BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata berdasarkan Pancasila dan Undang
– Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka,.
1
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan dengan kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut
seharusnya bisa dioptimalkan sebagai potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian negara secara merata dan menyeluruh. Sebagai
sebuah negara berkembang dengan kemampuan pembangunan masih berada dalam tahap
factor-driven economy
, yakni proses pembangunan yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, maka sudah seharusnya setiap kegiatan
ekonomi yang dilakukan masyarakat dan kebijakan yang dibuat pemerintah memperhatikan keberlanjutan dari keberadaan sumberdaya tersebut.
2
1
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Analisa dan Evaluasi Hukum Tentang Prosedur Perizinan Pertambangan Rakyat
,: BPHN, Jakarta, 1995, hal 1
2
Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal.1.
Melimpahnya sumberdaya alam yang ada di Indonesia menyebabkan banyak penduduk yang menggantungkan hidup dengan memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada sebagai mata pencaharian mereka. Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sumberdaya
alam yang berasal dari sektor pertambangan. Di Indonesia terdapat beberapa wilayah yang memiliki potensi pertambangan, baik itu pertambangan batu bara,
minyak bumi, gas, perak, emas dan lain-lain. Manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan akan bahan tambang dalam
hidupnya. Hampir setiap aspek kehidupan manusia memerlukan bahan tambang untuk keperluan hidup sehari-hari. Bahan galian tambang yang meliputi emas,
perak, tembaga, batu bara, minyak bumi, gas bumi dan lain-lainnya dikuasai oleh Negara. Hak penguasaan Negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus dan
mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta berisi kewajiban mempergunakannya sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Pengusahaan bahan galian tambang, pemerintah dapat melaksanakan sendiri atau menunjuk kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah. Apabila usaha pertambangan dilaksanakan oleh kontraktor,
kedudukan pemerintah adalah memberikan izin kepada kontraktor yang bersangkutan. Izin yang diberikan oleh pemerintah berupa kuasa pertambangan,
kontrak karya, perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu-bara, dan kontrak
production sharing
.
3
3
Ibid, halaman 1-2.
Dalam hal ini sayangnya, tidak semua pertambangan yang ada memperoleh izin dari pemerintah. Kebanyakan pertambangan tersebut dikerjakan
secara ilegal tanpa ada pengawasan dari pemerintah sehingga menimbulkan banyak kerugian dari pada manfaat bagi masyarakat maupun Negara. Perusakan
alam dan pencemaran lingkungan banyak terjadi karena penambang ilegal tidak mempedulikan kelestarian alam, Negara kehilangan pendapatan karena para
penambang tidak membayar pajak dan royalti. Pertambangan ilegal di Indonesia juga bukan suatu hal yang baru kita
dengar, bahkan pertambangan ilegal sudah marak terjadi hampir disetiap wilayah yang berpotensi kaya akan bahan tambang. Ada banyak jenis pertambangan ilegal
namun pertambangan ilegal yang paling berkembang pesat adalah pertambangan emas. Pertambangan emas ilegal atau sering di singkat dengan PETI
Pertambangan Emas Tanpa Izin merupakan tambang yang jumlah pencemaran bahan tambangnya paling tinggi. Seperti yang terjadi di Daerah pesisir sungai
Kapuas, wilayah yang dijadikan tempat pertambangan mulai dari Hulu sungai sampai ke hilir sungai tersebut, bahkan para penambang terus menambang emas
sampai ke anakan sungai tersebut. Sehingga yang sudah pasti terjadi sungai kapuas menjadi sungai dengan pencemaran bahan tambang yang cukup tinggi.
Disepanjang sungai ini kira-kira hampir terdapat, untuk saat ini setidaknya ada 2.000 mesin diesel di sepanjang Sungai Kapuas dan anak-anakannya. Jumlah
pekerja diperkirakan mencapai lebih dari 10 ribu orang yang terbagi dalam 1.400- an kelompok penambang. Ironisnya, mayoritas penambang itu tak berizin alias
penambang liar. Para penambang itu umumnya berpindah-pindah. Pasalnya,
cadangan emas Kapuas diduga menipis setelah dikeruk massal pasca krisis moneter 1997.
4
Sungai Kapuas hanyalah salah satu contoh wilayah yang dijadikan tempat pertambangan emas ilegal, masih banyak lagi sungai yang berada di wilayah
Indonesia yang dijadikan sektor pertambangan emas ilegal. Bukan hanya terbatas di sungai-sungai saja para penambang liar itu sudah merambah ke daratan, mereka
mengeruk bukit-bukit bahkan sampai masuk kepegunungan. Mereka menganggap pegunungan ataupun bukit-bukit tertentu berpotensi menyimpan emas.
Bukit tersebut akan dikeruk untuk mendapatkan emas yang ada di dalam batu-batuan itu. Banyak masyarakat yang tertarik dan mencari tempat-tempat baru
untuk mencari lokasi yang diprediksi berisi emas. Orang-orang yang datang bukan hanya dari daerah sekitar bahkan ada yang datang dari luar daerah untuk mencari
peruntungan. Para investor yang memiliki modal berdatangan ke lokasi, dengan merusak alam dan mencemari lingkungan. Bukan hanya itu bahaya juga
mengancam para pekerja penggali lubang, nyawa mereka menjadi taruhannya. Itu karena tidak adanya izin dari pemerintah ataupun para penegak hukum sehingga
pemilik modal hanya memikirkan bagaimana caranya mendapatkan hasil yang banyak tanpa memikirkan keselamatan para pekerjanya.
Seperti yang terjadi di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Mandailing Natal kecamatan Huta Bargot, daerah itu seperti sudah menjadi surganya para
penambang emas ilegal. Sudah tak terhitung banyaknya penambang illegal yang
4
“Pertambangan Emas di Bumi Khatulistiwa”, melalui http:keluargakecilsehat .blogspot. com 201101pertambangan-emas-ilegal-di-bumi.html
diakses pada 27 juli 2015
datang kesana untuk membuka lokasi atau istilahnya membuat lubang untuk mencari emas. Ratusan tenda pekerja didirikan disekitar lokasi tambang, pekerja
yang datang bukan hanya dari sekitar daerah tersebut bahkan ada yang berasal dari pulau jawa. Mereka berdatangan dengan harapan bisa mendapatkan rezeki
sebagai pekerja tambang emas. Tanpa mempedulikan keselamatan diri, mereka menggali lubang hingga
bermeter-meter ke dalam tanah demi mencari batu yang diangap menyimpan emas. Mereka tidak dibekali alat-alat penyelamat apapun, hanya dengan
bermodalkan peralatan sederhana mereka mempertaruhkan nyawa menggali batu- batu tersebut. Selain itu bahaya longsor akibat kondisi tanah yang tidak stabil
akibat lubang-lubang galian yag saling tumpang tindih juga mengancam nyawa pekerja. Banyaknya penambang di Kecamatan Huta Bargot menjadikan daerah itu
rawan longsor akibat banyaknya tanah-tanah yang digali dan penebangan pohon yang dilakukan secara sembarangan. Bahkan sampai saat ini belum ada tindakan
dari Pemkab Madina untuk mendisiplinkan para penambang liar. Ironisnya para pengusaha tambang itu mengatasnamakan masyarakat kecil untuk memodali
pembukaan tambang emas ilegal ini. Badan Perwakilan Desa BPD Huta Bargot, Wazik, mengatakan, tambang liar tersebut tidak sepenuhnya milik warga sekitar
Huta Bargot justru lebih dari 75 persen tambang emas ilegal tersebut dikendalikan pengusaha maupun oknum yang memiliki modal dari luar kecamatan ini warga
sekitar tidak mampu menguasai lokasi tambang ini karena butuh modal puluhan juta untuk melakukan penambangan. Tambang liar ini tetap eksis karena para
pemodal mengatasnamakan warga atau rakyat yang tidak memiliki pekerjaan
banyak berkeliaran untuk melakukan tambang yang tanpa prosedur ini.Tambang emas ilegal tersebut sudah menjadi incaran pengusaha, karena saat ini tambang
diperkirakan beromset milyaran rupiah per bulan. Mereka mempekerjakan masyarakat sekitar sehingga mereka tidak mau melapor kepada pemerintah
apabila terjadi kecelakaan kerja atau telah terjadi perusakan lingkungan yang mengancam nyawa masyarakat sekitar daerah penambangan. Warga takut apabila
melapor tambang emas ilegal itu akan ditutup sedangkan mereka menggantungkan hidup pada tambang ilegal tersebut.
Akhir-akhir ini telah terjadi kasus kematian yang terjadi dilokasi penambangan liar di Desa Huta Nauli Kecamatan Huta Bargot. Korban tewas
akibat menghirup zat beracun yang ada di dalam lubang tambang tersebut, korban tewas sebanyak 4 orang, diduga korban yang tewas disebakan karena zat asam
yang terdapat di dalam lubang sehingga dari zat asam tersebut menyebabkan korban mengalami sesak atau sulit bernafas karena zat tersebut sehingga korban
tidak sempat meninggalkan lubang tersebut dan akhirnya korban pun tewas di dalam lubang, diperkirakan ada lebih dari 400 lubang tambang emas di hutan
lindung Hutabargot yang mengakibatkan kondisi tanah labil dan mudah longsor, namun hingga kini belum ada tindakan tegas dari pemerintah daerah setempat.
5
Berdasarkan fakta yang ditemukan maka merasa tertarik untuk membuat suatu tulisan mengenai kasus meninggalnya pekerja tambang tersebut dengan judul
Kajian Hukum Pidana Terhadap Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal
5
“
Empat Penambang
Liar Di
Huta Bargot
tewas Keracunan
” “http:
m.liputan6.com
”
diakses pada tanggal 02 Agustus 2015
B. Rumusan Masalah