Hubungan Profesionalisme Guru Pai Dengan Prestasi Belajar Siswa Smp Dua Mei

(1)

PRESTASI BELAJAR SISWA SMP DUA MEI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

RIZKI ALFANDI

NIM. 109011000185

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PAI DENGAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMP DUA MEI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Rizki Alfandi NIM 109011000185

DibawahBimbingan

Pembimbing

Tanenji, M.A

NIP. 19720712 199803 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Hubungan Profesionalisme Guru PAI dengan Prestasi

Belajar Siswa SMP Dua Mei” disusun oleh Rizki Alfandi, NIM.

109011000185, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 22 April 2014

Yang mengesahkan Pembimbing

Tanenji, M.A


(4)

(5)

i

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rizki Alfandi Tempat, Tanggal Lahir : Riau, 12-05-1989

Nim : 109011000185

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun : 2009

Alamat : Jl. Tanjung Harapan No 131 Rt/Rw 007/02 Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan, Profinsi Riau

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul: Hubungan Profesionalisme Guru PAI dengan

Prestasi Belajar Siswa SMP Dua Mei adalah benar hasil karya sendiri di bawah

bimbingan dosen:

Dosen Pembimbing : Tanenji M.A

NIP : 19720712 199803 1 004 Dosen Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri

Jakarta, 23 April 2014

Rizki Alfandi


(6)

ii ABSTRAK

RIZKI ALFANDI

“HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PAI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP DUA MEI”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar siswa SMP Dua Mei. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan jenis pendekatan korelasional, yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian tersebut secara deskriptif.

Melalui penyebaran angket kapada 40 responden kelas VIII-8 diketahui bahwa profesionalisme guru PAI mempengaruhi prestasi belajar siswa sebesar 0,40.yang terletak pada indeks korelasi antara 0,40-0,70.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa profesionalisme guru PAI di SMP Dua Mei terdapat hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa, dan termasuk pada kategori sedang atau cukup, hal ini dapat dilihat pada taraf signifikan sebesar 0,40.

Pada taraf signifikan 1% diketahui bahwa 0,40 < 0,413 (r hitung lebih kecil daripada r tabel). Maka Ho juga diterima dan Ha ditolak. Berarti pada taraf signifikasi 1% tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X (profesionalisme guru PAI) dan variabel Y (prestasi belajar siswa).

Kemudian pada taraf signifikan 5% diketahui bahwa 0,40 > 0,320 (r hitung lebih besar daripada r tabel). Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti pada taraf signifikasi 5% itu terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X (profesionalisme guru PAI) dan variabel Y (prestasi belajar siswa). Dengan demikian korelasi positif antara profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar siswa di SMP Dua Mei merupakan korelasi positif yang cukup dan signifikan pada taraf 5%.

Kata kunci :


(7)

iii ABSTRACT RIZKI ALFANDI

“RELATIONSHIP PROFESSIONALISM TEACHER PAI WITH

ACHIEVEMENT LEARN STUDENTS SMP TWO MAY”

This study aims to determine the relationship of teacher professionalism PAI with two junior high student achievement in May The research method used is quantitative descriptive correlational type of approach, which aims to find the relationship between two variables and explain the results of these studies are descriptive.

Through the questionnaire respondents kapada 40 class VIII-8 PAI in mind that the professionalism of teachers affect student achievement by 0.40. Located on correlation index between 0.40 to 0.70.

Based on these results, indicating that the professionalism of teachers in junior high PAI Two May there is a positive and significant impact on student achievement, and included the category of medium or pretty, it can be seen in the significant level of 0.40.

At the 1% significance level is known that 0.40 <0.413 (r count r is smaller than the table). Then Ho also accepted and Ha is rejected. Means the 1% significance level there is no significant correlation between the variables X (PAI teacher professionalism) and Y variables (student achievement).

Then the significant level of 5% is known that 0.40> 0.320 (r count is greater than r table). Then H0 is rejected and Ha accepted. Means at the 5% significance level there is a significant correlation between the variables X (PAI teacher professionalism) and Y variables (student achievement). Thus a positive correlation between PAI with the professionalism of teachers in junior high student achievement Two May was a fairly positive correlation and significant at 5% level.

Keywords:


(8)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang maha dahsyat, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalamnya-dalamnya kepada Allah SWT, sang pemilik takdir. Yang memberikan nikmat dan hidayahNya Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad, shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan mulia Nabi Muhammad saw. seorang revolusioner, sang pemimpin, sang pencerah bagi umat islam.

Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Hambatan dan kesulitan tersebut tidak ada yang tidak berguna (sia-sia), penulis akui semua itu menjadi pelajaran yang berharga.

Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas namun, dengan adanya bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada yang semua yang tercinta dan tersayang:

1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

2. Bapak Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam,

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam


(9)

v

4. Bapak Tanenji, M.A selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing serta mengajarkan kepada penulis dengan sabar,

5. Bapak Enjang Supyan, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Dua Mei yang telah memberikan izin penulis untuk menyelesaikan penelitian ini di SMP Dua Mei,

6. Bapak Drs. Jumaroh Ibnu selaku Guru PAI di SMP Dua Mei yang,

7. Teristimewa untuk ayahanda Taufik dan ibunda Kusniah yang selalu memberikan cinta kasih serta restu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

8. Adik-adikku yang tersayang kepada Nur Halimah, dan Fifi Lutfiah, yang telah memberikan dukungan kepada penulis,

9. Sahabat-sahabatku semua yang aku sayangi, Septia Rahayu, Imran Satria Muchtar, S.Pd.i, Umayroh, Cynthia Ariyani, yang selalu membantu penulis dalam mengajarkan penelitian ini,

10. Sobat Boy Band Sule Muep, Ambon, Kunyoek, Combro, Oji tua, oji bongsor, Komeng, Kenyot, Gonzales yang senantiasa membantu penulis dan memberikan sarana kepada penulis dalam menyusun skripsi ini,

11. Serta teman-teman PAI Kelas E, PAI Sejarah, Racana Pramuka, UKM UIN, Kelompok Futsal Prikitiw yang tidak bisa disebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih penulis terhadap kalian semua. I Love You All.


(10)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... ABSTRAKSI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ...

i ii iii iv vi ix xi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ...

1 12 12 12 13 13 BAB II

Kajian Teori

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian Profesionalisme ……... 2. Syarat-syarat Profesionalisme Guru...

3. Karakteristik Profesionalisme Guru ………... 4. Pendidikan Agama Islam ………... 5. Prestasi Belajar...

B. Hasil Penelitian Relevan ...

C. Kerangka Berfikir ... 14

14

16

20

29

30

32


(11)

vii

D. Hipotesa Penelitian ... 36

BAB III Metodologi Penelitian

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... B. Metode Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Tekhnik Pengumpulan Data ... E. Tekhnik Analisis Data ... F. Hipotesis Statistik ...

37 37 38 39 43 46

BAB IV Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum SMP Dua Mei ………... B. Deskripsi dan Analisis Data ...

C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 48

61

91

BAB 5 Penutup

A. Kesimpulan ...

B. Implikasi ……….

C. Saran ...

108 108 109

Daftar Pustaka Lampiran


(12)

viii Daftar Tabel

Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara………. Tabel 2 : Kisi-kisi Angket Guru PAI Profesional………. Tabel 3 : Product Moment………. Tabel 4 : Bobot Nilai Alternatif Jawaban……….. Tabel 5 : Hasil Jawaban Responden Profesionalisme Guru PAI (Variabel X)…. Tabel 6 : Deskripsi Data Profesionalisme Guru PAI (variabel X)……… Tabel 7 : Prestasi Belajar yang Dicapai Siswa SMP Dua Mei (Variabel Y)…… Tabel 8 : Deskripsi Data Rata-rata Nilai Raport Siswa (Variabel Y)…………... Tabel 9 : Hasil Penskoran Dan Pengumpulan Data Tentang Keprofesionalan

Guru PAI dan Prestasi Belajar Siswa……… Tabel 10 : HasilUji Validitas Kuesioner Keaktifan Berorganisasi Siswa……… Tabel 11 : Hasil Uji Realibilitas menggunakan SPSS 20……….. Tabel 12 : Hasil Uji Normalitas Keprofesionalisme Guru PAI………. Tabel 13 : Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa SMP Dua Mei…………. Tabel 14 : Nilai Angket dan Nilai Rata-rata Raport Siswa………. Tabel 15 : Jumlah Variabel X dan Variabel Y………. Tabel 16 : Interpretasi r Product Moment……….. Table 17 : Bobot Nilai Alternatif Jawaban……….

41 42 48 62 80 82 84 86

87 90 91 93 93 94 96 100 102


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Ilmu pendidikan tidak mungkin terbebas dari objek yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Sebagai manusia diwajibkan mencari ilmu, baik ilmu yang berkaitan dengan dunia ataupun akhirat. Ilmu dunia terkait hubungan dengan sesama manusia, sedangkan ilmu akhirat terkait erat dengan Allah swt. atau lebih penulis kenal dengan ilmu syariat. Namun kedua-duanya harus digenggam guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. ”Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus diaplikasikan melalui proses pendidikan”. Contohnya yaitu Pendidikan Agama Islam yang telah diajarkan di sekolah-sekolah.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar secara aktif mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaa, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan peserta didik, masyarakat, bangsa, dan Negara”.1

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu upaya yang ditanamkan pemerintah untuk mencerdaskan dan memajukan bangsa. Dan suatu negara dapat dikatakan maju jika negara tersebut mengedepankan pendidikan, karena tanpa pendidikan suatu bangsa tidak akan memiliki kemampuan untuk mengolah kekayaan alam yang dianugrahkan Tuhan kepada rakyat Indonesia ini dengan baik. Bahkan jika putra-putri Indonesia tidak memiliki skill yang memadai, dikhawatirkan akan menjadi penghambat pembangunan nasional. Hal ini dapat diperkuat oleh fakta bahwa sebagian negara-negara maju berkembang dengan pesat bukan

1

Zakiah Darajat dkk, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. ke-2


(14)

2

karena memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah akan tetapi ditunjang pula dengan intelektualitas, disiplin dan etos kerja rakyat.

Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih harus diperbaiki agar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain tidak semakin tertinggal jauh. Lebih penting lagi adalah agar mampu mengatasi persaingan ketat dalam era globalisasi. Depdiknas menyatakan rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari indikator antara lain: “(1). Kemampuan siswa dalam menyerap mata pelajaran yang diajarkan guru tidak maksimal, (2). Kurang kemampuannya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh setiap siswa, (3). Rendahnya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa terutama ditingkat dasar”.2

Guru selaku pendidik berperan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Selama ini pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti pelatihan guru dan program kualifikasi, namun upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia (SDM) perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.

Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, peserta didik sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia-manusia yang terampil guna berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan demikian Undang-undang No. 2 Tahun 1989 sistem pendidikan nasional tidak memadai lagi dan perlu dirubah serta disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan Undang-undang

2

Anwar, Pengguna Peta Konsep Melalui model Pembelajaran Komperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Proses, Hasil Belajar dan Respon Pada Konsep Ekosistem, (Jurnal Penelitian Kependidikan)


(15)

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah “mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjdi warga negara yang demokratis serta yang bertanggung jawab”.3

Dari tujuan pendidikan nasional, setiap lembaga pendidikan mengarahkan tujuannya, yakni tujuan institusional, menuju kepada tercapainya tujuan nasional tersebut. Penjabaran yang lebih dikenal sebagai tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, yang kemudian dirumuskan oleh para guru menjadi tujuan instruksional khusus.

Adapun pendidikan dalam Islam, menempati posisi yang tidak kalah pentingnya. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam mengandung nilai-nilai yang hampir dua pertiga dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia. Satu diantaranya adalah sebagaimana dalam firman Allah swt Qs. Al-„Alaq 1-5





























































1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

3


(16)

4

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Qs. Al-Alaq 1-5).4

Ayat tersebut mengandung makna yang dalam, bahwa Nabi Muhammad saw, menerima wahyu pertama dengan perintah iqra (bacalah), hal ini dikarenakan membaca adalah proses manusia untuk belajar mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan dengan membaca pula manusia dapat melihat dunia.

Adapun berbicara mengenai pendidikan, maka tidak terlepas pada factor guru sebagai pendidik. Karena figur yang satu ini sangat menentukan maju mundurnya pendidikan dan secanggih apapun teknologi seorang guru terutama dalam proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar guru merupakan orang yang memiliki peran penting dan memiliki partisipasi yang tinggi. Guru merupakan orang yang paling sering berhubungan langsung dengan anak didik. Ini membuktikan suksesnya sebuah kegiatan proses belajar mengajar itu sangat bergantung kepada guru. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar.

Bagi sebagian orang, guru selalu diidentikkan dengan siswa, kelas dan buku pelajaran. Dengan demikian seorang guru tidak terlepas pada ketiga komponen tersebut, sehingga muncul pertanyaan bahwa siapa saja bisa menjadi guru asalkan memahami materi pelajaran yang akan diajarkan, dan peserta didik hanya dituntut untuk menerima/menyerap semua materi ajar yang diberikan guru tampa adanya interaksi antaara siswa dan guru. Jika penegrtian guru hanya sebatas menyampaikan pelajaran saja, maka timbul pertanyaan pula apakah guru tersebut dapat dikatakan sebagai guru yang profesional? Sedangkan kata profesional hanya dapat disandang oleh orang-orang yang ahli pada bidangnya. Walaupun pada dasarnya setiap pendidikan dapat menjadi guru yang profesional dengan syarat harus memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, pribadi, sosial dan

4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2008), h. 597


(17)

profesional. Karena seorang pendidik yang menganggap mengajar adalah sekedar menyampaikan pelajaran saja tentu akan sangat berbeda dengan pendidik yang menganggap mengajar adalah sebuah proses membimbing siswa agar memiliki ilmu pengetahuan, cakap, terampil dan berakhlak mulia serta bermanfaat dan berguna di masyarakat.

Oleh sebab itu, keempat komponen tersebut sangat dibutuhkan untuk menjadi guru yang profesional sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa untuk mutu pendidikan yang lebih baik dan berkualitas. Sebagaimana menurut Simon dan Alexander yang dikutip oleh E. Mulyasa,

“bahwa lebih dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang, menunjukkan adanya dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik, yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran dikelas dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini, guru hendaknya memiliki standar kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.”5

Di mata masyarakat guru merupakan orang yang dihormati dan disegani, karena selain berwawasan ilmu pengetahuan, guru juga telah memiliki pencitraan yang baik di lingkungan masyarakat dengan budi jasanya dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Oleh sebab itu, guru dikatakan juga orang yang harus ditiru, dalam arti guru tersebut memiliki kharisma dan wibawa sehingga perlu untuk ditiru dan diteladani.

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) sebagai berikut: “guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.6 Selanjutnya Moh Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mendefinisikan bahwa: “guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

5

E. Mulyasa, Menjadi Guru Prifesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2005), h. 13

6

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.


(18)

6

pada bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya

sebagai guru dengan kemampuan maksimal”.7

Jabatan guru merupakan sebuah propesi, berarti membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus dibidang pendidikan dan pengajaran. Guru berkewajiban membantu perkembangan dan pertumbuhan anak didik dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Tidak hanya itu juga, guru hendaknya memiliki kepribadian yang tinggi karena ia merupakan yang berpengaruh bagi anak didiknya. Pendidikan bukan hanya bagaimana murid memiliki intelektual tinggi, akan tetapi murid memiliki sikap dan moralitas yang baik, dan hal ini menjadi suatu sorotan yang tajam pada saat ini.

“Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.”8 Oleh karena itu, guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Kegiatan guru saat pembelajaran berlangsung dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pengajaran adalah “kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara langsung komponen materi dan metode pengajaran serta alat bantu mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran”. Sedangkan pengelolaan kelas adalah “penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pengajaran dapat berlangsung secara optimal”.9

Oleh karena itu

7

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-20, h. 15.

8

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada h. 125

9


(19)

dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh peranan guru.

Guru yang lebih kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang lebih optimal. Jadi keberhasilan proses belajar mengajar siswa sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dan akan mendapatkan prestasi belajar siswa yang akan memuaskan.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan mengahasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang profesional.

Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik.

Asrorun Ni’am Sholeh berpendapat dalam buku yang berjudul Membangun Profesionalitas Guru, mengungkapkan bahwa: dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai


(20)

8

(values) serta membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan. Dalam terminologi Islam, guru diistilahkan dengan

murabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. Jadi, fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ketuhanan. Demikian mulianya posisi guru, sampai-sampai Tuhan, dalam pengertian sebagai rabb mengidentifikasi diri-Nya sebagai

rabbul’alamin. Untuk itu, kewajiban pertama yang dibebankan setiap hamba sebagai murid. Sang Maha Guru adalah belajar, mencari ilmu pengetahuan. Setelah itu, setiap orang yang telah mempunyai ilmu pengetahuan memiliki kewajiban untuk mengajarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, profesi mengajar adalah sebuah kewajiban yang merupakan manifestasi dari ibadah. Sebagai konsekuensinya, barang siapa yang menyembunyikan sebuah pengetahuan maka ia telah melangkahkan kaki menuju jurang api neraka.10

Menanggapi apa yang telah dikemukakan oleh Asrorun Ni’a m Shaleh, penulis memahami bahwa profesi mengajar adalah suatu pekerjaan yang memiliki nilai kemuliaan dan ibadah. Mengajar adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan. Selanjutnya, mengingat mengajar adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan, maka sudah sepantasnya bagi orang yang tidak menyampaikan ilmu pengetahuannya maka akan berakibat dosa bagi dirinya.

Selanjutnya Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan bahwa di sisi lain, profesi mengajar merupakan kewajiban tersebut, hanya dibebankan kepada setiap orang yang berpengetahuan. Dengan kata lain, profesi mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu. Mengajar, bagi seseorang yang tidak mempunyai kompetensi profesional untuk itu justru akan berbuah dosa. Kemudian, apabila sesuatu dilakukan oleh sesuatu yang bukan ahlinya, maka tunggulah suatu kehancurannya.. Penggalan hadits Rasulullah SAW, ini seolah memberikan warning bagi guru yang tidak memenuhi kompetensi profesionalnya.11

Dari penjelasan yang dikemukakan Asrorun Ni’a m Sholeh, penulis dapat menyimpulkan bahwa profesi mengajar merupakan kewajiban yang hanya dibebankan kepada orang yang profesional. Dengan demikian, profesi

10

Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: eLSAS, 2006), Cet. Ke-1, h.3

11


(21)

mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dan kualifikasi tertentu bagi setiap orang yang hendak mengajar.

Menurut Asrorun Ni’a m Sholeh, secara konseptual, deskripsi dua kondisi di atas memberikan dua hal prinsip dalam konteks membicarakan mengenai profesi guru dan dosen. Pertama, adanya semangat keterpanggilan jiwa, pengabdian dan ibadah. Profesi pendidik merupakan profesi yang mempunyai kekhususan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan memerlukan keahlian, idealisme, kearifan dan keteladanan melalui waktu yang panjang. Kedua, adanya prinsip profesionalitas, keharusan adanya kompetensi dan kualifikasi akademik yang dibutuhkan, serta adanya penghargaan terhadap profesi yang diemban. Maka prinsip idealisme dan keterpanggilan jiwa serta prinsip profesionalitas harus mendasari setiap perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dan dosen. Dengan demikian profesi guru dan dosen merupakan profesi tertutup yang harus sejalan dengan prinsip-prinsip idealisme dan profesionalitas secara berimbang. Jangan sampai akibat pada perjuangan dan penonjolan aspek profesionalisme berakibat penciptaan gaya hidup materialisme dan

pragmatisme yang menafikan idealisme dan keterpanggilan jiwa.12

Secara konseptual, kerja guru menurut “Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Johson, sebagaimana yang dikutip oleh Martinis Yamin mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi)”.13

Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan, maka Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa “profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional”.14

Akan tetapi melihat realita yang ada, keberadaan guru profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah wacana yang belum terrealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada di Indonesia. Hal itu menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya

12

Ibid., h.5

13

Mukhtar dan Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang Berhasil, (Jakarta: CV Sasama Mitra Suksesa, Anggota IKPI, 2002), Cet. ke-2.

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja


(22)

10

datang dari kalangan akademisi, akan tetapi orang awam sekalipun ikut mengomentari ketidakberesan pendidikan dan tenaga pengajar yang ada. Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademisi, sehingga mereka membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dari pelatihan sampai dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1 (S1).

Adapun permasalahan yang sering kita jumpai dalam pengajaran khususnya pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada peserta didik dengan baik dan efesien, karena mengingat bahwa pembelajaran PAI khususnya di sekolah-sekolah umumnya hanya diberikan satu kali dalam seminggu. Dan sampai saat ini pun masih terdapat seorang pendidik dalam menyampaikan materi hanya menggunakan satu metode saja yaitu ceramah. Sehingga hal tersebut tanpa disadari telah membentuk siswa menjadi pasif, karena yang menjadi pusat informasi adalah guru. Padahal proses pembelajaran yang baik adalah adanya interaksi antara guru dan siswa sehingga dalam hal ini komunikasi tidak hanya terjadi pada satu arah saja melainkan dua arah atau bahkan lebih, yaitu antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.

Dan yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami instruksi tersebut sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional dalam hal inti tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut, kontribusi untuk siswa menjadi kurang terperhatikan bahkan terabaikan.

Masalah lain yang ditemukan penulis adalah, minimnya tenaga pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorang guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang


(23)

guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidak puasan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Oleh sebab itu, profesionalisme guru PAI sangat dibutuhkan dalam upaya proses pembelajaran yang lebih baik, sehingga peserta didik akan termotivasi untuk belajar dan berprestasi. Karena seorang guru yang profesional akan mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan menyenangkan yang tidak hanya berorientasi pada ketuntasan belajar saja tetapi juga pada proses tumbuh kembang potensi peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik kearah kedewasaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik meneliti mengenai “Hubungan Profesionalisme Guru PAI dengan Prestasi Belajar

Siswa SMP Dua Mei” yang beralamat di jalan H. Abdul Gani No.135 Desa

Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Masih terbatasnya pendidik dalam menggunakan variasi baik metode, teknik maupun strategi dalam proses belajar khususnya pada mata pelajaran PAI.

2. Guru lebih banyak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer data atau informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihafal siswa.


(24)

12

4. Rendahnya profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar. 5. Kurangnya tenaga guru.

6. Guru mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

C.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah maka penulis membatasi permasalahan yaitu:

1. Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut dengan profesionalisme guru sangat kompleks sekali. Adapun pada skripsi ini, profesionalisme guru yang dimaksud adalah profesionalisme guru agama Islam yang lebih spesifiknya guru PAI yang profesional, yaitu guru yang memiliki kompetensi, guru yang berkualitas yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kompetensi guru yang akan diteliti dalam skripsi ini dibatasi ke dalam empat kategori, yakni: merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar,

2. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai raport

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profesionalisme guru PAI di SMP Dua Mei Ciputat? 2. Bagaimana prestasi belajar PAI siswa di SMP Dua Mei Ciputat?

3. Adakah hubungan antara profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat?


(25)

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat profesionalisme guru PAI di SMP Dua Mei Ciputat. 2. Mengetahui gambaran tentang prestasi belajar PAI siswa di SMP Dua Mei

Ciputat.

3. Mengetahui apakah ada hubungannya profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar siswa di SMP Dua Mei Ciputat.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a.Penelitian ini berguna untuk kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.

b.Penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran sekolah yang bersangkutan.

c.Melalui penelitian ini diharapkan guru mampu meningkatkan kualitas personal dan profesional sebagai pendidik.

2. Manfaat Praktis

a.Bagi lembaga (instansi) yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan kaderisasi pendidik baik untuk saat ini maupun untuk yang akan datang.

b.Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai pengetahuan tentang profesionalisme yang harus dimiliki seorang guru. Sehingga dengan demikian, dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk proses kedepan.


(26)

14

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Kajian Teori

1.

Pengertian Profesionalisme Guru

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik.

Kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.15

b. Kompetensi Kepribadian

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.16

c. Kompetensi Profesional

Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.17

15

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, 2008), Cet. Ke-3, h.75.

16

Ibid., h. 117

17


(27)

d. Kompetensi Sosial

Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar.18

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah orang dewasa yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap peserta didik dalam hal mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan jasmani maupun rohani menuju kearah kedewasaannya.

Sedangkan istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan kata lain profesi dapat diartikan sebagai “suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkannya”.19 Sedangkan menurut Sudarwan Danim “Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris profesionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional”.20

Adapun menurut Webstar sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar, “profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang insetif”.21

Berdasarkan definisi di atas data disimpulkan bahwa profesionalisme adalah suatu bidang profesi yang ditekuni oleh seseorang berbekal dengan

18

Ibid., h. 173

19

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Cet. 3, h. 105

20

Sudarwan Danim, Visi Baru Menejemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 3 h. 92

21

Kunandar, Guru Profesional Implemenasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persa, 2007, h. 45


(28)

16

ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli dibidangnya. Jadi yang dimaksud profesionalisme guru adalah kualitas suatu bidang profesi keguruan yang ditekuni oleh seseorang, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli dalam bidangnya yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus sesuai dengan prosedur akademis yang berlaku.

Dengan demikian, dapat dikaitkan bahwa profesi apapun terlebih guru sebagai pendidik tetap dituntut adanya profesionalitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:







“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”(Qs. Al-Israa’: 36)22

Ayat di atas mengindikasikan bahwa pentingnya sebuah profesionalitas dalam suatu profesi, karena apa yang diemban oleh seseorang baik itu guru maupun profesi lainnya akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang menjadi tugasnya.

Oleh karena itu, tugas guru tak ubahnya seperti tugas seorang dokter, yang menjalankan tugasnya tidak diserahkan, diwakilkan kepada yang bukan ahlinya, sebab jika tugas ini diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya.23

2. Syarat-syarat Profesionalisme Guru

Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum seseorang menyandang profesi ini, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan menjadi guru,

22

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 285

23

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 8, h. 1


(29)

terlebih menjadi guru profesional disamping harus memahami dan menguasai teknik/metode pembelajaran, guru tersebut harus juga memiliki kepribadian yang baik sebagai cerminan teladan bagi peserta didiknya.

Hal ini dianggap penting karena mengingat profesi guru saat ini banyak diminati oleh kalangan masyarakat, akan tetapi sangat sedikit diantara mereka yang benar-benar kompeten dibidangnya. Dengan kata lain sosok guru yang profesional masih sangat terbatas dan dibutuhkan pula keberadaannya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas.

Menurut Oemar Hamalik, persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional meliputi:

1) Memiliki bakat menjadi guru, 2) Memiliki keahlian sebagai guru,

3) Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, 4) Memiliki mental yang sehat,

5) Berbadan sehat,

6) Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, 7) Guru adalah manusia yang berjiwa Nasionalis, 8) Guru adalah seorang warga yang baik.24

Menurut Al-Ghazali dalam kitab Ihya „Ulumuddin sebagaimana yang dikutip oleh Asrorun Ni’am Shaleh menyatakan bahwa, Al-Ghazali memberikan batasan yang ketat bagi profesi pendidikan sebagai prasyarat yang harus dipenuhi diantaranya:

a.Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu memperlakukan mereka sebagai anak sendiri. Sifat kasih sayang pendidik pada akhirnya akan melahirkan keakraban, percaya diri dan ketentraman dalam belajar. Suasana yang kondusif inilah yang mempermudah proses transformasi dan transfer ilmu pengetahuan.

b.Pendidik melakukan aktifitas karena Allah swt. Artinya pendidik tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang berilmu.

24


(30)

18

c.Pendidik harus mampu memberi nasehat yang baik kepada anak didik. Nasehat ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, seperti pendidik mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar. Nasehat itu juga bisa berbentuk warning orientasi belajar yaitu untuk memdekatkan diri kepada Allah.

d.Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang dekstruktif. Segala bentuk nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak melukai perasaan. Hal ini untuk menjaga kesetabilan emosi mereka dalam krangka proses belajar.

e.Mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik.hal ini diperlakukan sebagai acuan untuk menentukan kadar ilmu pengetahuan yang akan diberikan. Pendidik harus bisa memahami perbedaan individu anak didik, sehingga dapat diidentifikasi kemampuaan khususnya. Dalam konteks ini pendidik dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa mereka agar prose belajar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

f. Pendidik harus mampu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu yang lain. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan anak didik terjebak pada sifat panatik terhadap disiplin ilmu yang melalaikan yang lain.

g.Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia didni dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan kejiwaannya. Kelompok usia dini ini lebih tepat diberi materi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang berat dan melelahkan. h.Pendidik harus memberikan teladan kepada anak didiknya, perilakunya

juga harus sesuai dengan kapasitas keilmuannya.25

Menurut Cahyadi Takariwan sebagaimana yang dikutip oleh Heri Jauhari Muchtar, menyebutkan bahwa beberapa kemampuan khas yang harus dimiliki oleh para guru/pendidik (muslim khususnya) yaitu:

a. Kemampuan berbahasa Aarab b. Kemampuan berbahasa Indonesia c. Kemampuan menulis dengan huruf Arab d. Kemampuan menulis huruf latin

e. Kemampuan berbicara (secara logis, teratur, sistematik, dan mudah di pahami)

f. Kemampuan beretorika (berpidato/ceramah)

g. Kemampuan mendengarkan pembicaraan anak didik, misalnya berupa masukan, keluhan, permintaan, pertanyaan, bahkan keritikan mereka

25Asrorun Ni’am Shaleh,

Reorientasi Pendidikan Islam, Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2006), Ce. 4, h. 72-75


(31)

h. Kemampuan menyegarkan suasana,, agar tetap kondusif dan anak/peserta didik tetap bersemangat belajar

i. Kemampuan berkomunikasi secara efektif

j. Kemampuan bercerita, misalnya kisah para Nabi, Rosul sahabat Rosulallah, dan paraa pahlawa/mujahidin Islam

k. Kemampuan memimpin orum, misalnya diskusi/musyawarah.

l. Kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah anak/peserta didik.26

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa syarat guru profesional adalah selain guru tersebut berkompeten dibidangnya, guru tersebut juga harus memiliki pengalaman dan wawasan luas dalam hal ilmu mendidik, serta memiliki kepribadian muslim yang baik sebagai cerminan teladan bagi peserta didiknya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulallah saw. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt:







“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Qs. Al -Ahzab:21).27

Ayat diatas mengindikasikan bahwa Rasulallah saw. merupakan guru bagi umatnya, karena keberhasilan beliau dalam mengajar dan memdidik lebih banyak menyentuh aspek perilaku yaitu keteladanan yang baik dari Rasul (uswatun khasanah).

Oleh sebab itu, guru PAI harus bisa menjadi uswatun khasanah bagi peserta didiknya karena secara sadar atau tidak, semua prilaku guru dalam

26

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 5, h. 153

27


(32)

20

proses pendidikan bahkan di luar konteks proses pendidikan prilaku guru akan ditiru oleh siswanya.28

3. Karakteristik Profesionalisme Guru

Guru dalam menjalankan tugasnya, selalu dihadapkan pada permasalahan baik menyangkut masalah pribadi maupun dengan pekerjaannya, akan tetapi seorang guru yang profesional akan mampu memposisikan dirinya dengan baik antara masalah pribadi dan pekerjaannya baik itu yang menyangkut masalahnya dengan peserta didik dikelas maupun dengan pihak sekolah serta hubungannya dengan masyarakat. Oleh sebab itu, seorang pendidik dalam menyandang profesinya harus menjaga nama baik almamater pendidikan dengan karakteristik pencitraan yang baik, tidak hanya baik di mata masyarakat akan tetapi yang terpenting adalah di mata peserta didik yang akan menjadikannya sebagai sosok guru yang teladan.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, “karakter mempunyai pengertian sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang.29 Sedangkan karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai kekhususan sesuai dengan perwatakan tertentu”.30

Berikut adalah karakter akhlak (kepribadian pendidik) yang harus dimilki oleh seorang guru/pendidik menurut Cahyadi Takariawan sebagaimana yang dikutip oleh Heri Jauhari Muchtar adalah:

1. Berusaha menampilkan keteladanan yang maksimal di depan anak didik dan masyarakat secara umum dalam berbagai bidang kehidupan.

2. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah melalui aktivitas ibadah

lillahi wahdah (karena Allah saja).

3. Menjaga kerapian, keindahan dan kebersihan dalam berpakaian atau berpenampilan secara umum.

4. Senantiasa berusaha untuk meningkatkan kepasitas keilmuan. 5. Melaksanakan syiar-syiar ubudiyah.

28

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 165

29

Tim Reality, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008), Cet. 1 h. 337

30


(33)

6. Menebarkan kasih sayang dan lemah-lembut kepada anak/peserta didik. 7. Menampilkan sikap kedewasaan dalam bermuamalah dengan

anak/peserta didik.

8. Menampilkan kepribadian yang kuat, bersemangat tinggi, berdedikasi penuh keikhlasan.

9. Mendoakan anak/peserta didik di luar pengetahuan mereka (tanpa sepengatahuan mereka, pen) untuk kebaikan mereka dan keluarga mereka di dunia dan akhirat.

10. Senantiasa siap memperbaiki kekuarangan diri dalam berbagai hal.31

Jadi karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru yang memiliki kematangan secara pribadi, emosi, intelektual, sosial dan sebagainya, yang mencerminkan akhlak islami baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Adapun berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10, dijelaskan bahwa profesionalisme guru memiliki karakteristik yang meliputi empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa kompetensi tersebut mencakup:

a. Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

1) Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan. 2) Pemahaman terhadap peserta didik.

3) Pengembangan kurikulum/silabus. 4) Perancangan pembelajaran.

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

7) Evaluasi hasil belajar, dan

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

b. Kompetensi kepribadian, sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

1) Mantap. 2) Stabil. 3) Dewasa.

31

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 5, h.152-153


(34)

22

4) Arif dan bijaksana. 5) Berwibawa, dan 6) Berakhlak mulia.

7) Menjadi tedalan bagi pesera didik dan masyarakat. 8) Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan 9) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: 1) Berkomunikasi lisan, tulisan dan/isyarat.

2) Menggunakan tekonologi komunikasi dan informasi secara fungsional, dan

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik.

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasan materi pelajaran secara luas dan mendalam.32

Penjabaran lain mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalani tugas keprofesiannya adalah:

a Kompetensi Pribadi

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan pengembangan kepribadian (personal competencies) diantaranya:

1. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.

2. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama. 3. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem

nilai yang berlaku di masyarakat.

4. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata krama.

5. Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.33

b Kompetensi Profesional

32

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: Kencana, 2008) Cet. ke-3

33


(35)

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Adapun beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya:

1. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran.

2. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar dan sebagainya.

3. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.

4. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.

5. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

6. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. 7. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.

8. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan.

9. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.34

c Kompetensi Sosial Kemasyarakatan

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:

1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakat.

3. Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun secara kelompok.35

Kemudian dalam PP No. 19 Tahun. 2005 (Pasal 28) menegaskan mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai berikut:

34

Ibid., h.145-146

35


(36)

24

1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

1) Kompetensi pedagogik; 2) Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi profesional; dan 4) Kompetensi sosial.

4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat dianggap menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

5. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.36

Dalam PERMENDIKNAS RI No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2) mengenai Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa:

Pasal 1

1. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.

2. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.37

36

Undang-Undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: FokusMedia, 2013)

37

Afnil Guza (eds), Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Asa Mandiri, 2009), Cet. ke-9


(37)

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka fokus penelitian ini adalah mengenai profesionalisme guru yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru yaitu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat diukur melalui indikator keterampilan guru dalam mengajar, karena kompetensi tersebut merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru agar dapat tercipta pembelajaran yang kreatif, profesional dan menyenangkan.

Berikut adalah penjabaran indikator keterampilan guru terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sebagaimana menurut Turney yang dikutip oleh E. Mulyasa mengemukakan bahwa keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pengajaran adalah:

1. Keterampilan bertanya

Diantara keterampilan bertanya yang harus dikuasai guru meliputi:

a. Keterampilan bertanya dasar, mencakup pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan, pemberian kesempatan berpikir, pemberian tuntutan.

b. Keterampilan bertanya lanjutan, merupakan kelanjutan dari keterampilan dasar. Diantara keterampilan bertanya lanjutan yang harus dikuasai guru meliputi: pengubahan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, mendorong terjadinya interaksi.38

2. Keterampilan memberi penguatan, merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti “bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian”, sedangkan secara nonverbal dapat dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol dan kegiatan yang menyenangkan.39

3. Keterampilan mengadakan variasi, merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan peserta didik agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu:

38

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional….., h. 70-76

39


(38)

26

a. Variasi dalam gaya belajar variasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1) Variasi suara rendah, tinggi, besar, kecil. 2) Memusatkan perhatian.

3) Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak). 4) Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik. 5) Variasi gerakan badan dan mimik.

6) Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas, berkeliling di tengah kelas, dan ke belakang kelas, tetapi jangan mengganggu suasana pembelajaran.

b. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar Variasi ini dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat. 2) Variasi alat dan bahan yang dapat didengar.

3) Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi.

4) Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan belajar.

c. Variasi dalam pola interaksi

Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Variasi dalam pengelompokkan peserta didik seperti

klasikal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan. 2) Variasi tempat kegiatan pembelajaran seperti di kelas dan

di luar kelas.

3) Variasi dalam pola pengaturan guru seperti seorang guru dan tim.

4) Variasi dalam pola pengaturan hubungan guru dengan peserta didik baik secara langsung (tatap muka), dan melalui media.

5) Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran baik terbuka maupun tertutup.

6) Variasi dalam pengorganisasian pesan. 7) Variasi dalam pengelolaan pesan. d. Variasi dalam kegiatan

Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dilakukan sebagai berikut:

1) Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran. 2) Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar. 3) Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi.

4) Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.40 4. Keterampilan menjelaskan, merupakan suatu aspek penting yang harus

dimiliki guru mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan.41

40

Ibid.., h. 78-80

41


(39)

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka dan menutup pelejaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk menilai dan mengakhiri pembelajaran, agar kegiatan tersebut memberikan sumbangan yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran perlu dilakukan secara profesional.

a.Membuka pelajaran, upaya yang dapat dilakukan guru adalah :

1) Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.

2) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.

3) Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugastugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

4) Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajikan.

5) Mengajukan pertanyaan baik yang mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajagi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.

b.Menutup pelajaran, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. 2) Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat

pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dipelajari.

3) Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik individu maupun kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. 4) Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan maupun

perbuatan.42

6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut :

a) Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi.

b) Memperluas masalah atau urunan pendapat. c) Menganalisis pandangan peserta didik. d) Meningkatkan partisipasi peserta didik. e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. f) Menutup diskusi.43

7. Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut: a) Penciptaan dan pemeliharaan iklim yang optimal.

42

Ibid., h. 83-84

43


(40)

28

b) Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.

c) Pengelolaan kelompok dengan cara: peningkatan kerjasama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.

d) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.44

8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:

a) Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.

b) Membimbing dan memudahkan belajar yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran. c) Perencanaan penggunaan ruangan.

d) Pemberian tugas yang jelas, menantang dan menarik.45

Berdasarkan pemaparan di atas, jelaslah bahwa tugas seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan karena untuk dikatakan sebagai guru yang profesional guru tersebut harus memiliki kemampuan dan keterampilan atau lebih dikenal dengan kompetensi. Diantara kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, pribadi, sosial dan profesional.

Adapun berbicara mengenai kompetensi guru, kompetensi profesional merupakan bagian yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan kinerja guru yang ditampilkan dalam profesi keguruan, akan tetapi keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, guru yang memiliki profesionalisme adalah guru yang terampil dan memenuhi keempat kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik pribadi, profesional dan sosial, kemudian mampu menyusun strategi mengajar, menguasai bahan ajar serta mampu menyusun program maupun membuat penilaian hasil belajar yang tepat dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

44

Ibid., h. 91-92

45


(41)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan profesionalisme guru PAI adalah kualitas suatu bidang profesi keguruan yang ditekuni oleh seseorang, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli di bidangnya yaitu pendidikan agama Islam yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus sesuai dengan prosedur akademis yang berlaku.

4. Pendidikan Agama Islam

a.Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut PP RI No.55 Tahun 2007 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama adalah “pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan”.46

Sedangkan menurut Muhaimin pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam adalah “upaya mendidikkan agama Islam atau didik dalam hal mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan jasmani maupun rohani peserta didik menuju ke arah kedewasaan, dalam rangka menanamkan dan menumbuhkembangkan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidupnya.

b.Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama islam

Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Zuhairini dkksebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu:

1) Dasar Yuridis/Hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu:

46

Undang-Undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: FokusMedia, 2013)


(42)

30

a) Dasar ideal

b) Dasar structural/konstitusional c) Dasar opasional

2) Segi Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran islam.

3) Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat.47

5. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.48

Sedangkan Syaiful Bahri mendefinisikan prestasi adalah “hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan baik secara individu maupun kelompok”.49

Jadi yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil pencapaian tertentu dalam suatu usaha/kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik individu maupun kelompok.

Adapun mengenai pengertian belajar terdapat beberapa pendapat di antaranya:

1. Cronbach memberikan definisi belajar yaitu “Learning is shown by change in behavior as a result of experience”.

2. Harold Spers memberikan batasan pengertian belajar yaitu “Learning

is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.

3. Geoch mengatakan belajar adalah “Learning as a change in

performance as a result of practice”.50

47

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis..., h.132-133 48

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet.3, h. 895

49

Syaiful Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991), h.19

50

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. 10, h.20


(43)

Dari ketiga definisi di atas maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan “perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya, juga belajar itu lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik”.51

Sedangkan pengertian belajar menurut Oemar Hamalik adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihanlatihan pembentukan kebiasan secara otomatis dan seterusnya.52

Jadi yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang didapat melalui pengalaman dan latihan baik perubahan tersebut berupa sikap, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sebagainya.

Menurut Tohirin prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Akan tetapi mengenai apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya prestasi belajar harus mencakup aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotor.53

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah sebuah tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar dari suatu kegiatan atau usaha keras yang telah dilakukannya baik secara individu maupun kelompok, yang umumnya dinyatakan dalam bentuk skor (nilai)

51

Ibid

52

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar….., h.27-28

53


(44)

32

dan pencapaian tersebut mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perstasi Belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Joko Sutarno faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal. yang termasuk faktor internal yaitu:

a. Faktor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya: penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh.

b. Faktor psikologis antara lain: 1) Faktor interaktif yang meliputi:

a) Faktor potensial kecerdasan dan bakat.

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.

2) Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c. Faktor kamatangan fisik maupun psikis

Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: 1) Faktor sosial terdiri dari:

a) Lingkungan keluarga. b) Lingkungan sekolah. c) Lingkungan masyarakat. d) Lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual agama.54

Faktor external:

1) Faktor Non sosial

Factor non sosial yaitu yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar yang berhubungan dengan lingkungan maupun alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti keadaan suhu, udara, cuaca, waktu, tempat, alat, alat peraga, buku-buku dan alat tulis lainnya. 2) Factor Sosial

Faktor sosial yaitu factor yang berhubungan dengan manusia, baik manusia itu hadir ataupun tidak hadir.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

1. Diana Maya Shofiana dengan judul Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa di MTS Al-Jamii’

54

Abu Ahmadi dan Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet.2, h.138


(45)

Tegallega Cidodol Sukabumi, Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua bentuk metode penelitian. Pertama, penulis menggunakan metode penelitian library research, melalui penelitian ini penulis berusaha mengkaji buku-buku serta tulisan ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Kedua, menggunakan penelitian field research, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke MTs Al-Jamii.ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui angket yang diberikan kepada peserta didik kelas VII dan VIII yang dipilih secara acak, kemudian dengan observasi, wawancara dan dengan studi dokumentasi. Setelah data-data tersebut diperoleh, penulis menganalisis data dan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus product momen dan menggunakan rumus

Koefisien Determinasi untuk mengetahui kontribusi kedua Variabel X dan Y. Selanjutnya penulis menyimpulkan hasil penelitian dalam bentuk analisis interpretasi data. Setelah penelitian ini dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara profesionalisme guru dalam bidang studi Fiqih dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii.ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Kontribusi profesionalisme guru Fiqih terhadap prestasi belajar siswa adalah 50%. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii.ah Tegallega Cidolog Sukabumi ditentukan atau dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme guru sebanyak 50%, dan 50% lagi ditentukan oleh faktor yang lain. Jika merujuk pada kisi-kisi angket pada penelitia relevan diatas, penulis menemukan nilai angket yang menilai pada proses pembelajaran saja, lalu penulis juga menemukan bahwa angket yang dibuat berdasarkan kegiatan-kegiatan yang tertulis pada RPP.

2. Ropiyah dengan judul Hubungan Propesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Prestasi Belajar siwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profesionalisme guru PAI dengan


(46)

34

prestasi belajar PAI siswa SMPN 1 Kosambi Tangerang. Penelitian ini hanya tertuju dengan mata pelajaran PAI pada bidang studi aqidah akhlak saja. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis pendekatan korelasional, yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian tersebut secara deskriptif. Melalui penyebaran angket kapada 39 responden kelas VIII-8 diketahui bahwa profesionalisme guru PAI mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa sebesar 0,445.yang terletak pada indeks korelasi antara 0,40-0,70. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa profesionalisme guru PAI di SMPN 1 Kosambi Tangerang terdapat hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar PAI siswa, dan termasuk pada kategori sedang atau cukup, hal ini dapat dilihat r hitung pada sebesar 0,445. Sehingga rxy yang besarnya (0,445)> r

tabel baik pada taraf 5% yaitu 0,325 maupun pada taraf 1% yaitu 0,418. Dengan demikian rhitung > rtable maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Setelah peneliti baca yang membedakan penelitian ini angket dan mata pelajarannya, angket yang ditanyakan tentang pemahaman siswa saja dalam menerima pelajaran dari guru tersebut dan pelajarang yang ditanyakan hanya pelajaran aqidah akhlak. Sedangkan peneliti isi angketnya menanyakan tentang kepribadian, sosial, pedagogik, dan keprofesionalan guru dalam menagajar dan membimbing siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.

C.

Kerangka Berfikir

Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan, karena di samping harus menguasai materi ajar yang akan diberikan kepada peserta didik, secara akademis guru tersebut juga harus menempuh jenjang pendidikan keguruan. Jadi dapat dikatakan bahwa guru memiliki syarat-syarat tersendiri yangharus dipenuhi oleh seseorang yang akan menggeluti


(47)

profesi ini. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah banyaknya anggota masyarakat yang beralih ke profesi ini, namun sangat sedikit diantara mereka yang benar-benar berkompeten di bidangnya atau dengan kata lain belum menjadi guru yang profesional. Hal ini dapat dilihat pada mutu pendidikan di Indonesia yang sampai saat ini masih tertinggal jauh dengan negara-negara lain.

Oleh sebab itu, untuk mutu pendidikan yang lebih baik dibutuhkan pendidik yang benar-benar berkompeten di bidangnya yang tidak hanya sekedar menyandang profesi sebagai guru saja, dalam arti mengajar hanya untuk menjalankan tugas sebagai guru tanpa adanya feed back dari peserta didik, akan tetapi seorang guru yang profesional tidak hanya baik dalam menyampaikan materi, mengelola kelas dan sebagainya melainkan guru tersebut juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap amanah yang diembannya demi keberhasilan peserta didik dan pendidikan yang lebih berkualitas tentunya.

Dengan demikian jika proses pembelajaran yang disajikan guru PAI berjalan dengan baik maka hal ini akan berdampak positif pula pada persepsi siswa terhadap kinerja guru tersebut, walaupun pada dasarnya setiap siswa akan memiliki persepsi yang berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya, akan tetapi mengingat pentingnya persepsi siswa dalam hal ini, maka akan sangat membantu untuk mengetahui kualitas pengajaran dan kinerja guru tersebut dalam mengemban profesinya. Sehingga peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dan berprestasi, karena seorang guru yang profesional akan mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan menyenangkan yang tidak hanya berorientasi pada ketuntasan belajar saja tetapi juga pada proses tumbuh kembang potensi peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik menuju ke arah kedewasaan.

Dengan demikian penulis mengemukakan bahwa, diduga terdapat hubungan antara profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa.


(1)

30 67 78,2 4489 6115,24 5239,4

80 81,4 6400 6625,96 6512

66 65,0 4356 4225 4290

48 63,6 2304 4044,96 3052,8

58 75,8 3364 5745,64 4396,4

55 65,4 3025 4277,16 3597

41 79,7 1681 6352,09 3267,7

40 60,2 1600 3624,04 2408

38 83,6 1444 6988,96 3176,8

74 70,5 5476 4970,25 5217

82 86,9 6724 7551,61 7125,8

2280 2853,6 135290 205637,7 163972,8

Varian (SD2) variable X Varian (SD2) variable Y

SD2 = ∑ −

∑ � �−1 SD 2 = ∑ − ∑ � �−1 = 1 −

=

− ∑

= 1 −

=

= 1 − 1

= − = = 1

= 136,67 = 52,868

F hitung = 1 = 2,85


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)