LAMPU depan mobil yang berkelok-kelok di jalan akses

BAB 29 LAMPU depan mobil yang berkelok-kelok di jalan akses

SMSC yang berpepohonan adalah yang pertama dilihat oleh si penjaga dalam satu jam terakhir. Dengan patuh dia mengecilkan volume perangkat TV portabelnya dan menyimpan camilannya ke bawah meja. Waktu yang payah. Redskins sedang melakukan tendangan pembukaan dan dia tidak ingin melewatkannya.

Ketika mobil semakin dekat, penjaga itu memeriksa nama pada buku catatan di hadapannya.

Dr. Christopher Abaddon. Katherine Solomon baru saja menelepon untuk

memberitahukan Keamanan mengenai kedatangan tamu ini sebentar lagi. Penjaga itu tidak tahu siapa dokter ini, tapi tampaknya dia sangat bagus dalam pekerjaannya; dia tiba dalam limusin hitam panjang. Kendaraan ramping panjang itu memberitahukan Keamanan mengenai kedatangan tamu ini sebentar lagi. Penjaga itu tidak tahu siapa dokter ini, tapi tampaknya dia sangat bagus dalam pekerjaannya; dia tiba dalam limusin hitam panjang. Kendaraan ramping panjang itu

"Selamat malam," sapa sopir seraya mengangkat topi. Dia lelaki bertubuh kekar dengan kepala plontos. Dia sedang mendengarkan pertandingan football di radio. "Saya membawa Dr. Christopher Abaddon untuk menemui Miss. Katherine Solomon."

Penjaga itu mengangguk. "Mana kartu idenfitasnya?" Sopir tampak terkejut. "Maaf, bukankah Miss. Solomon

sudah menelepon?"

Penjaga itu mengangguk, melirik televisi. "Saya masih perlu memindai dan mencatat tanda pengenal pengunjung. Maaf, peraturan. Saya perlu melihat kartu identitas dokter."

“Tak masalah." Sopir berbalik di kursinya dan bicara dengan nada berbisik melalui sekat privasi, sementara penjaga itu ke melirik pertandingan. Tim Redskins berhasil melepaskan diri dari hadangan, dan dia berharap bisa mengizinkan limo ini sebelum permainan berlanjut.

Sopir berbalik ke depan lagi dan mengulurkan kartu identitas yang tampaknya baru saja dia terima lewat sekat privasi.

“Penjaga itu mengambil kartu identitas dan cepat-cepat memindainya ke dalam sistem. Surat I zin Mengemudi DC menyebutkan Christopher Abaddon dari Kalorama Heigth. Fotonya menunjukkan seorang lelaki tampan berrambut pirang mengenakan blazer biru dilengkapi dasi dan sapu tangan satin di saku. Siapa yang mengenakan sapu tangan di saku untuk foto SI M?”

Sorak-sorai terdengar dari perangkat televisi, dan penjaga Sorak-sorai terdengar dari perangkat televisi, dan penjaga

"Kau, boleh masuk.” Ketika limo bergulir masuk, penjaga itu kembali pada TV-

nya, berharap ada pemutaran ulang.

Ketika Mal’akh menyetir limonya di jalan akses yang berkelok-kelok, mau tidak mau dia tersenyum. Museum rahasia Peter Solomon mudah ditembus. Yang lebih manis lagi, malam ini untuk kedua kalinya dalam dua puluh empat jam, Mal’akh menembus salah satu ruang pribadi Solomon. Kemarin malam, kunjungan yang serupa dilakukannya di rumah Solomon.

Walaupun Peter Solomon punya rumah pedesaan megah di Potomac, dia mengahbiskan sebagian besar waktunya di apartemen penthouse di Dorchester Arms yang eksklusif. Kediamannya, seperti sebagian besar bangunan yang diperuntukkan bagi mereka yang superkaya, merupakan benteng yang sesungguhnya.

Dinding-dinding tinggi. Gerbang-gerbang pengaman. Daftar tamu. Tempat parkir bawah tanah yang terlindung.”

Mal'akh telah menyetir limusin yang sama ini ke pos penjaga bangunan, mengangkat topi sopir dari kepala plontosnya, dan menyatakan, "Saya membawa Dr, Christopher Abaddon, tamu undangan Mr. Peter Solomon." Mal’akh mengucapkan kata-kata itu seakan mengumumkan kedatangan Duke of York.

Penjaga memerikaa buku catatan, lalu kartu identitas Abbaddon. "Ya, Mr. Solomon mengharapkan kedatangan Dr.

Abbaddon." Dia menekan sebuah tombol dan gerbang terbuka. "Mr. Solomon ada di apartemen penthouse... Mintalah tamu Anda menggunakan lift paling kanan. Lift itu naik sampai ke sana."

"Terima kasih!' Mal’akh menyentuh ujung topi dan menyetir.

Ketika berbelok jauh ke dalam garasi, dia meneliti kamera- kamera keamanan. Tidak ada. Tampaknya, mereka yang tinggal di sini bukanlah jenis orang yang suka membobol mobil, atau jenis orang yang suka diawasi.

Mal'akh parkir di pojok gelap di dekat lift, menurunkan sekat antara ruang sopir dan ruang penumpang, lalu menyelinap melewati lubang itu ke bagian belakang limo. Setelah beradadi bagian belakang, dia melepas topi sopir dan mengenakan wig pirang. Dia merapikan jaket dan dasi, lalu menengok cermin untuk memastikan make-up-nya tidak tercoreng. Mal'akh tidak mau mengambil risiko apa pun. Tidak malam ini.

Aku sudah, menunggu terlalu lama untuk ini. Beberapa detik kemudian, Mal’akh melangkah ke dalam lift

privat. Perjalanan ke puncak hening dan lancar. Ketika pinta terbuka, dia mendapati dirinya berada di dalam koridor pribadi yang elegan. Tuan rumahnya sudah menunggu.

"Dr. Abaddon. Selamat datang.” Mal’akh memandang ke dalam mata kelabu terkenal lelaki

ini dan merasakan jantungnya mulai berpacu. "Mr. Solomon, terima kasih atas kesediaan Anda menemui saya."

"Harap panggil aku Peter." Kedua lelaki itu saling berjabat tangan. Ketika Mal'akh menggenggam telapak tangan lelaki "Harap panggil aku Peter." Kedua lelaki itu saling berjabat tangan. Ketika Mal'akh menggenggam telapak tangan lelaki

"Silakan masuk," ujar Solomon, seraya menggiring Mal'akh ke dalam ruang tamu elegan yang jendela-jendela lebarnya menawarkan pemandangan menakjubkan cakrawala Washington.

"Apakah aku mencium teh yang sedang diseduh?” kata Mal'akh ketika dia masuk.

Solomon tampak terkesan. "Orangtuaku selalu menyambut tamu dengan teh. Aku melanjutkan tradisi itu." Dia menuntun Mal'akh ke dalam ruang tamu. Di sana, nampan teh sudah menunggu di depan perapian. "Krim dan gula?"

"Teh saja. Terima kasih." Sekali lagi Solomon tampak terkesan. "Rupanya kau

seorang yang menghargai kemurnian." Dia menuang secangkir teh pahit untuk mereka masing-masing. "Kau bilang, kau perlu mendiskusikan sesuatu yang bersifat sensitif dan hanya bisa didiskusikan secara pribadi?"

"Terima kasih. Kuhargai waktumu." "Kini aku dan kau adalah saudara sesama Mason. Kita

punya ikatan. Katakan, bagaimana aku bisa membantumu."

"Pertama-tama, aku ingin berterima kasih atas kehormat penganugerahan derajat ketiga puluh tiga beberapa bulan yang lalu. I ni sangat berarti buatku."

"Aku senang, tapi harap diketahui bahwa semua keputusan itu bukan semata-mata keputusanku. I tu keputusan "Aku senang, tapi harap diketahui bahwa semua keputusan itu bukan semata-mata keputusanku. I tu keputusan

memberikan suara yang menentangnya. Tapi dalam Freemason, seperti juga dalam semua hal lainnya, uanglah yang berkuasa. Mal'akh telah mencapai derajat ketiga puluh dua di rumah perkumpulan Masonnya, hanya menunggu sebulan sebelum menyumbang jutaan dollar untuk amal atas nama Masonic Grand Lodge. Tindakan tidak mementingkan diri sendiri yang tidak diminta ini, seperti yang diharapkan Mal'akh, cukup untuk membuatnya dengan segera menerima undangan ke dalam derajat ketiga puluh tiga yang elite. Akan tetapi, aku belum mempelajari rahasia apa pun.

Walaupun ada ungkapan kuno yang mengatakan - "Semuanya lengkap pada derajat ketiga puluh tiga"- Mal'akh belum diberi tahu sesuatu apa pun yang baru, sesuatu yang berhubungan dengan pencariannya. Tapi, dia tidak pernah mengharap diberi tahu. Lingkaran dalam organisasi Freemasonry berisikan lingkaran-litigkaran yang lebih kecil... lingkaran-lingkaran yang mungkin tidak akan bisa dimasuki Mal'akh selama bertahun-tahun. Dia tidak peduli. I nisiasinya sudah memenuhi tujuannya. Sesuatu yang unik terjadi di dalam Ruang Kuil itu dan memberi Mal'akh kekuatan melebihi kekuatan mereka semua. Aku tidak lagi mengikuti peraturan- peraturan kalian.

"Sadarkah kau," ujar Mal'akh seraya meneguk teh, "bahwa aku dan kau pernah bertemu bertahun-tahun yang lalu?"

Solomon tampak terkejut. "Benarkah? Aku tidak ingat." "Sudah cukup lama." Dan Christopher Abaddon bukanlah

nama aseliku.

"Maaf sekali. Agaknya benakku sudah tua. I ngatkan aku, "Maaf sekali. Agaknya benakku sudah tua. I ngatkan aku,

Mal'akh tersenyum untuk terakhir kalinya kepada lelaki yang dibencinya melebihi lelaki mana pun di dunia. "Sayang sekali kau tidak ingat."

Dengan satu gerakan lancar, Mal'akh mengeluarkan alat kecil dari saku dan mengulurkannya ke depan, lalu menusukkannya dengan keras ke dada lelaki itu. Muncul kilau cahaya biru, desis hijam pistol-pengejut ditembakkan, dan helaan napas kesakitan ketika satu juta volt listrik mengaliri tubuh Peter Solomon. Mata lelaki itu membelalak, dan dia terkulai tanpa daya dikursinya. Kini Mal'akh berdiri, menjulang di hadapan lelaki itu, meneteskan liur bagaikan singa yang hendak melahap mangsanya yang terluka.

Solomon terkesiap, berjuang untuk bernapas. Mal'akh melihat ketakutan di mata korbarnya dan berttanya

berapa banyak orang yang pernah melihat Peter Solomon yang agung gemetar ketakutan. Mal’akh menikmati pemandangan itu selama beberapa detik yang panjang. Dia meneguk the, menunggu lelaki itu menarik napas. -

Solomon mengejang, berusaha bicara. "Mengapa?” Akhirnya dia berhasil, berkata.

"Menurutmu mengapa?” desak Mal’akh. Solomon tampak benar-benar kebingungan. “Kau ingin,

uang?" Uang? Mal'akh,tertawa dan kembali meneguk teh. “Aku menyumbang jutaan dolar untuk Freemason; aku tidak

peduli kekayaan." Aku datang untuk kebijakan, dan dia menawariku kekayaan?

"Kau memiliki sebuah rahasia. Kau akam menceritakannya "Kau memiliki sebuah rahasia. Kau akam menceritakannya

memandang lurus ke mata Mal’akh. “Aku tidak….. mengerti.” "Tidak ada lagi kebohongan.” Mal'akh berteriak maju

sampai berjarak beberapa inci dari lelaki lumpuh itu. "'Aku tahu apa yang tersembunyi di Washington sini."

Mata kelabu Solomon tampak menantang. "Aku sama sekali tidak tahu kau bicara apa!"

Mal'akh kembali meneguk teh, lalu meletakkan cangkirnya di atas tatakan. "Kau mengucapkan kata-kata yang sama itu kepadaku sepuluh tahun yang lalu, di malam kematian ibumu."

Mata Solomon, terbelalak lebar. “Kau…?” "Dia tidak perlu mati. Seandainya kau memberi apa yang

kuminta….”

Wajah lelaki tua itu mengernyit dalam pengenalan…. dan ketidakpercayaan yang mengerikan.

"Kau sudah kuperingatkan,” ujar Mal'ak-h, “jika kau menarik pelatuk, aku akan menghantuimu selamanya.”

“Tapi kau…” Mal'akh melesat maju, kembali menusukkan pistol-pengejut

itu keras-keras ke dada Solomon. Sekali lagi muncul kilau cahaya hijau, dan Solomon benar-benar terkulai.

Mal'akh menyimpan kembali pistol-pengejut itu di saku, dan dengan tenang menghabiskan teh. Ketika sudah selesai, dia menyeka bibir dengan serbet linen bermonogram dan mengintip kordennya. "Kita berangkat sekarang?"

Tubuh Solomon tidak bergerak, tapi matanya membelalak Tubuh Solomon tidak bergerak, tapi matanya membelalak

Mal'akh mendekat dan berbisik di telinga lelaki itu. "'Aku akan membawamu ke tempat di mana yang ada hanyalah kebenaran. "

Tanpa sepatah kata pun lagi, Mal'akh menggulung serbet ber-monogram itu dan memasukkannya ke mulut Solomon. Lalu dia mengangkat lelaki lumpuh itu ke atas bahunya dan menuju lift. Dalam perjalanan keluar, dia memungut iPhone Solomon dan kunci-kunci dari meja lorong.

Malam ini kau akan menceritakan semua rahasiamu kepadaku, pikir Mal'akh. Termasuk mengapa kau meninggalkanku untuk mati bertahun-tahun yang lalu itu.

BAB 30 Tingkat SB. Ruang bawah tanah Senat. Klaustrofobia mencengkeram Robert Langdon semakin erat

seiring setiap langkah terburu-buru mereka menuruni tangga. Ketika mereka berjalan semakin jauh memasuki fondasi asli gedung, udara berubah lembap dan ventilasi tampaknya tidak ada. Dinding-dinding di bawah sini berupa campuran batu dan bata kuning yang tidak rata.

Direktur Sato mengetik di BlackBerry-nya sembari mereka berjalan. Langdon merasa bahwa perempuan itu mencurigai dia, tetapi dia sendiri juga curiga pada Sato. Sato masih belum menceritakan bagaimana dia bisa tahu Langdon ada di sini malam ini. Masalah keamanan nasional? Langdon sulit memahami hubungan antara mistisisme kuno dan keamanan Direktur Sato mengetik di BlackBerry-nya sembari mereka berjalan. Langdon merasa bahwa perempuan itu mencurigai dia, tetapi dia sendiri juga curiga pada Sato. Sato masih belum menceritakan bagaimana dia bisa tahu Langdon ada di sini malam ini. Masalah keamanan nasional? Langdon sulit memahami hubungan antara mistisisme kuno dan keamanan

Peter Solomon memercayakan sebuah jimat kepadaku... seorang gila pengkhayal menipuku untuk membawanya ke Capitol dan ingin aku menggunakannya untuk membuka portal mistis... kemungkinan di ruangan yang disebut SBB13.

Bukan gambaran yang jelas. Seiring mereka terus melangkah maju, Langdon berusaha

menyingkirkan bayangan mengerikan tangan bertato Peter diubah menjadi Tangan Misteri. Gambar menakutkan itu diiringi suara Peter: Misteri Kuno, Robert, telah berkembang menjadi banyak mitos... tapi itu tidak berarti itu hanyalah fiksi.

Walaupun mempelajari simbol-simbol dan sejarah mistis dalam kariernya, sisi intelektual Langdon selalu meragukan gagasan Misteri Kuno dan janji ampuh apotheosis.

Catatan sejarah memang mengandung bukti tak terbantahkan bahwa ada kebijakan rahasia telah diturunkan selarna berabad-abad, yang tampaknya bersumber dari Ajaran-Ajaran Misteri zaman Mesir awal. Pengetahuan ini akhimya terkubur, dan muncul kembali ketika masa Renaisans Eropa. Di sana, menurut sebagian besar catatan, pengetahuan itu dipercayakan kepada sekelompok elite ilmuwan di balik dinding-dinding pusat pemikiran ilmiah utama Eropa – the Royal Society of London – yang secara misterius dijuluki

I nvisible College. "Akademi" rahasia ini dengan cepat berubah menjadi

kelompok penasihat yang terdiri atas orang-orang paling tercerahkan di dunia - I saac Newton, Francis Bacon, Robert Boyle, dan bahkan Benjamin Franklin. Saat ini, daftar "anggota-anggota" modernnya juga tak kalah mengesankan -

Einstein, Hawking, Bohr, dan Celsius. Semua orang terpandai ini telah membuat lompatan kuantum dalam pemahaman manusia, yaitu kemajuan-kemajuan yang menurut beberapa orang adalah hasil eksplorasi mereka terhadap kebijakan kuno yang tersembunyi di I nvisible College. Langdon ragu apakah ini benar, walaupun "karya mistis" dalam jumlah yang luar biasa memang berlangsung di balik dinding-dinding itu.

Dokumen-dokumen rahasia Newton yang ditemukan pada 1936 mengejutkan dunia, karena mengungkapkan kegairahan luar biasa Newton terhadap studi alkimia kuno dan kebijakan mistis. Dokumen-dokumen pribadi Newton meliputi surat tulisan-tangan untuk Robert Boyle, dan di dalam surat itu, dia mendorong Boyle untuk tetap " membisu" mengenai pengetahuan mistis yang telah mereka pelajari. "Pengetahuan itu tidak bisa disampaikan," tulis Newton, "tanpa menimbulkan kerusakan dahsyat pada dunia." Arti peringatan aneh ini masih diperdebatkan sampai saat ini.

"Profesor," panggil Sato tiba-tiba, seraya mendongak dari BlackBerry-nya, "walaupun kau bersikeras tidak tahu mengapa kau ada di sini malam ini, mungkin kau bisa menjelaskan cincin Peter Solomon?"

"Bisa kucoba," ujar Langdon, seraya kembali memusatkan pikiran.

Sato mengeluarkan kantong spesimen dan menyerahkannya kepada Langdon. "Ceritakan mengenai simbol-simbol pada cincin ini."

Langdon meneliti cincin yang dikenalnya itu ketika mereka berjalan melewati lorong sepi. Pada bagian depan cincin terdapat gambar phoenix berkepala-dua sedang memegang pita bertuliskan ORDO AB CHAO, dengan dada dihiasi angka

33. Phoenix berkepala-dua dengan angka tiga puluh tiga 33. Phoenix berkepala-dua dengan angka tiga puluh tiga

"Jadi, apakah kau tahu kalau Peter Solomon anggota lingkaran-dalam yang elite ini?"

"Tentu saja. Keanggotaan seseorang dalam Mason sama sekali tidak dirahasiakan."

"Dan dia pejabat tingkat-tertinggi mereka?" "Saat ini, ya. Peter memimpin Dewan Tertinggi Derajat tiga

Puluh Tiga, yang merupakan penguasa Ritual Skotlandia di Amerika." Langdon selalu suka mengunjungi markas besar mereka - House of the Temple - mahakarya klasik yang hiasan simbolisnya menyaingi hiasan simbolis Kapel Rosslyn di Sktolandia.

"Profesor, apakah kau memperhatikan ukiran pada lingkaran cincin? Bertuliskan kata-kata 'Semuanya terungkap pada derajat tiga puluh tiga.’"

Langdon mengangguk. "I tu tema umum dalam hikayat Mason."

"Kuasumsikan bahwa itu berarti sesuatu yang istimewa akan diungkapkan kepada anggota Mason yang diterima ke dalam derajat ketiga puluh tiga yang tertinggi ini?"

"Ya, itu hikayatnya, tapi mungkin kenyataannya tidak seperti itu. Selalu ada dugaan bahwa beberapa anggota terpilih di dalam eselon Mason tertinggi ini akan diberitahu mengenai suatu rahasia mistis besar. Aku curiga kenyataannya tidak sedramatis itu."

Peter Solomon sering mengucapkan secara main-main memengenai rahasia Mason yang tak ternilai harganya, tapi Langdon selalu menganggap itu hanya usaha iseng untuk membujuknya bergabung dengan kelompok persaudaraan itu. Sayangnya, semua kejadian malam ini sama sekali tidak bisa dianggap main-main, dan tidak ada yang main-main dalam keseriusan Peter ketika mendesak Langdon untuk melindungi bungkusan tersegel di dalam tas bahunya.

Dngan sedih, Langdon melirik kantong plastik berisi cincin emas Peter itu. "Direktur," katanya, "apakah kau keberatan jika aku yang menyimpannya?"

Sato mengamatinya. "Mengapa?" "Benda itu sangat berharga bagi Peter, dan aku ingin

mengembalikannya kepadanya malam ini." Sato tampak skeptis. "Semoga saja kau mendapat

kesempatan itu.” “Terima kasih." Langdon mengantongi cincin itu. "Satu pertanyaan lagi," ujar Sato, ketika mereka semakin

dalam memasuki labirin. "Menurut stafku, saat memeriksa- silang konsep derajat ketiga puluh tiga dan 'portal' dengan Freemason, mereka benar-benar menemukan ratusan referensi mengenai ‘piramida'?"

"I tu juga tidak mengejutkan," jawab Langdon. "Para pembangun piramida di Mesir adalah pelopor tukang batu "I tu juga tidak mengejutkan," jawab Langdon. "Para pembangun piramida di Mesir adalah pelopor tukang batu

"Menyimbolkan apa?" "Pada dasarnya, piramida merepresentasikan pencerahan.

I tu simbol arsitektural yang melambangkan kemampuan manusia kuno untuk membebaskan diri dari tingkatan duniawinya dan terangkat ke surga, menuju matahari emas, dan pada akhirnya menuju sumber tertinggi pencerahan."

Sato menunggu sejenak. "Apa lagi?" Apa lagi?! Langdon baru saja menjelaskan salah satu simbol

paling elegan dalam sejarah. Struktur yang menjadi jalan bagi manusia untuk mengangkat dirinya ke dalam ranah dewa- dewa.

"Menurut stafku," kata Sato, "kedengarannya ada lebih banyak hubungan yang relevan malam ini. Mereka bilang, ada legenda populer mengenai piramida tertentu di Washington sini – sebuah piramida yang secara spesifik berhubungan dengan Mason dan Misteri Kuno?"

Kini Langdon menyadari apa yang dibicarakan Sato, dan dia berusaha menyingkirkan gagasan itu sebelum mereka membuang lebih banyak waktu lagi. "Aku memang mengenal legenda itu Direktur, tapi itu hanya khayalan. Piramida Mason adalah salah satu mitos yang paling bertahan lama di DC, mungkin berasal dari piramida pada Lambang Negara Amerika Serikat."

“Mengapa tidak kau katakan sebelumnya?" Langdon mengangkat bahu. "Karena tidak ada dasar

faktanya. Seperti yang kubilang, itu mitos. Salah satu dari banyak mitos yang dihubungkan dengan Freemason."

"Akan tetapi, mitos ini berhubungan langsung dengan Misteri Kuno?"

"Pasti, seperti juga banyak mitos lainnya. Misteri Kuno adalah dasar dari berbagai legenda yang bertahan dalam sejarah - cerita-cerita mengenai kebijakan luar biasa yang dilindungi oleh para penjaga rahasia, seperti Templar, Rosicrucian, I lluminati, Alumbrados - daftarnya tidak ada habisnya. Semua legenda itu didasarkan pada Misteri Kuno... dan Piramida Mason hanya salah satu contoh."

"Aku mengerti," ujar Sato. "Dan apa yang sesungguhnya dikatakan oleh legenda ini?"

Langdon berpikir selama beberapa langkah, kemudian menjawab, "Wah, aku tidak ahli dalam teori konspirasi, tapi aku mempelajari mitologi, dan sebagian besar legendanya kira-kira seperti ini: Misteri Kuno - kebijakan berabad-abad yang hilang - sudah lama dianggap sebagai harta karun tersuci umat manusia dan, seperti harta karun besar lainnya, dilindungi dengan hati-hati. Orang-orang bijak tercerahkan, yang memahami kekuatan sejati kebijakan ini, mulai mengkhawatirkan potensi "menakjubkannya. Mereka tahu, seandainya pengetahuan rahasia itu jatuh ke tangan-tangan yang belum diinisiasi, akibatnya bisa menghancurkan; seperti yang kita katakan tadi, alat-alat hebat bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan. Jadi, untuk melindungi Misteri Kuno, sekaligus juga umat manusia, para praktisi awal ini membentuk persaudaraan-persaudaraan rahasia. Di dalam kelompok-kelompok persaudaraan ini mereka hanya mengungkapkan kebijakan itu kepada anggota-anggota yang sudah diinisiasi dengan benar, sehingga meneruskan kebijakan itu dari satu orang bijak ke orang bijak lain. Banyak yang percaya bahwa kita bisa melihat sisa-sisa sejarah orang-orang yang menguasai Misteri itu... dalam cerita-cerita tentang Langdon berpikir selama beberapa langkah, kemudian menjawab, "Wah, aku tidak ahli dalam teori konspirasi, tapi aku mempelajari mitologi, dan sebagian besar legendanya kira-kira seperti ini: Misteri Kuno - kebijakan berabad-abad yang hilang - sudah lama dianggap sebagai harta karun tersuci umat manusia dan, seperti harta karun besar lainnya, dilindungi dengan hati-hati. Orang-orang bijak tercerahkan, yang memahami kekuatan sejati kebijakan ini, mulai mengkhawatirkan potensi "menakjubkannya. Mereka tahu, seandainya pengetahuan rahasia itu jatuh ke tangan-tangan yang belum diinisiasi, akibatnya bisa menghancurkan; seperti yang kita katakan tadi, alat-alat hebat bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan. Jadi, untuk melindungi Misteri Kuno, sekaligus juga umat manusia, para praktisi awal ini membentuk persaudaraan-persaudaraan rahasia. Di dalam kelompok-kelompok persaudaraan ini mereka hanya mengungkapkan kebijakan itu kepada anggota-anggota yang sudah diinisiasi dengan benar, sehingga meneruskan kebijakan itu dari satu orang bijak ke orang bijak lain. Banyak yang percaya bahwa kita bisa melihat sisa-sisa sejarah orang-orang yang menguasai Misteri itu... dalam cerita-cerita tentang

hubungannya?”

"Yah," ujar Langdon, yang kini berjalan semakin cepat untuk mengimbangi perempuan itu, "'di sinilah sejarah dan mitos mulai bergabung. Menurut beberapa catatan, hampir semua kelompok persaudaraan rahasia ini punah pada abad ke-16 di Eropa, sebagian besarnya dibasmi oleh gelombang eksekusi atas nama agama. Kabarnya, Freemason menjadi penjaga Misteri Kuno terakhir yang masih bertahan. Tentu saja mereka khawatir Misteri Kuno akan hilang selamanya jika suatu hari nanti kelompok persaudara mereka punah seperti para pendahulunya."

"Dan piramida itu?" desak Sato lagi. Langdon sudah akan menjelaskannya. "Legenda Piramida

Mason cukup sederhana. Dinyatakan bahwa kelompok Freemason, untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam melindungi kebijakan luar biasa ini bagi generasi-generasi yang akan datang, memutuskan untuk menyembunyikannya dalam benteng besar. Langdon mencoba mengumpulkan segenap ingatannya mengenai cerita itu. "Sekali lagi kutekankan bahwa semua ini adalah mitos, tapi konon Mason memindahkan kebijakan rahasia mereka dari Dunia Lama ke Dunia Baru - ke sini, ke Amerika - tanah yang mereka harap akan tetap bebas dari tirani agama. Dan di sini mereka mendirikan benteng yang tidak bisa ditembus - piramida tersembunyi - yang dirancang untuk melindungi Misteri sampai seluruh umat manusia siap menerima kekuatan menakjubkan yang disampaikan oleh kebijakan ini. Menurut mitos, Freemason memahkotai piramida besar mereka dengan batu- puncak berkilau dari emas-padat, sebagai simbol harta karun Mason cukup sederhana. Dinyatakan bahwa kelompok Freemason, untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam melindungi kebijakan luar biasa ini bagi generasi-generasi yang akan datang, memutuskan untuk menyembunyikannya dalam benteng besar. Langdon mencoba mengumpulkan segenap ingatannya mengenai cerita itu. "Sekali lagi kutekankan bahwa semua ini adalah mitos, tapi konon Mason memindahkan kebijakan rahasia mereka dari Dunia Lama ke Dunia Baru - ke sini, ke Amerika - tanah yang mereka harap akan tetap bebas dari tirani agama. Dan di sini mereka mendirikan benteng yang tidak bisa ditembus - piramida tersembunyi - yang dirancang untuk melindungi Misteri sampai seluruh umat manusia siap menerima kekuatan menakjubkan yang disampaikan oleh kebijakan ini. Menurut mitos, Freemason memahkotai piramida besar mereka dengan batu- puncak berkilau dari emas-padat, sebagai simbol harta karun

"Cerita yang cukup menarik," komentar Sato. "Ya. Freemason menjadi korban segala jenis legenda gila." "Jelas kau tidak memercayai keberadaan piramida semacam

itu."

“Tentu saja tidak," jawab Langdon. "Tidak ada bukti apa pun yang menyatakan bahwa para bapak bangsa kita yang anggota Mason mendirikan sejenis piramida apa pun di Amerika, apalagi di DC. Sulit sekali menyembunyikan sebuah piramida, terutama piramida yang cukup besar untuk menampung semua kebijakan yang hilang selama berabad- abad."

Legenda itu, seingat Langdon, tidak pernah menjelaskan dengan tepat apa yang seharusnya ada di dalam Piramida Mason - apakah teks-teks kuno, tulisan-tulisan gaib, pengungkapan-pengungkapan ilmiah, atau sesuatu yang jauh lebih misterius – tapi legenda itu memang mengatakan bahwa informasi berharga yang berada di dalamnya disandikan secara cerdik... dan hanya bisa dipahami oleh jiwa-jiwa paling tercerahkan.

"Bagaimanapun," ujar Langdon, "cerita ini masuk dalam kategori yang disebut oleh para simbolog sebagai 'hibrida arketipal’ dari legenda-legenda klasik lainnya, meminjam begitu banyak elemen dari mitologi populer, sehingga hanya berupa konstruksi yang bersifat khayalan... bukan fakta sejarah."

Ketika mengajarkan hibrida arketipal kepada para mahasiswanya, Langdon menggunakan contoh dongeng yang Ketika mengajarkan hibrida arketipal kepada para mahasiswanya, Langdon menggunakan contoh dongeng yang

Sato menggaruk-garuk kepala ketika mereka berbelok dan mengikuti Anderson menuruni serangkaian kecil tangga. "Katakan. Jika aku tidak keliru, piramida pernah dianggap sebagai portal mistis, dan melalui piramida itu, raja-raja Mesir kuno yang sudah meninggal bisa terangkat menuju para dewa. Benar tidak?"

"Benar." Sato langsung berhenti, menggamit lengan Langdon, dan

memelototinya dengan raut wajah antara terkejut dan tidakpercaya. "Kau bilang, penculik Peter Solomon menyuruhmu menemukan portal tersembunyi, dan tidakkah terpikirkan olehmu bahwa dia membicarakan Piramida Mason dari legenda ini?"

"Apa pun sebutannya, Piramida Mason adalah dongeng. Benar- benar khayalan."

Kini Sato melangkah lebih dekat, dan Langdon bisa mencium napasnya yang berbau asap rokok. "Aku memahami pendirianmu dalam hal ini, Profesor, tapi demi investigasiku, keparalelannya sulit untuk diabaikan. Sebuah portal yang membawa pada pengetahuan rahasia? Di telingaku, ini Kini Sato melangkah lebih dekat, dan Langdon bisa mencium napasnya yang berbau asap rokok. "Aku memahami pendirianmu dalam hal ini, Profesor, tapi demi investigasiku, keparalelannya sulit untuk diabaikan. Sebuah portal yang membawa pada pengetahuan rahasia? Di telingaku, ini

"Yah, aku hampir tidak bisa memercayai-" "Apa yang kau percayai tidaklah penting. Tak peduli apa

yang kau percayai, kau harus mengakui bahwa lelaki itu sendiri mungkin percaya bahwa Piramida Mason itu nyata."

"Lelaki itu gila! Dia mungkin juga percaya bahwa SBB Tiga Belas merupakan jalan masuk menuju piramida raksasa di bawah tanah yang berisikan semua kebijakan kuno yang hilang!"

Sato berdiri tak bergerak, matanya berapi-api. "Krisis yang sedang kuhadapi malam ini bukan dongeng, Profesor. Kuyakinkan kau, krisis ini sangat nyata."

Kebisuan yang dingin menggantung di antara mereka. " Ma'am?" panggil Anderson pada akhirnya, seraya

menunjukkan pintu pengaman lain yang berjarak tiga meter. "Kita hampir sampai, jika kau ingin melanjutkan."

Akhirnya Sato mengalihkan tatapannya dari Langdon, lalu mengisyaratkan Anderson untuk berjalan terus.

Mereka mengikuti kepala keamanan itu melewati ambang pintu pengaman, memasuki lorong sempit. Langdon menoleh ke kiri, lalu ke kanan. Kau pasti bergurau.

Dia sedang berdiri di lorong terpanjang yang pernah dilihatnya.

BAB 31

Ketika meninggalkan lampu-lampu terang Kubus dan Ketika meninggalkan lampu-lampu terang Kubus dan

Kuharap, dia baik-baik saja menghadapi perjalanannya, pikir Trish, ketika bergerak melintasi kegelapan yang membekukan. Hal terakhir yang diperlukannya adalah kepanikan tamu VI P Katherina ketika menyadari apa yang harus dilakukannya untuk sampai ke lab. Saat pertama selalu yang terburuk.

Saat pertama Trish adalah sekitar setahun yang lalu. Dia sudah menerima tawaran pekerjaan Katherine, menandatangani dokumen kerahasiaan, lalu datang ke SMSC bersama Katherine untuk melihat labnya. Kedua perempuan itu berjalan menyusuri “The Street", lalu tiba di pintu logam bertuliskan BANGSAL 5. Walaupun Katherine sudah mencoba menggambarkan lokasi lerpencil lab, Trish tidak siap menghadapi apa yang dilihatnya ketika pintu bangsal berdesis membuka.

Kekosongan itu. Katherine melangkah melewati ambang pintu, berjalan

beberapa puluh sentimeter ke dalam kegelapan total, lalu mengisyaratkan Trish untuk mengikuti. "Percayalah. Kau tidak akan tersesat.“

Trish membayangkan dirinya berkelana dalam ruangan gelap gulita seukuran stadion, dan pikiran itu saja membuatnya berkeringat.

"Kami punya sistem penuntun untuk menjagamu agar tetap pada jalur." Katherine menunjuk lantai. "Teknologi yang sang sederhana."

Trish menyipitkan mata menembus kegelapan, memandang lantai semen kasar. Perlu sejenak untuk melihatnya dalam kegelapan tapi ada karpet sempit memanjang yang diletakkan membentuk garis lurus. Karpet itu memanjang seperti jalanan, menghilang dalam kegelapan.

"Lihatlah dengan kakimu," ujar Katherine, seraya berbalik dan berjalan pergi. "I kuti saja persis di belakangku."

Ketika Katherine menghilang dalam kegelapan, Trish menelan ketakutannya dan mengikuti.

I ni gila! Dia baru berjalan beberapa langkah menyusuri karpet ketika pintu Bangsal 5 mengayun menutup di belakangnya, menenggelamkan sedikit cahaya lembut terakhir. Dengan denyut nadi berpacu, Trish mengalihkan semua perhatian untuk merasakan karpet di bawah kakinya. Dia baru berjalan beberapa langkah di atas karpet panjang empuk itu ketika merasakan pinggiran kaki kanannya menapak semen keras, Dengan terkejut, dia membetulkan posisinya ke kiri berdasarkan insting, mengembalikan kedua kakinya ke atas karpet empuk.

Suara Katherine mewujud di hadapannya dalam kegelapan, kata-katanya nyaris tertelan seluruhnya oleh akustik tak- bernyawa di dalam kegelapan ini. "Tubuh manusia itu menakjubkan," katanya. "Jika kau menghilangkan salah satu input pengindraannya, indra-indra yang lain segera mengambil alih. Saat ini saraf-saraf di kakimu secara harfiah

'menyelaraskan' diri mereka sendiri agar menjadi lebih sensitif."

Bagus, pikir Trish, seraya kembali membetulkan arah perjalanannya.

Mereka berjalan dalam keheningan untuk waktu yang tanpaknya benar-benar terlalu lama. "Seberapa jauh lagi?" tanya Trish akhirnya.

“Kira-kira kita sudah setengah jalan." Suara Katherine kini terdengar lebih jauh.

Trish mempercepat langkah, berupaya sekeras mungkin agar tetap tenang, tapi luasnya kegelapan terasa seakan hendak menelannya. Aku tidak bisa melihat bahkan satu milimeter di depan wajahku! " Katherine? Bagaimana kau bisa tahu kapan harus berhenti berjalan?"

"Kau akan tahu sebentar lagi," jawab Katherine.

I tu setahun yang lalu. Dan kini, malam ini, Trish sekali lagi berada di dalam kekosongan, menuju ke arah yang berlawanan, keluar ke lobi untuk menjemput tamu bosnya. Perubahan mendadak dalam tekstur karpet di bawah kakinya mengingatkannya bahwa dia sudah berjarak tiga meter dari pintu keluar. Jalur peringatan, begitulah sebutan yang diberikan oleh Peter Solomon, penggemar berat bisbol. Trish langsung berhenti, mengeluarkan kartu-kunci, dan meraba- raba dalam kegelapan di sepanjang dinding, sampai ai menemukan celah menonjol dan menyelipkan kartunya.

Pintu mendesis terbuka. Trish menyipitkan mata memandang cahaya lorong SMSC

yang menyambutnya. Berhasil... lagi.

Trish menyusuri koridor-koridor sepi dan mendapati dirinya memikirkan arsip-teredaksi aneh yang mereka ternukan pada sebuah jaringan berpengaman. Portal kuno? Lokasi rahasia di bawah tanah? Dia bertanya-tanya apakah Mark Zoubianis berhasil menemukan lokasi dokumen misterius itu.

Di dalam ruang kontrol, Katherine berdiri dalam kilau lembut layar plasma dan mendongak memandangi dokumen misterius yang mereka temukan. Kini dia sudah mengisolasi frasa-frasa kuncinya, dan merasa semakin yakin bahwa dokumen itu membicarakan legenda tersebar-luas yang sama, yang tampaknya ceritakan oleh kakaknya kepada Dr. Abaddon.

Aku harus melihat keseluruhan arsip, pikir Katherine. Dia menatap sejenak lebih lama, lalu mematikan tombol

listrik layar plasma. Katherine selalu mematikan layar intensif- energi ini agar tidak memboroskan cadangan-cadangan hidrogen cair sel bahan bakarnya.

Dia menyaksikan ketika kata-kata kuncinya perlahan-lahan memudar, mengecil menjadi bintik putih mungil yang melayang di tengah layar, lalu akhirnya padam.

Dia berbalik dan berjalan kembali menuju kantornya. Dr Abaddon akan tiba sebentar lagi, dan dia ingin membuat lelaki itu merasa diterima.

BAB 32

"Hampir sampai," ujar Anderson, seraya menuntun Langdon dan Sato menyusuri koridor yang tampaknya tidak pernah berakhir dan membentang di sepanjang fondasi bagian timur Capitol. “Di masa Lincoln, lorong ini berlantai tanah dan dipenuhi tikus.”

Langdon bersyukur karena lantainya sudah berubin; dia bukan penggemar berat tikus.

Kelompok itu berjalan terus, langkah kaki mereka berdentam-dentam menciptakan gema tidak teratur mengerikan di dalam lorong panjang itu. Pintu-pintu mendereti lorong panjang, beberapa tertutup, tapi banyak yang terbuka.

Banyak ruangan di tingkat ini yang tampaknya tidak terpakai. Langdon mengamati bahwa nomor-nomor pada pintu kini semakin kecil dan, setelah beberapa saat, tampaknya habis.

SB4 ... SB3 ... SB2 ... SB1 ... Mereka berjalan terus melewati sebuah pintu tanpa nomor,

tapi Anderson langsung berhenti ketika nomor-nomornya kembali membesar.

HB1 ... HB2 ... "Maaf," kata Anderson. "Terlewat. Aku hampir tidak pernah

masuk sedalam ini."

Kelompok itu mundur beberapa meter menuju sebuah pintu logam tua, yang kini disadari Langdon terletak di titik tengah lorong - garis membujur yang membagi Ruang Bawah Tanah Senat ( Senate Basement, SB) dan Ruang Bawah Tanah House of Representatives ( House Basement, HB). Ternyata pintunya memang ditandai, tapi tulisannya begitu pudar sehingga hampir tidak terlihat.