RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF EDUCATION, WORKING MOTHERS WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN EAST DISTRICT PRABUMULIH 2015 Suryanda Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Baturaja Abstract Background :Exclusive breastfeeding

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN PRABUMULIH TIMUR TAHUN 2015

  

RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF EDUCATION, WORKING MOTHERS

WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN EAST DISTRICT PRABUMULIH 2015

Suryanda

Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Keperawatan

  

Prodi Keperawatan Baturaja

Abstract

Background :Exclusive breastfeeding is feeding just after delivery until around the age of 6

months. Exclusive breastfeeding is a living substance of the complexity of biological material

that is able to provide power protection area actively.

  It’s not only provides unique

protection against infectious diseases and allergies but also stimulate adequate development

of the baby's own immune system. While the purpose of this study was to determine the

relationship between maternal educational level and employment by giving exclusive breast

milk in the subdistrict of East Prabumulih 2015.

  

Methods: This type of research is quantitative research analytical survey using cross

sectional techniques. The total study sample taken all mothers who have infants 0-6 months

of age in the District Prabumulih Eastern Region in 2015 (data as of early February 2015).

  The research was conducted on February 15, 2015 until March 7, 2015.

  

Results:The results show from 35 breastfeeding mothers to their babies there are 22 people

(62.9%) and mothers do not breast feed their babies there are 13 people (37.1%). most of the

high maternal education level, ie 23 persons (65.8%), while the low education level there are

only 12 people (12.5%) and just less than half respondenadalah working mothers, that there

are 12 people (34.2%) and most of it is the mother who does not work with 23 people

(65.8%).

  

Conclusiions: Statistic test values obtained p value = 0.025 for p value is less than the value

= 0.05 with 95% confidence level, it can be concluded that there is a correlation between

education level mothers with breastfeeding. While the bivariate analysis for mothers with

breast-feeders work exclusively obtained p value = 0,001 for p value is less than the value =

0.05 with 95% confidence level we estimate there is a relationship between maternal work

against exclusive breastfeeding her baby.

  Keywords: Exclusive breastfeeding, Level of Education, Mother Employment.

1. PENDAHULUAN ASI Eksklusif adalah pemberian

1.1 ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai Latar Belakang

  Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif sekitar usia 6 bulan. Selama itu, bayi tidak kepada bayi selama enam bulan pertama diharapkan mendapatkan tambahan cairan terbukti menurunkan angka kematian pada lain seperti susu formula, air jeruk, air anak dan balita. Selain itu, Air Susu Ibu teh.madu, air putih. Demikian halnya pada (ASI) juga memberikan keuntungan pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak terhadap pertumbuhan dan perkembangan diberikan makanan tambahan seperti bayi dan terbukti dapat mencegah berbagai pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi tim, penyakit akut dan menahun (Suradi, 2004). dan sebagainya. ASI eksklusif diharapkan dapat diberikan sampai enam bulan. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai enam bulan, tanpa makanan pendamping. Diatas usia enam bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun (Manajemen Laktasi, 2004).

  Sebagaimana yang disampaikan oleh Boediharjo, (1995) mengatakan bahwa Modal dalam pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini terutama pemberian ASI yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi baru lahir sampai berusia 4 bulan. ASI merupakan bahan yang lain dari sekedar kumpulan nutrient yang sederhana, ASI merupakan substansi bahan yang hidup kompleksitas biologis yang luas mampu memberikan daya perlindungan secara aktif. Ia tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap penyakit infeksi dan alergi tetapi juga menstimulasi perkembangan yang memadai dari system imunitas bayi itu sendiri

  • –10 bulan dan terus menurun hingga kira-kira separuh pada anak-anak usia 48-59 bulan. Anak- anak di pedesaan cenderung memiliki status gizi buruk dibandingkan dengan anak-anak di daerah perkotaan.

  Menurut laporan tahun 2000 organisasi kesehatan dunia (WHO)World Health Organitation, lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar, kurang dari 15 persen bayi diseluruh dunia diberi ASI selam empat bulan dan sering kali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hasil penelitian menunjukkan ganggguan pertumbuhan pada massa awal kehidupan anak usia dibawah lima tahun (balita) antara lain akibat kekurangan gizi sejak dalam kandungan.

  Rendahnya pemberian ASI eksklusif dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi anak pada anak dan balita. Data Sumber Kesehatan Nasional menunjukkan status gizi kurang pada balita menurun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999. tetapi untuk status gizi buruk terjadi peningkatan 6,3% (1989) menjadi 11,4% (1995). Pada tahun 1999 sekitar 1,7 juta bahwa di Indonesia menderita gizi buruk berdasarkan indikator berat badan terhadap umur (BBTU) sekitar 10% dari 1,7 juta balita tersebut menderita gizi buruk tingkat berat seperti marasmus kwashiokor atau bentuk kombinasi marasmik kwashiorkor. Prosentase bayi dengan status gizi baik menurun sejak bayi usia 6

  Pemberian ASI tanpa bahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan selama 0-4 bulan pertama kehidupan bayi. Bila memiungkinkan, bahkan pemberian ASI saja bagi bayi bias dilanjjutkan sampai 6 bulan. Setelah itu pemberian ASI yang dibarengi makanan tambahan bisa dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun atau lebih (Sofie, 2004).

  Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali untuk keberhasilan menyusui dan tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan hanyalah kesabaran waktu. Pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selam berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Utami, 2000).

  Memberi ASI tidak saja merupakan hal terbaik bagi bayi, tetapi juga hal yang menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini didukung oleh bukti secara ilmiah bahwa bayi yang diberi ASI akan lebih sehat. Bayi yang diberi ASI akan tiga kali lebih jarang dibawa ke dokter sehingga ibu lebih jarang meninggalkan pekerjaan (Roesli, 2004).

  Menurut Utami Roesli (2004) mengatakan pula bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. b.

  Diketahui hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015.

  Wilayah Kecamatan Kota Prabumulih Timur 2015.

  Data terakhir Dinas Kesehatan Kota Prabumulih (2014) menunjukkan bahwa terjadi penuruanan cakupan Asi Ekslusif pada bayi dibeberapa wilayah Kecamatan di Kota Prabumulih selama 3 tahun terakhir antara 20-30 %. Apabila dibadingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di Kota Prabumulih juga meningkat antara 28 % - 37 % pertahun kurun waktu 2010

  Diketahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015.

  Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui. Perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif.

  2. Tujuan Khusus a.

  • – 2014. Sedangkan jumlah wanita pekerja baik sektor formal maupun informal juga meningkat rata-rata pertahun 7 %.

  Apakah ada hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015? 2. Apakah ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015?

  Untuk Mengetahui hubungan antara pekerjaan dan Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI pada Bayi di

  1.3 Pertanyaan Penelitian 1.

  Belum diketahuinya hubungan antara Tingkat Pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas maka, peneliti mengangkat judul “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015 ”.

  2. SUBJEK DAN METODE

  2.1 Subjek

  Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015. Sampel penelitian yang diambil adalah total seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi dengan usia 0-6 bulan yang ada di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur pada tahun 2015 ( data hingga awal februari 2015).

  2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilakukan di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015. Penelitian dilaksanakan pada 15 Februari 2015 sampai 07 Maret 2015.

  2.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data

  Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh penulis dengan cara melakukan wawancara dan observasi kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang dikembangan sendiri oleh penulis dengan memodifikasi beberapa sumber. Analisa data, yaitu :

  1. Analisa Univariat Data yang dianalisa distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap tiap-tiap variabel (tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pemberian ASI).

1.4.1 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

  2. Analisa Bivariat Analisa yang dilakukan untuk melihat Tinggi (SMA - 23 65,8 hubungan kemaknaan antara variabel Perguruan dependent dan variabel independent

  Tinggi) dengan menggunakan uji statistic chi square dengan menggunakan tingkat Rendah ( < SD 12 34,2 kemaknaan  = 0,05. Apabila p value >

  • – SMP) 0,05 berarti tidak ada hubungan yang Jumlah

  35 100% bermakna pada pekerjaan dan pengetahuan Dari hasil penelitian diatas dari 35 ibu dalam pemberian ASI terhadap ibu yang menjadi responden sebagian variable yang dinilai, apabila p < 0,05 besar Tingkat Pendidikan ibu tinggi, yaitu berarti ada hubungan yang bermakna 23 orang (65,8%) sedangkan Tingkat antara pekerjaan dan pengetahuan ibu Pendidikan rendah hanya ada 12 orang dalam pemberian ASI terhadap variabel (12,5%). yang dinilai.

  3.2 Pekerjaan Ibu

3. HASIL

  Table . 3 Distribusi Responden Tabel 1 Berdasarkan Pekerjaan Ibu Distribusi Responden

  Pekerjaan Jumlah

  Berdasarkan Pemberian ASI

  N % Pemberian Jumlah

  Bekerja 12 34,2 ASI n %

  Tidak Bekerja 23 65,8 Diberikan 22 62,9

  Jumlah 35 100% Ekslusif ( 0

  • – 6 bulan)

  Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 ibu yang menjadi Tidak responden, hanya kurang dari separuh diberikan

  13 37,1 responden adalah ibu bekerja, yaitu ada 12 orang (34,2%) dan sebagian besarnya

  Jumlah 35 100% adalah ibu yang tidak bekerja yaitu 23 orang (65,8%).

  Dari data diatas menunjukkan

  3.3 Pengetahuan Ibu dengan pemberian

  bahwa dari 35 ibu yang memberikan ASI

  Asi Ekslisif

  kepada bayinya ada 22 orang (62,9%) dan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya

  Tabel. 4 ada 13 orang (37,1%).

  Ting Pemberian ASI Tot P OR kat Value

3.1 Pengetahuan Ibu ` pendi

  Dibe % Tidak % n dikan Tabel 2 rikan Dibe rikan

   Distribusi Responden Tinggi 18 51,4 5 11,4 23 0.025 7.200

   Berdasarkan tingkat Pendidikan Ibu (SMA

  • –Pergu

  Pengetahuan Jumlah

  ruan Ting

  N %

  gi) Ren 4 14,4 8 22,8

  12 dah ( <

  • – SD SMP)

  Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu

  Beri kan % Tidak Diberi kan % n

  12 0,001 21,11 Total 9 25,7 26 74,3

  23

  8 51,4 22,9

  18

  4 14,3 11,4

  5

  Tidak Beker Ja Beker ja

  Va lue OR Di

  Dari data diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI banyak diberikan oleh ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan tinggi yaitu 18 orang (51,4%). Uji nilai statistic diperoleh p value = 0,025 karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI. Nilai OR = 7.200 artinya ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan tinggi mempunyai peluang sebanyak 7.200 kali memberi ASI pada balitanya dibandingkan ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan rendah.

  Peker ja an Pemberian ASI Tot P

  Berkaitan dengan pekerjaan ibu dengan penyediaan asi ekslusif bagi bayinya dapat dilihat dari data diatas yang menunjukkan bahwa pemberian ASI yang baik lebih banyak diberikan oleh ibu yang tidak bekerja yaitu 5 orang (14,3%). Hal ini digambarkan dari uji statistik yang diperoleh p value = 0,001 karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dengan taraf kepercayaan 95% maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dalam pemberian ASI ekslusif. Dengan demikian, pekerjaan seorang Ibu sangat mempengaruhi pemberian Asi Ekslusif pada bayinya.

  Menurut Soetjiningsih (1995), menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan anak, karena dengan pengetahuan yang lebih tinggi maka orang tua akan dengan mudah menerima segala informasi dari luar. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2003) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin luas wawasan pengetahuannya.

  Tingkat pendidikan seseorang ibu ternyata sangat berperan penting dalam sukses tidaknya Asi Ekslusif pada bayinya. Dengan tingkat pendidikan Ibu yang tinggi maka pengetahuan ibupun semakin baik.

  Dari data diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI yang lebih baik banyak diberikan oleh ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan tinggi yaitu 18 orang (78,3%). Hal ini dapat dilihat dari uji nilai statistik yang diperoleh dengan p value = 0,025. Karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05, dengan taraf kepercayaan 95% dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara Tingkat Pendidikan ibu yang tinggi dengan pemberian ASI ekslusif. Tingkat pendidikan ternyata sangat mempengaruhi pengetahuan ibu untuk memberikan Asi Ekslusif pada bayinya.

  4. PEMBAHASAN

  Dari data diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI banyak diberikan oleh ibu yang tidak bekerja yaitu 5 orang (14,3%). Uji statistik diperoleh p value = 0,001 karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dengan taraf kepercayaan 95% dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayinya. Nilai OR = 21.111, menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebanyak 21 kali memberi ASI ekslusif pada bayinya dibandingkan ibu yang bekerja.

  3.4 Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Asi Ekslusif. Tabel. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

  35 Banyak factor yang terjadi diluar bahwa sebanyak 35 orang, maka ditarik seorang ibu bekerja tidak punya waktu kesimpulan sebagai berikut: yang cukup untuk bertemu dengan 1.

  Sebagian besar ibu ternyata masih bayinya, bahkan hanya untuk memberikan memberikan ASI Ekslusif pada Air Susu Ibu. bayinya yaitu 22 orang (62,9%)

  Meskipun demikian menurut 2.

  Sebagian besar ibu mempunyai Roesli, (2000) mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi, pekerjaan bukan alasan untuk yaitu ada 23 orang (65,8%) menghentikan pemberian ASI secara sehingga pengetahuanya tentang eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan Asi Ekslusif juga relative baik. bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun 3.

  Sedangkan Ibu yang tidak bekerja cuti hamil hanya 3 bulan ddengan ada 23 orang (65,8%), sehingga pengetahuan yang benar tentang menyusui, mempunyai keterbatasan waktu dan perlengkapan memerah ASI dan dukungan tempat dalam memberikan Asi lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja ekslusif bagi bayinya. dapat tetap memberikan ASI secara 4.

  Jika dikaitkan antara pekerjaan dan eksklusif pemberian asi ekslusif maka ada

  Memberi ASI eksklusif, tidak saja hubungan yang signifikan antara merupakan hal yang terbaik bagi bayi, pekerjaan ibu terhadap pemberian tetapi juga hal yang menguntungkan bagi ASI Ekslusif pada bayinya. perusahaan. Hal ini mendukung oleh bukti 5.

  Jika dikaitkan antara tingkat secara ilmiah bahwa bayi yang tidak diberi pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif akan tiga kali lebih sering asi ekslusif pada bayinya maka dirawat dari pada bayi ASI eksklusif. Ini akan terdapat hubungan yang berarti bayi ASI eksklusif lebih jarang signifikan antara tingkat dibawa ke dokter sehingga ibu lebih jarang pendidikan Ibu dengan pemberian meninggalkan pekerjaan (Purwanti, 2004) ASI ekslusif.

  Lebih jauh lagi seperti yang dikatakan oleh Utami (2000) bahwa

  6. SARAN

  banyaknya waktu yang tersita untuk mengurus pekerjaan menyebabkan bayi

  1. Bagi Dinas terkait

  menjadi kurang baik secara fisik maupun Diharapkan untuk lebih psikologis. Hal ini pula yang mendorong meningkatkan program penyampaian agar Asi ekslusif menjadi suatu keharusan informasi, sosialisasi tentang Asi bagi setiap ibu yang mempunyai Balita, ekslusif kepada masyarakat meskipun ibu bekerja tetapi selayaknyalah khususnya para ibu, melalui berbagai balita tetap menjadi perhatian utama. media, kader kesehatan/ posyandu Perusahaan dimana tempat bekerja ibu maupun kegiatan-kegiatan yang harus mampu menyediakan bilik bersentuhan langsung dengan menyusui bagi ibu yang bekerja dan masyarakat. Selanjutnya dinas terkait mempunyai balita sehingga Asi Ekslusif agar dapat memberikan advokasi dapat diberikan dengan baik. kepada perusahaan atau instansi tentang pentingnya Asi ekslusif

5. SIMPULAN sehingga dapat memfasilitasi bilik

  menyusui bagi para ibu pekerja yang Berdasarkan hasil penelitian memiliki bayi. hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan Ibu dalam pemberian ASI pada

  2. Bagi Institusi Pendidikan

  bayi di Kecamatan Prabumulih Timur Diharapkan kepada institusi tahun 2015 dengan jumlah responden pendidikan dapat melengkapi buku- buku tentang ASI sebagai bahan Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI referensi atau bacaan yang lengkap Eksklusif : Buku Saku untuk Bidan. guna meningkatkan wawasan EGC, Jakarta. bersama tentang Asi Ekslusif.

  Santoso. 1997. Ilmu Kesehatan Anak. FK.

3. Bagi peneliti lainya UNUD/ RSUP Sanglah, Denpasar.

  Diharapkan melalui penelitian ini dapat lebih digali lagi berbagai Soetjiningsih. 1997. ASI: Petunjuk Untuk permasalah mendasar, misalnya Tenaga Kesehatan , EGC, Jakarta. mengenai motivasi, persepsi hingga yang berkaitan dengan evaluasi Sofie. 2004. Obstetri dan Giekologi. program.

  Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

  Suradi, S. 2004. Cuti Menyusui 4 Bulan Boediharjo, 1995. Infant Feeding, The Suatu Analisis Pembenaran . Sari

Psykological Basis : Perkumpulan Pediatri: 7: 118-127, Jakarta.

  Peritologi Indonesia (Perinasia), Jakarta. Tobing. 2004. Manajemen Laktasi .

  Perkumpulan Perinatalogi Dr. Utami Roesli.2000. Pedoman Pijat Indonesia. Jakarta.

  Bayi . Trubus Agriwidya, Jakarta.

  Utami Roesli. 2004. Mengenal ASI Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Eksklusif . Trubus Agriwidya, Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

  Jakarta.

  Utami Roesli. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Prawirohardjo. 2007.Ilmu Kandungan. Eksklusif, Makanan Pendamping Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Tepat dan Imunisasi Lengkap . PT.

  Sarwono Prawirohardjo Elek Media Komputindo, Jakarta.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN LINGKUNGAN DAN FAKTOR PSIKOLOGIS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SLTP NEGERI 4 KOTA LUBUKLINGGAU KECAMATAN LUBUKLINGGAU BARAT I TAHUN 2013 SUSMINI,SKM.,M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubun

0 0 15

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG TAHUN 2015

0 2 138

HUBUNGAN PARITAS DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI RUANGMASOKA RS. Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2013 Yeni Elviani, SKM.M.Kes Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan Paritas dan Um

0 0 14

HUBUNGAN PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LUBUK AMAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS TAHUN 2013 Ns. YUNIKE ,S.Kep.M.Kes Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan PHBS terhadap Kejadian Diare pada

0 0 15

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI ZAT BESI (Fe)PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBER WARAS KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 ZURAIDAH,SKM, MKM Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang A

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMAN 2 KABUPATEN OKU TAHUN 2013 D. Eka Harsanto, S.Kp, M.Kes Poltekkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKO

0 1 7

LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RRI BEDAH RS IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2013 Ni Ketut Sujati Kestina, M.Kes Poltekkes Palembang prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - LATIHAN RELAKSASI MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PASIEN

0 0 9

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG TAHUN 2015 - 2019

0 0 79

Hubungan usia dengan kejadian Benigna prostitis Hiperplasia (BPH) Di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja tahun 2014. Gunardi Pome. M. Kes

0 0 7

Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lebih Rendah di RSUD Dr.Ibnu Soetowo Baturaja Suparno 2014

0 0 9