Kata Pengantar

Pergeseran Dalam Kurva Permintaan Investasi

Dalam penjelasan di atas, kita telah mengetahui bagaimana suku bunga mempengaruhi tingkat investasi. Investasi juga dipengaruhi oleh kekuatan lain. Gambar di bawah ini menunjukan pergeseran kurva investasi.

Pergeseran Akibat Pajak yang Tinggi

Pergeseran Akibat Peningkatan Teknologi

Keseimbangan Ekonomi

Teori keseimbangan dalam konteks Ekomoni makro, dimaksudkan sebagai keseimbangan pasar yang terjadi ketika Agregat Demand (AD) bertemu dengan Agregat Supply. Bila seluruh Individu dijumlahkan secara horizontal menjadi industri sehingga didapat kuantitas barang A yang ditawarkan dalam suatu perekonomian, dan jumlah kuantitas barang A yang diminta dalam suatu perekonomian, maka didapatkan kurva demand agregat industri A dan kurva supply agregat Industri A. Secara grafis sumbu vertikal menggambarkan harga-harga umum P, sedangkan sumbu horizontal menggambarkan output nasional Y.

Agregat Demand

Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan agregatif ini, diantaranya adalah tingkat harga secara umum, jumlah uang beredar nominal, jumlah obligasi pemerintah, defisit tertimbang pada pemanfaatan tenaga kerja secara penuh dan lain-lain. Kurva Permintaan agregatif menggambarkan keseimbangan yang terjadi di dalam pasar uang dan pasar barang.

AD

Kurva AS adalah berslope positif, seperti halnya kurva S dalam ekomomi mikro. Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang berslope positif adalah :

1. Harga-harga fleksibel, dapat turun atau dapat naik. Dengan kata lain tidak ada rigiditas harga (kekakuan harga)

2. Gaji-gaji fleksibel, dapat turun atau dapat naik. Dengan kata lain tidak ada rigiditas gaji (kekakuan gaji)

3. Perekonomian belum berada pada keadaan kapasitas penuh, sehingga setiap kenaikan AD dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi yang ada.

AS

Pada kenyataan tidak selamanya ketiga asumsi itu dapat terpenuhi. Alternatif lain adalah dengan mengasumsikan rigiditas terjadi pada harga, bukan pada gaji. Secara lengkap asumsi alternatif lain ini adalah:

1. Harga-harga tidak fleksibel (sticky price)

2. Pasar tenaga kerja kompetitif, dan gaji-gaji fleksibel. Dengan kata lain tidak ada rigiditas gaji (kekakuan gaji)

Adapun alternatif lain dengan mengasumsikan rigiditas terjadi pada output, bukan pada gaji atau pada harga. Kurva AS mempunyai slope yang vertikal pada saat seluruh kapasitas produksi perekonomian telah terpakai. Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang berslope vertikal adalah :

1. Perekonomian berada pada keadaan kapasitas penuh. Dengan kata lain, ada rigiditas output

2. Harga-harga fleksibel, dapat turun dapat naik. Dengan kata lain tidak ada rigiditas harga (kekakuan harga)

Kurva Penawaran agregatif dalam ekonomi Islam menggambarkan volume produk nasional yang akan diproduksi pada tingkat harga yang berbeda-beda. Oleh karena dalam ekonomi Islam tidak ada monopoli dalam setiap pasar (dan penguasa harus memperhatikan hal ini), maka uang atau upah nominal yang harus dibayarkan kepada pekerja adalah benar- benar sempurna fleksibel dapat bergerak ke atas dan ke bawah, sebab penentuan apakah mereka bekerja atau tidak, didasarkan semata-mata kepada upah nyata yang ditawarkan.

Keseimbangan AD-AS

Dampak dari kenaikan AD berbeda-beda pada jenis AS yang berbeda. Dengan AS yang mempunyai slope horizontal, maka pergeseran AD hanya berdampak pada Y. Dengan AS yang mempunyai slope positif, maka pergeseran AD berdampak pada P dan Y. Sedangkan bila AS mempunyai slope vertikal, maka pergeseran AD hanya berdampak pada P.

Permintaan agregat (Aggregate Demand) adalah kuantitas output total atau agregat yang ingin dibeli pada tingkat harga tertentu, di mana hal lain konstan. Aggregate Demand (AD) merupakan pengeluaran yang diinginkan di seluruh sektor produk : konsumsi, investasi domestik swasta, pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa, dan ekspor neto.

Empat komponen utama permintaan agregat, yaitu :

1) Konsumsi (C), terutama ditentukan oleh pendapatan disposabel. Analisis permintaan agregat memusatkan perhatian pada faktor-faktor penentu konsumsi riil (yaitu, konsumsi dolar atau nominal dibagi dengan indeks harga untuk konsumsi).

2) Investasi (I), mencakup pembelian bangunan, peralatan, dan akumulasi persediaan. Faktor-faktor utama penentu investasi adalah tingkat output, harga modal, dan harapan di masa depan.

3) Pengeluaran pemerintah (G), pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa. Komponen permintaan agregat ditentukan langsung oleh keputusan pengeluaran pemerintah.

4) Ekspor neto (X), yang nilainya sama dengan ekspor dikurangi impor. Ekspor neto ditentukan oleh pendapatan domestik dan luar negeri, harga relatif, dan kurs nilai tukar.

Kurva Permintaan Agregat

Kurva AD memiliki kemiringan ke bawah disebabkan efek penawaran uang. Efek penawaran uang menjelaskan bahwa pada saat harga-harga naik dengan kuantitas uang nominal tetap, maka permintaan riil terhadap barang-barang dan jasa menurun. Tetapi apabila penawaran uang tetap sementara tingkat harga naik, penawaran uang riil akan turun.

Penurunan pada penawaran uang riil akan mempengaruhi permintaan agregat melalui mekanisme moneter. Pada saat penawaran uang riil turun, uang secara relatif menjadi langka dan memasuki masa uang ketat. Peningkatan tingkat suku bunga dan pembayaran hipotek akan menyebabkan pasar saham menurun, nilai tukar dolar naik, dan makin sulit untuk mendapatkan kredit. Uang ketat mendorong penurunan investasi, ekspor neto, dan konsumsi. Singkatnya, peningkatan harga pada penawaran uang tetap, ceteris paribus , menyebabkan terjadinya uang ketat dan menghasilkan penurunan pada total pengeluaran riil. Efek netonya adalah pergeseran ke atas sepanjang kurva AD.

Pada kurva diatas, pergerakan kurva AD dengan ceteris paribus , tingkat harga yang lebih tinggi dengan penawaran uang tetap akan menyebabkan terjadinya uang ketat, tingkat suku bunga yang lebih tinggi, penurunan pengeluaran investasi yang sensitif terhadap bunga, dan juga konsumsi.

Kemiringan pada kurva AD menindikasikan bahwa ouput riil yang diminta turun karena adanya peningkatan tingkat harga. Penyebab utama kurva AD miring ke bawah adalah efek penawaran uang, karena itu tingkat harga yang lebih tinggi yang beroperasi pada penawaran nominal yang tetap menghasilkan uang ketat dan pengeluaran agregat yang lebih rendah. Sewaktu harga naik, maka nilai riil keseimbangan uang seseorang turun. Akibat penurunan nilai riil kekayaan seseorang, maka pengeluaran konsumsi seseorang pun akan cenderung turun.

Pergeseran Permintaan Agregat

Kita dapat memisahkan faktor-faktor penentu AD kedalam dua kategori. Kategori pertama mencakup variabel-variabel kebijakan utama di bawah pengawasan pemerintah. Kategori kedua adalah variabel-variabel eksternal atau variabel yang ditentukan diluar kerangka Aggregate Demand - Aggregate Supply .

Variabel Pengaruh terhadap permintaan agregat

Peningkatan

dalam penawaran uang menyebabkan penurunan tingkat suku bunga dan memperbaiki kondisi kredit serta

Kebijakan Moneter mengakibatkan kenaikan investasi dan

konsumsi barang-barang tahan lama pada tingkat yang lebih tinggi

Peningkatan pengeluaran untuk barang dan jasa, langsung meningkatkan pembelanjaan,

Kebijakan Fiskal pengurangan pajak atau peningkatan pembayaran subsidi menaikkan pendapatan serta menyebabkan konsumsi menjadi besar

Variabel Eksternal

Variabel Pengaruh terhadap permintaan agregat

Pertumbuhan output di luar negeri Output Luar Negeri menyebabkan peningkatan ekspor neto

Harga saham atau harga rumah yang meningkat, menghasilkan kekayaan rumah tangga yang lebih besar dan juga

Nilai Modal meningkatkan konsumsi; selain itu, hal

tersebut menyebabkan turunnya harga modal dan kenaikan investasi usaha

Produksi minyak dunia yang lebih besar menurunkan

minyak dunia. Penurunan Harga Minyak

harga

Pendapatan riil konsumen dan kepercayaan pengusaha yang lebih tinggi meningkatkan konsumsi, pembelian mobil, dan investasi

Perubahan-perubahan pada variabel diatas cenderung mengakibatkan peningkatan permintaan agregat dan menggesar kurva AD ke luar.

Pada gambar diatas, hal-hal lain tidak lagi dianggap konstan. Perubahan pada variabel- variabel yang mendasari AD, seperti penawaran uang, kebijakan pajak, atau pengeluaran militer, menyebabkan perubahan total pengeluaran pada suatu tingkat harga tertentu.

Pertentangan Antara Pandangan Keynesian dan Klasik

Perbedaan dasar antara pendekatan klasik dan Keynesian dapat ditemukan dalam pandangan yang berbeda-beda tentang perilaku penawaran agregat.

Pendekatan Klasik

Hukum Say mengenai pasar. Para ekonom klasik berpikir bahwa persediaan yang melimpah dalam periode yang panjang tidak akan terjadi. Apabila AS atau AD bergeser, harga-harga akan bereaksi sevcara fleksibel untuk menjamin bahwa output pada kesempatan kerja telah dipenuhi. Di sini kita melihat bagaimana harga yang fleksibel menjamin harga tersebut bergerak ke bawah sehingga cukup untuk meningkatkan pengeluaran untuk mencapai output pada kesempatan kerja penuh.

Hukum Say

Gambar diatas sehubungan dengan Hukum Say, penawaran menciptakan permintaannya sendiri karena harga-harga bergerak ke arah keseimbangan antara permintaan dan penawaran agregat.

Konsekuensi Kebijakan. Pandangan klasik ini mempunya dua implikasi pokok :  Pertama, perekonomian selalu mencapai full employment dan tidak pernah ada

pemborosan sumbar daya. Perekonomian selalu berproduksi pada tingkat output potensial, dan pekerja yang ingin bekerja pada tingkat upah saat itu pasti memperoleh pekerjaan.

 Kedua, kebijakan makroekonomi tidak akan mampu mempengaruhi tingkat pengangguran dan output; makroekonomi hanya mempengaruhi tingkat harga saja (atau laju inflasi) bersama dengan komposisi GNP riil.

Inti dari pandangan klasik adalah keyakinan bahwa ha rga dan upah fleksibel; dan bahwa fleksibilitas harga menyediakan mekanisme koreksi sendiri yang mengembalikan kesempatan kerja seca ra cepat dan selalu menjaga output potensial.

Revolusi Keynesian

Sementara ekonom-ekonom klasik berpikir bahwa pengangguran yang bersifat terus-menerus tidak mungkin terjadi, Keynes membuktikan bahwa harga dan upah tidak fleksibel dan kaku.

Konsekuensi yang menarik.  Pengamatan pertama Keynesian adalah bahwa perekonomian pasar modern dapat

terjebak dalam keseimbangan tidak pernah (underemployment equilibrium), yaitu suatu keseimbangan penawaran dan permintaan agregat dimana outputnya berada jauh di bawah output potensial dan pada prinsipnya sebagian dari angkatan kerja menganggur karena terpaksa.

 Pengamatan Keynes yang kedua adalah melalui kebijakan moneter atau fiskal, pemerintah dapat merangsang perekonomian dan menjaga tingkat output dan kesempatan kerja tinggi.

Permintaan Agregat menentukan output pada pendekatan Keynesian

Dalam model Keynesian, kemiringan ke atas kurva penawaran agregat mengimplikasikan bahwa output akan meningkat dengan permintaan agregat yang lebih tinggi sepanjang terdapat sumber daya yang tidak digunakan. Pada saat AD mengalami depresi, output akan berada dalam keseimbangan pada titik A, dengan tingkat pengangguran tinggi.

Apabila permintaan agregat meningkat dari AD ke AD’, tingkat output riil meningkat dari A ke B, seperti halnya dengan harga yang meningkat.

Penawaran Agregat

Penawaran Agregat atau yang sering ditulis dengan notasi AS, menerangkan sisi produksi dan harga dalam perekonomian; yang menerangkan perilaku dunia usaha secara keseluruhan. Penawaran Agregat mempunyai definisi sebagai berikut : Sejumlah hasil output yang bersedia diproduksi atau dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu.

Penawaran agregat dapat digambarkan dalam sebuah kurva, yaitu kurva yang memadukan antara tingkat harga yang mungkin atau berlaku dengan total output riil dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi tetap.

AS AD Q

Keterangan : Sumbu horizontal adalah Q, yaitu total output (GDP riil) perekonomian, dan pada sumbu

vertikal adalah P, yaitu keseluruhan tingkat harga yang misalnya dihitung dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). E adalah keseimbangan atau ekuilibrium.

Analisis mengenai penawaran agregat dibagi menjadi dua periode waktu, yaitu dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, hubungan penawaran agregat ditunjukkan dengan kemringan kurva ke atas, yakni di mana peningkatan harga dihubungkan dengan peningkatan output. Sedangkan dalam jangka panjang, hubungannya ditunjukkan dengan kurva vertikal, saat di mana peningkatan tingkat harga tidak menghasilkan peningkatan apa-apa dalam total output yang ditawarkan.

Faktor-faktor Penentu Penawaran Agregat

Dua faktor utama yang menentukan penawaran agregat adalah output yang potensial dan biaya-biaya input.

Output Potensial

Faktor yang pertama menentukan penawaran agregat adalah kapasitas produksi perekonomian, sebabnya penawaran agregat terutama tergantung pada output potensial. Keadaan tersebut didasarkan atas GNP potensial yang menunjukkan jumlah maksimum yang dapat diproduksi oleh perekonomian dengan mempertahankan harga yang stabil. Apabila perekonomian memproduksi melebihi kapasitas output potensialnya, harga akan meningkat lebih cepat, apalagi ketika sumber daya yang dimanfaatkan lebih intensif. Sebaliknya, apabila perekonomian memproduksi di bawah kapasitas output potensialnya, maka tingkat pengangguran akan tinggi.

Definisi output potensial digambarkan sebagai berikut; GNP potensial adalah tingkat GNP riil yang akan dihasilkan oleh perekonomian apabila tingkat pengangguran berada pada tingkat yang dapat dihitung ―alamiah‖, yang penghitungannya ditetapkan sekitar 6 persen dari

total angkatan kerja. Sedangkan sumber-sumber pertumbuhan output potensial diantaranya adalah kontribusi kuantitatif dari input tenaga kerja, modal, dan tanah.

Pada dasarnya, hubungan antara output potensial dengan penawaran agregat adalah; output potensial menggambarkan jumlah yang akan diproduksi oleh perekonomian pada kapasitas dimana tidak menimbulkan jenjang antara harga yang tinggi dan pengangguran yang semakin banyak, yakni kapasitas potensial, yang nantinya akan ditawarkan untuk dikonsumsi oleh bisnis, pemerintah, dan masyarakat.

Biaya-biaya Input Sewaktu biaya produksi naik, dunia usaha akan menawarkan tingkat output tertentu

hanya pada harga yang lebih tinggi. Misalnya, apabila biaya-biaya input meningkat beitu besar sehingga menaikkan biaya produksi, dunia usaha akan menawarkan pada berbagai tingkat output pada tingkat harga yang tinggi pula.

Faktor yang mempengaruhi penawaran agregat :

Output potensial

Variabel input : output potensial mengasumsikan bahwa pengangguran tenaga kerja dan sumber daya lainnya terjadi pada tingkat terendah yang konsisten terhadap harga yang stabil. Pertumbuhan input meningkatkan tingkat output potensial dan penawaran agregat.

Variabel teknologi dan efisiensi : output potensial dipengaruhi oleh tingkat efisiensi dan penggunaan teknologi, serta inovasi yang dilakukan oleh dunia usaha.

Upah dan biaya

Variabel upah : biaya yang lebih rendah untuk output potensial tertentu mempunyai arti bahwa kuantitas yang ditawarkan akan lebih tinggi pada setiap harga.

banyak pada produksi domestik sehingga akan meningkatkan penawaran agregat. (a)

P Q Q Q Keterangan :

P P’

(a) Pertumbuhan output potensial tanpa peningkatan pada biaya-biaya produksi akan menggeser kurva penawaran agregat ke kanan, dari AS ke AS’. (b) Pada saat biaya-biaya meningkat tetapi output potensial tidak berubah, maka kurva penawaran agregat bergeser lurus ke atas, dari AS ke AS ’.

Q P adalah output potensial, AS adalah agregat supply .

Kurva AS Jangka Pendek dan Jangka Panjang

P P AS

AS

(a) jangka pendek (b) jangka panjang

Keterangan : (a) Kurva penawaran agregat jangka pendek, mempunyai kemiringan ke atas

karena banyak biaya-biaya yang tidak fleksibel dalam jangka pendek. (b) Kurva penawaran agregat jangka panjang berbentuk vertikal, dengan output yang ditawarkan sama dengan output potensial. Dalam jangka panjang, seluruh harga dan upah fleksibel atau dapat disesuaikan sehingga output tidak dipengaruhi oleh tingkat harga keseluruhan.

 Karim, Adiwarman A, Ekonomi Makro Islami, Cetakan ke-2, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007  Makalah-makalah Keseimbangan Ekonomi AD-AS

 Paul A samuelson, Makro Ekonomi, ed. Empatbelas, Peerbit Erlangga, Jakarta 1995