pidana, dan
kelompok yang
menyamakan perbuatan
pidana dan
pertanggungjawaban  pidana.
17
pengertian  perbuatan  pidana  semata  menunjuk kepada  perbuatan  baik  secara  aktif  maupun  secara  pasif.  Sedangkan  apakah
pelaku  ketika  melakukan  perbuatan  pidana  patut  dicela  atau  memiliki  kesalahan bukan  merupakan  wilayah  perbuatan  pidana,  tetapi  sudah  memasuki  diskusi
pertanggungjawaban pidana.
3. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana
Seseorang  yang  melakukan  tindak  pidana  baru  boleh  dihukum  apabila  si pelaku  sanggup  mempertanggungjawabkan  perbuatan  yang  telah  diperbuatnya,
masalah  penanggungjawaban  erat  kaitannya  dengan  kesalahan,  oleh  karena adanya  asas  pertanggungjawaban  yang  menyatakan  dengan  tegas  Tindak
dipidana  tanpa  ada  kesalahan  untuk  menentukan  apakah  seorang  pelaku  tindak pidana  dapat  dimintai  pertanggungjawaban  dalam  hukum  pidana,  akan  dilihat
apakah orang tersebut pada saat melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan. Secara  doktriner  kesalahan  diartikan  sebagai  keadaan  pysikis  yang  tertentu  pada
orang  yang  melakukan  perbuatan  tindak  pidana  dan  adanya  hubungan  antara kesalahan  tersebut  dengan  perbuatan  yang  dilakukan  dengan  sedemikian  rupa,
sehingga orang tersebut dapat dicela karena, melakukan perbuatan pidana. Pertanggungjawaban  pidana  menjurus  kepada  pemidanaan  pelaku,  jika
melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan
17
Ibid. halaman 97
oleh  undang-undang.  Dilihat  dari  terjadinya  perbuatan  yang  terlarang,  ia  akan diminta pertanggungjawaban apabila perbutan tersebut melanggar hukum. Dilihat
dari  sudut  kemampuan  bertanggungjawab  maka  hanya  orang  yang  mampu bertanggungjawab yang dapat diminta pertanggungjawaban.
Dalam pengertian
perbuatan pidana
tidak termasuk
hal pertanggungajwaban.  Perbuatan  hanya  menunjuk  kepada  dilarangnya  perbuatan.
Apakah  orang  yang  telah  melakukan  perbuatan  itu  kemudian  juga  dipidana, tergantung  pada  soal,  apakah  dia  dalam  melakukan  perbuatan  itu  mempunyai
kesalahan  atau  tidak.  Apakah  orang  yang  melakukan  perbuatan  pidana  itu memang  mempunyai  kesalahan,  maka  dia  akan  dipidana.  Tetapi,  manakala  dia
tidak  mempunyai  kesalahan,  walaupun  dia  telah  melakukan  perbuatan  yang terlarang  dan  tercela,  dia  tentu  tidak  dipidana.  Asas  yang  tidak  tertulis:  “Tidak
dipidana  jika  tidak  ada  kesalahan”,  merupakan  dasar  daripada  dipidananya  si pembuat.
18
Pelaku  tindak  pidana  tidak  dapat  mempertanggungjawabkan  atas perbuatannya  apabila  perbuatannya  itu  sendiri  tidaklah  bersifat  melawan  hukum,
maka  lebih  lanjut  dapat  dikatakan  bahwa  terlebih  dahulu  ada  kepastian  tentang adanya perbuatan pidana, dan kemudian semua unsur-unsur kesalahan tadi  harus
dihubungkan  dengan  perbuatan    pidana  yang  dilakukan,  sehingga  untuk  adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa maka terdakwa haruslah
19
: a.
Melakukan perbuatan pidana, b.
Mampu bertanggung jawab,
18
MR. Roeslan Saleh, Op.Cit hal. 75
19
Ibid, hal. 78-79
c. Dengan kesengajaan atau kealpaan,
d. Tidak ada alasan pemaaf.
Menurut  Pasal  34  Naskah  Rancangan  KUHP  Baru  19911992 dirumuskan bahwa pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang
objektif pada tindak pidana berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
20
Secara subjektif  kepada  pembuat  yang  memenuhi  syarat-syarat  dalam  undang-undang
pidana  untuk  dapat  dikenai  pidana  karena  perbuatannya  itu.  Sedangkan,  syarat untuk adanya pertanggungjawaban pidana atau dikenakannya suatu pidana, maka
harus ada unsur kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan.
4. Pengertian Pertambangan