Pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi

(1)

DI SMP MUHAMMADIYAH 1 CILEUNGSI

SKRIPSI

Diajukan untuk Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (S. Pd.)

Disusun oleh: Teguh Prayitno NIM : 1110015000069

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

SELATAN". Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayahrllah Jakarta darr telah dinyatakan LULLIS pada ujian munaqasah pada tanggal

l5

Januari 2015.

Di

haclapan clewan

pengrrji, karena ihr penulis berhak mernperoleh gelar Sarjana Pendidikan SI (S.pd) pada junrsan llmu Pengetahuan Sosial.

Jakarta, 15 Januari 2015 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Sidang

(Ketua Jurusan Pendidikan IPS)

f)r. Iwan Purwanto. M,Pd NIP. 1973C424200801 1 0t2 Sekretaris

(Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS) Drs. Svaripulloh. M.Si

NlP. 19670909 200701 I 033 Penguji

I

Drs. H. Nurochim. MM

NIP. 19590715 198403

I

003

Penguji

II

Andri Noor Ardiansyah, IVX.Si

eqL

/J Tuqg

&/r

lb/i -Jo

r!

'4"'...--..-.

\\\

_\_

-\\

-.\

-'--=)2'- \

\,-__

...'...

r6/K

t,,

,

-4iltQl

'(c -ot-?urr

'

Mengetahui

Dekan Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syari-f Hidayatullah Jakarta

Nu rlena-Kifa'i, IylA, Ph.D NrP. 19s91020 198603 2 001


(5)

Muhammadiyah 1 Cileungsi, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Ciluengsi, dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2014. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 106 siswa. Dalam menentukan jumlah sempel, peneliti menggukan rumus solvin, dimana jumlah sempel berjumlah 84 siswa. Data tentang persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru di peroleh berdasarkan angket. Sedangkan hasil belajar di peroleh dari rata-rata hasil ulangan harian dan nilai ujian tengah semester. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana dengan taraf kesalahan 5%. Koefisien regresi diperoleh untuk harga komponen a = 80,087, dan harga komponen b = - 0,044. Maka dapat diperoleh persamaan regresi ̂= 80,087 + (- 0,044)X. Dari Persamaan regresi linier tersebut dapat disimpulkan nilai konstanta sebesar 80,087 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai trust maka nilai partisipasi sebesar 80,087. Koefisien regrei X sebesar – 0,044 menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru tidak berpengaruh secara signifikat terhadap hasil belajar siswa. Nilai uji signifikansi diperoleh nilai p value Sig sebesar -0,775 dan > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan Ha

ditolak dan H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi

siswa mengenai keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar siswa.

Dari hasil uji t diperoleh nilai thitung untuk variabel X, yaitu variabel persepsi

siswa mengenai keterampilan mengajar guru sebesar -1,307 dengan signifikansi 0.195. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ha ditolak. Kesimpulannya adalah tidak ada pengaruh yang signifikan anatara persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar siswa


(6)

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi”. Sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana (S1) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dapat terselesaikan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nurlena, P.hD. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah.

3. Bapak H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Drs. H. Nurochim, MM dosen pembimbing akademik dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi untuk penulis dalam mengerjakan serta menyelesaikan skripsi. Semoga bimbingan dan motivasi yang di berikan kepada penulis menjadi amal kebaikan di hadapan Allah SWT.

5. Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dan aku banggakan Bapak Kodir dan Ibu Wasiti yang telah membesarkan dengan penuh perjuangan, keikhlasan, mendidik dengan penuh kesabaran, mengasuh dengan kasih sayang yang tidak terhingga dan tak pernah terdengah di telinga penulis kata mengeluh meski


(7)

belum bisa dan tak akan mampu berbalas budi.

6. Kakaku tersayang, Yuli Fatmawati dan suaminya Ali Imron yang selalu memberi motivasi dan dukungan untuk tetap semangat dalam menyelesaikan kuliah. 7. Adiku tersayang, Syafa Salsabila yang telah memberikan semangat untuk segera

menyelesaikan skripsi.

8. Keluarga besar dari Ibu dan Bapak, yang telah memberikan dukungan baik secara moril dan matrial selama penulis menyelesaikan jenjang S1

9. Bapak Drs. Sarfian Effendy selaku Kepala SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.

10.Bapak Taufik, S.Pd, selaku guru IPS SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi yang telah memberikan untuk bantuan selama penelitian.

11.Sahabat-sahabatku Yunika, Mulianingsih, Fela, Andri, Syarif, dan Aidil yang selalu mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi serta tempat untuk berbagi pengalaman. Kenangan yang kita lalui selama awal kuliah sampai saat ini tidak akan terlupakan.

12.Sahabat-sahabatku sewaktu SMA, Husen, Bowo, Mahmudin, dan Soleh yang masih setia berbagi pengalaman hidup meski dalam kesibukan masing-masing. Semoga persahabatan ini tidak akan terputus.

13.Dawan guru dan kariawan SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi, yang telah memberikan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi dan menerima penulis sebagai bagian dari keluarga.

14.Teman-teman di REAKSI yang telah mengukir kenangan selama penulis menempuh pendidikan.


(8)

dalam penelitian ini.

Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terimakasih. Akhirnya tiada kata yang lebih indah selain doa dan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Jakarta, Januari 2015


(9)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar IPS ... 7

1. Hakikat Belajar ... 7

2. Hasil Belajar IPS ... 11

B. Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru ... 13

1. Definisi Persepsi ... 13

2. Keterampilan Mengajar Guru ... 17

3. Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Guru ... 31


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

C. Populasi Sampel ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 40

1. Hasil Belajar ... 30

2. Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru ... 41

F. Teknik Pengelolahan Data... 46

G. Teknik Analisi Data ... 45

1. Uji Prasyarat analisis data ... 47

2. Analisis Regersi Linear Sederhana... 48

3. Koefisien Determinasi ... 48

4. Uji Hipotesis ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50

1. Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru ... 50

2. Hasil Belajar Siswa... 52

B. Hasil Penelitian ... 54

1. Uji Prasyarat Analisis Data ... 54

2. Analisis Regresi Linear Sederhana... 58

3. Koefisien Determinasi ... 59

4. Uji Hipotesis ... 60

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61


(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

Tabel 3.2 Validitas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar

Guru ... 43

Tabel 3.3 Uji Reabilitas ... 46

Tabel 4.1 Distribusi Data Persepsi Siswa Menengenai Keterampilan Mengajar guru ... 51

Tabel 4.2 Distribusi Frekuansi ... 52

Tabel 4.3 Distribusi Data Hasil Belajar Siswa ... 53

Tabel 4.4 Distribusi Frekensi ... 54

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ... 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas ... 58

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 59

Tabel 4.9 Koefisien Determinasi ... 60


(13)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 35 Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai

Keterampilan Mengajar guru ... 52 Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Hasil Belajar ... 54 Gambar 4.3 P-Plot Uji Normalitas Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan

Mengajar Guru... 56 Gambar 4.4 P-Plot Uji Normalitas Hasil Belajar IPS Siswa ... 56


(14)

Lampiran 2 : Kisi-kisi instrument penelitian Lampiran 3 : Instrument penelitian

Lampiran 4 : Validitas angket penelitian Lampiran 5 : Reabilitas angket penelitian Lampiran 6 : Daftar responden penelitian Lampiran 7 : Nilai Ulangan harian dan UTS

Lampiran 8 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru

Lampiran 9 : Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru

Lampiran 10 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Lampiran 11 : Uji Normalitas

Lampiran 12 : Uji Homogenitas Lampiran 13 : Uji Linearitas

Lampiran 14 : Analisis Regresi Linear Sederhana Lampiran 15 : Uji Hipotesis

Lampiran 16 : Dokumentasi Foto Penelitian Lampiran 17 : Uji Referensi

Lampiran 18 : Surat Permohonan Observasi


(15)

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Abdulah Idi“pendidikan telah menjadi sektor strategis dalam sistem dan program pembangunan suatu bangsa. Banyak negara telah menjadikan sektor pendidikan sebagai leading sector, sektor utama atau unggulan dalam program pembangunan”.1 Banyak negera berhasil menjadi negara maju karena menjadikan pendidikan sebagai leading sector. Jepang adalah salah satu contoh negara yang menjadikan pendidikan sebagai perhatian utama dalam pembangunan sejak tahun 1945 dan berhasil menjadi kekuatan besar perekonomian dunia.

Pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, pemerintah terus berupaya memperbaiki, baik dari alokasi anggaran maupun mutu pendidikan. Dari segi anggaran, pemerintah mengalokasikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk pendidikan. Dengan meningkatnya anggaran pendidikan, diharapkan dapat berimplikasi positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

Dari segi mutu, pemerintah juga terus berupaya memperbaiki sistem pendidikan nasional. Hal ini dapat dilihat dari dikeluarkanya beberapa peraturan baru untuk saling melengkapi dan menyempurnakan peraturan-peraturan yang sudah ada. Dari rumusan tujuan pendidikan nasional, mengalami perubahan sesuai dengan tuntunan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara. Adapun tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam

1


(16)

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pasal 3 disebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Ditinjau dari Undang-Undang tersebut, pendidikan nasional mempunyai fungsi untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik. Untuk mencapi tujuan tersebut, dalam konteks pendidikan formal, perhatian harus ditunjukkan pada penataan sistem persekolahan yang baik. Kegiatan utama dalam institusi persekolahan adalah kegiatan pembelajaran. Kualitas pendidikan akan sangat ditentukan sajauh mana pengelolahaan proses belajar mengajar yang dijalankan. Di sinilah peran guru dinilai sangat penting dalam proses pendidikan karena guru adalah komponen yang paling perpengaruh. Guru dengan segala macam kualifikasi dan kompetensinya diharapkan mampu mencetak sumber daya manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

pasal 1 dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.3 Ditinjau dari undang-undang tersebut, guru merupakan suatu jabatan profesional pada jenjang pendidikan usia dini sampai jenjang pendidikan menengah.

Untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional, seorang guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan, yang diharapkan dapat

2

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 3

3


(17)

membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif. Keterampilan mengajar, merupakan salah satu komponen dalam pembentukan kemampuan profesional seorang guru. Untuk itu, seorang guru wajib menguasai keterampilan mengajar, karena dengan memiliki keterampilan mengajar, diharapkan guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik dan pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar.

Keterampilan mengajar tersebut antara lain; keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengajar perseorangan.

Guru merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Oemar Hamalik, “proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar mereka dan membimbing mereka”.4 Kemampuan guru dalam melaksanakan program pembelajaran yang baik dan menarik, menjadi barometer bagi keberhasilan siswa selama belajar di bangku sekolah.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang ilmu yang terintegrasi dari beberapa ilmu-ilmu sosial yang meliputi ilmu Sejarah, Geografi, Sosiologi, antropologi, dan Ekonomi serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Kajian IPS meliputi seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial.

Dalam pencapaian hasil belajar, mata pelajaran IPS berbeda dengan mata pelajaran lain, karena mata pelajaran IPS mempunyai karakteristik hafalan, mengedepankan teori, menganalisis perilaku manusia yang selalu berubah-ubah. Sehingga mata pelajaran IPS cenderung menimbulkan efek bosan terhadap siswa. Untuk itu, dalam menyampaikan materi, diharapkan guru mengunakan keterampilan mengajar yang mengharuskan siswa menjadi

4


(18)

aktif, kreatif, dan inovatif sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Selama ini, penilaian terhadap keterampilan mengajar guru termasuk guru mata pelajaran IPS dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas melalui supervisi kelas atau program kunjungan kelas. Program supervisi kelas, biasanya sudah dijadwalkan waktu dan tempat dilaksanakannya supervisi. Oleh karena itu sebelum melaksanakan supervisi, guru sudah mempersiapkan dan berusaha menampilkan kinerja terbaiknya dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil dari supervisi, sering tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari.

Penilaian keterampilan mengajar guru sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Siswa pun juga dapat memberikan penilaian kepada guru yang mengajarnya, karena siswa merupakan elemen yang berhubungan secara langsung dengan guru.

Dengan mengetahui persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya dapat menjadi salah satu parameter dalam menilai keterampilan mengajar guru yang selama ini hanya dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Persepsi siswa yang positif pada keterampilan mengajar guru akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang kondusif, sehingga dapat memberikan suatu hasil pembelajaran yang optimal. Demikian juga sebaliknya, persepsi yang negatif dari siswa pada keterampilan mengajar guru dapat menghambat keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, apabila seorang guru memiliki keterampilan mengajar yang baik maka hasil belajar siswapun dapat meningkat.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi, Keadaan guru dan kualitas pembelajaran tergolong baik. Sedangkan ditinjau dari cara mengajar guru di dalam kelas, secara keseluruhan kemampuan mengajar guru termasuk dalam kategori baik. Guru sudah cukup jelas dalam menyampaikan materi, persiapan dan penguasaan materi oleh guru juga sudah cukup baik, namun beberapa hal mengenai


(19)

pengelolaan kelas belum maksimal dalam hal menjaga kedisiplinan siswa di dalam kelas. Hal ini dapat membuat proses belajar di dalam kelas kurang terkonsentrasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA I SMP MUHAMMADIYAH 1 CILEUNGSI

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini masalah yang dapat di identifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang dapat di bedangkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal

2. Penilaian guru masih dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas melalui program suvervisi kelas

3. Siswa belum dilibatkan dalam penilaian guru dalam proses pembelajaran 4. Guru belum maksimal dalam hal menjaga kedisiplinan siswa di dalam

kelas

C.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang maka diperlukan pembatasan masalah. Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka pembatasan masalah pada penelitian ini adalah: Persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru pelajaran IPS di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi.

D.

Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Seberapa besar pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi?


(20)

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi.

b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi.

2.Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Dilihat dari segi teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang luas secara khusus bagi perkembangan dunia pendidikan Indonesia berkaitan dengan pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di sekolah.

b. Dilihat dari segi praktis

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dari segi praktis antara lain:

1) Memberikan informasi kepada siswa bahwa persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dapat membantu mempengarui hasil belajar.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis sebagai calon pendidik dan orang tua.

3) Memberi gambaran kepada peneliti selanjutnya yang meneliti


(21)

(22)

A.

Hasil Belajar IPS

1.Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Selama manusia masih hidup, maka dia akan terus belajar dan terus belajar, karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk pembelajar. Belajar tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, di mana dan kapan pun manusia berada, dia akan terus belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramayulis yang memberikan definisi belajar sebagai “suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan”.1

Sedangkan Slameto berpendapat bahwa “belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman indvidu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.2

Sudjana mendefinisikan belajar sebagai

suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.3

Tidak semua perupahan pada individu dapat dikatakan dalam belajar, misalnya peruban-perubahan tingkat laku akibat pernyakit,

1

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 235. 2

Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 60. 3

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), Cet. III, h. 2.


(23)

kecelakaan yang mengakibatkan catat tubuh atau minum-minuman keras.

Howowoard L. Kingskey sebagi tokoh barat mengatakan

bahwa “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originetal or changend through practice or traning”.

belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.4

Sedangkan Harold Spears mengatakan bahwa “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something, themselves, to listen, to follow direction.” (bahwa belajar adalah mengamati, membaca,

meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).5

Dari beberapa definisi menganai belajar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dengan memanfaatkan alat indra yang dimilikinya untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang lebih baik, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam Al-Quran surat an Nahl ayat 78 Allah berfirman:

مكل لعج ًيش

لعت ا مكت مأ طب م مكجرخأ هلل

فأ ر صبأ ع سل

. ركشت مكلعل ةد

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. an Nahl ayat 78)

4

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta Asdi mahastya, 2011), h. 13. 5


(24)

Ayat ini menjelaskan tentang penciptaan manusia pertama kali yang tidak mengetahui apapun, kemudian Allah SWT memberikan kepada manusia potensi pembelajaran melalui kemampuan fisik yakni pendengaran dan juga penglihatan serta memberikan juga kepada manusia kemampuan psikis, yakni akal. Semua kemampuan tersebut harus dikembangkan dan dibina melalui pendidikan dan potensi tersebut digunakan untuk kebaikan dan beribadah kepad-Nya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

b. Hasil Belajar

Telah dijelaskan di atas bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dengan tujuan untuk mendapatkan perubahan ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran akan dikatakan berhasil jika pembelajaran tersebut mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang sudah direncanakan.

Menurut Gagne “hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu katagori yang di berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisir untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara katagori-katagori”.6

Sedangkan Benjamin S. Bloom tiga ranah hasil belajar yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotorik:

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif, yang berkenaan dengan aspek yang terdiri dari lima aspek yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni: gerakan refleks,

6


(25)

keterampilan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerekan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. 7

Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang dialami oleh individu akibat dari proses interaksi dengan lingkungan. Perubahan dalam belajar mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar tidak akan terjadi pada individu yang tidak belajar, melainkan terjadi pada individu yang belajar.

c. Faktor-faktor yang Mempengarui Hasil Belajar

Pada dasarnya belajar adalah suatu proses dimana individu mengelami perubahan-perubahan. Perubahan tersebut tidak dapat terjadi dengan sendirinya tanpa dipengarui oleh faktor-faktor lain.

Menurut Munandi ada dua faktor yang mempengarui hasil belajar yang meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:

1) Faktor internal a) Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

b) Faktor psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondsi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi, intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban, dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang

7

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosfdakarya, 2010, Cet. XV, h. 3.


(26)

tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega. b) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru. 8

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal bersumber dari dalam diri individu itu sendiri yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal dari luar individu. Faktor yang sangat berpengaruh besar dalam belajar adalah faktor internal, karena sebaik apapun faktor eksternal yang ada jika dalam diri individu tidak ada keinginan yang kuat untuk belajar maka pembelajaran menjadi tidak efektif.

2.Hakikat Belajar IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang ilmu yang terintegrasi dari beberapa ilmu-ilmu sosial yang meliputi ilmu Sejarah, Geografi, Sosiologi, antropologi, dan Ekonomi serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Sebagai suatu mata pelajaran yang terintergarasi dengan mata pelajaran lain, Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki objek kajian material yang sama, yaitu manusia sebagai makhluk sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), di ajarkan pada pendidikan dasar dan menengah serta sekolah menengah kejuruan. Sedangkan di tingkat menengah atas (SMA), IPS dipelajari pada jurusan ilmu Sosial dan di ajarkan sebagai disiplin ilmu yang terpisah-pisah. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

8

Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, ( Bandung: Alfabeta,2008 ), h. 124.


(27)

generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Dalam pencapaian prestasi belajar, mata pelajaran IPS berbeda dengan mata pelajaran lain, karena mata pelajaran IPS mempunyai karakteristik hafalan, mengedepankan teori, menganalisis perilaku manusia yang selalu berubah-ubah.

Menurut Trianto konsep pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi; “(1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan consensus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme”.9 Proses pembelajaran IPS, tidak hanya menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih menekankan pada segi praktis mempelajari, menelaah, serta mengkaji gejala dan masalah sosial.

Tujuan mata pembelajaran IPS pada umumnya adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan dasar nilai-nilai moral etik yang tinggi dan menjunjung tinggi nilai budaya bangsa serta membentuk peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, wawasan kebangsaan, dan etika sosial, berakhlak sosial yang tinggi.

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, dan Permendikbud Nomer 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, mengemukakan sejumlah prinsip pembelajaran sebagai berikut:

a. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

9

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h.173.


(28)

d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills), dan keterampilan mental (softskills);

h. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.10

Seperti yang di jelaskan di atas, bahwa pelajaran IPS mempunyai karakteristik hafalan, mengedepankan teori, menganalisis perilaku ekonomi manusia yang selalu berubah-ubah. Untuk itu, dalam menyampaikan materi, diharapkan guru mengunakan keterampilan mengajar yang mengharuskan siswa menjadi aktif, kreatif, dan inovatif sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

B.

Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru

1.Definisi Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia “persepsi diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra”.11

Ikhwan Luthfi memberikan definisi persepsi sebagai “pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.12

10

Kemdikbud, Buku Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Kemdikbud, 2014 ), h. 6. 11

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Keempat, h. 1061.

12


(29)

Robins mendefinisikan “persepsi sebagai suatu proses cara masing-masing individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka”.13

Davidoff menyatakan bahwa “persepsi adalah proses yang terintegrasi mengenai perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir dan kerangka acuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap objek”.14

Sedangkan menurut Slameto “persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman”.15

Dari beberapa pengertian tentang persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang memilih, mengatur dan mengartikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menyimpulkan untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti terhadap suatu objek. Setiap individu dalam memandang suatu objek akan menghasikan kesimpulan yang berbeda-beda, ini disebabkan karena persepsi mereka terhadap benda tersebut berbeda-beda.

Gregorc mengatakan persepsi yang dimiliki oleh setiap pikiran/pribadi ada dua macam, yaitu persepsi konkret dan persepsi abstrak:

1) Persepsi Konkret

Persepsi konkret, membuat anak lebih cepat menangkap informasi yang nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima indranya, yaitu penglihatan, penciuman, peraba, perasa dan pendengaran. Anak tidak mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan atau

13

Rafi Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafido, 2009), h. 294. 14

Ikwan Luthfi, dkk, op.cit., h. 26. 15

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 102.


(30)

konsep. Kanci untuk jenis persepsi ini adalah “sesuatu adalah seperti apa adanya”.

2. Persepsi Abstrak

Persepsi abstrak memungkinkan anak lebih cepat dalam menangkap sesuatu yang abstrak/kasata mata, dan mengerti atau percaya pada apa yang tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak mengunakan persepsi abstrak ini, mereka mengunkan kemampuan intuisi, intelektual dan imajinasi. Kunci untuk jenis persepsi ini adalah ”sesuatu tidak selalu seperti apa yang terlihat”. 16

Ada dua bentuk persepsi yang dimiliki oleh seseorang yaitu persepsi konkret dan persepsi abstrak. Persepsi konkret dapat dipahami sebagai sesuatu yang nyata sesuai dengan apa yang diketahui melalui panca indra, sedangkan persepsi abstrak sesuatu tidak seperti apa terlihat/dirasakan oleh panca indra

b. Faktor yang Mempengarui Persepsi

Menurut David Kreach dan Richard S Crukchfield menyebutkan ada 2 faktor yang mempengarui persepsi, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

1) Faktor fungsional, berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal. Kreach dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi pertama “persepsi bersifat selektif secara fungsional” 2) Faktor stuktural berasal semata-mata dari sifat stimulus dan

efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Prinsif-prinsip ini kemudian dikenal dengan teori Gestalt. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua “medan perpectual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti”. 17

Persepsi seseorang atau individu dalam menyimpulkan objeknya dipengaruhi faktor fungsional dan faktor struktural yang dirasakan berbeda-beda oleh tiap individu. Oleh karena itu persepsi dari tiap-tiap individu dalam memandang objeknya akan

16

Rafi Sapuri, op. cit., h. 294-296. 17

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 54-57.


(31)

menghasilkan persepsi yang berbeda-beda, tergantung dari faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi tersebut.

c. Proses Terbentuknya Persepsi

Menurut Brehm dan Kassim, pembentukan persepsi dapat timbul melalui dua cara, yaitu:

1) Stimulus yang diterima melalui observasi memperoleh penilaian (atribusi), pengelolaan (dipsosisi), dan interprestasi secara integrasi dengan seluruh aspek yang mempengarui persepsi serta pribadi person yang terlibat dalam proses interaksi

2) Stimulus yang diterima menimbulkan kesan secara langsung melalui penilaian sesaat tanpa proses atribusi, diposisi, dan integrasi.18

Gambar 2.1 : Dinamika Persepsi

Proses terbentunya persepsi berasal dari obsevasi terhadap objek yang dipersepsikan. Observasi tersebut menghasilkan stimulus yang kemudian memperoleh penilaian, pengelolaan dan kemudian di interpretasikan objek tersebut. Namun, ada juga yang

18

Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasisi Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2010), h. 175.

Elemen Person Situasi Prilaku

Disposisi Subjek Obsevasi

Penilaian sesaat

Atribusi

Integrasi

Impressi Bias konfirmasi


(32)

langsung meginterprestasikan stimulus yang diterimanya dari proses observasi.

2.Keterampilan Mengajar Guru

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.19

Dari undang-undang tersebut dapat dijelaskan bahwa guru merupakan suatu profesi yang membutuhkan profesionalitas. Untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional, seorang guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif.

Menurut Ikwan Luthfi “keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru pada hakekatnya terkait dengan tafsiran tentang sejauh mana kemampuan seorang guru mampu di dalam menerapkan berbagai variasi metode mengajar”.20

Keterampilan mengajar seorang guru tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Keterampilan Bertanya

Menurut Saidiman, “bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenali. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang

19

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, h. 2 20


(33)

merupakan hasil pertimbangan. Bertanya merupakan stimulasi yang mendorong kemampuan berpikir”. 21

Sedangkan Brown menyatakan bahwa “bertanya adalah setiap pertanyaan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada siswa”.22 Dalam proses pembelajaran, seseorang guru diharapkan memberikan pertanyaan yang tersusun dengan baik agar peserta didik memahami dan memberikan respons yang baik pula.

Adapun dasar-dasar dalam memberikan pertanyaan yang baik, adalah sebagai berikut:

1) Jelas dan mudah dimengerti siswa

2) Berikan informasi yang cukup untuk memnjawab pertanyaan

3) Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu

4) Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan

5) Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata

6) Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan

7) Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar. 23

Dalam menyajikan pertanyaan, dasar-dasar pertanyaan yang baik harus diperhatikan dengan tujuan agar pertanyaan yang diajukan benar-benar efektif. Keterampilan bertanya sangat penting bagi seorang guru dalam proses belajar-mengajar. Keterampilan bertanya yang dilaksankan guru mempunyai tujuan antara lain; (a) Merangsang kemampuan berpikir siswa, (b) Membantu siswa dalam belajar, (c) Mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, (d) Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan

21

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet. I, h. 170.

22Udin Syaefudin Su’ud,

Pengembngan Profesi Keguruan, ( Bansung: Alfebeta, 2009), h. 61-62.

23

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 75.


(34)

(e) Membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan. 24

Guru yang profesional harus mengetahui apa saja komponen-komponen yang ada dalam keterampilan bertanya. Ada dua jenis keterampilan bertanya, yaitu; keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.

1) Keterampilan Bertanya Dasar

Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya dasar meliputi:

a) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat. b) Pemberian acuan.

c) Pemindahan giliran. d) Penyebaran.

e) Pemberian waktu berpikir. f) Pemberian tuntunan.

2) Keterampilan Bertanya Lanjutan

Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya lanjut meliputi:

a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan

b) Pengaturan urutan pertanyaan. c) Penggunaan pertanyaan pelacak. d) Peningkatan terjadinya interaksi. 25

Komponen-komponen keterampilan bertanya merupakan hal yang penting yang harus dipahami oleh guru. Seorang guru profesional wajib memiliki dan menguasai keterampilan bertanya, sehingga dalam proses pembelajaran guru dapat memberikan pertanyaan yang jelas, tepat dan efektif sehingga akan meningkatan hasil belajar siswa.

b. Keterampilan Memberi Penguatan

Menurut Mulyasa “penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu prilaku yang dapat meningkatan kemungkinan

24

Hamzah B. Uno, op. cit., h. 170. 25


(35)

terulangnya kembali perilaku tersebut”.26 Jadi pengutan adalah penghargaan terhadap perilaku tertentu agar perilaku tersebut dapat terulang kembali.

Menurut Hamzah B. Uno, “Keterampilan memberi penguatan merupakan keterampilan yang arahnya untuk memberikan dorongan, tanggapan, atau hadiah bagi siswa agar dalam mengikuti pelajaran siswa merasa dihormati dan diperhatikan”.27

Sedangkan menurut Moch Uzer Usman, “keterampilan memberi penguatan adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi”.28

Keterampilan pemberian penguatan merupakan suatu keterampilan yang dilakukan oleh guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar, agar dalam mengikuti pelajaran siswa merasa dihormati dan diperhatikan, sehingga muncul rasa senang pada diri siswa dan menjadikan mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar.

Penguatan mempunyai pengaruh yang positif bagi siswa terhadap proses belajarnya dan bertujuan sebagai berikut:

1)Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran. 2)Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.

3)Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.29

26

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 77-78.

27

Hamzah B. Uno, op.ci.t, h. 168. 28

Moch Uzer Usman, op. cit., h. 80. 29


(36)

Pemberian penguatan dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung sehingga siswa menjadi lebih aktif dan produktif. Untuk mencapai suatu keterampilan memberi penguatan yang baik dan utuh maka seorang guru harus menguasai dan menggunakan beberapa jenis penguatan. Jenis-jenis penguatan tersebut adalah:

1) Penguatan Verbal.

Penguatan verbal dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Miasalnya: “kamu pintar sekali”, “betul”, “seratus buat Nani”.

2) Penguatan Non-Verbal.

Penguatan non-verbal meliputi beberapa hal:

a) Pengutan berupa gerakan mimik penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya dengan anggukan kepala, geleng kepala, dan sebagainya.

b) Pengutan dengan cara mendekati, misalnya: guru duduk dengan siswa, berdiri disamping siswa, berjalan di sisi siswa.

c) Pengutan dengan kegiatan menyenangkan. Dalam hal ini guru dapat menggunkan kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya, apabila siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta membantu teman yang lainnya.

d) Pengutan berupa simbol dan tanda, misalnya kartu gambar lencana, bintang dari plastik.

e) Penguatan tak penuh, yang diberikan apabila siswa memberi jawabannya sebagian yang benar. Misalnya “ya, jawabanmu sudah baik, tetepi masih bisa disempurnakan”. Hal ini dilakukan agar siswa tersebut mengetahui bahwa jawaban tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya. 30

Pengutan atau penghargaan tidak diberikan hanya kepada siswa yang menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan benar, tetapi siswa yang memberikan jawaban atau pernyataan yang kurang tepat juga harus diberikan penghargaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya.

30Udin Syaefudin Su’ud,


(37)

c. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi diadakan karena faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar yang monoton akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun.31 Untuk menghilangkan kebosan dalam proses pembelajan diperlukan variasi atau metode lain yang lebih menarik, seperti penggunaan permaianan, pembelajaran di alam terbuka.

Menurut E. Mulyasa, “ variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan”.32

Sedangkan menurut Wingkel keterampilan menggunakan variasi diartikan “sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam proses belajarnya, siswa senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif”.33

Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa keterampilan mengadakan variasi adalah suatu proses pengubahan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

Keterampilan mengadakan variasi memiliki beberapa komponen, jika seorang guru telah memiliki komponen-komponen ini, maka guru tersebut telah menguasai secara penuh tentang keterampilan mengadakan variasi. Keterampilan mengadakan variasi

31

Hamzah B. Uno, op.cit., h. 168. 32

E. Mulyasa, op.cit., h. 78. 33


(38)

meliputi; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media pembelajaran, variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

1) Variasi dalam gaya mengajar guru. Komponen dari variasi ini meliputi; variasi suara, pemusatan perhatian siswa, kesenyapan guru, mengadakan kontak pandang dan gerak, gerakan badan dan mimik, serta pergantian posisi guru di dalam kelas.

2) Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran. Ada beberapa variasi penggunaan media yakni, media yang dapat dilihat, media yang dapat didengar, media yang dapat diraba, dan media yang dapat didengar, dilahat, dan diraba.

3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Mulai dari kegiatan yang di dominasi guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.34

Penggunaan variasi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar keterampilan mengadakan variasi berjalan sesuai dengan harapan dan tidak melenceng dari tujuan pembelajaran, maka perlu diperhatikan beberpa hal berikut ini:

1) Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relavan dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan. Sedangkan pemakaian yang berlebihan akan menimbulkan kebingungan dan menggangu proses belajar mengajar.

2) Variasi harus digunakan dengan lancar dan

berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menggangu pelajaran.

3) Variasi harus direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pembelajaran atau satu kesatuan.35

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan kebosanan akibat proses pembelajaran yang monoton. Keterampilan mengadakan variasi akan berhasil jika guru memperhatikan

34Udin Syaefudin Su’ud,

op. cit., h. 71. 35


(39)

prinsip dalam mengadakan variasi. Jika guru tidak memperhatikan prinsip tersebut variasi dalam pembelajaran akan tidak bermakna dan tujuan pembelajaran yang direncanakan tidak akan berhasil.

d. Keterampilan Menjelaskan

Menurut Mulyasa “menjaleskan adalah mendskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku”.36

Dalam kaitanya dengan proses belajar mengajar, Moch. Uzer Usman mengungkapkan bahwa, “keterampilan menjelaskan ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui”.37

Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang guru, karena dalam proses pembelajaran guru merupakan aktor yang bertugas memberikan informasi kepada siswa berupa konsep, fakta, hukum dan sebaginya yang memperlukan penjelasan.

Guru yang profesional harus menguasai keterampilan menjelaskan, karena secara umum metode pengajaran yang banyak dilakukan oleh guru adalah metode ceramah. Hal yang paling penting dalam metode ceramah adalah guru harus profesional dalam menjelaskan mengenai hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip tentang materi yang diajarkan. Moch. Uzer Usman menjelaskan beberapa tujuan dari keterampilan menjelaskan, yaitu:

1) Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar. 2) Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan

masalah-masalah atau pertanyaan.

36

E. Mulyasa, op.cit., h. 80. 37


(40)

3) Untuk mendapatkan unpan balik dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalah pahaman mereka.

4) Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah. 38

e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh seorang guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Kegiatan ini merupakan suatu rangkaian yang termasuk ke dalam proses belajar mengajar. Biasanya kegiatan membuka pelajaran diawali dengan membaca doa, absensi, meminta siswa mempersiapkan alat-alat pembelajaran. Sedangkan diakhir pembelajaran kegiatan yang dilakukan adalah menutup pelajaran dengan doa.

Wingkel memberikan penjelasan tentang membuka dan menutup pelajaran sebagai berikut:

Membuka pelajaran adalah perbuatan guru untuk menciptkan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaranan adalah kegiatan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian, dan tingkat keberasilan guru dalam proses pembelajaran.39

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa, membuka dan menutup pelajaran tidak hanya kegiatan seremonial rutin yang dilakukan oleh guru yang tidak memiliki makna bagi siswa. Membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan yang didalamnya memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran dan diakhir pembelajaran guru mengetahui tingkat keberasilan siswa.

38

Ibid., h. 89. 39


(41)

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Agar kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil perlu diperhatikan komponen-komponen didalamnya.

Mulyasa memberikan gambaran tentang komponen dalam membuka dan menutup pelajaran, antara lain; “(a) Menarik perhatian peserta didik, (b) Membangkitkan motivasi, (c) Memberikan acuan, (d) Membuka kaitan dengan matari yang sudah diajarkan. Komponen dalam menutup pelajaran meliputi; (a) Meninjau kembali pelajaran yang sudah sampaikan, (b) Mengevaluasi, (c) Tindak lanjut”.40

Dalam membuka dan menutup pelajaran, seorang guru harus memperhatikan komponen-komponen tersebut sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapaun tujuan dari kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut:

1) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas-tugas yang dihadapi.

2) Memungkinkan siswa mengetahui batas-batas tugasnya yang akan dikerjakan.

3) Siswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan yang akan digunakan dalam mempelajari bagian-bagian pelajaran. Memungkinkan siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dia pelajari.

4) Memberikan kemungkinan kepada siswa untuk

menggabungkan fakta-fakta, keterampilan, konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.

5) Memungkinkan siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran. 41

Dengan menguasai dan mengimplementasikan komponen-komponen membuka dan menutup pelajaran dengan baik, seorang guru akan lebih mampu menyampaikan bahan pelajaran kepada

40

E. Mulyasa, op.cit., h. 85-89 41


(42)

siswa secara lebih efektif dan efisien, sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.

f. Keterampilan Mengelola Kelas

Menurut Hamid Darmadi “pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan interpesonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif”.42

Kerja sama yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam hubungan intrerpersonal merupakan syarat teciptanya kondisi kelas yang kondusif, proses belajar mengajar yang efektif dan lebih optimal.

Guru yang profesional harus mamiliki keterampilan dalam mengelola kelas. Adapun tujuan dari keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut:

1) Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran

2) Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran

3) Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4) Membina hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif. 43

Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen-komponen yang harus diperhatikan oleh seorang guru, agar tujuan pengelolaan kelas dapat tercapai. Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas, yaitu:

42

Hamid Darmadi, kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 6 43Udin Syaefudin Su’ud,


(43)

1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif), yaitu:

a) Menunjukkan sikap tanggap.

b) Membagi perhatian baik dikerjakan secara visual maupun verbal.

c) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.

d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. e) Memberi teguran secara bijaksana

f) Memberi penguatan, baik kepada siswa yang mengganggu, maupun kepada siswa yang bertingkah laku baik, sebagai contoh bagi siswa yang bertingkah laku kurang baik.

2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu:

a) Memodifikasi tingkah laku, yang kurang baik dan menimbulkan gangguan.

b) Pengelolaan kelompok, dengan cara memperlancar tugas, dan memelihara kegiatan kelompok.

c) Menemukan dan mengatsi tingkah laku yang menimbulkan masalah. 44

g. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Menurut Mulyasa “pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.”45 Pengajaran ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih aktif, berkembangnya daya kreatif, memunculkan sikap kepemimpinan pada siswa, dapat memenuhi kebutuhan siswa untuk berinteraksi dengan teman satu kelompok, serta memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar.

Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (narasumber) bagi siswa, motivator bagi siswa untuk

44

E. Mulyasa, op. cit., h. 91-92. 45


(44)

belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi siswa, pembimbing kegiatan belajar siswa (konselor), dan sebagai peserta kegiatan belajar.46

Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil dan perorangan memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu kebutuhan yang esensial bagi setiap guru yang profesional.

Seperti halnya dengan keterampilan mengajar yang telah diungkapkan di atas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan juga memiliki komponen-komponennya, menurut Udin

Syaefudin Su’ud komponen itu meliputi: “(1) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran, (2) Keterampilan mengorganisasi, (3) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, (4) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar”.47

Hakekat dari sistem pengajaran ini adalah terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa, siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing, siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, dan siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar.

h. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Menurut Udin Syaefudin Su’ud “diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan sebagai informasi atau pengalaman,

46

Moch Uzer Usman, op. cit., h. 103. 47Udin Syaefudin Su’ud,


(45)

mengambil keputusan memecahkan suatu permasalahan”.48 Yang dimaksud dengan membimbing kelompok kecil adalah pembuatan kelompok dalam pembelajaran yang terdiri dari 3-7 siswa dalam setiap kelompoknya.

Kelompok merupakan kegiatan yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru mampu membimbing siswa untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru mampu melaksanakan tugas ini dengan baik.

Untuk itu seorang guru harus mengetahui komponen dan prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil. Komponen dalam membimbing kelompok kecil mencakup (1) memusatkan perhatian siswa, (2) memperjelas pendapat siswa, (3) menganalisis pandangan siswa, (4) meningkatkan kontribusi siswa, (5) mendistribusikan pandangan siswa, (6) menutup diskusi.

Dalam penerapan diskusi kelompok kecil, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

1) Harus ada kesamaan latar belakang pengetahuan diantara para anggota kelompok

2) Semua anggota kelompok harus mempu mengungkapkan pendapatnya secara lisan,

3) Topik yang dibahas harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pertanyaan,

4) Diskusi harus berjalan dalam suasan keterbukaan,

5) pelaksanaan diskusi harus mengingat keunggulan dan kelemahan-kelemahannya,

6) Diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, dan

7) Hurus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat menghambat jalannya diskusi.49

Diskusi kelompok kecil dimaksudkan agar siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran diskusi diharapkan

48

Ibid., h. 69. 49


(46)

siswa mampu berkomunikasi dengan teman, berani mengungkapkan pendapatnya, dan berkerja sama dalam menyelesaikan masalah. Agar diskusi berjalan dengan baik, seorang guru hendangnya memperhatikan komponen-komponen dalam diskusi.

3. Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru

Syaiful Bahri Djamarah, mengakatakan bahwa “Siswa atau peserta

didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan”.50

Siswa sebagai salah satu indikator tercapainya tujuan pendidikan merupakan objek yang paling berkepentingan di dalam interaksi belajar mengajar. Bagaimanapun juga tindakan-tindakan guru harus berorientasi pada kemampuan dan kebutuhan siswa.

Dengan mengetahui persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya dapat menjadi salah satu parameter dalam menilai keterampilan mengajar guru yang selama ini hanya dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Semua proses belajar selalu dimulai dengan persepsi, yaitu setelah siswa menerima stimulus atau suatu pola stimuli dari lingkungannya. Karenanya, persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang.

Apabila siswa mempunyai persepsi yang positif terhadap keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya, maka besar kemungkinan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelas, yang kemudian akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Proses pandangan atau penginderaan siswa terhadap keterampilan mengajar guru dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap guru yang mengajar tersebut. Adakalanya persepsi tersebut baik dan adakalanya persepsi tersebut buruk. Bila rangsangan yang diterima baik menurut siswa maka siswa akan mempersepsi keterampilan mengajar guru tersebut baik

50

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 51


(47)

dan akan berakibat mendorong motivasi belajarnya, sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Dan sebaliknya jika siswa mempersepsikan keterampilan mengajar guru tidak baik maka motivasi belajar mereka akan rendah yang berakibat menurunya hasil belajar.

C.

Hasil Penelitian yang Relavan.

Penelitian oleh Muhammad Feriady, Harnanik, St. Sunarto (2012), tentang “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Minat Belajar IPS kelas VIII SMP N 3 Purbalingga”. Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan fasilitas belajar siswa berpengaruh terhadap minat belajar IPS kelas VIII SMP N 3 Purbalingga.51

Penelitian oleh Ahimsa Agung Satmoko (2013) Dengan Judul “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Purworejo”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh antara persepsi siswa dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa kelas XII IPS SMA Negeri 3 Purworejo secara parsial.52

Penelitian oleh Chairunnisa (2011) dengan judul “Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat”. hasil penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pesepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat.53

51

Feriady, Harnanik, St. Sunarto, “Pengaruh Persepsi Siwa Tentang Keterampilan Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar Siswa Terhadap Minat Belajar IPS Kelas VIII SMP N 3 Purbalingga”, Economic Education Analysis Journal, eeaj 1 (2).

52Ahimsa Agung Satmoko, “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMA

Negeri 3 Purworejo”, Semarang, Skripsi pada UNNES, 2013, tidak dipublikasikan

53

Chairunnisa, “Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar

Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat”. Skripsi pada UIN syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan


(48)

D.

Kerangka Berpikir

Hasil belajar dikatakan tercapai apabila siswa mengalami perubahan dalam bentuk perkembangan ke arah yang positif. Hasil belajar siswa dikatakan baik apabila dibuktikan dengan nilai rata-rata ulangan harian, nilai ulangan semester yang baik juga. Untuk itu nilai dijadikan suatu indikator tingkat keberhasilan belajar siswa.

Proses pembelajaran selalu diarahkan agar lebih meningkat dari waktu ke waktu serta mencapai hasil yang optimal. Untuk itu perlu adanya kajian mengenai komponen-komponen dalam pendidikan yang meliputi kondisi belajar siswa dan juga guru sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.

Dalam pembelajaran di sekolah, kemponen-komponen yang ada seperti siswa, guru dan perangkat pembelajarannya, saling mempengarui satu sama lain. Beberapa komponen tersebut kemudian saling bersinergi dan membuat suatu alur yaitu input, proses, dan output. Input berarti masukan yang berupa kondisi siswa itu sendiri, proses berarti langkah-langkah selama pembelajaran berlangsung di sekolah. Kemudian output berarti keluaran atau hasil yang dicapai setelah melalui proses pembelajaran yang dalam hal ini dibuktikan dalam nilai yang diperoleh siswa setelah diadakan evaluasi.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang ilmu yang terintegrasi dari beberapa ilmu-ilmu sosial yang meliputi ilmu Sejarah, Geografi, Sosiologi, antropologi, dan Ekonomi serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial akan terus berkembang dan semakin kompleks sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diikuti juga dengan beberapa konsep yang memerlukan daya nalar dan ingatan siswa, maka diperlukan kemampuan guru dalam hal ini adalah keterampilan mengajar guru untuk mencapai proses pembelajaran yang ideal.


(49)

Keterampilan mengajar guru terdiri dari keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengelola kelompok kecil dan perorangan. Baik tidaknya keterampilan mengajar guru juga mempengaruhi kondisi psikologis siswa itu sendiri. Informasi pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru, menimbulkan persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru.

Dengan mengetahui persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya dapat menjadi salah satu parameter dalam menilai keterampilan mengajar guru yang selama ini hanya dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas. Karenanya, persepsi dianggap sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang.

Apabila siswa mempunyai persepsi yang positif terhadap keterampilan mengajar yang dimiliki oleh gurunya, maka besar kemungkinan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran di kelas, yang kemudian akan meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pandangan atau penginderaan siswa terhadap keterampilan mengajar guru dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap guru yang mengajar tersebut. Adakalanya persepsi tersebut baik dan adakalanya persepsi tersebut buruk. Namun bila rangsangan yang diterima siswa itu baik menurut siswa maka siswa akan mempersepsi keterampilan mengajar guru tersebut baik dan akan berakibat mendorong motivasi belajarnya, sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.

Berikut alur hubungan persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar siswa.


(50)

Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir

Persepsi siswa mengenai Keterampilan mengajar guru:

 keterampilan bertanya

 keterampilan memberikan penguatan

 keterampilan mengadakan variasi

 keterampilan menjelaskan

 keterampilan membuka dan menutup pelajaran

 keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

 keterampilan mengelola kelas

 keterampilan mengelola kelompok kecil dan perorangan.

Hasil Belajar siswa

E.

Rumusan Hipotesis

Hipotesis penelitian sangat diperlukan untuk memberikan arahan kepada peneliti. Melalui hipotesis, penelitian dapat memperoleh gambaran sementara tentang kemungkinan jawaban dari permasalahan yang sedang dihadapi. Hipotesis bukan merupakan kesimpulan akhir yang telah pasti benar, tetapi hal ini perlu dibuktikan kebenarannya terlebih dahulu melalui penelitian.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa mengenai

keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi.

H0 : tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa menegenai

keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi.


(51)

Jika terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi, maka berarti Ha diterima sedangkan H0 ditolak.


(52)

(53)

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi. Pada siswa kelas VIII semester I (ganjil) tahun pelajaran 2014/2015.

Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2014.

B.

Metode Penelitian

Menurut Sugiyono metode penelitian adalah “cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunan tertentu”.1 Suatu penelitian akan dikatakan berhasil jika metode yang digunakan tepat dengan apa yang akan diteliti, sehingga akan menghasilkan hasil penelitian yang maksimal.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Zainal

Arifin penelitin kuantitatif adalah “penelitian yang digununakan untuk

menjawab permasalahan melalui taknik pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan penelitian yang dapat

digeneralisasikan”.2

Dalam penelitian kuantitatif data yang dikumpulkan berupa bilangan (angka).

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data yang bersifat statistik. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi. Menurut zainal teknik

analisis regresi adalah “metode statistika yang digunakan untuk menentukan

kemungkinan bentuk hubungan antar variabel”.3 Bentuk hubungan dalam

1

Sugiyono. Metoda Penelitian Pendidikan : Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 3. 2

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Metode dan Paradigma Baru), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 29.

3


(54)

analisi regresi adalah hubungan sebab akibat. Dimana variabel bebas (X) dan terikat (X) tidak dapat dipertukarkan posisinya.

C.

Populasi dan sempel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono populasi adalah “wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”.4

Dapat dikatakan pupulasi adalah objek/subjek tertentu yang dipelajari oleh peneliti untuk menarik kesimpulan tentang apa yang ditelitinya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi semester I (ganjil) tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 3 kelas. Kelas VIII-1 terdiri dari 36 siswa, kelas VIII-2 terdiri dari 34 siswa, dan kelas VIII-3 terdiri dari 36 siswa. Jumlah keseluruhan populasi adalah 106 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan di tarik kesimpulan dari padanya.5

Adapun teknik dalam menentukan sempel adalah dengan teknik sempel acak (random sampling). Peneliti menggunkan teknik ini karena populasi yang diambil sempelnya adalah pupulasi homogen yang mengandung satu ciri.

Dalam menentukan jumlah sempel, peneliti menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n =

keterangan : n = Jumlah sempel N = Populasi

e = eror (5% (0,05)

4

Sugiyono, op.cit., h.117.

5

Nana Syaodih S, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 250.


(55)

Dengan menggunkan rumus Slovin, besarnya sempel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 83,79 atau dibulatkan menjadi 84.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunkan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunkan dokumentasi, angket atau kuesioner.

1.Dokementasi

Menurut Nana Syaodin Sukmadinata, “dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”.6 Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa daftar nama-nama siswa kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3 dan nilai ulangan harian serta nilai Ujian Tengah Semester ganjil pada mata pelajaran IPS.

2. Angket atau kuesioner

Menurut Sugiyono “angket atau kuesioner adalah suatu teknik

pengumpulan data yang dilakuhkan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis pada responden untuk dijawab”.7 Teknik ini digunakan untuk mengetahui tentang data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, dan pendapat dari responden.

Adapun jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup. Menurut Suharsimi Arikunto, angket tertutup

“disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai.”8

6

Nana Syaodih S, Ibid., h. 221

7

Sugiyono, op. cit., h. 199 8


(56)

Jenis angket ini dipilih untuk membatasi jawaban responden dengan memilih jawaban-jawan yang sudah disediakan.

Dalam penelitian ini yang akan diukur menggunakan angket adalah persepsi siswa kelas VIII tentang keterampilan mengajar guru IPS di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi. Data diperoleh dengan cara menghimpun informasi yang didapat melalui pernyataan dan pertanyaan tertulis yang diisi dengan check list dengan skala likert, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi atau dialami oleh responden. Jika data telah diperoleh, maka jawaban diberi skor.

E.

Instrumen Penilitian

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul penelitian ini, perlu ditegaskan beberapa istilah berkaitan dengan variabel penelitian:

1. Hasil Belajar

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada peserta didik dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor akibat dari interaksinya dengan lingkungan.

b. Definisi Operasional

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada peserta didik dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor akibat dari interaksinya dengan lingkungan. Variabel ini merupakan variabel terikat (Y).

Dalam penelitian ini hasil belajar dilihat dari aspek kognitif, dimana hasil belajar di peroleh dari rata-rata nilai ulangan harian, dan ujian tengah semester siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan variabel hasil belajar adalah dukumentasi.


(57)

2. Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru a. Definisi Konseptual

Persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang memilih, mengatur dan mengartikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menyimpulkan untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti terhadap suatu objek.

b. Definisi Operasional

Persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru merupakan anggapan siswa mengenai keterampilan guru dalam interaksi edukatif yang terjadi dalam pembelajaran. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengelola kelompok kecil dan perorangan.

c. Kisi-kisi Intrumen

Tabel: 3.1

Kisi-Kisi Angket Penelitian

Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru

Variabel Penelitian

Instrumen Penelitian Nomer

Soal Persepsi Siswa

Mengenai keterampilan mengajar guru

a. Keterampilan menjelaskan 1, 2, 3, 4

b. Keterampilan bertanya 5, 6, 7,

8 c. Keterampilan memberi penguatan 9, 10,


(58)

d. Keterampila mengadakan variasi 13, 14, 15 e. Keterampilan membuka dan

menutup pelajaran

16, 17, 18, 19, f. Keterampilan mengelola kelas 20, 21,

22 g. Keterampilan mengajar kelompok

kecil dan perorangan

23, 24, 25

h. Keterampilan membimbing

kelompok kecil

26, 27, 28

Sebelum disebarkan kepada responden, instrumen penelitian terlebih dahulu di uji validitas dan rehabilitanya:

1)Uji Validitas

Menurut Sugiyono, “valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.9

Valididatas dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas atau tidak.

Rumus untuk pengujian validitas adalah:

Keterangan : rXY = Koefien korelasi

n = Banyaknya data

X = Skor variabel (jawaban responden)

Y = Skor total dari variabel untuk

reponden k-n

9


(59)

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak, yaitu dengan membandingkan antara nilai rhitung dan

rtabel, dengan taraf signifikansi 5%. Apabila rhitung ≤ rtabel, maka

instrumen dinyatakan tidak valid dan apabila rhitung > rtabel, maka

instrumen dinyatakan valid. rtabel dapat dilihat pada tabel nilai

kritis untuk korelasi r product – moment, dimana N = 28 dengan demikian nilai rtabel adalah 0,374 maka rhitung dikatakan tidak valid

jika nilainya kurang dari 0,374, dan sebaiknya dibuang untuk hasil penelitian yang lebih baik

Perhitungan validitas pada penelitian ini mengunakan bantuan program SPSS For Windows Ver. 20. Adapun tahapan-tahapannya adalah; (1) menginput data validitas ke lembar data editor SPSS, (2) kemudian klik Analyze, Correlate, Bivariat, (3) Blok semua label (Item X ke 1, dst), klik ikon panah, sehingga seluruhnya akan berpindah ke kotak Variables, lalu klik OK.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan hasil validitas instrumen penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel. 3.2

Validitas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru

No t hitung t tabel Keterangan

1 0,398 0,374 Valid

2 -0,08 0,374 Tidak Valid

3 0,634 0,374 Valid

4 0,334 0,374 Tidak Valid

5 0,355 0,374 Tidak Valid

6 0,162 0,374 Tidak Valid


(60)

8 0,51 0,374 Valid

9 0,545 0,374 Valid

10 0,558 0,374 Valid

11 0,687 0,374 Valid

12 0,395 0,374 Valid

13 0,545 0,374 Valid

14 0,654 0,374 Valid

15 0,604 0,374 Valid

16 0,31 0,374 Tidak Valid

17 0,578 0,374 Valid

18 0,592 0,374 Valid

19 0,679 0,374 Valid

20 0,651 0,374 Valid

21 0,555 0,374 Valid

22 0,514 0,374 Valid

23 0,65 0,374 Valid

24 0,522 0,374 Valid

25 0,391 0,374 Valid

26 0,486 0,374 Valid

27 0,419 0,374 Valid

28 0,427 0,374 Valid

29 0,087 0,374 Tidak Valid


(1)

101

Gambar 1.3 Responden Mengisi Angket Penelitian

Gambar 1. 4 Peneliti Mengambil Hasil Pengisian Angket Oleh Responden


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh persepsi siswa tentang keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap hasil belajar IPS kelas VIII di MTs Nuurul Bayan Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi

1 15 0

HASIL BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR DAN Hasil Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Guru dalam Mengajar dan Disiplin Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMK Prawira Mart

0 6 16

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Sekolah Menengah Ata

0 4 16

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS

0 3 13

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan ‎Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas Xi ‎IPS SMA Negeri 1 Karta

0 3 12

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru dan ‎Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa Kelas Xi ‎IPS SMA Negeri 1

0 2 19

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEDISIPLINAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Ketrampilan Mengajar Guru Dan Kedisiplinan Siswa Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VII Pad

0 1 14

PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Pada SMA Negeri 1 Purwodadi

0 1 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

0 1 18

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP Pengaruh Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Dan persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonom

0 0 16