Upaya Pemulihan Ekonomi Masyarakat Adat (1)

JURNAL SOSIOLOGI UPAYA PEMULIHAN EKONOMI MASYARAKAT ADAT TENGGER PASCA ERUPSI GUNUNG BROMO MELALUI BUDIDAYA JAMUR KANCING ( CHAMPIGNON ) OLEH BROMO CHAMP COMMUNITY

(BCC)

Heni Herawati (0811210041) Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Email: henyhera@gmail.com

ABSTRAK

Herawati, Heni. 2014. Upaya Pemulihan Ekonomi Masyarakat Adat Tengger Pasca Erupsi Gunung Bromo Melalui Budidaya Jamur Kancing (Champignon) Oleh Bromo Champ Community (BCC) (Studi Kasus Pemberdayaan Ekonomi oleh Bromo Champ Community (BCC) di Desa Ngadirejo Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo) . Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. Pembimbing: (I) Dhanny S. Sutopo (II) Indhar Wahyu Wira Harjo

Pemberdayaan pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat keberdayaan masyarakat yang merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial. Terkait dengan pengertian pemberdayaan maka dampak dari pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger, yaitu pembelajaran untuk publik bahwa tanggap bencana adalah pada saat pasca bencana terjadi, pemberdayaan masyarakat lokal agar terbiasa mandiri dalam kondisi apapun, dan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat setempat.

Penelitian ini memfokuskan tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi Gunung Bromo melalui budidaya jamur kancing, dengan menggunakan teori Community Development Jim Ife dan Frank Tesoriero. Respon terhadap krisis ekonomi ini ditujukan pada pemberdayaan pendekatan alternatif yang berupaya merelokasikan aktivitas ekonomi dalam masyarakat agar dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat dan untuk merevitalisasi masyarakat lokal serta untuk memperbaiki kualitas kehidupan.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk memahami fenomena yang terjadi pada masyarakat Tengger, yaitu tentang pemberdayaan ekonomi dan Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk memahami fenomena yang terjadi pada masyarakat Tengger, yaitu tentang pemberdayaan ekonomi dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani Bromo diberdayakan secara ekonomi dengan diberikan pelatihan budidaya jamur kancing yang melibatkan pihak- pihak terkait, seperti Bank UMKM Jawa Timur, Kadin Kabupaten Probolinggo, PT.

Surya Jaya Abadiperkasa, dan masyarakat sekitarnya. BCC dan Bank UMKM Jawa Timur memberikan pendampingan dan arahan kepada para petani jamur mulai dari sosialisasi tentang budidaya jamur kancing, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi para petani jamur hingga pemasaran produk, serta memberikan pinjaman modal, yang pada akhirnya membuat mereka menjadi lebih cepat mandiri secara ekonomi. Budidaya jamur kancing juga menjadi peluang kerja bagi masyarakat setempat karena sebagian besar petani sayur beralih menjadi petani jamur setelah lahan pertanian mereka lumpuh total.

Kata Kunci: Erupsi, Pemulihan Ekonomi, Budidaya Jamur Kancing

ABSTRACT

Herawati, Heni. 2014. Economics Recovery Effort of Tengger Nese After Eruption of Bromo Mountain Through Button Mushroom (Champignon) Cultivation by Bromo Champ Community (BCC) (Case Study at Economic Empowerment by BCC in Ngadirejo Village Sukapura Subdistrict Probolinggo District) . Essay, Sociology Major, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University, Malang. Supervised by (I) Dhanny S. Sutopo (II) Indhar Wahyu Wira Harjo

Empowerment is essentially a series of activities to strengthen community empowerment refers to the state or the results to be achieved by a social change. Related to the notion of empowerment, the impact of the economic empowerment of Tengger nese, namely learning to the public that disaster response is the time after the disaster occurred, the empowerment of local communities in order to get used independently in any condition, and employment for the local community.

This research focused to economic empowerment of Tengger nese after eruption of Bromo Mountain through button mushroom cultivation in Ngadirejo Village Sukapura Subdistrict Probolinggo District, by using the theory of Community Development Jim Ife and Frank Tesoriero. From the perspective of community development, in response to the economic crisis is aimed at empowering alternative approach that seeks to relocate economic activity in the community in order to bring benefit to the community and to revitalize local communities and to improve quality of life.

This research use case study method to understand phenomenon that happened at Tengger nese, that is about economic empowerment and participation of Tengger nese in recover of economic them after eruption of Bromo Mountain through button mushroom cultivation.

The results showed that the cultivation of mushrooms is economic empowerment of Tengger nese who eruption Bromo affected could be integrated into post-disaster management. In it, the farmers are economically empowered with given button mushroom cultivation training involving related parties, such as the Bank of East Java, Official Leader of Probolinggo District, PT. Surya Jaya Abadiperkasa, and surrounding communities. Bromo Champ Community (BCC) and Bank of East Java to provide assistance and guidance to the mushroom farmers from the socialization of button mushroom cultivation, implementation, monitoring, evaluation of mushroom farmers to the marketing of products, and to provide loan capital, which in turn makes them become economically independent faster. Button mushroom cultivation also be employment opportunities for local people because the majority of vegetable farmers turning to mushroom farmers after their land paralyzed.

Key Words: Disaster, Economic Recovery, Button Mushroom Cultivation

PENDAHULUAN

Akhir tahun 2010, Gunung Bromo diguncang oleh erupsi. Gunung berapi yang masih aktif ini bererupsi selama berbulan-bulan. Akibatnya dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar Gunung Bromo, yaitu masyarakat Suku Tengger. Lahan pertanian yang lumpuh tidak bisa lagi menghasilkan untuk kebutuhan hidup mereka. Kol, bawang daun, kentang, dan sayur-mayur yang dulu menjadi komoditas unggulan masyarakat Tengger tidak lagi menampakkan kesuksesannya. Sektor pariwisata yang menjadi salah satu mata pencaharian mereka juga terhenti, dengan ditutup secara resmi pariwisata Gunung Bromo oleh pemerintah.

Masyarakat Tengger yang menggantungkan hidupnya dari wisata Gunung Bromo secara tidak langsung terkena dampaknya. Para pemilik home stay, persewaan kuda, tukang ojek, dan pemilik Jeep yang melayani perjalanan wisata ke Gunung Bromo mengalami kerugian karena mereka tidak bisa mendapatkan uang untuk biaya hidup sehari-hari. Selain di sektor pariwisata, masyarakat Tengger juga mengalami kerugian di sektor ekonomi. Dampak erupsi panjang mulai November 2010 sampai Juli 2011 memang tidak memakan korban jiwa, tetapi mengakibatkan lahan pertanian tidak bisa ditanami, semua ladang warga rusak karena tertimbun material debu vulkanis. Ketika erupsi sembilan bulan berlangsung, warga Desa Ngadirejo berhenti total menggarap sawah/ladang.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka menggunakan cadangan makanan pokok, yakni jagung yang jauh sebelumnya telah disiapkan warga Desa Ngadirejo untuk digunakan di masa-masa paceklik dan bencana. Jagung dan juga kelobotnya disimpan dalam lumbung, yakni tempat penyimpanan jagung yang diletakkan di halaman rumah mereka. Selain itu, mereka juga menjual ternak untuk bertahan hidup.

Di tengah-tengah keterpurukan dan ketidakberdayaan masyarakat Tengger, muncullah gagasan budidaya jamur sebagai alternatif untuk menggeliatkan ekonomi masyarakat Tengger. Gudang-gudang yang sebelumnya digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian mereka, kini digunakan sebagai tempat budidaya jamur kancing (www.bprjatim.co.id, diakses tanggal 4 September 2012). Budidaya jamur Di tengah-tengah keterpurukan dan ketidakberdayaan masyarakat Tengger, muncullah gagasan budidaya jamur sebagai alternatif untuk menggeliatkan ekonomi masyarakat Tengger. Gudang-gudang yang sebelumnya digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian mereka, kini digunakan sebagai tempat budidaya jamur kancing (www.bprjatim.co.id, diakses tanggal 4 September 2012). Budidaya jamur

Ketika debu Bromo masih tebal, para petani di Desa Ngadirejo kesulitan menanam kentang maupun tanaman lain. Sebagai alternatif petani dianjurkan menanam jamur champignon atau yang lebih populer dengan sebutan jamur kancing. Jamur ini sangat mudah dilakukan di rumah tanam. Selain itu pertimbangan lain karena budidaya jamur kancing ini di anggap lebih mudah pengerjaannya, bibitnya mudah didapat dan tidak memakan banyak lahan karena sistem pertaniannya bisa dilakukan di rumah. Disamping itu, budidaya jamur ini sangat cocok dengan geografis Gunung Bromo, karena dibutuhkan ketinggian di atas 1800 meter diatas permukaan laut.

Meskipun demikian bukan berarti para petani jamur kancing di daerah Gunung Bromo tersebut tidak menemui kendala, ternyata banyak sekali kendala yang timbul di dalam keoptimisan para petani tersebut. Kesulitan permodalan yang dialami para petani jamur inilah yang membuat Bank UMKM Jawa Timur turun tangan membantu mereka. Kredit yang diberikan kepada para petani ini cepat prosesnya, bunga yang murah dan persyaratannya juga ringan. Para mitra kerja ini diharapkan dapat membina dan memantau perkembangan usaha petani jamur, sekaligus membantu pemasaran jamur kancing ini (www.bprjatim.co.id, diakses tanggal 4 September 2012).

Menurut Hutomo (2000:3), pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan kepemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya. Melalui pendidikan dan pelatihan usaha budidaya jamur yang biasanya dilakukan dalam rumah tanam, sehingga bisa menjadi penyangga ekonomi saat Bromo mengalami erupsi sebagaimana saat itu.

Dengan adanya budidaya jamur kancing ini, menjadikan peluang kerja bagi masyarakat setempat karena sebagian besar petani sayur beralih menjadi petani jamur setelah lahan pertanian mereka lumpuh, akibatnya banyak petani sayur yang gagal panen. Meskipun ada juga petani yang tetap memilih sebagai petani sayur, dengan tidak terlibat dalam budidaya jamur kancing tersebut. Alasan petani tidak ikut terlibat dalam pemberdayaan tersebut karena jarak tempat tinggal mereka ke BCC cukup jauh. Selain itu mereka lebih memilih pekerjaan lain yang cepat menghasilkan uang, karena dalam membudidayakan jamur membutuhkan waktu yang cukup lama untuk masa inkubasi (masa setelah panen, didiamkan lebih kurang 10 hari sebelum diisi kompos baru), belum lagi untuk pembuatan gudang/rumah tanam jamur.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

Bencana yang terjadi di berbagai daerah, pada dasarnya dapat berupa perang, kekeringan, kelaparan, banjir, badai, erupsi, tsunami, tanah longsor, gempa, erosi, ledakan nuklir, wabah penyakit, kerusakan fisik, kehilangan harta, cacat, kerusakan mental maupun kerusakan pada struktur dan sistem sosial. Bencana sering diidentikkan dengan suatu hal yang buruk. Istilah bencana mengacu pada suatu peristiwa yang dikaitkan dengan efek kerusakan hebat yang ditimbulkannya, yaitu peristiwa berbahaya pada suatu daerah yang mengakibatkan kerugian, penderitaan manusia, dan kerugian material.

Bencana cenderung dianggap sebagai kejadian yang luar biasa. Adanya kekuatan alam dan supranatural menegaskan bahwa adanya suatu kondisi abnormal, tidak diharapkan, tidak diperhitungkan. Oleh karena itu masyarakat tidak sadar dan tidak siap menghadapi bencana, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil bersifat proteksi fisik atas bahaya fisik peramalan dan monitoring proses geofisika (Blaikie, 2003:299).

Terjadinya erupsi Gunung Bromo beberapa waktu lalu telah menyebabkan lahan pertanian rusak, akibatnya banyak petani yang gagal panen. Berbulan-bulan Terjadinya erupsi Gunung Bromo beberapa waktu lalu telah menyebabkan lahan pertanian rusak, akibatnya banyak petani yang gagal panen. Berbulan-bulan

Dengan berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Ife dan Tesoriero (2008:130), pemberdayaan ( empowerment) adalah sentral bagi suatu strategi keadilan sosial dan HAM, walaupun pemberdayaan adalah kata yang telah digunakan secara berlebihan dan sedang berada dalam bahaya kehilangan arti substantifnya. Ia merupakan pusat dari gagasan-gagasan kerja masyarakat, dan banyak pekerja masyarakat akan memilih mendefinisikan peranan mereka dalam pengertian suatu proses pemberdayaan. Definisi sederhana yaitu pemberdayaan bertujuan meningkatkan keberdayaan dari mereka yang saling dirugikan (the disadvantaged) .

Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat keberdayaan kelompok petani di Bromo, termasuk individu- individu yang mengalami masalah kesulitan ekonomi akibat bencana erupsi. Pemberdayaan tersebut merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, berpartisipasi dalam pemulihan ekonomi pasca erupsi, mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger merupakan serangkaian kegiatan untuk memperkuat keberdayaan kelompok petani di Bromo, termasuk individu- individu yang mengalami masalah kesulitan ekonomi akibat bencana erupsi. Pemberdayaan tersebut merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, berpartisipasi dalam pemulihan ekonomi pasca erupsi, mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

Dengan dialihkannya pertanian menjadi budidaya jamur kancing, ekonomi masyarakat kembali bangkit dan pulih setelah lahan pertanian mereka hancur tertimbun material vulkanik sejak akhir 2010. Tujuan didirikannya BCC ini untuk membantu memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi, yaitu melalui budidaya jamur kancing dengan melibatkan para petani Bromo yang tergabung dalam BCC tersebut. BCC sebagai founder dari gerakan petani jamur kancing, sangat berperan penting dalam memberdayakan masyarakat Tengger secara ekonomi pasca erupsi, karena hal inilah yang menentukan kelangsungan hidup para korban erupsi Gunung Bromo. Berbagai bentuk pelatihan dalam budidaya jamur kancing diberikan sebagai cara untuk merangsang semangat kewirausahaan para petani.

Kesulitan permodalan menjadi masalah utama dari budidaya jamur kancing ini, karena modal yang dimiliki petani telah habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama mereka tidak dapat bercocok tanam pasca erupsi. Oleh sebab itu, BCC bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur untuk mengatasi masalah permodalan. Di dalam pandangannya, Kartasasmita (1997:10) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian ( charity ), sehingga tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat dan membangun kemampuan untuk memajukan Kesulitan permodalan menjadi masalah utama dari budidaya jamur kancing ini, karena modal yang dimiliki petani telah habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama mereka tidak dapat bercocok tanam pasca erupsi. Oleh sebab itu, BCC bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur untuk mengatasi masalah permodalan. Di dalam pandangannya, Kartasasmita (1997:10) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian ( charity ), sehingga tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat dan membangun kemampuan untuk memajukan

Dalam mengatasi keterpurukan ekonomi pasca erupsi, masyarakat Tengger terbuka untuk menerima hal-hal baru. Dengan semangat wiraswasta, berani bersaing, dan berani mengambil resiko, mereka bisa melakukan budidaya jamur dimana bertanam jamur kancing masih awam bagi masyarakat Bromo. Masyarakat Tengger memiliki etos kerja tinggi, solidaritas sosial yang kuat, serta terbuka terhadap perubahan dan interaksi sosial. Kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat Tengger menjadi potensi yang bisa dikembangkan sebagai daerah wisata berbasis masyarakat, yakni budaya (Hari Raya Kasodo), keseharian masyarakat, sistem pertanian, tempat-tempat potensial untuk melakukan kegiatan pengamatan aktivitas harian masyarakat, dan keindahan pemandangan.

Bagi masyarakat Tengger, bertani jamur merupakan alternatif pilihan yang tepat pasca erupsi, karena bertani jamur kancing ini lebih mudah pengerjaannya, bibitnya mudah didapat dan tidak memakan banyak lahan, sehingga bisa memanfaatkan pekarangan rumah, apalagi didukung situasi alamnya yang tinggi dengan temperatur antara 10-20 derajat Celsius dan hasil panen yang menjanjikan. BCC yang bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur dan petani jamur, telah memanfaatkan seluruh potensi yang ada, terutama potensi yang ada pada diri petani (internal) dan eksternal seperti, potensi sumber daya alam Desa Ngadirejo, dan juga Bagi masyarakat Tengger, bertani jamur merupakan alternatif pilihan yang tepat pasca erupsi, karena bertani jamur kancing ini lebih mudah pengerjaannya, bibitnya mudah didapat dan tidak memakan banyak lahan, sehingga bisa memanfaatkan pekarangan rumah, apalagi didukung situasi alamnya yang tinggi dengan temperatur antara 10-20 derajat Celsius dan hasil panen yang menjanjikan. BCC yang bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur dan petani jamur, telah memanfaatkan seluruh potensi yang ada, terutama potensi yang ada pada diri petani (internal) dan eksternal seperti, potensi sumber daya alam Desa Ngadirejo, dan juga

Budidaya jamur kancing dilakukan melalui pola kemitraan saling menguntungkan antara petani jamur dengan pembeli utama, yaitu PT. Surya Jaya Abadiperkasa, perusahaan eksportir jamur dalam negeri. Pola kemitraan itu ditopang dengan BCC yang mengkoordinir para petani. BCC dalam budidaya jamur kancing ini memfasilitasi antara petani dengan industri/pabrik tersebut yang mengolah jamur dalam kaleng dan juga yang melakukan ekspor. Ekspor dilakukan ke Amerika, Eropa dan Timur Tengah, apabila panen sudah mencapai 90 ton dalam kurun waktu enam bulan.

Awal dari kebangkitan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi, BCC bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Malang dan PT. Surya Jaya Abadiperkasa dalam budidaya jamur kancing. BI Malang adalah sebuah lembaga perbankan yang memberikan kemudahan dalam mengakses permodalan yang dibutuhkan oleh petani, karena mereka sangat mempedulikan nasib dan perkembangan usaha para petani jamur kancing. Pinjaman modal dari BI Malang digunakan untuk pembuatan gudang budidaya jamur, pembelian bahan baku jamur, tanah casing dan kompos. Sedangkan dalam pendistribusian bahan baku jamur, tanah casing dan kompos dilakukan oleh PT. Surya Jaya Abadiperkasa.

Dalam budidaya jamur ini, BI Malang mempunyai peran terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Tengger, yaitu lewat pemberian pinjaman modal kepada para petani jamur untuk mengurangi pengangguran pasca erupsi. Selain itu juga bisa memberi manfaat bagi masyarakat Tengger untuk pertumbuhan ekonomi kerakyatan dengan penyerapan tenaga kerja. Harapannya pendapatan perkapita penduduk naik, pada akhirnya daerah lain yang juga terkena erupsi pun ikut berkembang dan menjadi lebih berdaya, sehingga bisa mengejar daerah-daerah terdampak lain yang sudah berkembang lebih dulu.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger lebih mengedepankan partisipasi masyarakat sebagai strategi dalam memulihkan perekonomian mereka pasca erupsi. Melalui pendekatan alternatif berupa pendekatan partisipatif yang diawali dari tahap awal perencanaan, sosialisasi tentang budidaya jamur kancing, hingga pelaksanaan budidaya jamur dengan melibatkan para petani Bromo. Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka memulihkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya masyarakat Tengger pasca erupsi. Proses ini pada akhirnya dapat menciptakan pemberdayaan yang lebih berpusat pada masyarakat Tengger.

Dalam hal ini partisipasi masyarakat Tengger menjadi bagian penting dalam proses pengambilan keputusan berlangsung dari bawah ke atas (bottom up) , dimana keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan program pemberdayaan sebagian besar bergantung pada masyarakat sendiri. Dengan demikian, selain memiliki kemampuan dan kemandirian yang tinggi, masyarakat Tengger memiliki tanggung Dalam hal ini partisipasi masyarakat Tengger menjadi bagian penting dalam proses pengambilan keputusan berlangsung dari bawah ke atas (bottom up) , dimana keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan program pemberdayaan sebagian besar bergantung pada masyarakat sendiri. Dengan demikian, selain memiliki kemampuan dan kemandirian yang tinggi, masyarakat Tengger memiliki tanggung

Partisipasi sebagai sebuah konsep sentral dan prinsip dasar dari pemberdayaan masyarakat karena diantara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan Hak Asasi Manusia (HAM). Adapun makna dari partisipasi tersebut dalam penelitian ini, yaitu partisipasi sebagai tujuan akhir untuk meningkatkan peran masyarakat Tengger dalam inisiatif-inisiatif pemberdayaan ekonomi pasca erupsi, sehingga mereka mampu melepaskan diri dari kerentanan ekonomi dan ketergantungan pada program pemberdayaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu adanya proses perumusan, pelaksanaan, dan koordinasi yang baik, agar kesejahteraan masyarakat Tengger dapat terwujud secara lebih dinamis dan berkelanjutan.

Pemberdayaan ekonomi melalui budidaya jamur kancing dan partisipasi petani jamur merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi. Proses ini pada akhirnya akan dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada masyarakat Tengger. BCC percaya bahwa partisipasi para petani jamur di Bromo merupakan sarana efektif untuk menggeliatkan kembali perekonomian masyarakat Tengger melalui upaya Pemberdayaan ekonomi melalui budidaya jamur kancing dan partisipasi petani jamur merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi. Proses ini pada akhirnya akan dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada masyarakat Tengger. BCC percaya bahwa partisipasi para petani jamur di Bromo merupakan sarana efektif untuk menggeliatkan kembali perekonomian masyarakat Tengger melalui upaya

Partisipasi dari pihak-pihak terkait sangat penting bagi keberlanjutan budidaya jamur kancing. Menurut Ife dan Tesoriero (2008:285), pemberdayaan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Dengan semangat dan partisipasi petani jamur di BCC dapat memulihkan perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi di tengah lahan yang sudah tidak lagi produktif saat itu.

Hal lain terkait dengan jamur kancing adalah masalah limbah kompos budidaya jamur kancing yang berpengaruh terhadap perkembangan budidaya jamur kancing. Untuk itu harus ada tindakan mengisolasi limbah kompos ini agar jauh dari lokasi budidaya jamur kancing. Namun dalam konteks pemberdayaan ekonomi, tidak sepenuhnya keberadaan limbah kompos ini negatif, tetapi ada juga nilai positif dari limbah ini, yaitu membawa berkah untuk warga setempat menjadi pengelola limbah kompos budidaya jamur. Dari apa yang ditemukan, ternyata limbah kompos juga bisa menjadi pupuk organik secara alami, sehingga membantu memperbaiki unsur hara Hal lain terkait dengan jamur kancing adalah masalah limbah kompos budidaya jamur kancing yang berpengaruh terhadap perkembangan budidaya jamur kancing. Untuk itu harus ada tindakan mengisolasi limbah kompos ini agar jauh dari lokasi budidaya jamur kancing. Namun dalam konteks pemberdayaan ekonomi, tidak sepenuhnya keberadaan limbah kompos ini negatif, tetapi ada juga nilai positif dari limbah ini, yaitu membawa berkah untuk warga setempat menjadi pengelola limbah kompos budidaya jamur. Dari apa yang ditemukan, ternyata limbah kompos juga bisa menjadi pupuk organik secara alami, sehingga membantu memperbaiki unsur hara

Keuntungan dari budidaya jamur kancing yaitu tidak memerlukan lahan seperti pada tanam sayuran, karena para petani dapat memanfaatkan gudang sayur yang kosong sejak erupsi Gunung Bromo untuk lokasi menanam jamur. Bahkan ada sebagian warga yang memanfaatkan ruang tamu dan ruang dapur rumahnya untuk budidaya jamur kancing. Keuntungan lainnya yaitu bekas media tanam jamur berupa kompos bisa digunakan untuk menyuburkan tanah. Jadi petani Bromo tidak perlu membeli kompos, karena bekas media tanam tersebut bisa langsung digunakan sebagai pupuk tanaman.

Sementara itu, strategi pemberdayaan meletakkan partisipasi aktif petani jamur ke dalam efektivitas, efisiensi, dan sikap kemandirian. Secara khusus, upaya pemberdayaan ekonomi tersebut, BCC bekerjasama dengan para sukarelawan, bukan bersumber dari pemerintah, tetapi dari LSM, termasuk organisasi dan pergerakan masyarakat, serta Bank UMKM Jawa Timur. Pemberdayaan yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif dapat membangkitkan peran kelompok petani jamur sehingga kelompok tersebut menjadi mandiri dan harmonis terhadap mitra usaha (lembaga keuangan).

Hadirnya gagasan budidaya jamur kancing merupakan awal dari sebuah kebangkitan ekonomi masyarakat Bromo pasca erupsi. Bromo Champ Community (BCC) bekerjasama dengan Bank Indonesia Malang dan PT. Surya Jaya Abadi Perkasa untuk pengembangan cluster jamur kancing. Kegiatan budidaya jamur ini diawali dengan sosialisasi pelatihan budidaya jamur yang diadakan BCC diberikan kepada masyarakat dan konsolidasi kepada pihak-pihak terkait yang bisa mendukung aksi sosial untuk masyarakat Bromo. Selain itu pembuatan gudang/rumah tanam jamur dan pendistribusian bahan baku jamur pun dilakukan. Dengan adanya komunikasi dan kerjasama antara BCC dan Bank BI, serta kesadaran masyarakat, khususnya petani jamur dalam upaya pemberdayaan ekonomi melalui budidaya jamur kancing ini diharapkan dapat menggeliatkan kembali perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi Gunung Bromo.

Jenis jamur kancing tersebut sangat bagus apalagi didukung letak geografisnya di dataran tinggi. Salah satu keunggulan jamur kancing ini yaitu bisa hidup pada suhu 16 derajat Celsius. Lingkungan merupakan komponen penting dari masyarakat, dan perlu dicakup dalam pendekatan yang terpadu terhadap pengembangan masyarakat (Ife dan Tesoriero, 2008:469). Ide BCC dalam budidaya jamur kancing di kawasan Gunung Bromo pasca erupsi sangat tepat, karena pada pertanian jamur penghasilannya akan meningkat disebabkan suhu di Bromo memenuhi syarat dalam bertani jamur. Berbeda dengan tanaman lain yang akan layu jika terkena debu Bromo. Melalui investasi jamur champignon ini dan pemberian Jenis jamur kancing tersebut sangat bagus apalagi didukung letak geografisnya di dataran tinggi. Salah satu keunggulan jamur kancing ini yaitu bisa hidup pada suhu 16 derajat Celsius. Lingkungan merupakan komponen penting dari masyarakat, dan perlu dicakup dalam pendekatan yang terpadu terhadap pengembangan masyarakat (Ife dan Tesoriero, 2008:469). Ide BCC dalam budidaya jamur kancing di kawasan Gunung Bromo pasca erupsi sangat tepat, karena pada pertanian jamur penghasilannya akan meningkat disebabkan suhu di Bromo memenuhi syarat dalam bertani jamur. Berbeda dengan tanaman lain yang akan layu jika terkena debu Bromo. Melalui investasi jamur champignon ini dan pemberian

Menurut Ife dan Tesoriero (2008:469), kesadaran masyarakat yang meningkat mengenai pentingnya lingkungan yaitu bahwa masyarakat perlu bertanggung jawab atas perlindungan dan rehabilitasi lingkungan fisik. Isu-isu lingkungan kadang kala sangat penting dalam menyadarkan masyarakat secara keseluruhan dan menjadi katalisator untuk aksi masyarakat. Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger merupakan bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya pada semua aspek dari manusia di lingkungannya pasca erupsi, mulai dari aspek intelektual (Sumber Daya Manusia), aspek material, sampai aspek managerial. Aspek-aspek tersebut dapat dikembangkan menjadi aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan.

Dalam hal ini, makna pemberdayaan masyarakat yaitu upaya partisipasi masyarakat Tengger secara terprogram, terarah, terorganisir melalui budidaya jamur kancing untuk memulihkan perekonomian mereka yang sedang dalam kondisi mengalami kerentanan ekonomi, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ancaman bencana.

Arena penting untuk aktivitas pengembangan masyarakat adalah arena perencanaan lokal dan pekerja masyarakat perlu menemukan cara-cara untuk menjalankan aktivitas ini dengan model yang lebih partisipatif. Bioregionalisme Arena penting untuk aktivitas pengembangan masyarakat adalah arena perencanaan lokal dan pekerja masyarakat perlu menemukan cara-cara untuk menjalankan aktivitas ini dengan model yang lebih partisipatif. Bioregionalisme

Teknik-teknik pengembangan masyarakat yang berbasis lingkungan ini meliputi peningkatan kesadaran, pendidikan, pengorganisasian masyarakat lokal, dan menetapkan tujuan serta prioritas. Hasil yang ingin dicapai yaitu membuat ekonomi lokal lebih mandiri, seperti halnya aspek-aspek lain dalam pengembangan masyarakat, pengembangan lingkungan akan berhasil bilamana terdapat keterlibatan masyarakat yang nyata dan berbasis luas/tidak terbatas dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan menentukan arah tindakan yang tepat.

Ife dan Tesoriero (2008:423) memaparkan bahwa perhatian terhadap lingkungan dalam dunia mayoritas sering terkait dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang lebih mendesak seperti kelangsungan hidup, respons terhadap krisis ekonomi ini ditujukan pada pengembangan pendekatan alternatif yang berupaya merelokasikan aktivitas ekonomi dalam masyarakat agar dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat dan untuk merevitalisasi masyarakat lokal serta untuk memperbaiki kualitas kehidupan. Krisis ekonomi yang sedang berlangsung telah memaksa banyak orang dan masyarakat untuk mencari alternatif-alternatif tersebut.

Melalui pendekatan yang lebih konservatif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat berupaya menemukan cara-cara baru yang membuat masyarakat tersebut dapat lebih berpartisipasi dalam ekonomi mainstream dengan cara menghimpun inisiatif. Pendekatan ini mencoba menarik industri baru ke wilayah lokal dengan memberikan lingkungan yang bagus untuk berinvestasi (Ife dan Tesoriero, 2008:424). Misalnya, dengan mendirikan perusahaan (PT. BCC) di Desa Ngadirejo dapat menyediakan lapangan kerja secara langsung bagi masyarakat Tengger sebagai petani jamur kancing. Inisiatif masyarakat Desa Ngadirejo untuk berpartisipasi melalui budidaya jamur tersebut dapat membangun kemampuan mereka dalam memulihkan kembali perekonomian masyarakat Tengger pasca erupsi.

Terdapat potensi yang lebih besar dalam menggunakan sumber daya, inisiatif, dan tenaga ahli lokal untuk membangun industri lokal baru yang akan dimiliki dan dijalankan oleh orang-orang yang ada di masyarakat lokal. Hal ini melibatkan pemanfaatan kekayaan sumber daya lokal, bakat, minat, dan keahlian beserta penaksiran keuntungan-keuntungan alam dari lokalitas tertentu dan kemudian memutuskan apa jenis industri baru yang mungkin berhasil. Dengan memanfaatkan gudang atau ruangan di dalam rumah merupakan sebuah upaya untuk membangun kemampuan, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran petani jamur akan potensi yang dimiliki dalam memanfaatkan sumber daya dan berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut dalam budidaya jamur kancing.

Ketika bentuk pengembangan ekonomi masyarakat ini telah berhasil, terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan. Inisiatif-inisiatif tersebut masih menyandarkan pada sistem ekonomi mainstream , yang merupakan bagian dari problem , bukan bagian dari solusi. Jika industri yang berbasis lokal telah berhasil, logika sistem tersebut menuntut bahwa industri tersebut terus tumbuh, untuk bersaing dengan bisnis lainnya dan memperluas ke wilayah-wilayah lain. Jika sangat sukses, bisnis tersebut besar kemungkinan akan diambil alih atau dikuasai oleh pemain- pemain yang lebih kuat. Keuntungan untuk masyarakat lokal akan berkurang sejak proses ini berlanjut, mungkin awalnya dipandang bahwa perluasan industri lokal merupakan keuntungan bagi masyarakat lokal, tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama keuntungan ini tidak selalu berpihak pada masyarakat lokal.

Hal ini lebih mungkin dicapai jika industri lokal memiliki identitas lokal yang jelas (seperti industri kerajinan yang berbasis pada budaya dan tradisi lokal), atau jika industri dapat mengambil keuntungan dari fitur-fitur lokal yang unik (seperti proyek- proyek pariwisata yang memanfaatkan wilayah-wilayah warisan lokal). Proyek- proyek tersebut mungkin masih berbasis masyarakat yang lebih murni daripada pendirian usaha yang mungkin ada di lain tempat (Ife dan Tesoriero, 2008:426). Desa Ngadirejo menjadi desa wisata jamur karena budidaya jamur kancing yang dilakukan warga menjadi salah satu alternatif wisata di kawasan Gunung Bromo, dimana jamur kancing merupakan produk unggulan masyarakat Tengger pasca erupsi.

Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting dalam menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa identitas kepada mereka. Oleh karenanya pengembangan masyarakat akan berupaya mengidentifikasi elemen- elemen penting dari budaya lokal dan melestarikannya (Ife dan Tesoriero, 2008:449). Tradisi ini meliputi kebiasaan warga Desa Ngadirejo dalam bertanam jamur kancing, sehingga desa ini menjadi desa kunjungan wisata berkat adanya BCC agrowisata jamur. Selain dicita-citakan menjadi icon wisata edukasi di Bromo, agrowisata ini telah menunjukkan bahwa tradisi masyarakat lokal dalam budidaya jamur tersebut membuat mereka terbiasa mandiri dalam kondisi apapun.

Saat ini globalisasi budaya telah mengikuti pola yang sama seperti globalisasi ekonomi. Untuk menghadapi globalisasi budaya, sangat sulit bagi masyarakat untuk melestarikan budaya lokal mereka sendiri yang menjadi keunikan wilayahnya, namun globalisasi budaya ini merupakan komponen penting dalam pengembangan masyarakat. Prinsip keanekaragaman menghendaki bahwa keanekaragaman budaya dipertahankan, itulah budaya yang memberikan identitas dan rasa memiliki kepada orang-orang sehingga pengembangan budaya sangat penting bagi masyarakat. Tidak saja budaya menjadi terglobalkan, tetapi juga menjadi semakin dikomoditikan.

Aktivitas budaya menjadi sesuatu yang diproduksi, dikemas, dibeli dan dijual, bukan sesuatu yang menjadi nilai kekayaan bagi seluruh masyarakat dan bebas bagi orang-orang untuk berpartisipasi (Ife dan Tesoriero, 2008:447-448). Misalnya: pertanian jamur kancing ini menjadi aktivitas yang dilakukan oleh beberapa orang, Aktivitas budaya menjadi sesuatu yang diproduksi, dikemas, dibeli dan dijual, bukan sesuatu yang menjadi nilai kekayaan bagi seluruh masyarakat dan bebas bagi orang-orang untuk berpartisipasi (Ife dan Tesoriero, 2008:447-448). Misalnya: pertanian jamur kancing ini menjadi aktivitas yang dilakukan oleh beberapa orang,

BCC merupakan upaya dalam wujud kerangka kebijakan dasar sebagai acuan dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan bencana berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan melalui kerjasama antara petani jamur dengan BCC dan pihak bank, sosialisasi serta prosedur dalam budidaya jamur kancing. Selain itu juga dilakukan pendampingan sosial kepada para petani jamur, serta pemberian pinjaman modal untuk mendorong semangat dan kemandirian para petani jamur dalam upaya penanggulangan bencana yang berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat secara optimal dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi.

Budidaya jamur kancing selain untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan bencana, juga untuk menciptakan lapangan kerja. Melalui budidaya tersebut dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan bencana yang Budidaya jamur kancing selain untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan bencana, juga untuk menciptakan lapangan kerja. Melalui budidaya tersebut dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan bencana yang

Pemberdayaan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi penting sekali untuk dilakukan karena hal ini akan memastikan keberlanjutan hidup para korban erupsi Bromo. Akan tetapi tidak semua warga Desa Ngadirejo beralih ke tanam jamur karena beragam alasan. Seringnya dilakukan penyuluhan tentang budidaya jamur kancing, diharapkan dapat menarik minat para petani Bromo untuk bergabung dengan BCC. Memberdayakan para petani yang dilakukan oleh BCC adalah sebuah ikhtiar yang sangat tepat untuk membangkitkan kembali perekonomian mereka yang sempat terguncang akibat erupsi.

Aspek terakhir pada pengembangan masyarakat berkaitan dengan partisipasi dalam aktivitas-aktivitas budaya, bukan mempertahankan tradisi budaya. Aktivitas budaya, terlepas apakah budaya sebagai produk atau budaya sebagai tindakan, dilihat sebagai sesuatu yang dimainkan oleh kaum elite professional untuk konsumsi mayoritas yang pasif, bukan sebagai sesuatu yang dapat melibatkan orang-orang secara aktif. Akivitas budaya merupakan fokus penting untuk identitas masyarakat, partisipasi, interaksi sosial, dan pengembangan masyarakat. Partisipasi budaya dilihat Aspek terakhir pada pengembangan masyarakat berkaitan dengan partisipasi dalam aktivitas-aktivitas budaya, bukan mempertahankan tradisi budaya. Aktivitas budaya, terlepas apakah budaya sebagai produk atau budaya sebagai tindakan, dilihat sebagai sesuatu yang dimainkan oleh kaum elite professional untuk konsumsi mayoritas yang pasif, bukan sebagai sesuatu yang dapat melibatkan orang-orang secara aktif. Akivitas budaya merupakan fokus penting untuk identitas masyarakat, partisipasi, interaksi sosial, dan pengembangan masyarakat. Partisipasi budaya dilihat

PEMULIHAN EKONOMI MASYARAKAT TENGGER

Sebelum erupsi, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Tengger berada pada sektor pertanian. Keadaan suhu dan cuaca yang tidak stabil sangat berpengaruh pada pertanian mereka. Mereka hidup dari bercocok tanam di ladang, dengan pengairan tadah hujan. Pada musim hujan mereka menanam sayuran seperti kol, bawang prei, dan wortel. Pada penghujung musim hujan mereka menanam kentang dan jagung sebagai cadangan makanan pokok. Akan tetapi saat ini sudah berubah, masyarakat Tengger beralih menanam jamur kancing pasca terjadinya erupsi Gunung Bromo beberapa waktu lalu. Bagi mereka, bertani jamur merupakan alternatif pilihan yang tepat pasca erupsi, karena bertani jamur kancing ini lebih menguntungkan.

Ketika Gunung Bromo meletus pada tanggal 3 Oktober 2010, pemberitaan tentang masyarakat Tengger pada waktu itu mendapat berbagai respon oleh khalayak, tetapi apa yang dirasakan oleh masyarakat Tengger jauh lebih rumit. Namun tidak banyak yang tahu bagaimana warga di Desa Ngadirejo dimana merupakan daerah terdampak erupsi paling parah, menyikapi gejolak erupsi ke arah Desa Ngadirejo mulai tanggal 12 Desember 2010 yang tidak kunjung reda, bahkan menghambat lini kehidupan sosial ekonomi mereka. Musibah erupsi ini dihadapi mereka dengan ikhlas Ketika Gunung Bromo meletus pada tanggal 3 Oktober 2010, pemberitaan tentang masyarakat Tengger pada waktu itu mendapat berbagai respon oleh khalayak, tetapi apa yang dirasakan oleh masyarakat Tengger jauh lebih rumit. Namun tidak banyak yang tahu bagaimana warga di Desa Ngadirejo dimana merupakan daerah terdampak erupsi paling parah, menyikapi gejolak erupsi ke arah Desa Ngadirejo mulai tanggal 12 Desember 2010 yang tidak kunjung reda, bahkan menghambat lini kehidupan sosial ekonomi mereka. Musibah erupsi ini dihadapi mereka dengan ikhlas

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pasca erupsi, warga Desa Ngadirejo menggunakan cadangan makanan pokok, yakni jagung sebagai pengganti nasi, yang jauh sebelumnya sudah disimpan dalam lumbung (tempat penyimpanan jagung). Mereka biasa menanam jagung pada penghujung musim hujan untuk disimpan dan digunakan di masa-masa paceklik dan bencana. Di samping itu, mereka juga menjual ternak untuk bertahan hidup.

Tanah Tengger adalah tanah subur yang bisa menumbuhkan semua tumbuhan dengan usaha keras, sehingga muncullah gagasan budidaya jamur kancing ( champignon ) oleh Bromo Champ Community (BCC). BCC didirikan oleh Bapak Totok Supriyadi, enam bulan pasca erupsi Gunung Bromo yang terjadi pada akhir tahun 2010. BCC sebagai motor penggerak budidaya jamur, mengkoordinir para petani jamur kancing. Kegiatan ekonomi masyarakat Tengger sudah berjalan normal dengan adanya gerakan budidaya jamur tersebut. Saat ini wilayah Bromo telah menjelma menjadi tempat tumbuhnya jamur-jamur, sehingga jamur menjadi komoditi unggulan baru di sana. Masyarakat Tengger kini disibukkan dengan aktifitas baru, yaitu sebagai petani jamur kancing.

Pada awalnya memang bertanam jamur ini masih awam bagi masyarakat Tengger, tetapi setelah para calon petani jamur mengikuti pelatihan budidaya jamur Pada awalnya memang bertanam jamur ini masih awam bagi masyarakat Tengger, tetapi setelah para calon petani jamur mengikuti pelatihan budidaya jamur

Keuntungan dari budidaya jamur kancing yaitu tidak memerlukan lahan seperti pada tanam sayuran, karena para petani dapat memanfaatkan gudang sayur yang kosong sejak erupsi Gunung Bromo untuk lokasi menanam jamur. Bahkan ada sebagian warga yang memanfaatkan ruang tamu dan ruang dapur rumahnya untuk budidaya jamur kancing. Keuntungan lainnya yaitu bekas media tanam jamur berupa kompos bisa digunakan untuk menyuburkan tanah. Jadi petani Bromo tidak perlu membeli kompos, karena bekas media tanam tersebut bisa langsung digunakan sebagai pupuk tanaman.

Hasil dari budidaya jamur tersebut telah dibuktikan oleh para petani jamur kancing dengan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Keberhasilan para petani jamur kancing ini merupakan awal dari pemulihan sektor ekonomi pasca erupsi Gunung Bromo, yang semula meresahkan seluruh masyarakat dan Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Pemulihan tersebut kini dapat dirasakan dengan terbukti Hasil dari budidaya jamur tersebut telah dibuktikan oleh para petani jamur kancing dengan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Keberhasilan para petani jamur kancing ini merupakan awal dari pemulihan sektor ekonomi pasca erupsi Gunung Bromo, yang semula meresahkan seluruh masyarakat dan Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Pemulihan tersebut kini dapat dirasakan dengan terbukti

Pulihnya keadaan di Gunung Bromo tersebut tidak terlepas dari peran Pemerintah Propinsi Jawa Timur yang selalu memberikan pengabdian kepada masyarakat, disamping itu berkat peran perbankan juga, para petani jamur kancing dapat menggeliatkan usaha mereka secara maksimal, sehingga mengakibatkan peningkatan sektor ekonomi di kawasan Gunung Bromo tersebut. Ife dan Tesoriero (2008:425) mengemukakan, bahwa masyarakat lokal yang memiliki ide-ide untuk bisnis baru dapat dibantu mengubah impian mereka menjadi kenyataan dengan bantuan keuangan (modal) dan dengan saran mengenai cara-cara mengelola usaha kecil. BCC bekerjasama dengan Bank UMKM Jawa Timur untuk membantu memecahkan masalah permodalan kepada para petani jamur kancing. Bank UMKM Jawa Timur memberikan kredit yang sesuai dengan kebutuhan para petani. Kredit yang diberikan kepada mereka cepat prosesnya, bunganya rendah, dan persyaratannya ringan. BCC memfasilitasi petani dalam peminjaman modal ke bank, karena bisa menggunakan sertifikat telah mengikuti pelatihan budidaya jamur kancing sebagai jaminan kredit.

Peran Bank UMKM Jawa Timur kepada para petani jamur di kawasan Bromo pasca erupsi sangatlah membantu para petani, karena para mitra kerja petani ini juga membina dan memantau perkembangan usaha mereka, serta membantu pemasaran jamur kancing tersebut. Bank UMKM Jawa Timur akan senantiasa membina para Peran Bank UMKM Jawa Timur kepada para petani jamur di kawasan Bromo pasca erupsi sangatlah membantu para petani, karena para mitra kerja petani ini juga membina dan memantau perkembangan usaha mereka, serta membantu pemasaran jamur kancing tersebut. Bank UMKM Jawa Timur akan senantiasa membina para

Didirikannya BCC ini untuk meningkatkan efektivitas pemulihan ekonomi masyarakat Tengger pasca erupsi dan penciptaan lapangan kerja. Melalui upaya pemberdayaan tersebut dirumuskan kembali mekanisme pemulihan ekonomi masyarakat Tengger yang melibatkan unsur masyarakat, yaitu petani jamur kancing, mulai dari tahap awal sosialisasi budidaya jamur kancing, pelaksanaan, pendampingan, pemantauan, hingga evaluasi.

Aktor-aktor yang terlibat di BCC sangat penting dalam upaya pemberdayaan. Bapak Totok Supriyadi, selaku koordinator BCC yang memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan aktivitas BCC, dengan dibantu oleh General Manager. Dalam mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kebijakan BCC baik internal maupun eksternal, dilakukan oleh Human Resource Development (HRD). HRD pula yang menunjuk dan mengangkat Manager Cabang untuk mengawasi pelaksanaan budidaya jamur kancing. Manager Cabang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 13 divisi, diantaranya Divisi Investasi, Produksi, Public Relation (PR), Budidaya Jamur, Transportasi, Marketing , Lembaga Keuangan Mikro

(LKM), Agrowisata, Keuangan, Keamanan, Afalis (pengolahan limbah), Minimarket, dan Kesekretariatan.

Mekanisme BCC dalam budidaya jamur kancing, yaitu dengan melibatkan para petani Bromo yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan tentang budidaya jamur kancing. Dalam pelaksanaan budidaya jamur, pengawas/ Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) melakukan pendampingan ke gudang-gudang petani. BCC juga melakukan memantau kegiatan petani di agro melalui Manager Cabang. Sedangkan untuk penataan kompos di gudang-gudang, proses linting/ membuka tutup kompos, dan perataan tanah casing di atas kompos dilakukan oleh divisi budidaya jamur. Pada tahap evaluasi petani, BCC memberikan penghargaan kepada petani teladan apabila petani mampu menghasilkan jamur dalam jumlah besar.

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Analisis Konsentrasi Geografis Sektor Ekonomi di Kabupaten Situbondo

9 121 186

PENGARUH DAYA TARIK BERITA METRO XIN WEN TERHADAP INTENSITAS ETNIK TIONGHOA MENONTON METRO XIN WEN Studi pada Masyarakat Etnik Tionghoa di Pecinan Malang

1 28 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Peranan Hubungan Masyarakat (Humas) Mpr Ri Dalam Mensosialisasikan Empat Pilar Bangsa Tahun 2014

4 126 93

Asas Motivasi kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan hasil Perhitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

1 54 171