TRANSFORMASI KOMUNITAS PUNK DI KEDAI KEBLASUK CONDONG CATUR YOGYAKARTA BERSERTA ALASANNYA

5.1.6 D.I.Y : Konstruksi Modal Sosial Punkers

  Menurut Tremor, sebagai pendiri zine yang bernama Beyond the Barbed Wire, menjelaskan maksud pemilihan nama itu. Beyond the Barbed Wire yang berarti Di Luar Kawat Berduri. Tremor berpendapat, dunia modern adalah sebuah kamp konsentrasi besar, yang dibatasi oleh pagar kawat berduri. Kawat berduri itu tajam, Kawat berduri telah dipasang untuk mencegah seseorang masuk, atau bahkan seseorang keluar, dan dunia ada di balik pagar kawat berduri tersebut, yang penuh dengan represifitas (secara fisik, mental, dan filosofis). Akan tetapi banyak orang yang memilih untuk berusaha pergi melarikan diri dan hidup di luar kamp konsentrasi tersebut. Ada yang berusaha lari melarikan diri tetapi justru Menurut Tremor, sebagai pendiri zine yang bernama Beyond the Barbed Wire, menjelaskan maksud pemilihan nama itu. Beyond the Barbed Wire yang berarti Di Luar Kawat Berduri. Tremor berpendapat, dunia modern adalah sebuah kamp konsentrasi besar, yang dibatasi oleh pagar kawat berduri. Kawat berduri itu tajam, Kawat berduri telah dipasang untuk mencegah seseorang masuk, atau bahkan seseorang keluar, dan dunia ada di balik pagar kawat berduri tersebut, yang penuh dengan represifitas (secara fisik, mental, dan filosofis). Akan tetapi banyak orang yang memilih untuk berusaha pergi melarikan diri dan hidup di luar kamp konsentrasi tersebut. Ada yang berusaha lari melarikan diri tetapi justru

  terhadap dunia yang penuh dengan ketidak beresan. Punk adalah salah satunya. 21

  Do It Yourself sebagai sebuah alternatif dan dunia tandingan dari sebuah dunia yang memagari kita yang selalu melarang kita untuk mengetahui apa yang terjadi diluar kawat berduri dan mendikte tentang apa yang kita mau dalam hidup. Dalam memahami D.I.Y individu tidak bisa hanya sekedar memahami lewat pemaknaan tanpa melakukan parktik kehidupan, Sehingga pemaknaan D.I.Y sebagai etika para Punkers dapat bersifat variatif dan tergantung dari bagaimana seorang individu mau dan mampu memahami dan menjalankanya.

  Kehadiran Kedai Keblasuk merupakan sebuah alternatif Punkers Kedai Keblasuk untuk keluar dari sistem yang mengekang kebebasan mereka, Kebebasan dalam meluapkan ekspresi tidak terbatas oleh amatan-amatan pihak ataupun institusi yang sangat menentang keberadaan mereka, seperti halnya Satuan Polisi Pramong Praja yang kerap mereka hadapi. Kedai merupakan wujud dari upaya defensif mereka dalam mempertahankan diri serta eksistensi perjuangan yang membrontak, dalam mewujudkan gerakan tersebut, para Punkers memanfaatkan kedai sebagai media bagi mereka dalam menyampaikan kritikan dan keperihatinan yang mereka anggap lebih bisa diterima oleh negara dengan lebih mudah, dalam kaitan ini yaitu masyarakat, dengan menggunakan cara seperti lewat kegiatan-kegiatan berwujud seni lukisan, seni ketoprak, gambar-gambar di dinding yang di gelar di Kedai Keblasuk, namun yang paling efektif bagi para Punkers yakni diskusi secara langsung mengenai permasalahan sosial politik, atau apa itu Punk, dan lainnya dengan orang-orang diluar kelompoknya yang

  kebanyakan mahasiswa 22 .

  Proses Transformasi Punkers terjadi, Kelompok yang dahulunya bersifat eksklusif terhadap realitas sosial di luar kelompok pada saat dijalan kini

  22 BEYOND THE WIRE ZINE, ISSUE 012005 Wawancara dengan Cangak pada tanggal 24 juli 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta 22 BEYOND THE WIRE ZINE, ISSUE 012005 Wawancara dengan Cangak pada tanggal 24 juli 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta

  Inklusifitas yang terjadi pasca terbukanya Kedai Keblasuk mendorong para Punkers untuk bersopan santun kepada orang-orang di luar kelompoknya, para Punkers yang dahulunya cenderung tertutup terhadap interaksi diluar kelompok sekarang menjadi lebih terbuka selaras dengan usaha Kedai Keblasuk yang mereka usung. Mereka akan terlebih dahulu menyapa dan menegur pelanggan yang datang secara sopan dan berusaha untuk mengakrabkan diri dengan pelanggan yang sekiranya sering singgah di Kedai Keblasuk. Hal tersebut merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk membuat para pelanggan merasa nyaman ketika berada di Kedai Keblasuk. Dalam hal pelayanan para Punkers sangat mengutamakan kenyamanan dan kebetahan para pembeli ataupun pelanggan, mereka dengan senang hati menerima kritik ataupun masukan dari para pembeli jika ada sesuatu yang dirasa kurang seperti rasa makanan yang kurang pedas, piring-piring dan gelas-gelas yang telat diambil usai ditinggalkan pembeli, dan lainnya.

  Selaras dengan prinsip D.I.Y (Do It Yourself) yang dipegang teguh oleh Punkers, Kedai Keblasuk memiliki tujuan kolektif dalam merubah aggapan negatif masyarakat yang secara umum kerap ditunjukan kepada mereka, seperti sekelompok kriminal, kumpulan pemuda tidak berharga, tidak memiliki masa depan yang baik yang dilabelkan berdasarkan perilaku seperti tukang minum- Selaras dengan prinsip D.I.Y (Do It Yourself) yang dipegang teguh oleh Punkers, Kedai Keblasuk memiliki tujuan kolektif dalam merubah aggapan negatif masyarakat yang secara umum kerap ditunjukan kepada mereka, seperti sekelompok kriminal, kumpulan pemuda tidak berharga, tidak memiliki masa depan yang baik yang dilabelkan berdasarkan perilaku seperti tukang minum-

  seperti yang diutarakan oleh plongo 23 ,

  “Dengan dandanan yang seperti ini mungkin dianggapnya menjual jajanan yang gak halal mungkin, dikira orang-orang seperti kita ini gak bisa memberikan citarasa yang enak buat dagangan saya, dan mungkin mereka takut juga melihat dandanan seperti saya, awalnya seperti itu. Kalo sekarang Ahamdulilah rame mas, ya karena kita bisa komunikasinya aja, bisa ngobrolnya kepada orang-orang mas.”

  Perjuangan yang dilakukan para Punkers dalam memutar balikan anggapan menggunakan pendekatan komunikasi yang intens kepada orang-orang diluar komunitas mereka merupakan kunci utama dalam mendobrak pandangan- pandangan negatif masyarakat tentang mereka. Seperti yang peneliti amati, para Punkers yang menempati Kedai Keblasuk berusaha untuk menunjukan etiket baik melalui bahasa keseharian mereka menggunakan bahasa halus dan santun kepada orang-orang yang belum mereka kenal. Mereka pun senantiasa menyapa tetangganya ketika sedang berpasasan lalu akan mengobrol bahkan tak jarang ada yang sampai bercanda jika ada waktu luang. Hingga kini keberadaan mereka pun

  sudah bisa diterima oleh sebagian masyarakat, menurut cangak 24 ,

  “Ya kalo sekarang itu sudah membaik, tapi kalo dulu hubungan kita dulu memang “ambyar”, sekarang tetangga-tetangga setidaknya memahami sedikit apa yang kita perjuangkan, kami disini bukan hanya mencari uang namun eksistensi kita menjadi makhluk sosial walaupun tidak semua warga sekitar bisa menerima.”

  Wawancara dengan Plongo (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 26 juli 2016 di Kedai 24 Keblasuk Wawancara dengan Cangak (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 24 juli 2016 di Kedai Keblasuk

  Selain diterapkan didalam kegiatan usaha Kedai Keblasuk, modal sosial pun turut dipraktekan oleh Punkers kepada masyarakat disektiar kedai, keakraban dan sopan yang mereka bangun dengan tetangga dalam mendapatkan pengakuan menjadi senjata untuk melunturkan anggapan negatif tentang mereka, sehingga mereka dengan leluasa dapat berekspresi tanpa merasa terintimidasi lewat amatan ataupun anggapan-anggapan negatif yang belum tentu benar tentang mereka dan berpotensi dapat merusak kepercayaan pembeli atau pelanggan yang telah mereka bangun untuk keberlangsungan kedai.

  Jika dilihat lebih jauh, ada sebuah potensi-potensi yang para Punkers sadari lewat kedekatan mereka dengan masyarakat umum diluar komunitasnya, lewat anggapan positif yang sedang mereka bangun, seperti halnya pembeli, pelanggan, ataupun tetangga dan lainnya. wujud pembrontakan dan perlawanan mereka yang ekspresif dan bersifat kritik terhadap sistem-sistem yang mereka anggap bobrok dianggap lebih efektif jika diterpakan ketika mereka sudah bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, ditengah-tengah anggapan positif tentang mereka, ketimbang pada saat mereka melakukan wujud perlawanan di jalanan.

5.2. Alasan-Alasan Yang Melatarbelakangi Proses Transformasi Punkers

5.2.1. Tersedianya Peluang Untuk Melakukan Usaha Kedai Keblasuk

  Pada aspek fisik, ketersediaan akses yang mereka dapatkan berupa tempat serta izin yang telah diberikan pemilik tanah untuk merawat serta mengembangkan kedai merupakan faktor yang turut mempengaruhi proses transformasi. para Punkers menyadari bahwa tanah yang mereka huni dapat digunakan sebagai ruang bagi mereka untuk berekspresi sekaligus mencari penghasilan, dikarenakan tempatnya yang strategis berdekatan dengan pemukiman mahasiswa sehingga berpotensi besar untuk melakukan kegiatan usaha berupa kedai.

  Sedangkan pada aspek relasi, pertemanan yang pernah para Punkers bangun dengan orang-orang di luar kelompoknya memberi dampak positif dalam kegiatan usaha kedai seperti berupa dukungan-dukungan yang memberikan manfaat berupa informasi bahan material bekas yang sekiranya bisa mereka gunakan untuk mengembangkan kedai, hingga sampai pada penyediaan bahan baku makanan dan promosi kedai keblasuk.

5.2.2. Kritik Terhadap Negara

  Selain untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri dan menjadi ruang untuk mengekspresikan diri tanpa berharap dan bergantung pada Negara, kegiatan usaha kedai keblasuk memiliki fungsi lain sebagai media untuk mekritik Pemerintah yang dinilainya belum mampu mewujudkan janji yang tertera dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Negara dianggap tidak memelihara namun lebih tepatnya memberikan intimidasi ketika mencoba menerapkan pasal tersebut, penertiban yang terjadi kerap tidak adil serta

  menggunakan cara-cara kekerasan fisik, seperti yang di ungkapkan oleh plongo 25 ,

  “pengalaman pahitnya seperti mabuk ditangkap satpol pp, kita dianggap sampah, kita digebukin, terus kita lawan malah nambah

  digebukin. Padahal mas orang-orang yang ada dikafe sana pada mabuk-mabukan tapi kok gak digebukin satpol pp, lucu lho, wagu tenan, apa gara-gara dandanan dan uang.”

  Pelatihan yang dilakukan usai melakukan penertiban pun dinilai tidak efektif, karena para Punkers menjalani pelatihan lantaran terpaksa dan dibawah tekanan. Penertiban dan pelatihan yang kerap dilakukan dianggap hanya sebatas formalitas belaka, Negara dianggap belum mampu menyediakan akses-akses kepada mereka untuk mengaktualisasi diri, seperti memberikan lapangan pekerjaan. Tingginya stigma negatif tentang orang-orang yang bertattoo dan

  25 Wawancara dengan Plongo (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 26 juli 2016 di Kedai

  Keblasuk Keblasuk

  

  Alansan transformasi mereka juga sangat dipengaruih oleh idea-idea mereka yang ingin menerapkan Kedai Keblasuk sebagai wahana kritik mereka yang secara spesifik merujuk pada aspek ekonomi-sosio-politik menggunakan karya lukis dan lagu. Karya-karya tersebut secara efektif lebih mudah di sajikan kepada Negara yang dalam hal ini adalah masyarakta umum, akademisi, pembeli dan pelanggan kedai keblasuk.