gambar tersebut dapat diamati bahwa nilai arus inrush maksimum yang timbul adalah 5622 A.
Hasil simulasi pada gambar 4.10 menunjukkan arus inrush yang timbul pada ketiga fasa. Arus inrush pada fasa 1 ditunjukkan dengan warna merah, arus inrush pada
fasa 2 dengan warna hijau, arus inrush pada fasa 3 dengan warna biru. Dari gambar
tersebut, tampak bahwa arus mencapai nilai steady state setelah 1,3 detik.
4.3.2 Simulasi Menggunakan Metode SPE
Tabel data test hubung buka trafo 60 MVA Tegangan Phasa ke
Tanah kV Arus Hubung Buka
A Rugi-rugi Hubung
Buka kW 20
18,3 46
Impedansi open sirkuit trafo Z
open
= VI
open
= 20000 18,3 = 1092 Ω
Resistansi open sirkuit trafo R
open
= P
loss
3 I
2 open
= 46.0003 18,3
2
= 45,78 Ω
Sehingga didapatkan X
open
1091 Ω Sehingga R
n
optimal, R
n
= 0,085 X
open
= 0,085 1091 = 92,73 Ω
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11 Pemodelan Metode Sequential Phase Energization dengan ATP
file project3.pl4; x-var t c:X0018A-BREKA
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
[s] -5000
-3750 -2500
-1250 1250
2500 3750
5000 [A]
Gambar 4.12 Arus Inrush pada Fasa 1 dengan metode SPE
file project3.pl4; x-var t c:BREKB -CABLB
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
[s] -6000
-4000 -2000
2000 4000
[A]
Gambar 4.13 Arus Inrush pada Fasa 1 dengan metode SPE
Universitas Sumatera Utara
file project3.pl4; x-var t c:BREKC -CABLC
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
[s] -5000
-3000 -1000
1000 3000
5000 7000
[A]
Gambar 4.14 Arus Inrush pada Fasa 1 dengan metode SPE
file project3.pl4; x-var t c:BREKA -CABLA
c:BREKB -CABLB c:BREKC -CABLC
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
[s] -6000
-3400 -800
1800 4400
7000 [A]
Gambar 4.15 Arus Inrush pada ke 3 phasa dengan metode SPE
Universitas Sumatera Utara
Analisis Simulasi Arus Inrush
Gambar 4.12 – 4.14 menunjukkan kurva arus inrush pada tiap fasa. Pada saat fasa 1 dienergisasi serta switch 2 dan 3 belum ditutup, sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 4.12, tampak terjadi pengurangan arus inrush yang sangat besar. Pada kondisi ini, arus lonjakan awal yang timbul sebesar 1034,8 A. Peredaman ini dikarenakan pada
saat energisasi fasa 1, Rn terangkai seri dengan fasa 1 sehingga arus inrush akan teredam. Pada saat fasa 2 dienergisasi, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 24,
tampak terjadi lonjakan arus pada fasa 1. Pada kondisi ini, arus lonjakan yang timbul adalah sebesar 2500 A. Hal ini dikarenakan ada sebagian arus pada fasa 2 yang masuk
ke fasa 1. Kondisi ini bergantung pada nilai Rn, dimana pada saat fasa 2 dienergisasi, semakin besar nilai Rn, semakin besar pula arus inrush fasa 2 yang masuk ke fasa 1.
Gambar 4.12 menunjukkan arus inrush pada fasa 1 muncul pada detik ke-0,05. Hal ini dikarenakan waktu menutup switch fasa 1 adalah pada detik ke-0,05. Pada
gambar tersebut dapat diamati bahwa nilai arus inrush maksimum yang timbul adalah 2500 A.
Gambar 4.13 menunjukkan arus inrush pada fasa 2 muncul pada detik ke- 0,075. Hal ini dikarenakan waktu menutup switch fasa 2 adalah pada detik ke-0,075.
Pada gambar tersebut dapat diamati bahwa nilai arus inrush maksimum yang timbul adalah 4000 A.
Gambar 4.14 menunjukkan arus inrush pada fasa 3 muncul pada detik ke- 0,1. Hal ini dikarenakan waktu menutup switch fasa 3 adalah pada detik ke-0,1. Pada
Universitas Sumatera Utara
gambar tersebut dapat diamati bahwa nilai arus inrush maksimum yang timbul adalah 4800 A.
Hasil simulasi pada gambar 4.15 menunjukkan arus inrush yang timbul pada ketiga fasa. Arus inrush pada fasa 1 ditunjukkan dengan warna merah, arus inrush pada
fasa 2 dengan warna hijau, arus inrush pada fasa 3 dengan warna biru. Dari gambar
tersebut, tampak bahwa arus mencapai nilai steady state setelah 0,5 detik.
4.3 Perbandingan Antara Arus Inrush Tanpa dan Dengan Metode SPE