Di kantor ruang bawah tanah, jauh di dalam markas CI A di

BAB 50 Di kantor ruang bawah tanah, jauh di dalam markas CI A di

Langley, Virginia, cipher Mason enam-belas-karakter yang sama itu berkilau terang pada monitor komputer high- definition. Analis OS senior Nola Kaye duduk sendirian dan mempelajari gambar yang dikirim lewat e-mail kepadanya sepuluh menit lalu oleh atasannya, Direktur I noue Sato.

Apakah ini semacam lelucon? Tentu saja Nola tahu itu bukan lelucon; Direktur Sato tidak punya rasa humor, dan kejadian-kejadian malam ini sama sekali bukan lelucon. Keterlibatan tingkat tinggi Nola di dalam OS CI A yang serba tahu telah membukakan matanya pada dunia kekuasaan tersamar. Tapi, apa yang disaksikan Nola dalam dua puluh empat jam terakhir ini telah selamanya mengubah kesan- kesannya terhadap semua rahasia yang disimpan oleh orang- orang berkuasa.

"Ya, Direktur," ujar Nola kini, seraya menjepit telepon di bahu kiri ketika dia bicara dengan Sato. "Ukirannya memang cipher Mason. Akan tetapi, teksnya tidak ada artinya. Tampaknya berupa kisi yang terdiri dari huruf-huruf acak." Dia "Ya, Direktur," ujar Nola kini, seraya menjepit telepon di bahu kiri ketika dia bicara dengan Sato. "Ukirannya memang cipher Mason. Akan tetapi, teksnya tidak ada artinya. Tampaknya berupa kisi yang terdiri dari huruf-huruf acak." Dia

"Seharusnya menyatakan sesuatu," desak Sato. "Tidak, kecuali jika ada lapisan penyandian kedua yang saya

sadari." "Punya tebakan?" tanya Sato. "I tu matriks berbasis-kisi, jadi bisa saya proses dengan

metode biasa - Vigenere, grille, trellise, dan seterusnya - tapi saya tidak bisa menjanjikan apa-apa, terutama jika teks itu memakai metode one-time pad."

“Lakukan sebisamu. Dan lakukan dengan cepat. Bagaimana dengan sinar-X-nya?"

Nola memutar kursi ke sistem kedua yang menyajikan gambar sinar-X keamanan standar tas seseorang. Sato meminta informasi mengenai sesuatu yang tampaknya adalah piramida kecil di dalam sebuah kotak berbentuk kubus. Normalnya, benda setinggi dua inci tidak akan menjadi masalah keamanan nasional, kecuali dibuat dari plutonium hasil pengayaan. Yang ini bukan. Piramida itu terbuat dari sesuatu yang hampir sama mengejutkan.

"Analisis kepadatan-gambar sudah memastikan," ujar No,

"Sembilan belas koma tiga gram per sentimeter kubik. I tu emas murni. Sangat, sangat berharga."

"Ada lagi yang lain?" "Sesungguhnya, ya. Pemindaian kepadatan menemukan

sedikit ketidakteraturan pada permukaan piramida emas itu. Ternyata emasnya diukir dengan tulisan."

"Benarkah?" Sato tampak berharap. "Apa tulisannya?" "Belum bisa saya beritahukan. I nskripsinya sangat halus.

Saya sedang mencoba memperjelasnya dengan filter-filter, tapi resolusi gambar sinar-X-nya kurang bagus."

"Oke, teruslah mencoba. Telepon aku jika kau mendapat sesuatu.”

"Ya, Ma’am." "Dan, Nola?" Nada suara Sato berubah mengancam.

"Seperti semua yang kau ketahui dalam dua puluh empat jam terakhir ini, gambar piramida batu dan batu-puncak emas itu dirahasiakan pada tingkat keamanan tertinggi. Kau tidak boleh berkonsultasi dengan siapa pun. Kau melapor langsung kepadaku. Aku ingin memastikan bahwa itu sudah jelas."

"Tentu saia, Ma’am." "Bagus. Terus laporkan kemajuannya." Sato menutup

telepon. Nola menggosok-gosok mata, dan dengan mata buram

kembali memandangi layar-layar komputer. Dia belum tidur selama lebih dari tiga puluh enam jam, dan dia tahu sekali kalau dia tidak akan tidur lagi sampai krisis ini terselesaikan.

Apa pun penyelesaian itu. Kembali di Capitol Visitor Center, empat spesialis operasi- Apa pun penyelesaian itu. Kembali di Capitol Visitor Center, empat spesialis operasi-

Sato mendekat, setelah baru saja menutup telepon. "Rekan-rekan," katanya, dengan masih memegang kunci milik Arsitek, apakah parameter-parameter misi kalian sudah jelas?"

"Jelas," jawab agen yang memimpin. "Kami punya dua target. Yang pertama adalah sebuah piramida batu berukir, tingginya sekitar tiga puluh sentimeter. Yang kedua adalah sebuah bungkusan kecil berbentuk-kubus, tingginya sekitar dua inci. Keduanya terakhir terlihat di dalam tas bahu Robert Langdon."

"Benar," ujar Sato. "Kedua benda ini harus diperoleh kembali dengan cepat dan utuh. Ada pertanyaan?"

"Parameter-parameter untuk menggunakan kekerasan?" Bahu Sato masih berdenyut-denyut akibat pukulan Bellamy

dengan sebatang tulang. "Seperti yang kubilang, penting sekali agar benda-benda ini diperoleh kembali."

"Paham." Keempat lelaki itu berbalik dan berjalan menuju kegelapan terowongan.

Sato menyulut rokok dan menyaksikan mereka menghilang.