Kasus Penurunan Perkembangan dan Fungsi Posyandu di Perkotaan dan Pedesaan Kecamatan Kumai

MAMAD SYAHRUNI. Kasus Penurunan Perkembangan dan Fun& Posyandu Di
Perkotaan dan Pedesaan Kecamatan Kumai (Dibawah bi~nbinganSOEKIRMAN dan
DIAH K. PRANADJI).
I
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang proses
pembentukan posyandu, kegiatan latihan kader, sistem organisasi posyandu dan
hubungan faktor-faktor antar subsistem dalam sistem organisasi posyandu.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kumai Kabupaten Kotabaringin Barat.
Propinsi Kalirnantan Tengah srlama dua bulan, dari bulan Maret sampai Mei 2000.
Contoh dikelompokkan liedalam dua wilayah, yaitu perkotaan dan pedesaan. Di
perkotaao seluruh posyandu >.an$ada diambil sebagai contoh sedangtan di pedesaan
contoh diarnbil dengan menggunakan metode acak distratifikasi secara tidak
proporsional.
Data primer meliputi data proses pembentukan posyandu, data latihan kader
dan data sistem organisasi posyandu. Selanj~rtnyadata siste~norganisasi posyandu
dikelonipokkan kedalam tiga subsistem yaitu subsistem input, pos'es dan dutput.
Data skunder meliputi gambaran umum wilayah penelitian, galinbaran umum
pertu~nbuhandan-tingkat perkembangan posyandu selamalima 'iahun terakhir, data
sarana pelayanan kesehatan dan data keadaan kesehatan balita dan ibu hamil. Analisis
data dilakukan secara deshiptif dan statistik inferensia menggunakan uji korelasi
Speannan.

Hasil penelitian menunjukkan proses pe~nbentukanposyandu sebagian besar
(91,7%) didasarkan atas program/proyek dari pemerintah, kegiatan latihan kader pada
saat prosespembentukan sebacjan besar (83,3%) dilaksanakan oleh huskesmas dan
BKKBN sedangkan untuli hgiatan latihan kader selanjutnya (latihan ulang kadrr)
sebagian besar (66,7%) hanya melibatkan instansi puskesmas. ~elarndproses belajar
rnengajar lnetode yang digunakan sebagian besar (66,7%) adalah cera~bah.
Hasil penelitian juga menunjukkan siste~norganisasi posyandL di perkotaan
seluruhnya berada dala~nkategori kurang sedangkan di pedesaan 50% berada dalam
kategori kurang dan 50% lagi berada pada kategori cukup.
Parameter subsistem input yang sebagian besar berada pada kategori kurang
di kedua wilayah adalah jumlah kader aktif, pengetahuan kader, keterampilan kader:
sarana penyuluhan, dana dan dukungan kegiatan. Khusus untuk fak&r dana han!.a
terjadi diperkotaan sedangkan dipedesaan tidak. Parameter subsistem proses yang
sebagian besar berada pada kategori kurang di kedua wilayah adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian dan pemnbinaan. Sedangkan parameter output pang
sebagian besar berada pada kategori rendah adalah penimbangan (D~s), pemberian
vitamin A dosis tinggi untuk anak balita, kunjungan ibu hamil, peinberian tablet Fe
untuk ibu hamil, peserta KB ahif, program ta~nbahandan kegiatan dada sehat. Untuk
parameter cakupan penimbangan (DIS) dan program ta~nbahan hanya terjadi di
perkotaan sedangkau uutuk parameter Iainnya terjadi di kedua wilayah penelitian.

Uji korelasi Speannan menunjukkan faktor-faktor subsistem input yang
berhubungan positif nyata dengan subsistem proses adalah jumlah kader aktif.