disfungsi otot wajah yang ditandai dengan sakit kepala, nyeri sendi, dan lain-lain, serta trauma periodontal.
17
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 65 dari pasien dengan celah palatum bilateral dan 48 dari pasien celah palatum unilateral yang melakukan
perbaikan bisa mendapatkan manfaat dari bedah ortognatik.
17
3.2 Indikasi Bedah ortognatik
Ross 1986 memperkirakan bahwa bedah ortognatik diperlukan pada 25 dari sampel orang dengan bibir sumbing unilateral dan langit-langit untuk
memungkinkan hubungan yang memadai antara rahang yang fungsional, estetika wajah yang harmonis, atau keduanya.
14
Bedah ortognatik mengoreksi kelainan bentuk rahang dan wajah khususnya yang menyangkut oklusi gigi geligi. Alasan lain dilakukannya bedah ini biasanya
berkaitan dengan ketidakseimbangan pertumbuhan tulang wajah dan mandibula.
14
Indikasi bedah ortognatik yaitu:
13
1. Asimetri dan deviasi wajah. Asimetri dapat melibatkan bagian-bagian wajah yang mengenai jaringan keras
dan atau jaringan lunak. Deformitas yang diindikasikan untuk bedah ortognatik adalah:
19
1. Protrusi maksila
Protrusi maksila merupakan maksila yang menonjol diluar batas normal bersamaan dengan gigi. Orang tidak bisa menutup bibirnya bibir inkompeten tanpa
Universitas Sumatera Utara
usaha. Gigi selalu terlihat dan dalam kebanyaka kasus seluruh gingiva terlihat gummy smile. Gummy smile ini disebabkan oleh karena kelebihan vertikal rahang.
2. Retrusi maksila
Deformitas ini disebabkan oleh perkembangan maksila terutama terlihat pada orang yang memiliki celah bibir atau celah palatum. Setelah koreksi bedah celah bibir
atau celah palatum pada usia muda , pertumbuhan rahang terhambat bersamaan dengan perpindahan atau kerusakan tunas gigi.
3. Protrusi mandibula
Pada beberapa orang ada pertumbuhan ekstra dari rahang bawah sehingga tumbuh lebih panjang. Wajah mereka sangat panjang dengan penonjolan gigi bawah
dan bibir yang tebal. Biasanya gigi rahang bawah berada dalam lengkungan gigi rahang atas. Tetapi dalam kasus ini, gigi rahang bawah berada diluar lengkungan gigi
rahang atas. 4.
Retrusi mandibula Pada beberapa orang retrusi mandibula ini terjadi karena cacat perkembangan
atau keturunan yang menyebabkan rahang bawah sangat kecil sehingga disebut juga sebagai wajah burung.
2. Maloklusi. Sebagian besar kasus disgnati disertai adanya maloklusi yang dapat
mengakibatkan gangguan fungsi dalam derajat yang berbeda-beda. 3. Kelainan sendi temporomandibular.
Pada retrognati absolut terjadi defisiensi mandibula yang menyebabkan pasien cenderung untuk menarik mandibula ke depan sehingga menimbulkan keluhan sendi
Universitas Sumatera Utara
dan otot sedangkan pada prognati mandibula terjadi usaha untuk memaksimalkan oklusi dengan memundurkan
mandibula sehingga membebani sendi temporomandibular.
4. Hambatan fonetik. Kesulitan dalam pengucapan konsonan bilabial, labiodental, linguodental.
5. Preprostetik Pada orang tua yang lama tidak bergigi maka mandibula cenderung
mengalami prognati yang pada keadaan ekstrem tidak memungkinkan pembuatan protesa penuh sehingga keadaan ini harus diatasi dengan reposisi rahang.
6. Hambatan pernafasan. Keadaan mikrognati yang ekstrem seperti terdapat pada sindrom Pierre Robin
dapat menyebabkan lidah terletak sangat posterior dan menyebabkan obstruksi pernafasan.
7. Hambatan psikologis. Faktor psikologis merupakan hal yang harus dianalisa dengan sangat hati-hati.
Hal ini dikarenakan kelainan psikologis dapat sejalan, lebih berat atau tidak berarti dibandingkan tingkat keparahan kelainan fisik disgnati serta keinginan mengenai
hasil pembedahan yang tidak realistis. Hal ini penting dalam menentukan perlu tidaknya dilakukan tindakan bedah.
Kontraindikasi bedah ortognatik yaitu usia dibawah 18 tahun. Biasanya pertumbuhan tulang berlangsung sampai umur 18 tahun yang merupakan batas
minimal untuk dilakukannya perawatan bedah.
13
Universitas Sumatera Utara
3.3 Bedah Ortognatik untuk Koreksi Maloklusi pada Kasus Celah Palatum Komplet Bilateral