PARTISIPASI PETANI JAMUR KANCING
PARTISIPASI PETANI JAMUR KANCING
Dalam upaya pemberdayaan membutuhkan keterlibatan semua pihak secara bersama dan terkoordinasi, agar kesejahteraan ekonomi dapat tercapai dengan lebih dinamis, menyeluruh, dan berkelanjutan. Melalui pemberdayaan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat Tengger, terutama para petani jamur kancing, membuat mereka mampu berdaya tanpa harus tergantung dengan program pemberdayaan, sehingga mereka bukan hanya sebagai obyek, melainkan sekaligus sebagai subyek dalam upaya pemberdayaan ekonomi oleh BCC.
Bentuk partisipasi antara petani jamur dengan BCC secara bersama-sama menjadi subyek sekaligus obyek dari upaya pemberdayaan tersebut. Dengan berdirinya BCC sebagai induk pelaksanaan upaya pemberdayaan masyarakat di wilayah Desa Ngadirejo yang dibentuk beranggotakan para petani jamur, serta melibatkan fasilitator, adapun upaya untuk mengatasi masalah permodalan adalah Bentuk partisipasi antara petani jamur dengan BCC secara bersama-sama menjadi subyek sekaligus obyek dari upaya pemberdayaan tersebut. Dengan berdirinya BCC sebagai induk pelaksanaan upaya pemberdayaan masyarakat di wilayah Desa Ngadirejo yang dibentuk beranggotakan para petani jamur, serta melibatkan fasilitator, adapun upaya untuk mengatasi masalah permodalan adalah
Pasca terjadinya erupsi waktu itu masyarakat Desa Ngadirejo yang bertempat tinggal di seberang sungai tetap bertanam sayur hingga sekarang, meskipun sampai saat ini sebagian pasir masih ada. Terdapat 5 RT yang tidak bisa bertanam jamur, yaitu RT 1, RT 2, RT 7, RT 8, dan RT 9 karena lokasi BCC agrowisata letaknya cukup jauh dari rumah mereka. Mereka memang memilih bertani sayur, karena selain jarak tempat tinggal mereka ke BCC agrowisata cukup jauh, angkut komposnya juga sulit. Selain itu cuma kendaraan Jeep hardtop yang masuk.
Pelaksanaan program BCC dilakukan melalui kerjasama antara berbagai pihak dalam mengatasi persoalan secara bersama-sama. Di dalam pemberdayaan terdapat hubungan yang erat antara konsep power (daya) dan konsep disadvantage (ketimpangan). Masalah ketidakterlibatan masyarakat Desa Ngadirejo di seberang sungai dalam upaya pemberdayaan BCC menjadi persoalan yang sulit untuk diatasi. Persoalannya adalah apakah upaya pemberdayaan tersebut mampu memberdayakan masyarakat desa seberang sungai secara partisipatif sehingga mereka dapat ikut bergabung dalam budidaya jamur kancing BCC.
Oleh sebab itu, problem lingkungan merupakan persoalan untuk seluruh masyarakat. Tentunya masukan dari para ahli teknis dalam ilmu yang berkaitan dengan lingkungan sangat penting, tetapi solusi yang efektif harus berbasis masyarakat, bukan solusi teknis yang diharuskan oleh paradigma teknologi ilmiah
(Ife dan Tesoriero, 2008: 473). Paradigma pemberdayaan ingin mengubah kondisi masyarakat Desa Ngadirejo di seberang sungai tersebut dengan cara memberi kesempatan pada mereka untuk bergabung dengan BCC dalam budidaya jamur kancing. Kondisi lingkungan Desa Ngadirejo di seberang sungai membuat persoalan ekonomi menjadi persoalan yang cukup susah ditanggulangi.
Hal inilah yang mengindikasikan kegiatan budidaya jamur kancing hanya dilakukan oleh petani Bromo yang berdomisili tidak jauh dengan lokasi BCC. Pada pertanian jamur ini efektifitasnya kurang begitu terasa pada masyarakat Desa Ngadirejo di seberang sungai, karena pelaksanaan budidaya jamur kancing yang kurang mengena akibat dari pemetaan yang kurang melibatkan petani di seberang sungai tersebut.
Dalam hal ini, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat Tengger dengan memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki para petani bromo, serta berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut. Dengan memberikan sumber daya, pengetahuan, kesempatan, dan keterampilan kepada warga Desa Ngadirejo melalui budidaya jamur kancing, sehingga mereka mampu untuk menentukan masa depannya sendiri, tanpa harus bergantung pada program pemberdayaan dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan dari masyarakatnya.
Jiwa partisipasi masyarakat petani di Bromo selalu didasarkan pada cita-cita bersama. Mereka mempunyai semangat solidaritas sosial yang tinggi. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut, maka para petani jamur harus bekerja keras dan saling membantu dalam memproduksi jamur kancing. Menurut Ife dan Tesoriero (2008:297), partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger dilakukan melalui pendekatan partisipatif sehingga dapat membangkitkan peran kelompok petani jamur agar selalu bekerjasama dan bahu-membahu dalam budidaya jamur tersebut, dengan harapan para petani jamur kancing dapat menghasilkan jamur yang berkualitas dan sesuai dengan permintaan pasar.
Dari perspektif ini, ketertarikan awal terhadap lingkungan lokal dapat digunakan sebagai titik pangkal untuk pengembangan masyarakat yang lebih fundamental dan berbasis lebih luas (Ife dan Tesoriero, 2008:470-471). Oleh karena itu, upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi Gunung Bromo dengan melibatkan masyarakat lokal, khususnya petani jamur kancing. Upaya tersebut pada akhirnya dapat menciptakan pemberdayaan yang lebih berpusat pada masyarakat. Banyaknya keuntungan yang diperoleh dalam bertanam jamur, membuat warga Desa Ngadirejo tertarik untuk bertanam jamur kancing. Partisipasi dan semangat mereka dalam budidaya jamur kancing harus selalu di- support dan ditumbuhkembangkan, agar budidaya jamur tersebut dapat berkelanjutan.
Berikut penulis cantumkan bagan dengan tujuan pembaca dapat memahami lebih mudah dan detail tentang kajian yang penulis angkat:
Bagan 1. Upaya Pemberdayaan Ekonomi oleh BCC
: Hubungan lansung : Hubungan pengaruh
Bank
UMKM
Jawa Timur
Community Development
Jim Ife dan Frank
Pemberdayaan
ekonomi Tesoriero
Lingkungan Budaya
Petani jamur Budidaya
kancing
jamur kancing
Aktivitas Kondisi
Aktivitas
pertanian
pasca erupsi komunal
Partisipasi
Berdasarkan bagan di atas, dapat dideskripsikan secara sederhana bahwa ide budidaya jamur ini muncul karena rasa keprihatinan BCC terhadap masyarakat Tengger, lahan pertanian mereka tidak bisa digarap akibat tumpukan abu vulkanik, Berdasarkan bagan di atas, dapat dideskripsikan secara sederhana bahwa ide budidaya jamur ini muncul karena rasa keprihatinan BCC terhadap masyarakat Tengger, lahan pertanian mereka tidak bisa digarap akibat tumpukan abu vulkanik,
Teori yang digunakan adalah Community Development Jim Ife dan Frank Tesoriero, dimana teori ini melihat pada pemberdayaan masyarakat di era globalisasi yang melibatkan enam dimensi masyarakat, yaitu sosial, ekonomi, politik, kultural, lingkungan hidup, dan spiritual/personal. Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger dengan menggunakan sumber daya, inisiatif, dan tenaga ahli lokal untuk membudidayakan jamur kancing yang akan dijalankan oleh masyarakat Tengger itu sendiri, khususnya petani jamur, upaya pemberdayaan ekonomi tersebut dapat berhasil dalam memulihkan kondisi perekonomian pasca erupsi serta menjadi kebanggaan dalam prestasi lokal.
Melalui budidaya jamur maka akan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat Tengger karena suhu di Bromo memenuhi syarat dalam bertani jamur.
Keunggulan jamur kancing ini bisa hidup pada suhu 10-20 derajat celsius pada ketinggian 1.500 meter mengingat situasi alamnya di dataran tinggi. Selain itu, menanam jamur kancing lebih mudah daripada menanam kentang atau wartel karena akan mudah layu jika terkena debu Bromo.
Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka. Hal ini dapat dicapai jika industri lokal memiliki identitas lokal yang jelas (yaitu industri yang berbasis pada budaya dan tradisi lokal), seperti BCC agrowisata jamur kancing yang terletak di Desa Ngadirejo ini dapat menjadi icon wisata edukasi di Bromo.
Upaya pemberdayaan ekonomi melalui budidaya jamur kancing ini merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi. Dengan catatan bahwa pemberdayaan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap warga Tengger terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat Tengger. Strategi pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif petani jamur ke dalam efektivitas, efisiensi, dan sikap kemandirian dalam budidaya jamur. Pemberdayaan yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif dapat membangkitkan peran kelompok petani jamur sehingga kelompok tersebut menjadi mandiri dan harmonis terhadap mitra usaha (Bank UMKM Jawa Timur).
Metode yang dipakai peneliti menggunakan kualitatif studi kasus dengan intrinsic case study untuk mengetahui secara lebih khusus dan spesifik tentang upaya pemberdayaan ekonomi BCC dan partisipasi masyarakat dalam memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi Gunung Bromo melalui budidaya jamur kancing, dengan jumlah informan mencapai sebelas orang. Analisis yang digunakan yaitu teknik analisis data penjodohan pola.