Dampak Kepariwisataan di Desa Wisata Garongan
C. Dampak Kepariwisataan di Desa Wisata Garongan
Manfaat ekonomi pariwisata yang terjadi dari penerapan konsep Community Based Tourism di Desa Wisata Garongan akan dijelaskan berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Rest.
1. Manfaat Ekonomi Pariwisata
Rest (1997, dalam tulisan Yuniati Dina) menyampaikan poin-poin yang merupakan aspek utama pengembangan CBT, yaitu dampak ekonomi,
commit to user
pada dampak ekonomi pariwisata dari penerapan konsep CBT di Desa Wisata Garongan.
Gambar IV.5 Aspek Utama Pengembangan CBT
Sumber : Rest
Dari gambar IV.5 di atas dapat dilihat bahwa dalam kajiannya Rest menjelaskan tiga indikator untuk mengukur pencapaian manfaat pada dimensi ekonomi. Indikator manfaat yang tercipta dari konsep Community Based Tourism pada dimensi ekonomi yaitu berupa timbulnya tambahan dana untuk pengembangan komunitas, terciptanya lapangan kerja di sektor pariwisata, dan timbulnya tambahan pendapatan masyarakat lokal.
commit to user
a. Timbulnya Tambahan Dana Untuk Pengembangan Komunitas
Kegiatan wisata yang berlangsung di Desa Wisata Garongan menimbulkan pendapatan yang dapat dimanfaatkan sebagai dana pengembangan komunitas, baik perbaikan sarana, prasarana maupun peningkatan kualitas SDM dari pelatihan-pelatihan yang sering diadakan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata. Dari pelatihan tersebut, tidak jarang diberikan bantuan dana untuk desa wisata.
Ketua pengurus Desa Wisata Garongan mengatakan, pernah ada tawaran kontrak kerjasama dengan investor asal Godean dengan nilai kontrak Rp 150.000.000,00 dan investor dari Solo dengan nilai kontrak Rp 400.000.000,00 namun keduanya ditolak oleh pengelola desa wisata karena melihat kondisi yang ada di Desa Wisata Garongan masih belum bisa memenuhi target dalam kontrak yang dirasa cukup memberatkan pihak Desa Wisata Garongan, yaitu dalam kontrak selama 9 tahun, dana investasi digunakan untuk pembangunan infrastruktur desa wisata tanpa bagi hasil pendapatan, kemudian setelah memasuki kontrak tahun kesepuluh baru dilakukan bagi hasil. Hal tersebut tentu cukup memberatkan pihak Desa Wisata Garongan, karena keterbatasan manajemen maupun sumberdaya yang ada dimana Desa Wisata Garongan masih masuk dalam kategori desa wisata tumbuh.
Selain tambahan dana yang berasal dari pemerintah, Desa Wisata Garongan juga sering menerima sumbangan sukarela dari pihak luar, baik itu instansi maupun perorangan. Secara umum, dengan adanya desa
commit to user
pendapatan baik langsung maupun tidak langsung yang berasal dari kegiatan wisata selama ini. Keuntungan dari kegiatan wisata yang dimasukkan ke kas desa wisata dapat digunakan baik untuk pengembangan infrastruktur maupun untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan atraksi yang ada dengan sering mengikuti pelatihan dan lomba desa wisata yang sering diadakan oleh dinas terkait.
Untuk mengetahui rincian pengeluaran yang terjadi maka perlu dibuat daftar rincian pengeluaran. Tabel IV.9 berikut ini adalah tabel yang menunjukkan daftar kelompok paket dan rincian pengeluaran di Desa Wisata Garongan.
Tabel IV.9
Daftar kelompok Paket dan Rincian Pengeluaran
No.
Paket Wisata Desa Wisata
Garongan
No.
Paket Wisata Desa Wisata Garongan
Paket
Rincian Pengeluaran
Paket
Rincian Pengeluaran
1. Akomodasi
Homestay
16. Budaya : Gejog Lesung
Kubro Siswo
18. Sewa gamelan 4.
Pertanian : Bajak Angkler Tandur Petik salak
Sewa sawah & kebun
19. Latihan
5. Sewa kerbau/sapi
21. Ikrar kenduri
7. Pengairan
22.
Outbond & Tracking sungai
Sewa tempat
8. Benih tanaman
23. Pemandu
9. Pelatihan Budidaya
Sewa kolam
26. Industri Wajik ,
dodol, keripik, sirup dari Salak
Bahan Baku Salak
12. Pengairan
27. Pelatihan Budidaya
13. Benih ikan
28. Lain-lain
14. Pelatihan Budidaya
29. Transportasi
Lokal
Sewa Mobil
15. Lain-lain
30. Parkir Sumber : Data diolah Agustus 2011
commit to user
pengeluaran lain-lain untuk memperjelas arus pengeluaran yang belum tertera. Tabel IV.10 berikut ini adalah tabel daftar kelompok rincian pengeluaran lain-lain di Desa Wisata Garongan.
Tabel IV.10
Daftar Kelompok Item Pengeluaran Lain-lain
No. Akomodasi Pertanian Perikanan
Pakan ikan Obat-obatan Alat masak
Jaring ikan Tongkat
Kartu nama Sabun cuci
Cetakan kue
7. Foto copy
Sound sistem Besek
9. Lain-lain
Lain-lain
Lain-lain Sumber : Data diolah Agustus 2011
b. Terciptanya Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata
Kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan telah memberikan dampak yang baik bagi penduduk desa. Seperti harapan yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh Desa Wisata Garongan dalam wawancara, mereka mengharapkan dengan adanya desa wisata, maka masyarakat desa khususnya mereka yang belum memiliki pekerjaan dapat terserap dan memiliki penghasilan dari kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan, baik itu menjadi guide, operator alat, pengurus dan lain sebagainya. Hal tersebut cukup beralasan karena 262 jiwa atau sekitar 21,16% dari total penduduk Desa Wisata Garongan yang berjumlah 1.238 jiwa merupakan pekerja serabutan dan pengangguran. Dari data struktur pendidikan,
commit to user
SMA yaitu sebanyak 396 jiwa, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan pekerjaan di luar.
Seperti yang dijelaskan dalam konsep CBT, bahwa poin penting yang merupakan kata kunci kesuksesan dari penerapan konsep CBT adalah wisata yang mengetengahkan lingkungan, sosial masyarakat, dan kesinambungan budaya dalam fokus pengembangan. CBT dikelola dan dimiliki dari dan oleh masyarakat, dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada wisatawan tentang bagaimana kearifan lokal dan kehidupan yang dilakukan sehari-hari di komunitas tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Garrod (2001, dalam tulisan Sri Endah) menjelaskan bahwa prinsip perencanaan partisipatif dalam konteks kepariwisataan yaitu, salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan konsep Community Based Tourism sebagai pendekatan pembangunan.
commit to user
Tabel IV.11 Distribusi Value Added
No.
Paket Wisata Desa Wisata Garongan Distribusi Value Added
Paket
Rincian Pengeluaran
Value Added
Non- Value Added
Pertanian : Bajak, Angkler, Tandur, Petik salak
Sewa sawah & kebun
5. Sewa kerbau/sapi
6. Makan
7. Pengairan
8. Benih tanaman
9. Pelatihan Budidaya
Sewa kolam
12. Pengairan
13. Benih ikan
14. Pelatihan Budidaya
15. Lain-lain
16. Budaya : Gejog Lesung Kubro Siswo
18. Sewa gamelan
21. Ikrar kenduri
22.
Outbond & Tracking sungai
Sewa tempat
26. Industri : Wajik ,dodol, keripik, sirupSalak
Bahan Baku Salak
27. Pelatihan Budidaya
28. Lain-lain
29. Transportasi Lokal Sewa Mobil
30. Parkir
X Sumber : Data diolah Agustus 2011
Pengembangan kegiatan pariwisata di Desa Wisata Garongan membuka kesempatan besar dalam upaya mengoptimalkan daya dukung masyarakat. Kegiatan wisata di Desa Wisata Garongan dapat menyerap tenaga kerja atau setidaknya dapat memberi manfaat ekonomi langsung
commit to user
tabel IV.12 di bawah ini.
Tabel IV.12 Persentase Value Added
No
Paket
Value Added (%)
8. Transportasi lokal
100,00
Sumber : Data diolah Agustus 2011 Nilai tambah terbesar dihasilkan oleh paket budaya dan
transportasi lokal yaitu sebesar 100% yang berarti menghasilkan manfaat ekonomi terbesar, seperti menyerap tenaga kerja dan menghasilkan pendapatan bagi pihak yang terlibat baik itu pelatih, penari dan pemilik alat gamelan. Tentu saja setelah dikurangi dengan biaya operasional. Untuk nilai tambah terbesar kedua ada pada paket outbond dan industri rumah tangga. Selain karena tingginya permintaan pada paket outbond, manfaat ekonomi langsung diterima oleh pemandu berupa upah dan pemilik lahan yang di sewa yaitu Desa Wonokerto. Pada paket industri rumah tangga, manfaat ekonomi langsung diterima oleh pemilik industri yang berasal dari warga lokal yang juga merangkap sebagai pelatih budidaya industri tersebut.
Secara keseluruhan, sebesar 63,33% dari total item transaksi dapat menciptakan value added atau sebanyak 19 pos item dari 30 pos
commit to user
kemungkinan kecil untuk menciptakan value added karena alokasi terserap penuh kepada keperluan pemenuhan total cost.
c. Timbulnya Tambahan Pendapatan Masyarakat Lokal
Dari banyak kajian mengenai CBT, sebagian besar masyarakat yang berpartisipasi langsung maupun tidak langsung pada CBT menganggap aktivitas kepariwisataan di desa mereka sebagai kegiatan paruh waktu. Meski berdasarkan analisis dampak ekonomi, financial, dan sosial yang dilakukan oleh Mitchell. J dan Ashley (2007, dalam tulisan Yuniati Dina) mengindikasikan adanya peningkatan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal dan pertumbuhan, namun adanya mekanisme pembagian pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan.
Seperti yang dijelaskan oleh Profesor Stradas bahwa konsep CBT tidak difokuskan untuk mencapai target tingkat pendapatan yang tinggi. CBT hanyalah sebuah alat bantu bagi masyarakat untuk dapat mencari dan mendapatkan tambahan pendapatan. Mekanisme pembagian pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan. Dengan alasan tersebut maka penelitian ini menjadikan pemetaan distribusi pendapatan yang terjadi menjadi indikator dari pencapaian dampak ekonomi yaitu adanya tambahan pendapatan yang masuk ke dalam komunitas. Karena adanya keterbatasan data, maka analisis
commit to user
pendapatan dari kunjungan yang dilakukan oleh SMAK St Louis Surabaya pada 18-20 Februari 2011.
Tabel IV.13 Rekapitulasi Pengeluaran Total Live-in SMAK St. Louis Surabaya
Item Pendapatan dan Pengeluaran
Pendapatan Desa Wisata
(Rp)
Target Pengeluaran Desa
Wisata (Rp)
Realisasi Pengeluaran
(Rp)
SHU (Rp)
I. Pendapatan Desa Wisata (Pengeluaran SMAK St.Louis)
26.444.500,00
II. Pengeluaran Desa
wisata :
1. Biaya Home Stay
3. Home Industri
5. Kebun Salak
7. Gejog Lesung
Sumber : LPJ Penggunaan Dana Live-in SMAK St. Louis
commit to user
target pengeluaran yang didistribusikan oleh pengelola Desa Wisata Garongan adalah pada paket home stay yaitu sebesar Rp 14.000.000,00 dari total target pengeluaran sebesar Rp 26.444.500,00. SHU akhir setelah dikurangi dengan total pengeluaran sebesar Rp 23.314.910,00 adalah Rp 3.129.590,00 atau sekitar 13,42% dari total pemasukan.
Tabel IV.14 Peringkat Pengeluaran Paket
No
Paket
TotalSpending(Rp) Presentase
8. Transportasi Lokal
Sumber : Data diolah Agustus 2011 Alokasi pengeluaran terbesar ada pada akomodasi yaitu sebesar Rp 18.773.500,00 atau sebesar 80,52% dari total pengeluaran yang sebesar Rp 23.314.910,00 kemudian pada urutan kedua adalah paket pertanian yaitu sebesar Rp 1.570.000,00 atau sekitar 6,74% dari total pengeluaran, dilanjutkan dengan paket kenduri (2,7%), Industri (1,5%), Outbond (1,3%), Perikanan (1,07%), Budaya (0,64%) dan terakhir transportasi lokal(0,13%) Sebesar 5,44% ada pada pengeluaran lain-lain dan tidak dimasukan pada tabel peringkat karena tidak masuk pada kategori paket wisata.
commit to user
lebih dalam lagi apakah dana tersebut mengalir seluruhnya ke komunitas atau terjadi kebocoran (leakage)dan mengalir ke luar komunitas. Untuk mengetahui aliran dana yang terjadi dari total pengeluaran maka dilakukan konfirmasi melalui wawancara .
Gambar IV.6
Sumber : Data diolah Agustus 2011
Dengan mekanisme pengambilan keputusan seperti yang dijelaskan di atas maka diperoleh sejumlah informasi yang dapat digunakan untuk memetakan tambahan pendapatan yang masuk pada komunitas maupun non-komunitas. Berikut tabel yang menjelaskan arah aliran dana atau distribusi yang terjadi dari kunjungan wisata di Desa Wisata Garongan.
commit to user
Tabel IV.15 Persebaran Distribusi Pendapatan
No.
Paket Wisata Desa Wisata Garongan Distribusi Pendapatan
Paket
Rincian Pengeluaran Community
Non- Community
Bajak, Angkler, Tandur, Petik salak
Sewa sawah & kebun
5. Sewa kerbau/sapi
6. Makan
7. Pengairan
8. Benih tanaman
9. Pelatihan Budidaya
Sewa kolam
12. Pengairan
13. Benih ikan
14. Pelatihan Budidaya
15. Lain-lain
16. Budaya : Gejog Lesung Kubro Siswo
18. Sewa gamelan
21. Ikrar kenduri
22. Outbond & Tracking sungai
Sewa tempat
26. Industri : Wajik, dodol, keripik, sirup salak
Bahan Baku Salak
27. Pelatihan Budidaya
Sewa Mobil
30. Parkir
X Sumber : Data diolah Agustus 2011
commit to user
Tabel IV.16 Presentase Distribusi Pengeluaran
Presentase Distribusi Pengeluaran
Community
Non- Community
8. Transportasi lokal
30.000,00
100,00
0,00 Sumber : Data diolah Agustus 2011
Dari tabel IV.15 dan tabel IV.16 di atas dapat dilihat bahwa tidak semua pengeluaran terdistribusikan kepada komunitas atau dalam hal ini terjadi kebocoran atau leakage. Pada paket akomodasi yang menyerap dana terbesar yaitu Rp 18.773.500,00, distribusi yang terjadi adalah sebesar 66,67% dari item pengeluaran terdistribusikan kepada komunitas yang terdiri dari pengeluaran homestay yang menyerap pengeluaran sebesar 55,72% dari total pengeluaran dan pengeluaran untuk makan yang menyerap pengeluaran sebesar 24,9% dari total pengeluaran. Sedangkan sisanya sebesar 33,33% mengalir ke luar komunitas untuk pengeluaran lain-lain.
Pada paket pertanian, sebesar 71,43% dari item pengeluaran terdistribusikan kepada komunitas yang terdiri dari sewa sawah & kebun, sewa kerbau/sapi, makan, pengairan, dan pelatihan budidaya. Kebocoran yang terjadi sebesar 28,57% item pengeluaran mengalir keluar komunitas
commit to user
pengeluaran lain-lain. Paket pertanian sendiri menyumbang pengeluaran terbesar kedua pada total pengeluaran yaitu sebesar Rp 1.570.000,00 yang terdistribusikan kepada masyarakat Desa Wisata Garongan.
Paket kenduri yang merupakan adat yang sudah mulai jarang ditemui saat ini dan turut menyumbang pengeluaran terbesar ketiga sebesar Rp 625.000,00 sebanyak 100% dari item pengeluaran atau total spending terdistribusikan kepada komunitas dan tidak ada kebocoran ke luar Desa Wisata Garongan. Paket ini terdiri dari kenduri atau “uba rampe” dan ikrar kenduri yang semuanya berasal dan ditangani oleh penduduk dari dalam Desa Wisata Garongan.
Untuk paket industri rumah tangga yang menyumbang pengeluaran pada pengeluaran total sebesar Rp 350.000,00 sebanyak 66,67% dari itempengeluaran terdistribusikan ke komunitas dalam bentuk bahan baku salak dan pelatihan budidaya yang semua berasal dari dalam Desa Wisata Garongan. Sedang 33,33% dari item pengeluaran bocor ke luar komunitas dalam betuk pengeluaran lain-lain.
Paket selanjutnya adalah outbond, pada paket ini terjadi kebocoran yang cukup besar karena hanya 25% dari item pengeluaran yang sebesar Rp 300.000,00 yang masuk ke komunitas yang digunakan untuk upah pemandu dan sebesar 75% dari item pengeluaran bocor ke luar komunitas yaitu dalam bentuk sewa lahan, perlengkapan dan pengeluaran lain-lain.
Paket perikanan yang dalam kunjungan SMAK St. Louis hanya sebagai paket tambahan, turut menyumbang sedikit pengeluaran sebesar Rp 250.000,00 sebanyak 60% dari item pengeluaran terdistribusikan ke dalam komunitas
commit to user
yang semuanya berasal dari Desa Wisata Garongan. Sedangkan sisanya sebesar 40% mengalami kebocoran ke luar komunitas dalam bentuk sewa kolam dan pengeluaran lain-lain.
Budaya yang merupakan paket ciri khas Desa Wisata Garongan selain paket perikanan, turut menyumbang pengeluaran sebesar Rp 150.000,00 dimana sebanyak 50% dari itempengeluaran terdistribusikan ke dalam komunitas dalam bentuk penari dan latihan, sedangkan 50% sisanya mengalami kebocoran ke luar komunitas dalam bentuk pelatih dan sewa gamelan yang berasal dari luar Desa Wisata Garongan.
Kemudian yang terakhir yang tidak masuk dalam paket namun ikut dimasukkan karena dianggap turut menguntungkan penduduk lokal Desa Wisata Garongan adalah transportasi lokal. Dengan value added sebesar 100% dari itempengeluaran atau total spending terdistribusikan ke dalam komunitas diharapkan transportasi lokal dapat menyerap baik tenaga kerja maupun sumber daya yang ada di Desa Wisata Garongan. Dalam kunjungan kali ini transportasi lokal menyumbang pengeluaran sebesar Rp 30.000,00 untuk sewa mobil.
Secara Keseluruhan, berdasarkan data yang ada maka dana yang terdistribusikan ke komunitas atau masyarakat Desa Wisata Garongan sebesar 94,56% dari total pengeluaran yang terjadi atau sekitar Rp 22.048.500,00 dengan share terbesar ada pada paket akomodasi sebesar Rp 18.773.500,00 atau sekitar 80,52% dari total pengeluaran. Kebocoran distribusi dana ke luar komunitas adalah sebesar Rp 1.266.410,00 atau sekitar 5,44% dari total pengeluaran. Kebocoran terjadi
dalam bentuk pengeluaran lain-lain.
commit to user