………...62

3. Prestasi belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam……….……….64


(15)

4. Pengaruh persepsi metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar

siswa terhadap prestasi belajar PendidikanAgama Islam……….67

a. Hipotesis Minor (Secara Parsial)……….………...67

b. Hipotesis Mayor (Secara Simultan)……….………...70

C. Pembahasan……….……….…..72

1. Persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah oleh guru dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam……….………...72

2. Kemandirian belajar Siswa SDN Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam……….………..…..74

3. Prestasi Siswa SDN Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam……….………...75

4. Pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar……….…77

a. Pengaruh antara persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar secara parsial...77

b. Pengaruh antara persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar secara simultan...79

BAB V PENUTUP 82

A. Kesimpulan ……… 82

B. Saran ………... 83


(16)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

A. Daftar Tabel 1. Instrumen Angket..………. 49 B. Daftar Tabel 2. Uji Validitas……….……… 51 C. Daftar Tabel Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Data Persepsi Metode

Mengajar Rasulullah yang Diterapkan Guru.……… 52 D. Daftar Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Data Kemandirian Belajar ... 53 E. Daftar Bagan 1. Hasil Uji Normalitas Data…..……… 53 F. Daftar Tabel 5. Data Ruang SDN Mranggen 1 Srumbung

Magelang………..……….……… 57 G. Daftar Tabel Tabel 6. Data Guru dan Staf SDN Mranggen 1

Srumbung Magelang……….. 58 H. Daftar Tabel 7. Data Siswa SDN Mranggen 1 Srumbung

Magelang………... 59 I. Daftar Tabel 8. Hasil Perhitungan Statistik Persepsi Siswa tentang

Metode Mengajar Rasulullah yang Diterapkan Guru………. 60 J. Daftar Tabel 9. Konversi Nilai Huruf Persepsi Siswa tentang Metode

Mengajar Rasulullah yang Diterapkan Guru………... 61 K. Daftar Tabel 10. Hasil Hitungan Statistik Kemandirian Belajar… 62 L. Daftar Tabel 11. Konversi Nilai Huruf Kemandirian Belajar……. 64 M. Daftar Tabel 12. Hasil Perhitungan Statistik Nilai UTS PAI……... 65


(17)

N. Daftar Tabel 13. Konversi Nilai Huruf Nilai UTS Siswa…………. 66 O. Daftar Tabel 14. Hasil Uji-T ………...... 67 P. Daftar Tabel 15. Hasil Uji-F ………...... 70 Q. Daftar Tabel 16. Hasil Uji Koefisien Determinasi……….... 70


(18)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru. 2) mengetahui bagaimana kemandirian belajar siswa. 3) mengetahui bagaimana prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang. 4) mengkaji ada tidaknya pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang.

Penelitian menggunakan pendekatan “expost facto”, dengan mengambil sampel secara proporsional random sampling. Data dikumpulkan dengan kuisioner model skala likert. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif, korelasi parsial, regresi linear berganda, dan uji t, serta analisis varians.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru berada dalam kategori cukup baik. 2) kemandirian belajar siswa berada dalam kategori cukup baik. 3) prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang berada dalam kategori cukup baik. 4) terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapakan guru dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang.

Kata kunci: persepsi siswa, metode mengajar Rasulullah, guru, kemandirian belajar, prestasi belajar.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu mata pelajaran yang sangat subtansi dalam sebuah lembaga pendidikan tidak luput dari materi Pendidikan Agama Islam. Terlebih Rasulullah SAW telah bersabda:

ََرَ تَ ك

َ ت

ََ فَ ي

َ ك

َ مَََأ

َ مََرَ ي

َ نَ

ََلَ،

َ نَ

ََت

َ ض

َ لَ و

َاََم

َ تَا

َ س

َ كَ ت

َ بَ م

ََم

َ كَ;ا

ََت

َ با

َ

َ لا

َََو

َ سَ ن

َ ةَََر

َ سَ و

َ لَ ه

َ

َ

Artinya: Aku telah meninggalkan kepada kalian dua hal; yang apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya maka tidak pernah tersesat untuk selama-lamanya yaitu Al-Qur‟an dan As- Sunnah. (HR. Anas Malik)

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan “upaya mendidik ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan atau sikap hidup

seseorang” (Muhaimin, Suti‟ah dan Ali, 2001: 30). Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, mata pelajaran PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kepribadian pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu dirasa penting sekali menciptakan proses pembelajaran PAI yang efektif guna mencapai tujuan utama mata pelajaran ini.

Salah satu indikator keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah “tingkat keberhasilan


(20)

siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah program”

(Syah, 2008: 141). Prestasi belajar merupakan pengukuran dan penilaian hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa setelah siswa melakukan kegiatan proses pembelajaran yang kemudian dibuktikan dengan suatu tes dan hasil pembelajaran tersebut dinyatakan dalam bentuk simbol baik dalam bentuk angka, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai. Dalam pendidikan formal, dengan prestasi belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang, atau lambat. Dengan mengetahui hasil prestasi belajar yang berbeda-beda maka dapat diketahui pula bahwa pemahaman peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran berbeda-beda pula.

Dalam usaha untuk mencapai prestasi belajar siswa, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Sedangkan faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar (Dalyono, 2009: 55). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut.

Cara belajar adalah “cara atau jalan yang harus ditempuh untuk

mencapai tujuan tertentu dalam belajar dan cara-cara tersebut akan

menjadi suatu kebiasaan” (Suryabrata, 2006: 84). Cara belajar dengan kemandirian belajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Kemandirian


(21)

dalam belajar adalah “aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih

didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab

sendiri” (Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 50). Belajar mandiri juga disebut

Self-motivated learning yang diperkirakan dengan belajar mandiri maka

kualitas pembelajarannya akan lebih baik” (Mudjiman 2007: 8).

Selain beberapa faktor tersebut, peneliti akan melihat dari sisi metode mengajar. Metode mengajar merupakan “suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru” (Ahmadi dan Prasitya, 2005: 52). Ada banyak metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi PAI. Penentuan penggunaan metode mengajar ditentukan oleh materi yang akan disampaikan, keinginan dan kreatifitas dari guru tersebut. Setiap guru memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan akan menampilkan metode mengajar yang mereka anggap paling sesuai.

Pembelajaran pendidikan agama Islam sudah seharusnya meneladani pembelajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Rasulullah sebagai seorang pendidik yang mengajarkan para sahabat tentang segala hal, tidak akan mampu tergantikan hingga saat ini. Apapun yang dilakukan Rasulullah saw dalam mengajar merupakan sebuah contoh yang terbaik. Metode yang diterapkan Rasulullah saw dalam mengajar merupakan sebuah strategi dan cara yang terbaik. Rasulullah saw sebagai pendidik telah memadukan berbagai macam unsur penting dalam


(22)

mengajar. Sebuah konsep pembelajaran yang ideal hanya dapat ditemukan dalam diri Rasulullah saw.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa terdorong untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh metode pembelajaran Rasulullah yang diterapakan oleh guru PAI dan kemandirian belajar, dengan hasil prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan semester gasal PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung berada dalam kategori cukup. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah hal tersebut dipengaruhi oleh metode pembelajaran dan kemandirian belajar atau tidak. Penelitian peneliti akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Pengaruh

Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Rasulullah yang Diterapkan

Guru dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa SD

N Mranggen 1 Srumbung Magelang”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru?

2. Bagaimana kemandirian belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung?

3. Bagaimana prestasi belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?


(23)

4. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru.

b. Ingin mengetahui bagaimana kemandirian belajar PAI siswa SD N Mranggen 1 Srumbung.

c. Ingin mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

d. Ingin mengkaji ada tidaknya pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN Mrangen 1 Srumbung.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan ilmiah dalam ilmu psikologi pendidikan berkaitan dengan prestasi siswa yang dihubungkan dengan penerapan metode pembelajaran Rasulullah oleh guru dan kemandirian belajar.


(24)

b. Secara praktis 1) Guru

Membantu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran PAI. Memberikan wawasan dan pemahaman keefektifan metodologis pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Serta sebagai tolok ukur agar mampu menampilkan diri sebagai guru yang lebih baik lagi seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

2) Siswa

Dapat dijadikan sebagai media untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya terhadap pembelajaran PAI.

3) Sekolah

Sebagai masukan dalam meningkatkan intensitas, efektivitas dan supervisi kepada guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dalam aspek metodologis dan kemandirian belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung.

D. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka hasil penelitian peneliti akan dituangkan dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I merupakan bagian pendahuluan, pada bab ini terdapat beberapa subbab yaitu: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan


(25)

dan kegunaan penelitian, kemudian diakhiri dengan sistematika pembahasan.

Bab II yaitu berisi tentang tinjauan pustaka dan kerangka teori yang relevan yang terkait dengan penelitian.

Bab III yaitu berisi tentang metode penelitian yang dijelaskan dalam beberapa subbab yaitu pendekatan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data meliputi angket dan dokumen. Setelah teknik pengumpulan data dilanjutkan dengan uji asumsi, analisis dan penafsiran data.

Bab IV yaitu hasil dan pembahasan, dalam bab ini terdapat beberapa subbab yaitu: hasil dan pembahasan meliputi deskriptif dari persepsi siswa terhadap metode mengajar Rasulullah oleh guru PAI, kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa. Dilanjutkan dengan hipotesis, baik itu hipotesis minor atau hipotesis mayor

Bab V yaitu penutup, bab keempat ini memiliki subbab antara lain kesimpulan, saran dan penutup dari peneliti.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan peneliti terkait dengan penelitian tentang “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Rasulullah dan kemandirian belajar Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa

SD N Mranggen 1 Srumbung Magelang”, ada beberapa penelitian yang dijadikan referensi oleh peneliti, diantaranya:

Penelitian Pratistya Nor Aini dan dan Abdullah Taman (2012) yang berjudul “Pengaruh Kemandirian Belajar dan Lingkungan Belajar

Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA

Negeri 1 Sewon Bantul”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul tahun ajaran 2010/2011. Letak perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah pada materi pelajaran dan variabel lingkungan belajar siswa. Pada penelitian tersebut membahas pengaruh lingkungan belajar siswa terhadap prestasi belajar akuntansi. Sedangkan persamaannya adalah membahas tentang pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Demikian juga penelitian Gigih Mulpratangga (2011) dengan judul

Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Rejosar ”. Hasil Penelitian


(27)

tersebut menunjukkan bawa terdapat pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas V SD Negeri 2 Rejosari tahun ajaran 2010/2011. Letak perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah pada variabel perhatian orang tua. Pada penelitian tersebut mengkaji tentang pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan persamaannya adalah mengkaji tentang pengaruh kemandirian belajar terhadap prestasi belajar terhadap siswa di tingkat Sekolah Dasar.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kiki Zesica Devi (2014) dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Metode Mengajar Guru, Disiplin Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap

Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Islam

Purbolinggo”. Dalam skripsi ini penelitian tersebut menunjukkan terdapat

pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar guru terhadap hasil belajar siswa. Letak perbedaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah pada dua variabel disiplin belajar dan motivasi berprestasi. Dalam penelitian tersebut menggunakan tiga variabel yang mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa. Letak persamaannya yaitu tentang pengaruh persepsi siswa tentang metode mengajar yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa.


(28)

B. Kerangka Teori 1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Secara umum “belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melihat proses kognitif” (Syah, 1999: 130). Sependapat dengan hal tersebut belajar dapat diartikan sebagai “perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka

lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya” (Usman dan

Setiawati, 1993: 04).

Selain itu belajar merupakan “suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap” (Abdurrahman, 2003: 28). Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya.

Dalam hal ini “proses belajar yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan

dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan”

(Winkel 1997: 168). Hal ini menjelaskan bahwa cara untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dialami siswa salah satunya adalah dengan melihat prestasi belajar siswa tersebut.


(29)

Prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar, sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”

(Poerwanto, 2007: 84). Selanjutnya menurut Poerwodarminto dalam Ratnawati (1996: 206) yang dimaksud dengan prestasi

adalah „hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang‟. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah. Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia (2000: 71) berpendapat bahwa:

Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik.

Penjelasan dari beberapa teori di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa prestasi adalah hasil dari proses belajar siswa, yang berupa hasil kecakapan dari kegiatan belajar yang mereka lakukan sesuai dengan bidang akademiknya, dan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan yang diikuti dengan rasa puas bahwa ia telah melakukan sesuatu yang baik.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam (Syah 1999: 130): 1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa). Faktor yang berasal

Dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni: aspek


(30)

bersifat rohani). a) Aspek fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b) Aspek Psikologis

Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: (1) tingkat kecerdasan/inteligensi siwa; (2) sikap siswa; (3) bakat siswa; (4) minat siswa; (5) motivasi siswa.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yaitu : a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administratif, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

b) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk ligkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.


(31)

Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c) Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut, di samping factor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah di paparkan dimuka,

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan (Slameto 1995:54). 1) Faktor-faktor intern

a) Faktor jasmani yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologi, terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

2) Faktor-faktor ekstern

a) Faktor keluarga, yang terdiri dari beberapa hal yaitu, cara orang tua mendidik, relasi antaranggora keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.


(32)

b) Faktor sekolah, terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atar ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal dimana masing-masing faktor terdiri dari beberapa aspek tertentu. Kedua faktor ini memiliki besar pengaruh yang sama dan tidak dapat diabaikan salah satunya. Oleh sebab itu pihak-pihak yang berperan dalam rangkaian ini (siswa, keluarga, sekolah dan masyarakat) harus mampu saling bekerja sama untuk menghasilkan prestasi belajar siswa yang maksimal.

2. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah “proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia” (Slameto, 1995: 102). Melalui

persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Sedangkan Sagian dalam Susila (2010: 5) menyatakan


(33)

di mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpresikan kesan-kesan sensorinya dalam usaha memberikan makna tertentu pada lingkungannya‟. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Persepsi juga merupakan proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif.

Persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir dan pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama antara satu sama lain, maka dalam mempersepsikan suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda-beda atara individu dengan individu lainnya. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses bagaimana seseorang mengatur dan mengolah hasil dari kesan-kesan sensorik mereka, untuk menciptakan gambaran-gambaran tertentu yang memiliki arti yang berbeda pada setiap peserta didik.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah katakteristik orang yang dipersepsi dan faktor situasional. Vincent (1997: 35) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu antara lain:


(34)

1) Pengalaman masa lalu (terdahulu), dapat mempengaruhi seseorang karena manusia biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan.

2) Keinginan, dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal membuat keputusan. Manusia cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

3) Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan pengalaman yang telah dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang menurut Sagian dalam Susila (2010: 6) secara umum ada tiga, yaitu:

1) Dari orang yang bersangkutan itu sendiri.

Seseorang berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya. Ia akan dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti, sikap, motif, kepentingan, minta, pengalaman, dan harapan.

2) Sasaran persepsi tersebut.

Sasaran persepsi bisa berupa orang, benda atau peristiwa, dan sifat-sifat sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

3) Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi dimana suatu rangkaian persepsi timbul perlu mendapatkan perhatian, situasi ini merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan persepsi.

Pemembuat skala persepsi dalam penelitian ini peneliti akan mengambil dari teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yang mengambil teori dari Vincent dan Sagian, yang terdiri


(35)

dari pengalaman terdahulu, keinginan, pengalaman dari teman-teman, dari yang bersangkutan dan dari sasaran yang akan dipersepsi.

3. Metode Mengajar Rasulullah

a. Pengertian Metode Mengajar Rasulullah

Djamarah dan Zain dalam widayanti (2006: 7)

menjelaskan metode adalah „suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan‟. Dalam kegiatan guru

memerlukan metode yang penggunaanya bisa divariasikan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sependapat dengan Surakhmad (2002: 148) metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari proses suatu pengajaran, atau sebagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran di berikan kepada siswa-siswa di sekolah.

Depatermen Agama (2002: 88) menjelaskan metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan meteri pelajaran. Karena penyampaian itu berlangsung berlangsung dalam interaksi edukatif, metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan guru untuk berhubungan dengan siswanya saat proses kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar Rasulullah adalah cara-cara yang digunakan dalam proses pengajaran di kelas oleh guru dengan mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah sehingga


(36)

mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran dengan optimal, penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan konteks belajar dan tujuan yang akan dicapai. Metode mengajar merupakan cara untuk melakukan aktivitas yang sistematis dari sebuah lingkungan yang terdiri dari guru dan siswa untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

b. Macam-Macam Metode Mengajar Rasulullah

Syahlub (2003: 129) menjelaskan bahwa terdapat 20 metode mengajar Rasulullah yaitu antara lain:

1) Mengkondisikan kesiapan belajar peserta didik

Tidak ada seorang pun yang menyangkal adanya unsur keapatisan murid terhadap guru, itu disebabkan beberapa hal. Diantaranya yaitu kendala bagi seorang murid dalam hal menyerap ilmu, atau adanya kesulitan dalam memahami penjelasan guru. Kepasrahan dan keseriusan murid terhadap gurunya pada proses belajar mengajar merupakan faktor yang vital untuk menyerap dan memahami ilmu dengan cara yang benar. Oleh kerena itu guru juga harus melihat kondisi muridnya serta menggunakan berbagai metodologi untuk menarik perhatian murid. Dalam hal ini terdapat 3 metode antara lain:


(37)

a) Istinshat (Metode Perintah)

Istinshat adalah menyuruh anak murid untuk diam dan mendengarkan (perkataan guru). Pada umumnya metode ini digunakan oleh guru sebelum memulai pelajaran, atau ketika tidak ada metode laian selain ini.

b)Nida’ (Metode Panggilan)

Nida’ adalah sebuah metode dengan cara

memanggil murid (sebelum ia memulai pelajaran, dan kadang di sela-sela pelajaran). Metode ini banyak digunakan oleh guru.

c) Anjuran Untuk Diam dan Mendengarkan (Metode Tidak Langsung).

Metode ini sangat baik untuk menarik jiwa murid dan mendorongnya untuk mendengarkan, karena pada umumnya jiwa manusia itu cenderung apatis terhadap hal

yang bersifat “wajib”. Baik sekali bila seorang guru mau

mencoba menerapkan metode ini, agar murid tertarik dan mau menerima pelajaran dengan jiwa yang semangat serta tertantang.

2) Memanfaatkan Media Audio Visual

Metode “pengucapan” atau dengan cara menjelaskan

materi pelajaran merupakan media penghubung yang kuat antara guru dan murid, artinya bahwa suara guru adalah media paling ampuh di antara media-media lainnya.


(38)

Di sini saya akan menjelaskan sebagian dari manfaat media audio visual yang sangat membantu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran dan pendidikan dengan sebaik-baiknya, seperti yang diambil dari sunnah Nabi saw. Dalam pemanfaatan media audio yang harus diperhatikan antara lain:

a) Gaya bicara (enak-jelas)

Menjabarkan metode pejalaran dengan gaya bicara yang sangat cepat membuat murid sudah memahami dan tidak bisa mengambil manfaat dari masalah yang disampaikan oleh guru. Metode seperti itu tanpa sadar banyak dilakukan oleh seorang guru, karenanya guru harus memperhatikan hal ini. Sebaliknya metode penyampaian dengan sangat perlahan justru menerlenakan murid, menimbulkan rasa bosan dan kantuk.

Metode penyampaian materi pelajaran yang paling baik yaitu dengan memetakan kata, sehingga antara kata satu dengan kata lainnya terpisah dan tidak sulit dipahami oleh murid. Begitulah, metode penyampaikan yang terbaik adalah yang sedang-sedang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.


(39)

b) Pembicaraan yang tidak tasyadduq

Tasyadduq yaitu berbicara dengan panjang lebar, tanpa hati-hati dan tidak terkendali. Ada yang mengatakan bahwa tasyadduq adalah berbicara yang berlebihan sehingga merepotkan syadq. Syadq yaitu sudut mulut.

Terlalu banyak bicara serta berlebihan dalam mengeluarkan kata-kata adalah sesuatu yang tidak

disukai oleh syara‟ dan tidak diterima akal, karena hal itu

terkesan membanggakan diri sendiri dan merendahkan yang lainnya karena menurutnya mereka lebih sedikit kefasihannya dan memahirannya dibanding dirinya. c) Suara yang keras

Mengeraskan suara (yang berkaitan dengan ilmu) adalah diperbolehkan, seperti sabda Nabi saw, (lalu beliau berteriak dengan suara yang keras). Konklusi selengkapnya adalah bahwa mengeraskan suara boleh dilakukan bila benar-benar diperlukan, terlebih jika orang tersebut (yang dipanggil) jauh, atau ketika banyak sekali kumpulan manusia.

Hal tersebut di atas, akan sangat baik jika diiringi dengan memberikan nasehat. Seperti halnya hadits Jabir


(40)

berbicara tentang hari kiamat, beliau berkata dengan sangat berapi-api dan mengeraskan suaranya”. (HR. Muslim).

Di atas telah dijelaskan tentang manfaat mengeraskan suara, ketika sedang mengajar serta menjelaskan masalah-masalah yang sangat penting, demi untuk menarik perhatian para pendengar (murid). Dengan suara keras diharapkan agar murid sangat terkesan dan suli melupakan pesan-pesan ilmu yang telah disampaikan.

d) Penjelasan yang tidak terputus (kontinual).

Adakalanya seorang murid mengikuti alur penjelasan gurunya supaya ia mendapatkan titik terang yang jelas, atau meminta kembali penjelasan yang telah lewat. Di sini guru punya pilihan, boleh saja ia mengabulkan permintaan murid atau ia menolaknya. e) Diam sejenak disela-sela penyampaian materi

Berhenti sejenak atau diam di tengah-tengah penjelasan materi pelajaran mempunyai beberapa manfaat. Diantaranya yaitu:

(1) Menarik perhatian murid. Artinya, jika seorang guru berbicara tentang suatu pembahasan, kemudian tiba-tiba ia diam, jelas hal itu menarik perhatian bagi murid.


(41)

(2) Bentuk toleransi guru dan sejenak beristirahat.

(3) Memberikan kesempatan kepada guru untuk menyusun pikirannya (konsentrasi), sehingga mampu memusatkan perhatian tanpa memikirkan yang lain.

Sedangkan dalam pemanfaatan media visual yaitu di antaranya adalah:

a) Selalu memfungsikan media visual

Pemanfaatan media visual adalah sangat berguna bagi guru dan murid. Ketiga pemakaian media visual sedang berlangsung seorang guru bisa terus mengawasi anak muridnya, mengingatkan murid yang lupa, membangunkan murid yang tidur dan mencegah murid yang sering bermain.

Sudah sepantasnyalah seorang guru membagi atensinya kepada anak muridnya, sehingga ia benar-benar yakin, bahwa mereka semua dapat merekam pembicaraannya serta tidak melupakan anak muridnya ketika sedang memberi penjelasan.

Ada sebagian guru yang memfungsikan visualisasinya pada waktu tertentu saja, Seorang guru tidak dapat memantau anak muridnya dengan ketat. Kemudian ia juga harus memberi kesempatan keapda anak muridnya untuk diam dan mendengarkan. Posisi


(42)

guru disunnahkan berada lebih atas dari pada muridnya, meskipun hanya berbeda tipis. Hal ini diupayakan agar menghasilkan sebuah tuntutan yang baik dan setiap murid dapat mengikuti tuntunan gurunya tanpa sangat berdekatan dengan murid disampingnya.

Sedangkan jika seorang murid selalu bisa melihat dan memperhatikan gurunya, tentunya akan menghasilkan suatu kepahaman yang kuat dalam belajar, karena partisipasi media audio dan visual sangatlah kuat (dalam hal penyerapan) daripada menggunakan satu media saja.

b) Ekspresi Wajah

Metode ini bisa sebagai ekspresi atas ketidaksenangan ataupun juga kerelaan dariucapan dan tindakan tertentu. Metode ini sangat berguna bagi sekelompok orang tertentu, karena mereka dapat menggunakan pandangan yang tajam sebagai eskpresi dari pencegahan dan pelarangan, atau juga dengan menggunakan senyuman dan wajah yang ceria, seperti

ketika engkau mengucapkan, “Bagus! Bagus sekali!”,


(43)

3) Praktek

Tidak diragukan lagi bahwa menjelaskan materi pelajaran dengan cara penyampaian, merupakan media yang baik (dalam proses belajar mengajar), akan tetapi media ini akan lebih efektif bila diiringi dengan media yang lain yaitu metode praktek. Penggabungan antara metode teori dan praktek, jika dilakukan bersama dalam suatu pengajaran, maka hal itu merupakan faktor yang kuat untuk meningkatkan pengetahuan di benak anak murid, sangat berkesan dan tidak cepat lupa. Metode praktek ada yang dari sisi guru dan ada dari sisi murid. Artinya ada yang harus dilakukan oleh guru dan dilakukan oleh murid.

4) Menyajikan Pelajaran Secara Proporsional

Akal dan kemampuan (skill) per individu dengan individu lainnya maupun komunitas dengan komunitas lainnya terdapat perbedaan. Hal itu merupakan sesuatu yang riil, sebagai bukti bisa kita lihat anak murid dalam satu kelas terjadi perbedaan kecepatan dalam menjawab beberapa pertanyaan dari guru atau pun dalam hal kepahaman (daya tangkap).

Dalam hal ini seorang guru punya andil dan tanggung jawab yang besar untuk menjabarkan suatu masalah menjadi jelas, bisa dipahami dan sesuai dengan daya tangkap


(44)

(kemampuan) murid, sehingga mereka tidak menjadi bingung dan tidak sulit lagi dalam memahami suatu ilmu.

5) Dialog dan Rasionalisasi

Seperti halnya akal dan kemampuan manusia yang berbeda kadar pemahaman dan cepatnya merespon, berbeda pula kadar kerelaan mereka terhadap perintah Allah dan larangannya. Ada di antara mereka yang tidak puas dengan dalil, kecuali setelah jelas hikmah dari pensyari‟atan tersebut, ada pula mereka yang merasa cukup dan puas dengan dalil itu.

Pada umumnya begitu pula yang terjadi pada murid, di antara mereka ada yang tidak puas dengan sebagian kaidah-kaidah dan asas-asas yang telah diistilahkan oleh

ulama‟, kecuali jika telah jelas hikmahnya. Ada juga di antara mereka yang tidak bisa mencapai kepahaman yang sempurna kecuali setelah kaidah ataupun masalahnya disimpulkan. Hal seperti itu bisa dijelaskan dengan cara dialog dan rasionalisasi. Manfaat penerapan dialog bertujuan “untuk mengarahkan pola pikir pada suatu pokok permasalahan

sehingga permasalahan menjadi jelas” (An Nahlawi, 1995:


(45)

6) Bercerita

Cerita, mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk menarik simpati murid serta mengaktifkan seluruh perasaannya kepada guru (sang pencerita). Ini terjadi karena sebuah cerita pada dasarnya disenangi oleh manusia, demi untuk mengingat kembali kabar-kabar masa lalu, beberapa kejadian, keganjilan dan lain-lain.

Manfaatnya adalah bahwa bercerita (kepada murid) merupakan sesuatu yang menarik dantidak mudah dilupakan, oleh karena itulah, Al-Quran benar-benar memperhatikan penuturan cerita-cerita, demi untuk menghibur diri, memantapkan maksud, mengambil pelajaran, mengetahui kabar-kabar masa lalu serta menghafalkan kejadian-kejadian dan banyak lagi yang lainnya.

Dalam Al-Quran penuturan suatu cerita bukanlah hanya untuk menghibur diri saja, akan tetapi untuk direnungkan baik dalam masalah-masalah tauhid maupun hukum-hukum Allah SWT yang tidak bisa diganggu gugat. 7) Perumpumaan

Seorang guru membutuhkan suatu media untuk memecahkan masalah yang sulit serta menjelaskan suatu pembahasan yang rumit. Artinya jika seorang guru memberikan pengetahuan yang sulit bagi muridnya, maka ia


(46)

juga butuh media lain yang dapat membantu memecahkan masalah itu, sehingga seorang murid dapat mempelajari dengan gampang dan mudah masalah yang sulit itu. Perumpamaan adalah bentuk penganalogian dan sejenisnya yang berguna sebagai penggambaran dan penjelasan.

Manfaat lainnya “perumpamaan dapat memudahkan

pemahaman mengenai suatu konsep. Untuk memahami suatu makna perkara, manusia itu cenderung menyukai penyerupaan persoalan-persoalan abstrak pada

perkara-perkara yang konkret” (An-Nahlawi, 1995: 254). 8) Antusiasme

Sikap semangat merupakan suatu metode yang dapat memacu kemauan, dan mencerdaskan diri, karena memang jiwa manusia itu pada dasarnya senang mencari hal-hal yang baru. Semangat guru memotivasi seorang murid menjadi antusias dan sangat senang untuk mengetahui hal-hal yang ia inginkan.

9) Gerak dan Gaya Tubuh

Seorang guru tidak boleh menafikan hal ini, yaitu gerak tangan ataupun kepala ketika ia sedang mengajar (karena hal itu memang terjadi pada orang yang sedang berbicara, apapun yang dibicarakannya). Menggerakkan anggota tubuh tersebut sesungguhnya merupakan suatu


(47)

bentuk pengajaran yang baik karena jika seorang murid memperhatikan gerak-diam seorang guru, maka hal itu adalah cerminan dari penghayatan yang bicarakan. Artinya, seluruh pembicaraan guru berpengaruh pada gerak tangan dan kepala. 10) Sketsa dan Gambar

Guru membutuhkan media pembantu yang dapat membantunya menyampaikan pengetahuan kepada murid dengan bentuk yang lebih baik dan lebih mudah, diantaranya yaitu dengan papan tulis yang berfungsi lebih menguatkan penjelasan yaitu dengan menulis atau menggambar di papan tulis.

Selain itu, seorang guru yang menjelaskan suaut ilmu disertai dengan tulisan di atas papantulis, dengan seorang guru yang hanya menyampaikan ilmu dengan lisan saja. Pasti yang pertama leibh jelas dan cepat dipahami dan hal ini tidak membutuhkan argumen untuk menguatkannya.

Empat belas abad yang lalu, Nabi saw telah mengajarkan di sebagian hadits dan menguatkan penjelasannya dengan sketsa atau gambar, karena hal itu lebih memahamkan dan cepat diingat.

11) Argumentasi

Seorang murid kadang mempunyai masalah yang buntu, membingungkan serta tidak ditemukan pemecahannya


(48)

atau jalan keluarnya, sehingga meminta guru untuk menjelaskan apa yang menjadi problemnya. Di antara solusinya yaitu dengan metode argumentatif yaitu dengan menjelaskan sebab dan alasan terjadinya masalah ataupun suatu hukum.

Argumentasi dapat menyelesaikan beberapa masalah yang sulit, serta memenangkan jiwa. Fungsi yang lain yaitu dapat memberi kesan yang dalam di hai dan sulit untuk dilupakan, karena mengingat sesuatu yang lebih diketahui alasannya adalah lebih mudah, dibanding orang yang tidak mengetahui sebab dan alasannya.

12) Memancing Kreatifitas Berfikir Siswa

Seorang guru yang tidak langsung menguraikan jawaban kepada murid dapat menjadi media yang berguna untuk mengaktifkan akal serta mendorong mereka untuk berpikir dan mencari jawaban sendiri. Metode ini juga mempunyai fungsi lain yaitu dapat menajamkan pemikiran serta mendorong mereka untuk berusaha keras mencari jawabannya (tapi semua ini tidak lepas dari pengawasan guru).

Penjelasan tentang metode ini yaitu, seorang guru menyodorkan suatu masalah tertentu, kemudian ia hanya memberi gambaran solusinya dan lantas ia tidak memberikan


(49)

jawaban akhir bagimereka. Masalah yang disodorkan kepada murid kadang harus dijawab, dan kadang tidak harus dijawab, karen memang tujuanny hanya sekedar ingin mengaktifkan pikiran mereka serta menajamkannya.

13) Pengulangan

Rasulullah dahulu menggunakan metode ini yaitu

“dengan cara mengulang-ulang ucapannya kepada para sahabat untuk menekankan dan memperingatkan mereka akan pentingnya materi yang beliau sampaikan, di samping agar mereka lebih bisa memahami dan menerima penjelasan

dengan mantap” (Fattah, 2015: 249). Selain itu dalam metode pengulangan ini, terdapat beberapa manfaat besar lainnya yaitu antara lain sebagai pengingat bagi orang yang lupa, murid yang ngantuk dan lain sebagainya.

Pengulangan cukup tiga kali dan pembahasan tentang itu telah banyak terurai dalam hadits-hadits Nabi saw. Ibnu

Tin berkata, “Pengulangan tiga kali merupakan batas

maksimal untuk dapat memberikan suatu penjelasan, dan jika

terpaksa, boleh lebih dari tiga”. Pengulangan adakalanya

pada kata-kata, adakalanya pada nama dan adakalanya tidak pada keduanya.


(50)

14) Pemetaan

Metode ini jarang digunakan oleh guru ketika sedang menyampaikan suatu materi pelajaran. Maksud metode ini adalah; Seorang guru yang menyampaikan materi pelajaran, kemudian ia membaginya ke beberapa bagian, fase, paragraf, nomor, atau mungkin titik, kemudian setelah itu baru disampaikan kepada murid.

Dalam metode ini ada beberapa keuntungan besar bagi murid, yaitu dapat menyatukan bagian-bagian tema, mudah menghapalnya serta cepat diserap. Hal tersebut adalah untuk mengantisipasi kelupaan. Artinya jika seorang murid lupa akan suatu keilmuan, kemudian disebutkan nomornya sekian, pembagiannya sekian, maka hal itu dapat mengembalikan ingatan murid.

Jika kita mempelajari kitab-kitab fiqih, di sana dapat kita lihat begitu banyak pengelompokkan yaitu pengelompokkan yang telah dibuat oleh ulama-ulama fiqih, misalnya tentang syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, rukun-rukun, larangan-larangan dsb. Setiap pembagian kelompok dalam hukum fiqih itu, tidaklah bertentangan dengan nash Rasulullah saw.

Hal itu dilakukan supaya murid bisa lebih mengerti dan agar materi-materi yang tercecer dapat terkumpul


(51)

sehingga hal itu membuat murid lebih gampang mengingatnya kembali.

15) Kuisioner

Untuk menyampaikan ilmu terkadang Nabi saw. melontarkan kepada para sahabat tentang sesuatu yang sebenarnya telah beliau ketahui. Nabi melakukan hal tersebut

yaitu “untuk merangsang kecerdasan mereka, mendorong

mereka supaya menggunakan akal, serat menambah ilmu mereka melalui sebuah teka-teki yang dilakukan untuk

menguji kadar ilmu mereka” (Fattah, 2015: 141).

Seorang guru perlu sekali beberapa media yang dapat menarik perhatian murid serta butuh juga beraneka ragam metode, sehingga murid tidak lagi terpancang dengan satu

metode saja, lalau menjadi “kebiasaan” dan pada akhirnya

guru tidak bisa lagi berbicara tentang manfaat dari

„kebiasaan‟ itu. Di antara media yang dapat menarik perhatian murid adalah menggunakan kuesioner (pertanyaan), yaitu ketika membahas suatu materi sehingga hal itu dapat menarik perhatian murid dan dapat mendorongnya untuk mencari suatu kepahaman (jawaban).

Seorang guru sebaiknya menyampaikan pertanyaan terlebih dahulu, supaya semua murid ikut berpartisipasi mencari jawaban itu, baru kemudian ia memberikan waktu


(52)

seperlunya kepada murid (kesempatan mencari jawaban), sebelum ia mendengar jawaban darinya. Hal demikian dilakukan karena perbedaan kecepatan daya tangkap murid berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Sebagian mereka ada yang lebih cepat memahami dan mungkin sebagian yang lain tidak.

Oleh sebab itulah, suatu tindakan yang kurang tepat jika ada guru yang mengajukan suatu pertanyaan hanya kepada murid tertentu saja, berdasarkan urutan nama, atau menurut urutan kursi (lebih menekankan pada individu), karena cara seperti itu menyebabkan murid yang lain (yang tidak mendapat pertanyaan) tidak acuh dan tidak mempedulikan mencari jawabannya.

Dalam kondisi tertentu, boleh saja seorang guru tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada seorang murid dengan alasan ingin mengetahui keadaannya dan mengingatkannya dari kealpaan. Nabi saw sendiri pernah bertanya kepada seorang sahabat tentang bermacam masalah, kondisi tersebut terjadi karena memang Rasulullah saw hanya berduaan dengan sahabat itu, yaitu seperti yang terjadi pada sahabat Muadz ra.


(53)

16) Menguji Kemampuan Siswa

Menguji kemampuan secara kolektif mempunyai faedah yang besar untuk menumbuhkan kecakapan dan menguatkan kepahaman mereka. Cara menggunakan meode ini, yaitu seorang guru terlebih dulu menyampaikan suatu masalah keapda mereka semua, kemudian memberikan sedikit kesempatan kepada mereka untuk mengingat kembali materi pelajaran, baru kemudian secara tidak langsung memberi jawaban kepada murid.

Menarik untuk direnungkan tentang model yang telah diajarkan Nabi saw adalah ternyata model itu telah memacu keintensifan para sahabat, memaksa mereka untuk berpikir mencari jawabannya serta membuat mereka penasaran untuk mengetahui apa jawaban yang benar dari Rasulullah saw, ketika mereka sudah tidak mampu lagi memecahkan persoalan itu.

Hal-hal penting yang juga harus diperhatikan oleh guru adalah bentuk-bentuk pertanyaan yang akan disampaikan haruslah dapat memancing pemikiran serta menanamkan suatu pemahaman tertentu bagi murid.

Jika seorang guru dapat menggunakan metode ini dengan baik, tentu manfaatnya besar sekali. Untuk memperbesar manfaat harus dihindari bentuk-bentuk


(54)

pertanyaan terlalu sulit bagi murid serta tidak bertujuan merendahkan dan meremehkannya, tetapi harus dicari jenis pertanyaan yang mempermudah (lebih bisa dipahami) bagi murid.

17) Mendorong Kreatifitas Siswa

Bertanya merupakan suatu tindakan yang dapat menepis kealpaan dan praduga, sehingga ketika seorang guru menguraikan materi pelajaran, ia tidak boleh menjelaskan kecuali murid benar-benar telah paham atas materi itu. Bagaimana cara untuk mengetahui kepahaman murid? Yaitu mengujinya dengan sebuah pertanyaan (ketika suatu pembahasan telah sempurna), dan lebih baik lagi setelah murid lebih dulu mengajukan pertanyaan atas kesulitan-kesulitan mereka (kepada guru).

Dengan bertanya dapat menjelaskan ketidaktahuan anak murid, serta lebih dapat memastikan sebuah jawaban baginya (murid yang terlebih dulu bertanya). Sesuatu yang dapat menepis ketidaktahuan, seperti Sabda Rasulullah saw,

“sesungguhnya obat IY adalah bertanya”.

Kata “IY” disini ada yang bermakna “kebingungan”

dan “ketidak-mantapan”, ini yang terdapat dalam kitab Shahih dan ada yang bermakna (menurut lisan Arab)


(55)

penyakit dan obatnya adalah bertanya dan belajar. Jelaslah sudah, seorang guru harus mendorong anak muridnya untuk dapat mengajukan pertanyaan kepadanya. Seperti yang telah disabdakan oleh guru kita Muhammad saw.

Kemudian yang harus diperhatikan lagi, bahwa guru harus mengontrol pertanyaan yang muncul dari mereka, agar suatu pertanyaan menjadi bermanfaat dan tidak untuk melemahkan pemahaman, meremehkan orang lain, mengejek atau sikap negatif lainnya. Karena pertanyaan-pertanyaan negatif seperti ini, atau yang sejenisnya tidaklah memberi kemuliaan bagi pelakunya (penanya).

18) Memberikan Jawaban Lebih

Kadang banyak sekali pertanyaan-pertanyaan murid yang diajukan kepada guru, akan tetapi masih ada guru yang hanya memberi jawaban seperlunya saja, tidak lebih. Harusnya seorang guru tidak hanya memberi jawaban sekadarnya saja, tapi kadang ia juga harus menambah jawaban dari soal yang diajukan oleh seorang murid, serta menjelaskan korelasinya terhadap soal itu, apa lagi jika seorang murid kurang pengetahuannya.

19) Menjelaskan Jawaban Berulang

Seorang guru perlu menjelaskan ulang jawaban dari murid, yaitu setelah ia mengajukan pertanyaan kepadanya.


(56)

Hal itu dilakukan karena kadang murid tidak yakin atas jawabannya sendiri. Begitu juga murid-murid yang lain, mereka juga masih penasaran apakah jawaban dari temannya itu benar atau salah. Untuk itulah, seorang guru harus menjelaskan ulang jawaban dari murid, sehingga jawaban itu benar-benar lengkap dan murid-murid yang lain pun jadi mengerti mana jawaban yang benar dan mana jawaban yang salah.

Guru juga harus benar-benar jeli ketika meneliti jawaban murid, jangan lantas cepat menyalahkan jawaban seluruhnya, karena mungkin saja jawabannya ada yang benar. Ia juga harus menguatkan jawaban murid, jika ia memang benar. Meluruskan dan menjelaskan jika memang salah. Jika murid memang salah, sebaiknya guru memilih kata-kata yang halus ketika menyalahkan jawaban itu, jangan kata-kata yang kasar dan meremehkan, karena hal itu dapat membuat murid enggan menjawab pertanyaan guru karena ucapannya yang kasar.

20) Sportif dalam Menjawab

Allah SWT mencela orang-orang yang berbicara tanpa ilmu, tidak ada dalam kitab-Nya maupun dalam hadits Rasulullah saw. Hal itu karena orang yang berbicara tanpa


(57)

ilmu adalah menyesatkan dan tidak dapat memberi petunjuk, bisa merusak dan tidak bisa memperbaiki.

Jadi seorang guru yang berkata, “Aku tidak tahu”

ataupun “Aku tidak mengerti” karena memang ia benar-benar tidak tahu, maka hal itu bukanlah aib, atau karena ilmunya kurang. Akan tetapi justru itu cermin dari kesempurnaan ilmunya. Ketika pada hari kiamat, Allah SWT bertanya kepada Rasul-Nya,

“(Ingatlah), hari di waktu Allah SWT mengumpulkan

para Rasul, lalu Allah SWT bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?”

Para Rasul menjawab:

“Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu).

Sesungguhnya engkaulah yang mengetahui perkara yang

ghaib”. ( Al Maidah: 109)

Jadi, jika demikian, tidaklah malu dan tidaklah

merupakan aib jika seorang guru berkata: “Aku tidak tahu”.

Dalam kitab Adabnya Al-Mawardi berkata “Ketika tidak ada jalan untuk mencakup ilmu, maka tidak celakalah tidak mengetahui sebagiannya, dan ketika tidak mengetahui sebagian itu tidak celaka, maka tidak buruklah mengatakan

kalimat “saya tidak tahu” atas sesuatu yang benar-benar tidak ia ketahui.

Sang guru, Muhammad saw, juga pernah mengatakan


(58)

sampai beliau mendapatkan wahyu, dan beliau pun tidak terpancing atas perkataan orang yang hasud dan orang munafik untuk tidak mengucapkan kata-kata itu.

4. Kemandirian Belajar

a. Pengertian Kemandirian

Menurut Ali dan Asrori (2005: 114) “Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh

melalui proses individuasi”. Proses individuasi adalah realisasi

kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Menurut Hamzah

(2007: 51) “Metode belajar yang sesuai kecepatan sendiri juga

disebut belajar mandiri”. Maksud dari kecepatan sendiri adalah siswa memiliki tanggung jawab sendiri, sesuai dengan kecepatan sendiri untuk menciptakan belajar yang berhasil. Semuanya berdasarkan pada sasaran belajar khusus dan bermacam-macam kegiatan dengan beraneka sumber belajar yang berkaitan.

Tirtarahardja dan Sulo (2005: 50) menyatakan bahwa

“Kemandirian dalam belajar adalah aktivitas belajar yang

berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan

sendiri dan tanggung jawab sendiri”. Dorongan dari internal individu memiliki kunci pokok dalam kegiatan belajar anak. Perolehan hasil belajar yang didapat anak, baik keterampilan maupun kompetensi tertentu akan mampu dicapai jika dialami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.


(59)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah proses belajar yang dilakukan atas dorongan internal dari individu tanpa bergantung pada orang lain, memiliki tanggung jawab sendiri untuk menguasai kompetensi guna mengatasi suatu masalah.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Selain potensi yang dimiliki sejak lahir, perkembangan kemandirian juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkungannya. Menurut Ali dan Asrori (2005: 118), ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu sebagai berikut:

1) Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga.

2) Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak.

3) Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinisasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetitif positif akan memperlancar kemandirian.

4) Sistem pendidikan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur social, merasa kurang aman atau tercekam serta kurang menghargai manifestasi potensi dalam kegiatan produktif, dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi anak dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.


(60)

c. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Anak yang memiliki kemandirian belajar akan menunjukkan ciri khusus dalam proses belajarnya. Ciri tersebut biasanya Nampak dalam berbagai tindakan yang dilakukannya. Menurut Laird yang dikutip oleh Haris Mudjiman (2007 : 14) mengemukakan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut: 1) Kegiatan belajarnya bersifat mengarahkan diri sendiri tidak

dependent.

2) Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman bukan mengharapkan jawaban dari guru atau orang lain.

3) Tidak mau didekte guru.

4) Umumnya tidak sabar untuk segera memanfaatkan hasil belajar.

5) Lebih senang dengan problem-centered learning daripada

content centered learning.

6) Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan ceramah guru.

7) Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki (konstruktivistik).

8) Lebih menyukai collaborative learning.

9) Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan dalam batas tertentu antara siswa dan guru.

10) Belajar harus dengan berbuat tidak cukup hanya mendengarkan dan menyerap.

Menurut Ali dan Asrori (2005:117), ciri-ciri kemandirian terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

1) Tingkat Sadar Diri

Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan sebagai berikut.

a) Cenderung mampu berpikir alternatif. b) Melihat berbagai kemungkinan dan situasi.

c) Peduli akan pengambilan manfaat dari situasi yang ada. d) Berorientasi pada pemecahan masalah.

e) Memikirkan cara mengarungi hidup.

f) Berupaya menyesuasikan diri terhadap situasi dan peranan.


(61)

2) Tingkat Saksama

a) Cenderung bertindak atas dasar nilai internal.

b) Melihat dirinya sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.

c) Melihat keragaman emosi, motif, dan prespektif diri sendiri maupun orang lain.

d) Sadar akan tanggung jawab.

e) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri. f) Peduli akan hubungan mutualistik.

g) Berorientasi pada tujuan jangka panjang. 3) Tingkat Individualistis

a) Memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan individualitas. b) Kesadaran akan konflik emosionalitas antara kemandirian

dan ketergantungan.

c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. d) Sadar akan eksistensi perbedaan individual.

e) Bersikap toleran terhadap perkembangan dalam kehidupan.

f) Mampu membedakan kehidupan dalam dirinya dengan kehidupan luar dirinya.

4) Tingkat Mandiri

a) Telah memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

b) Bersikap objektif dan realistis terhadap diri sendiri maupun orang lain.

c) Mampu mengintregasikan nilai-nilai yang bertentangan. d) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik dalam diri. e) Menghargai kemandirian orang lain.

f) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.

g) Mampu mengekspresikan perasaannya dengan penuh keyakinan dan keceriaan.

Jadi dapat disimpulkan, ciri-ciri kemandirian belajar yaitu mempunyai perencanaan dalam belajar, adanya keinginan untuk memecahkan masalah sendiri, berpatisipasi aktif, adanya keinginan untuk maju, belajar atas inisiatif diri sendiri, dan melakukan evaluasi sendiri.


(62)

C. Hipotesis

1. Hipotesis Minor

a. Hipotesis minor pertama, Persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap prestasi belajar siswa.

b. Hipotesis minor kedua, Kemandirian belajar memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap prestasi belajar siswa.

2. Hipotesis Mayor

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat ditarik sebuah hipotesis bahwa persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif korelasional. Menurut Noor (2012: 38) penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara melihat hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik. Penelitian kuantitatif memiliki beberapa jenis, sedangkan penelitian ini menggunakan studi korelasional. Noor (2012: 41) menjelaskan studi korelasi yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien kolerasi antara variabel tersebut, agar dapat di tentukan variabel mana yang berkolerasi.

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variable dependen. Pertama, variable independen (X), terdiri dari persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah (X1) dan kemandirian belajar siswa (X2).

X1: Persepsi, Sagian dalam Susila (2010: 5) menjelaskan persepsi dapat dipahami dengan melihat sebagai suatu proses melalui


(64)

mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpresikan kesan-kesan sensorinya dalam usaha memberikan makna tertentu pada lingkungannya.

X2: Kemandirian dalam belajar adalah “aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan

sendiri dan tanggung jawab sendiri” (Tirtarahardja dan Sulo, 2005: 50).

Sedangkan variable dependen (Y) yaitu prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Poerwodarminto dalam Ratnawati (1996: 206) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Peneliti memilih SD N Mranggen 1 Srumbung sebagai lokasi penelitian. SMPN 1 Mranggen Srumbung beralamat di Mranggen, Srumbung, Kabupaten Magelang. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh siswa di SD tersebut, yang berjumlah 164 siswa karena jumlah siswanya cukup banyak maka peneliti akan mengambil sampel dari sebagian siswa. Penentuan penggunaan jumlah sempel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan : : jumlah sampel

N : jumlah populasi


(65)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Penelitian ini menggunakan batas kesalahan 10% berarti memiliki tingkat akurasi 90%. Apabila semua dimasukan kerumus maka:

=

=

59,349

= 59

Dari rumus tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sempelnya adalah sebanyak 59 siswa akan tetapi oleh peneliti akan digenapkan menjadi 60 siswa. Kelas yang dijadikan sampel meliputi kelas atas yaitu yang terdiri dari kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 yang masing-masing kelas diambil 20 siswa. Teknik pengambilan sempel pada penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling. Menurut Sugiyono (2011: 82) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Teknik ini dipilih karena populasi dari penelitian ini tidak homogen dan terdiri dari beberapa kelompok yang bertingkat. Penghitungan kompisisi sampel berdasarkan tingkat kelas.


(66)

4. Metode Pengumpulan Data a. Angket

Angket merupakan sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Metode ini digunakan untuk memperoleh jawaban dari responden tetang kemandirian belajar dan persepsi tentang metode mengajar Raslullah yang di terapakan oleh guru PAI. Penyusunan angket ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni menentukan tujuan, menentukan indikator setiap variabel, menyusun butir item. Setelah angket tersusun selanjutnya menyebarkannya kepada responden. Tahapan berikutnya ialah menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Jika angket tersebut tidak valid maka harus menyebarkan ulang kepada responden setelah direvisi. Namun jika sudah valid, hal yang harus dilakukan ialah menganalisis hasil kemudian menginterpretasikan data kemudian menarik kesimpulan.

Adapun angket dalam penelitian ini berjumlah 40 item pernyataan dengan mengacu pada beberapa indikator. Masing-masing indikator diwakili oleh beberapa pernyataan serta pertanyaan yang harus diisi oleh siswa. Untuk lebih jelasnya akan akan digambarkan dalam tabel di halaman berikutnya.


(67)

Tabel 1. Instrumen Angket

No Variabel Indikator No

Item

Item soal

Valid Unvalid

1. Metode Mengajar Rasulullah Macam-macam/ Jenis

1 

2 

3 

4 

5 

6 

7 

8 

9 

10 

11 

12 

13 

14 

15 

16 

17 

18 

19 

20 

No Variabel Indikator No

Item

Item soal

Valid Unvalid

2.

Kemandirian Belajar

a. Faktor-faktor

1 

2 

3 

4 

5 

6 

7 

8 

9 

10 

b. Jenis-jenis

11 

12 

13 

14 

15 

16 

17 

18 

19 


(1)

diajarkan oleh guru, yang diikuti dengan munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik".

Melihat dari persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan dari kemandirian belajar siswa yang tergolong cukup yang pada akhirnya berdampak pada prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung yang hanya tergolong cukup. Hal ini juga membuktikan bahwa persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar memiliki pengaruh dengan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pada semua pemaparan yang sudah disediakan diatas. Dapat disimpulkan bahwa secara simultan persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar PAI siswa di SDN Mranggen 1 Srumbung Magelang.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru berada pada kategori cukup baik. Hal ini dapat diketahui dari kategorisasi yang telah dilakukan, dengan rata-rata jawaban siswa pada angket persepsi berjumlah 56,68 dan berada pada kategori cukup.

2. Kemandirian belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasarkan kategorisasi jumlah total jawaban pada angket kemandirian belajar, yang berjumlah 59,30 berada pada kategori cukup.

3. Prestasi belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung tergolong cukup baik. Dari kategorisasi yang dilakukan, rata-rata nilai PAI siswa berada dalam kategori cukup.

4. Persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar siswa SDN Mranggen 1 Srumbung, memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa tersebut. Hasil Uji-F tersebut memperlihatkan bahwa nilai Sig. sebesar 0,026. Angka ini menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih kecil dari nilai α (0,05). Besar pengaruh dari persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru


(3)

dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa adalah 12,1%.. Sementara sisanya sebesar 87,9% dipengaruhi oleh faktor lain. B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi subyek penelitian

Bagai siswa diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar PAI, karena dari hasil penelitian diketahui bahwa kemandirian belajar PAI siswa SDN Mranggen 1 Srumbung masih tergolong cukup. Siswa dapat meningkatkan kemandirian belajarnya salah satunya dengan cara mempersepsikan metode mengajar Rasulullah oleh guru itu selalu positif karena bagaimanapun cara guru mengajar, guru tetap mengejar tujuan utama pembelajaran tersebut. Siswa yang memiliki persepsi yang positif dan kemandirian belajar PAI yang baik akan meningkatkan prestasi belajar. Hal tersebut dapat dilakukan karena dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah oleh guru dan kemandirian belajar siswa dengan prestasi belajar siswa.

2. Bagi guru

Bagi guru PAI SDN Mranggen 1 srumbung, diharapkan mampu menggunakan metode mengajar yang lebih bisa dipersepsikan positif oleh siswa. guru PAI diharapkan mampu memfariasikan penggunaan metode mengajar Rasulullah yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan


(4)

situasi, kondisi dan kebutuhan para siwsa di kelas, misalnya mengadakan diskusi kelompok, memberikan kesempatan untuk sisa bertanya, mengemukakan pendapat, gagasan dan idenya, membantu siswa yang kesulitan di kelas dan lain-lain. Menerima secara terbuka setiap perbedaan pendapat antara siswa dengan guru, dan diharapkan guru dapat mempertahankannya. Sehingga persepsi siswa semakin positif terhadap metode mengajar Rasulullah yang diterapkan oleh guru PAI.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagai peneliti yang tertarik dengan prestasi belajar PAI siswa, sebaiknya dapat mengembangkannya dengan meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa. Selain persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru dan kemandirian belajar siswa, masih banyak lagi faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa, baik dari faktor internal siswa ataupun eksternal siswa. Selain itu, diharapkan dapat lebih mengembangkan secara lanjut penelitian ini dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam penelitian.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Asrosi, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.

An- Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Prasetya, Joko Tri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Dalyono, Muhammad. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta.

Fattah, Abdul. 2015. Muhammad Sang Guru. Temanggung: Armasta. Hamzah B., Uno. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Mudjiman, Haris. 2007. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS PRESS.

Muhaimin, Suti’ah dan Ali, Nur. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Poerwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya. Ratnawati, Mila. 1996. Hubungan antara Persepsi Anak terhadap Suasana

Keluarga.

Santoso, Purbayu Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi

Susila, Nur Indah. 2010. Perbedaan persepsi siswa terhadap metode pembinaan agama Islam antara SD N Tlogo dengan SD N Ngebel Tamantirto Ksihan Bantul”. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(6)

Sia, Tjundjing. 2001. “Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU”. Jurnal Anima Vol.17 no.1

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru Edisi

Revisi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Syahlub, Syeikh. 2003. Muhammad SAW Sang Guru Besar Umat. Depok: Bina Mitra Press

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Surakhmad, Winarto. 2006. Pengantar Interaksi Belajar. Bandung: Tarsito Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi

Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Usman, Uzer Moh. dan Setiawati lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vincent. 1997. Manajemen Bisnis Tota. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Winkel, WS. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:


Dokumen yang terkait

Hubungan Profesionalisme Guru Pai Dengan Prestasi Belajar Siswa Smp Dua Mei

3 11 137

Pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi

0 11 0

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (Pai) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Sdn Kaliabang Tengah Vii Bekasi Utara

0 5 88

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Piutang Pada Siswa Kelas XI Akuntansi SMK

0 1 14

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN PADA Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Persepsi Siswa Tentang Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar PKN Pada Siswa SMK Negeri 5 Sukoharjo Tahun 2014.

0 0 16

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA SMK NEGERI 5 Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Persepsi Siswa Tentang Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar PKN Pada Siswa SMK Negeri 5 Sukoharjo Tahun 2014

0 3 17

PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Pada SMA Negeri 1 Purwodadi

0 1 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA DALAM BELAJAR TERHADAP Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Kemampuan Awal Siswa Dalam Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Di S

0 2 15

Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Ketrampilan Mengajar Guru dan Kemandirian Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa BAB 0

0 0 17

JURNAL SRI MEKARWATI K2309074 PEND FISIKA 2009

0 0 3