5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KAKAO
Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga
Theobroma
, suku
Sterculiaceae
yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo 1988 tata nama tanaman ini sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Anak divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Anak kelas :
Dialypetalae
Bangsa :
Malvales
Suku :
Sterculiaceae
Marga :
Theobroma
Jenis :
Theobroma cacao
[9] Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan dari
15 komoditas yang dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia. Perkembangan luas areal panen dan produksi kakao Indonesia relatif
berfluktuatif, namun cenderung meningkat. Contoh dari tanaman kakao dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Tanaman Kakao
6 Kakao merupakan tanaman industri dengan produk utama berupa biji yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, yang dalam proses penanganan hasilnya juga menghasilkan produk ikutan limbah berupa cangkang atau kulit buah kakao. Secara
garis besar produksi kakao tersebut dalam bentuk biji, maka akan diperoleh limbah yang sangat melimpah. Misalnya saja pada tahun 2008 Indonesia dapat menghasilkan
biji kakao 803.594 ton maka limbah yang tersedia sekitar 3.214.367 ton [2]. Kulit buah kakao merupakan limbah lignoselulosa yang mengandung komponen
utama berupa lignin, selulosa, dan hemiselulosa.Berdasarkan penelitian mengenai pembuatan gula cair dari kulit kakao didapatkan data mengenai komposisi buah kakao
dan kandungan kimia kulit kakao. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kulit kakao mengandung 20,11 lignin, 31,25 selulosa, dan 48,64 hemiselulosa.
Kandugan selulosa pada kulit kakao cukup potensial untuk diolah lebih lanjut. Dengan demikian, kulit buah kakao sangat berpotensi digunakan sebagai bahan baku
pembuatan BBN yang berupa bioetanol [9]. Kulit buah kakao mengandung senyawa kompleks yang bisa dijadikan sebagai
bahan senyawa bioetanol seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa pentosan.Struktur kimia lignin mengalami perubahan di bawah kondisi suhu yang tinggi dan asam.Pada
reaksi dengan temperatur tinggi mengakibatkan lignin terpecah menjadi partikel yang lebih kecil dan terlepas dari selulosa [10]. Setelah lignin terlepas dari selulosa maka
selulosa tersebut akan lebih mudah dihidrolisis, sehingga kadar gula reduksi yang terukur menjadi bertambah. Molekul selulosa merupakan mikrofibil dari glukosa yang
terikat satu dengan lainnya membentuk rantai polimer yang sangat panjang.Hidrolisis sempurna selulosa akan menghasilkan monomer selulosa yaitu glukosa sedangkan
hidrolisis tidak sempurna akan menghasilkan disakarida dari selulosa yaitu selobiosa [11].
2.2 SELULOSA