Realisasi Mimpi
7. Realisasi Mimpi
ahabatku yang budiman dan dermawan serta baik hatinya, semua mimpi, pemikiran dan perencanaan harus aplicable atau realizable
(dapat terealisasi). Bekal ini akan menjadi penentu terlaksananya aktivitas. Aktivitas yang benar adalah hasil dari pemikiran yang benar. Jika berpikir tidak benar maka aktivitas juga menjadi tidak benar.
Salah satu contoh berpikir tidak benar adalah berpikir sesuatu yang tidak bisa direalisasikan. Sekedar angan-angan belaka. Dapat direalisasikan bukan berarti harus mudah direalisasikan. Berpikir besar dan rencana besar sering tidak mudah direalisasikan namun bukan tidak mungkin direalisasikan. Inilah perbedaannya, bukan harus mudah tapi dia mungkin atau mampu untuk direalisasikan (realizable).
Setiap ide bisnis sebaik apapun tidak akan menjadi sesuatu yang bermanfaat jika tidak dapat direalisasikan. Islam melarang umatnya untuk berpanjang angan-angan, suka berkhayal ( thulul a al), tanpa ada upaya untuk merealisasikan apa yang dipahami. Islam adalah agama praktis yang menilai Setiap ide bisnis sebaik apapun tidak akan menjadi sesuatu yang bermanfaat jika tidak dapat direalisasikan. Islam melarang umatnya untuk berpanjang angan-angan, suka berkhayal ( thulul a al), tanpa ada upaya untuk merealisasikan apa yang dipahami. Islam adalah agama praktis yang menilai
Wahai o a g-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak ka u ke jaka . ( Ash- Shaff [61]: 2-3)
Dari Abi Hurairah ra. berkata: Aku telah mendengar Nabi saw bersabda: Aka se a tiasa hati orang yang tua menjadi muda dalam dua perkara: cinta dunia dan dan panjang angan-angan dengan dunia". (HR. Bukhari)
Imam Ali karamallahuwajhahu pernah berkata, “esu gguh ya ada hal ya g pali g aku khawati ka
atas kalian, yakni mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan.
Mengikuti hawa nafsu bisa mengakibatkan orang menyimpang dari kebenaran, Mengikuti hawa nafsu bisa mengakibatkan orang menyimpang dari kebenaran,
Islam mengajarkan pengikutnya untuk memiliki cita-cita bukan angan-angan. Angan-angan itu muncul karena dorongan hawa nafsu, seperti yang disebutkan oleh Imam as- “uyuuthi dala Ja i al-Hadits bahwa thuulul a al huwa aja u a tuhi uhu a -nafsu (harapan yang timbul karena keinginan nafsu).
Sedangkan cita-cita, ia muncul dari pemikiran yang benar, juga renungan yang mendalam tentang keadaan masa depan apa yang bisa mendatangkan maslahat untuk dirinya dan juga umat. Hal ini sesuai dengan pesan di dalam hadits Nabi saw:
Be su gguh-sungguhlah mengupayakan apa- apa yang bermanfaat untukmu, memohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu merasa le ah pesi is . (HR. Muslim).
Hal mendasar yang membedakan antara cita-cita dan angan-angan nampak dari tindakan nyata dalam mewujudkannya. Rasulullah saw membedakan cita-cita mulia orang yang cerdas dengan kelemahan orang yang mengandalkan angan-angan,
O a g ya g e das adalah o a g ya g sudi mengoreksi diri dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yang lemah (bodoh) adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya, lalu berangan-
a ga kepada Allah. (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan haditsnya hasan)
Si lemah berangan-angan, bahwa dengan bersenang-senang, mengikuti hawa nafsu, serta tanpa kesungguhan amal mereka menyangka akan mendapatkan kemuliaan oleh Allah.
Tentang hadits ini, Al-Manawi dalam at-Taisir bi “ya hil Jaa i ash-Shaghiir berkata, A ta a ita-cita dan angan-angan itu berbeda. Barangsiapa yang tidak mengolah tanah, tidak menaburinya dengan benih, namun dia menunggu datangnya panen, maka dia hanyalah pengandai yang terpedaya dan bukan orang yang bercita-cita. Karena orang yang bercita-cita itu adalah orang yang mengelola tanah, menaburinya dengan benih, mengairinya dengan air dan melakukan sebab-sebab yang logis untuk ikhtiar, lalu selebihnya dia berharap kepada Allah agar menghindarkan dari segala
ha a da e
e ika ka u ia pa e aya.
Bagaimana agar sebuah rencana dapat direalisasikan? Seperti yang disampaikan oleh Al- Manawi dalam menjelaskan hadits di atas. Merealisasikan cita-cita atau rencana dengan action menjalankan sunatullahnya. Selesai rencana lanjutkan dengan action. Itu yang membedakan cita-cita dan angan-angan.
Dengan bekal pemahaman ini, kita akan selalu menjadi orang yang produktif. Memiliki amal. Memiliki karya. Bukan panjang angan-angan.