Gambaran Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle pada Murid SMA Negeri 8 Medan

(1)

LAMPIRAN 1

Hasil Pengukuran Tinggi Palatum Dan Lebar Palatum Pada Murid SMA Negeri 8 Medan

NO Nama Jenis

kelamin

KlasifikasiMaloklusi Angle

Tinggi Palatum

1 Thasya Nabilla Maswaya 1 3 31.91

2 Vina Sari 1 3 31.37

3 Novy Riana 1 1 32.60

4 Josua Pardamean 2 1 31.42

5 Vivi Azhari 1 1 33.33

6 Zafirah 1 4 29.24

7 Nurul Ihsan Azi Syahputra 2 4 32.00

8 M. Ainil Fauzan 2 1 34.78

9 Fachrul Rozi 2 4 34.31

10 Fenia 1 4 28.57

11 Christersenia Siagian 1 1 33.65

12 Laila Khairani 1 1 37.75

13 Jayanti Meylanie 1 1 24.54

14 Ismail 2 4 39.02

15 Akmal 2 2 34.09

16 Cindy Amelia 1 4 32.69

17 Martha 1 4 30.00

18 Athallah Mudiwa 'da R 2 1 31.48

19 Joel Pratama Manik 2 2 37.50

20 Ekogermana 2 3 34.40

21 Fauzi Azhari 2 1 30.69

22 M. Yusuf Nasution 2 4 33.33

23 Dimas Satria 2 1 40.81

24 Deo Bagas S Lubis 2 2 31.57

25 Rivaldo Kelvin Mohammad 2 3 36.73

26 Arfan Ramadhan 2 1 33.33

27 M.Ikhsan Fachryan 2 1 38.59

28 Rewaldi Sinaga 2 1 28.84


(2)

31 Rano Parsyah S 2 2 28.30

32 M. Fadli 2 3 25.22

33 Aliyah Jessica S 1 3 39.13

34 Mahatan Y Sainipar 2 3 41.83

35 Debora Yulianti Simanjuntak

1 1 30.00

36 Putri Safiany 1 1 39.79

37 Mega Ellyza 1 1 29.24

38 Jefri Amanda Pasaribu 2 4 35.29

39 Robin 2 1 37.03

40 Jimmy Abadi Kristian Tarigan

2 2 39.58

41 Rani Elviyanti Siregar 1 4 29.24

42 Suindrey Balqis 1 2 33.33

43 Adjie Anda Sabilla Tanjung 2 1 28.57

44 Samuel Nadeak 2 4 32.65

45 Della 1 1 35.29

46 Viktor Robinson Putra Zebua

2 1 32.69

47 Hengki Dermawan Buulolo 2 1 33.33

48 Dwiki Fery Syahputra 2 1 29.70

49 Mai Fri Ningsih Simatupang

1 1 46.23

50 Suci Nabila 1 4 28.57

51 Wawan 2 1 35.92

52 Mayang 1 1 34.00

53 Jodi 2 1 44.23

54 Feby Namira 1 1 40.19

55 Shelly 1 3 42.00

56 Yusriwati Silalahi 1 1 28.00

57 M.Nur Nadhifa 2 1 30.55

58 Nurul Annisa 1 1 42.30

59 Tirta 2 2 29.80

60 Tomi 2 1 34.69

61 Gilang Andrian Yudistira 2 2 30.61

62 M.Rizki 2 1 34.95

63 Juwita 1 1 28.71

64 Febby Olivia Br Damanik 1 3 35.71

65 M Hambali al-rasyid Lubis 2 4 39.21

66 Lily Aulia Sasmita 1 3 30.10


(3)

68 Firzha Shamian 2 1 27.72

69 Dwi Larasati 1 4 32.29

70 Siti Arnila 1 1 32.03

71 Crisvina Astrid Sinaga 1 1 43.90

72 Aldri 2 4 26.41

73 Rifaldy Julyandy 2 3 35.64

74 Zetira Silvany 1 4 40.65

75 Shopia Anwar Siringo-ringo 1 4 34.73

76 T.Wulan Arianti 1 4 51.16

77 Ria Angelina Sitorus 1 1 30.20

78 Reinhard 2 4 30.61

79 Theocer David 2 4 42.55

80 Lubna Zubaidi 1 1 27.61

81 Torang 2 1 30.61

82 Rechzi 2 1 34.70

83 Martua 2 1 33.33

84 Dea Pula 1 1 41.30

85 Abdullah Afdhol Richsan 2 3 27.02

86 yayang Stifany 1 1 32.38

87 Fairuz Hisanah Hibatullah 1 4 33.33

88 Miftahul Husna 1 4 40.17

89 Paulus Siauhuk 2 1 31.91

90 Elvina Ria 1 4 38.73

91 elsya Primasari 1 2 26.92

92 M. Ishaq Siregar 2 1 37.86

93 Poppy Diana Ariesta 1 1 35.71

94 Boy Hans Jeffry 2 2 33.33

95 Khairun 2 1 53.47

96 Felix 2 1 45.91

97 Longgar 2 1 31.73

98 Reza 2 1 28.86

99 Fahri 2 3 39.58

100 Yosua 2 2 34.95

101 ivan 2 2 33.33

102 angelina 1 1 33.33

103 wardito 2 1 35.29


(4)

KETERANGAN JENIS KELAMIN : 1= Perempuan

2= Laki-laki

KETERANGAN 2 KLASIFIKASI MALOKLUSI ANGLE:

1= klas 1

2= klas II divisi 1 3= klas II divisi 2 4= klas III


(5)

LAMPIRAN 2

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK RATA-RATA TINGGI PALATUM PADA SMA NEGERI 8 MEDAN

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

tinggi palatum 104 24.54 53.47 34.3155 5.30296

Valid N (listwise)

104

HASIL UJI NORMALITAS PADA SAMPEL LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MURID SMA NEGERI 8 MEDAN

Tests of Normality Jenis

kelamin responden

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. tinggi palatum perempuan .133 45 .045 .951 45 .054

laki-laki .128 59 .017 .933 59 .003

a. Lilliefors Significance Correction

FREKUENSI JENIS KELAMIN RESPONDEN DAN MALOKLUSI ANGLE PADA SMA NEGERI 8 MEDAN

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perempuan 45 43.3 43.3 43.3

laki-laki 59 56.7 56.7 100.0


(6)

klasifikasi maloklusi angle

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid klas I 55 52.9 52.9 52.9

klas II div 1

12 11.5 11.5 64.4

klas II div 2

13 12.5 12.5 76.9

klas III 24 23.1 23.1 100.0

Total 104 100.0 100.0

HASIL UJI STATISTIK RATA-RATA TINGGI PALATUM PADA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation tinggi

palatum(Pr)

45 24.54 51.16 34.4342 5.67513

Valid N (listwise)

45

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation tinggi

palatum(Lk)

59 25.22 53.47 34.2249 5.04851

Valid N (listwise)


(7)

PERBEDAAN RATA-RATA TINGGI PALATUM PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper tinggi palatum Equal variances

assumed

1.671 .199 .198 102 .843 .20931 1.05448 -1.88224 2.30086

Equal variances not assumed

.195 88.645 .846 .20931 1.07131 -1.91948 2.33809


(8)

RATA-RATA TINGGI PALATUM PADA MASING-MASING KLASIFIKASI MALOKLUSI ANGLE

Descriptives

klasifikasi maloklusi angle Statistic Std. Error Tinggi

Palatum

klas I Mean 34.4691 .74659

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 32.9723 Upper Bound 35.9659

Std. Deviation 5.53683

Minimum 24.54

Maximum 53.47

klas II div 1

Mean 32.7758 1.04922

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 30.4665 Upper Bound 35.0852

Std. Deviation 3.63461

Minimum 26.92

Maximum 39.58

klas II div 2

Mean 34.6646 1.48184

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 31.4360 Upper Bound 37.8933

Std. Deviation 5.34283

Minimum 25.22

Maximum 42.00

klas III Mean 34.5442 1.14256

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 32.1806 Upper Bound 36.9077

Std. Deviation 5.59738

Minimum 26.41


(9)

TABEL CROSSTAB

Jenis kelamin responden * klasifikasi maloklusi angle Crosstabulation klasifikasi maloklusi angle

Total klas I

klas II div 1

klas II div

2 klas III Jenis kelamin

responden

perempuan Count 24 2 6 13 45

% within Jenis kelamin responden

53.3% 4.4% 13.3% 28.9% 100.0%

% within klasifikasi maloklusi angle

43.6% 16.7% 46.2% 54.2% 43.3%

% of Total 23.1% 1.9% 5.8% 12.5% 43.3%

laki-laki Count 31 10 7 11 59

% within Jenis kelamin responden

52.5% 16.9% 11.9% 18.6% 100.0%

% within klasifikasi maloklusi angle

56.4% 83.3% 53.8% 45.8% 56.7%

% of Total 29.8% 9.6% 6.7% 10.6% 56.7%

Total Count 55 12 13 24 104

% within Jenis kelamin responden


(10)

% within klasifikasi maloklusi angle

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%


(11)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Saya, Defri Komala Sari adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sayaakan melakukan penelitian yang berjudul

GAMBARAN TINGGI PALATUM BERDASARKAN KLASIFIKASI

MALOKLUSI ANGLE PADA MURID SMA NEGERI 8 MEDAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata tinggi palatum yang normal pada siswa SMAN 8 Medan. Manfaat yang diperoleh untuk calon subjek adalah sebagai pengetahuan untuk keadaan normal tinggi palatum.

Peneliti mengajak saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 115 sampel subjek penelitian. Penelitian ini bersifat sukarela. Saudara bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian initanpa ada paksaan. Bila saudara memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian, saudara juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau sanksi apapun.

Apabila saudara setuju mengikuti penelitian ini, maka saudara diminta menandatangani lembar persetujuan yang telah diberikan. Prosedur selanjutnya adalah Peneliti akan melakukan pencetakan gigi saudara. Pencetakan gigi akan menggunakan sendok cetak sesuai ukuran saudara, bahan cetak yang sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi, dan spatula untuk pengadukan. Saudara diminta untuk duduk dengan posisi tegak dan membuka mulut. Peneliti akan memasukkan sendok cetak berisi bahan cetak kedalam mulut saudara dan peneliti memberitahu akan ada perasaan mual dan tidak nyaman selama sendok cetak berada di dalam mulut. Apabila saudara merasakan rasa mual selama pencetakan, peneliti akan meminta saudara untuk menundukkan kepala ke arah lantai. Saudara diminta


(12)

untuk mengatupkan mulut selama 3 menit. Bahan cetak yang telah mengeras akan dikeluarkan dari mulut saudara dan dihasilkan cetakan rahang atas/ bawah.

Sebagai subjek peneliti, saudara berkewajiban mengikuti aturan dan petunjuk seperti yang tertulis di atas. Subjek peneliti tidak akan dibebankan oleh biaya apapun. Bila saudara merasa belum jelas, Anda dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti (CP: 081269810541). Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan dirahasiakan dan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa indentitas subjek penelitian. Peneliti akan memberikan gantungan kunci berbentuk gigi sebagai ucapan terimakasih karena saudara bersedia mengikuti penelitian ini.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara sekalian, saya ucapkan terimakasih.


(13)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONCERN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ... Kelas : ...

Jenis Kelamin : L / P

Menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian mengenai Gambaran Tinggi Palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angke pada Murid SMA Negeri 8 Medan dan tidak akan menyatakan keberatan maupun tuntutan dikemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan sehat/ sadar dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan, Maret 2016 Pembuat pernyataan,


(14)

LAMPIRAN 5

DEPARTEMEN ORTODONTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GAMBARAN TINGGI PALATUM BERDASARKAN

KLASIFIKASI MALOKLUSI ANGLE PADA MURID

SMA NEGERI 8 MEDAN

No. Kartu : Pemeriksa :

Nama : Kelas :

Suku : 1. Ayah : ... 2. Ibu : ...

A. Karakteristik Responden:

1. Menurut anda, apakah anda memerlukan perawatan kawat gigi? a. Ya

b. Tidak

2. Bila ya, mengapa anda memerlukan perawatan kawat gigi? a. Trend

b. Estetik

c. Gigi tidak teratur d. Saran orang tua e. Lain-lain : ...


(15)

B. Pemeriksaan Intra Oral (di isi oleh peneliti):

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

k : karies v : rusak/radiks • : tambalan ╬: non vital : sedang erupsix : cabut o : belum erupsi lain-lain : ...

C. Pemeriksaan Model (di isi oleh peneliti):

Pemeriksaan Model Tipe Maloklusi Angle Hasil (mm) Tinggi palatum

Lebar palatum

Hasil :

Keterangan:

Indeks tinggi palatum = Tinggi palatum Lebar palatum


(16)

(17)

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1 Bhalajji SI. Orthodontics the art and science. New Delhi: Arya(Medi) Publishing House, 2004; 21-35, 63-81

2 Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: W.B. Saunders Company,2001: 19-20, 83-94

3 Al-Sayagh NM. The Relationship Of Palatal Dimension For Adolescent With Different Dental Angle Classification. Al-Rafidain Dent J. 2011; 11(2): 251-59.

4 Patel M. A Study Of The Hard Palate In The Skulls Of Central Indian Population. International Journal Of Pharma and Bio Sciences; 2012; 3(2):

527-33.

5 Paramesthi GAMDH, Farmasyanti CA, Karunia D. Besar indeks Pont dan Korhaus serta hubungan antara lebar dan panjang lengkung gigi terhadap tinggi palatum pada suku Jawa. [internet]. Available from: URL: http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-content/besar-indeks-pont- korkhaus-serta-hubungan-antara-lebar-dan-panjang-lengkung-gigi-terhadap-tinggi-palatum-pada-suku-jawa.pdf. Diakses Agustus 21, 2015

6 Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2007: 44-6

7 Agustin E. Ukuran lebar dan panjang lengkung gigi serta tinggi palatum dengan tipe maloklusi pada pasien ortodontik di RSGM FKG UNHAS. Skripsi. Makassar: Unhas,2012: 15-30.

8 Bhalla S, Londhe M.S, Kumar P. Palatal Dimension Correlation in Malocclusions for Mixed Indian Population. Journal of Dental Research and Review. 2014; 1(3):137-40.

9 Zarringhalam M. Measuring Palatal Height in Normal Occlusion and Malocclusion. J Dent TUMS. 2004; 1(4): 39-42.


(19)

10 Sulandjari H. Buku ajar Orthodonsia 1 KGO 1. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: 2008 ; 36-7

11 Laguhi AS, Anindita PS, Gunawan NP. Gambaran maloklusi dengan menggunakan HMAR pada pasien dirumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi manado. Journal e-GiGi 2014; 2(2)

12 Marbun EM. Gambaran pemeriksaan ABR dan timpanometri pasien celah bibir dan langit-langit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di RS Anak dan bunda Harahapan Kita Jakarta. Laporan penelitian. Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta. 2008.

13 Shahraki N, Yassaei S, Moghadam G. Abnormal Oral Bad Habit. Journal of Dentistry and Oral Hygiene. 2012; 4(2): 12-5

14 Kusuma ARP. Bernafas lewat mulut sebagai faktor ekstrinsik etiologi maloklusi. 2006; Unisula; 3-6

15 Lagana G, Masucci C, Fabi F. Prevalence of malocclusion, oral habits and orthodontic treatment need in a 7- to 15-year-old schoolchildren population in Tirana. Progress in orthodontics a springeropen journal 2013; 14:12

16 Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, malocclusion and method of measurements an overview. Archieves of Orthodontics 2007; 2: 3-9.

17 Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine. New York: Thieme Medical Publisher Inc, 1993: 23-4, 45-6, 57-9

18 Singh G. Textbook of Orthodontics. 2th ed. New Delhi: Jaypee Brother Medical Publisher Ltd,2007: 159, 163-5, 175-8

19 Urtane I, Pugaca J, Liepa A. The Severity of Malocclusion and Need for Orthodontics Treatment in Correspondence With the Age. Stomatologija, Baltic and Maxillofacial Journal. 2006; 8: 35-8.

20 Hariyanti RSJ, Triwardhani A, Rusdiana E. Gambaran tingkat keparahan maloklusi dan keberhasilan perawatan menggunakan index of complexcity, outcome and need (IC0N) di RSGM-P FKH Unair. Orthodontic Dental Journal 2011; 2: 26-32


(20)

21 Dewi O. Analisis hubungan maloklusi dengan kaulitas hidup pada remaja SMU Kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: USU,2008: 14-24.

22 Ahmad AA, Ahmed KM, Al saleem RN. Palatal depth and arch parameter in class I openbite, deepbite and normal occlusion. Iraqi Orthodontic Journal 2005; 1(2): 26-31

23 Rizell S, Barrenas LM, Anna AS. Palatal height and dental arch dimension in turner syndrome karyotypes. European Journal of Orthodontic 2013:841-847 24 Maeir C. Palate Shape And Depth: A Shape Matching And Machine Learning

Method For Assessment Of Ancestry From Skeletal Remains. Thesis. University of North Carolina Wilmington: 2013

25 Cioni B. Correlations between morphologic palatal dimensions and the cranio-facial balance. Bollettino di Informazioni Ortodontiche 1997; 1-6 26 Skrinjaric dan Vukovojae. Palatal and Dental Arch Dimensions in Patients

with Down’s Syndrome. Coll Antropol 1995; 19 (1): 237-242

27 Badri el, Nemat H. Palatal Dimensions in Egyptian Childrenat the Mixed Dentition Period. International Journal of Dental Anthropology IJDA 2008;12:15-20

28 Lione R, Buongiorno M. Evaluation of maxillary arch dimensions and palatal morphology in mouth breathing children by using digital dental casts. International Journal Pediatric Otorhinolaryngol 2013:1-5


(21)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional yaitu untuk melihat gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Medan, Jln. Sampali No. 23 dan dilaksanakan dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid SMA Negeri 8 Medan sejumlah 1000 orang

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan atau kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti.

3.3.3 Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus deskriptif pada satu populasi data.

Keterangan:

n= Besar sampel minimum

α= Deviat baku alfa, untuk α= 5%  1,96 Z α 2

. S n =


(22)

d= Perkiraan selisih rata-rata yang bermakna = 30%  0,3 Sehingga:

Z α 2 . S n=

d2 = 1,962 . 2,460

(0,3)2

= 104 104 model studi

Dengan perhitungan rumus, didapatkan jumlah sampel adalah sebesar 104 model studi.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Murid Sekolah Menengah Atas usia 14-18 tahun

b. Belum pernah dirawat Orthodonti (pesawat lepasan/cekat/fungsional) c. Jumlah gigi permanen lengkap kecuali Molar 3

d. Tidak ada tambalan

e. Tidak ada kebiasaan buruk

f. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed concernt

g. Tidak ada kelainan bentuk palatum h. Kesehatan umum baik

3.4.2 Kriteria Ekslusi

a. Murid Sekolah Menengah Atas tidak kooperatif

b. Pernah dirawat ortodonti (pesawat lepasan/cekat/fungsional) c. Memiliki kebiasaan buruk

3.5 Variabel Penelitian a. Tinggi palatum

b. Lebar palatum


(23)

- Klas I

- Klas II divisi 1 - Klas II divisi 2 - Klas III

d. Jenis kelamin e. Bahan cetak

f. Bahan pengisi cetakan

g. Waktu pencetakan dan pengisian model gigi h. Operator pencetakan

3.6 Definisi Operasional

1. Murid sekolah menengah atas usia 14-18 tahun adalah anak laki-laki maupun perempuan yang belajar di SMA Negeri 8 Medan yang berusia 14-18 tahun.

2. Tinggi palatum adalah garis vertikal yang tegak lurus dengan midpalatal raphe yang diukur dari permukaan palatum ke permukaan oklusal pada garis intermolar pertama yang diukur dengan alat pengukur tinggi palatum.

3. Lebar palatum adalah garis horizontal yang diukur dari permukaan palatum bidang oklusal (jarak intermolar).

4. Maloklusi adalah suatu kondisi menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya.

5. Maloklusi Klas I Angle adalah Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak pada buccal groove gigi M1 bawah.

6. Maloklusi Klas II Angle adalah Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak lebih ke mesial dari gigi M1 bawah.

7. Maloklusi Klas II divisi 1 Angle adalah Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya ke labial atau protrusi


(24)

8. Maloklusi Klas II divisi 2 Angle adalah yaitu inklinasi gigi insisivus tegak atau ke lingual

9. Maloklusi Klas III Angle adalah Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak lebih ke distal dari gigi M1 bawah.

10.Jenis kelamin adalah berdasarkan kartu tanda penduduk dan atau kartu tanda pelajar

11.Model studi adalah hasil cetakan gigi pasien yang diisi dengan gips keras (dental stone).

3.7 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Alat diagnostik, yaitu tiga serangkai berupa kaca mulut merek Dentika, sonde merek Dentika, pinset merek Dentika untuk pemeriksaan klinis 2. Sendok cetak ukuran M dan L

3. Rubber bowl dan Spatula 4. Kalkulator merek Casio 5. Pensil 2B merek Faber Castell 6. Penghapus merek Faber Castell 7. Alat ukur tinggi palatum 8. Kaliper digital

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 9. Bahan cetak Alginate merek Hygedent

10.Dental stone merek Sun Rock 11.Palster of paris


(25)

3.8 Prosedur Kerja

1. Memilih sampel murid Sekolah Menengah Atas dari kelas X, XI dan kelas XII, kemudian mengisi kuesioner.

2. Sampel yang telah didapat dari kuesioner, dilakukan pemeriksaan klinis berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.

3. Murid yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi subjek penelitian diberikan surat persetujuan (informed consent) agar disampaikan dan disetujui oleh orang tua kemudian dilakukan pencetakan dengan bahan cetak Alginate.

4. Pencetakan rahang atas dan rahang bawah, kemudian hasil cetakan diisi dengan dental stone ( tidak lebih dari 20 menit) yang dilakukan di sekolah Gambar 11. Alat dan bahan penelitian ; 1. Tiga serangkai 2. Sendok Cetak 3.

Rubber Bowl 4. Spatula 5. Kalkulator 6. Alat ukur tinggi palatum 7. Penghapus 8. Alginate 9. Dental Stone 10. Platers Of Paris 11. Pensil 12. Air 13. Kaliper digital

2 1

3

4 5

7

8

9

10

11 12

6


(26)

5. Tanam model studi pada basis dengan menggunakan bahan plaster of paris.

6. Lihat model studi untuk kalsifikasi maloklusi.

7. Ukur tinggi palatum dengan menggunakan alat pengukur tinggi palatum pada model studi.

8. Ukur lebar palatum dengan menggunakan kaliper digital yang diukur dari fossa molar satu kanan atas ke fossa molar satu kiri atas.

9. Tinggi palatum diukur dari jarak tinggi garis vertikal yang tegak lurus dengan midpalatal raphe. Diukur menggunakan kaliper digital.

10.Indeks tinggi palatum didapatkan dari ; Tinggi palatum

Lebar palatum

11.Dalam satu hari, pengukuran hanya dilakukan pada 10 model studi untuk menghindari kelelahan mata peneliti sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

12.Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat kemudian data diolah dengan komputerisasi dan dianalisis.

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi. 3.9.2 Analisis Data

a. Dihitung nilai rata-rata tinggi palatum pada semua sampel untuk mendapatkan nilai normal pada murid SMA Negeri 8 Medan berdasarkan maloklusi Angle.

b. Dihitung nilai rata-rata tinggi palatum yang normal pada murid laki-laki dan pada murid perempuan di SMA Negeri 8 Medan.

c. Dihitung perbedaan rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan perempuan di SMA Negeri 8 Medan.


(27)

3.10 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tentang tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan agar dapat berpartisipasi dalam penelitian.

2. Ethical clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat Internasional maupun Nasional.


(28)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle dengan menggunakan metode purposive sampling pada siswa SMAN 8 Medan. Populasi penelitian adalah siswa SMAN 8 Medan berjumlah 1000 siswa dengan rentang usia 14-18 tahun.

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 1 menunjukkan karakteristik subjek penelitian dari 104 siswa SMA Negeri 8 Medan. Dari penelitian diperoleh jumlah murid laki-laki lebih banyak, yaitu 56,7% dan perempuan 43,3%.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Jenis Kelamin Jumlah %

laki-laki 59 56.7

Perempuan 45 43.3

Total 104 100.0

4.2 Distribusi klasifikasi maloklusi Angle berdasarkan jenis kelamin Tabel 2 menunjukkan distribusi klasifikasi maloklusi Angle pada siswa SMA Negeri 8 Medan diperoleh hasil penelitian, laki-laki Klas I berjumlah 31 orang (52,5%), Klas II divisi 1 berjumlah 10 orang (16,9%), Klas II divisi 2 berjumlah 7 orang (11,9%), Klas III berjumlah 11 orang (18,6%), sedangkan perempuan Klas I berjumlah 24 orang (53,3%), Klas II divisi 1 berjumlah 2 orang (4,4%), Klas II divisi 2 berjumlah 6 orang (13,3%) dan Klas III berjumlah 13 orang (28,9%).


(29)

Tabel 2. Distribusi klasifikasi maloklusi Angle berdasarkan jenis kelamin Jenis

kelamin

Klasifikasi Maloklusi Angle Total

Klas I Klas II divisi 1

Klas II divisi 2

Klas III

Laki-laki N 31 10 7 11 59

% 52.5 16.9 11.9 18.6 100

perempuan N 24 2 6 13 45

% 53.3 4.4 13.3 28.9 100

4.3 Tinggi palatum pada siswa SMA Negeri 8 Medan

Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian rata-rata tinggi palatum pada siswa SMA Negeri 8 Medan yaitu 34,31mm ± 5,30

Tabel 3. Rata-rata tinggi palatum Data

N

Batas Bawah

Batas

Atas Rata-rata Std. Deviasi tinggi palatum

(mm)

104 24.54 53.47 34.31 5.30

Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian rata-rata tinggi palatum berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki 34,22 mm ± 5,04, sedangkan perempuan 34,43 mm ± 5,76, dengan perbedaan rata-rata 0,21 mm. Hasil analisis uji T menunjukkan P>0,05, dimana tidak terdapat perbedaan rata-rata tinggi palatum antara laki-laki dan perempuan.


(30)

Tabel 4. Perbedaan rata-rata tinggi palatum berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Batas Bawah Batas Atas Rata-rata

Std.Deviasi Perbedaan rata-rata

Uji T

Laki-Laki 25.22 53.47 34.22 5.04

0,21 .843* Perempuan 24.54 51.16 34.43 5.67

*perbedaan bermakna (p>0,05)

Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian rata-rata tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle, pada Klas I berjumlah 55 orang 34,46 mm ± 5,59, Klas II divisi 1 berjumlah 12 orang 32,77 mm ± 3,63, Klas II divisi 2 berjumlah 13 orang 34,66 mm ± 5,34, sedangkan pada Klas III berjumlah 24 orang 34,54 mm ± 5,59. Dengan derajat kepercayaan 95%.

Tabel 5. Rata-rata tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle

Klasifikasi Maloklusi Angle

N Batas

Bawah

Batas Atas

Rata-rata

Std. Deviasi

Klas I 55 32.79 35.96 34.46 5.59

Klas II Div.1 12 30.46 35.08 32.77 3.63

Klas II Div.2 13 31.43 37.89 34.66 5.34


(31)

BAB 5 PEMBAHASAN

Proses pembentukan palatum dibentuk oleh prosesus maksilaris dan prosesus frontonasalis. Bentuk palatum dipengrauhi oleh pertumbuhan rongga mulut sekitar dan kekuatan fungsional seperti aktivitas otot lidah.7,9,23,26 Palatum yang dalam merupakan gambaran dari penyempitan bagian apikal prosesus alveolaris maksila yang biasanya terjadi pada kebiasaan mengisap ibu jari atau bernafas dari mulut.13,14,23,24,28 Penelitian ini untuk menganalisis gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle.

Pada tabel 2 menunjukkan distribusi maloklusi pada siswa laki-laki dan perempuan SMA Negeri 8 Medan usia 14-18 tahun. Pada laki-laki memiliki maloklusi Klas I dengan persentase 52,5%, Klas II divisi 1 16,9%, Klas II divisi 2 11,9% dan Klas III 18,6%, sedangkan perempuan Klas I 53,3%, Klas II divisi 14,4%, klas II divisi 2 13,3% dan Klas III 28,9%.

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa hasil rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan perempuan yaitu 34.31 mm. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramesthi dkk pada 31 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada angkatan 2006-2009 yang menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum 36,29 mm.5 Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Bhalla dkk pada model studi anak usia 13-16 tahun dari institusi pemerintah keguruan tahun 2014 yang menunjukkan rata-rata tinggi palatum yaitu 36,23 mm.8 Hal ini disebabkan karena usia dan jumlah sampel yang digunakan tidak jauh berbeda.

Hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan di SMA dan klinik ortodonti di Iran oleh Zarringhalam tahun 2004 pada 240 sampel usia 16-18 tahun yang memiliki oklusi normal dan 16-20 tahun dengan maloklusi menunjukkan rata-rata tinggi palatum yaitu 20,68 mm.9 Penelitian Al-sayagh pada 142 siswa dengan klasifikasi maloklusi Angle yang berbeda menunjukkan rata-rata tinggi palatum yaitu 19,21 mm. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena ras, jumlah sampel yang


(32)

digunakan dan perbedaan dalam pengukuran. Indeks pengukuran palatum yang biasanya digunakan yaitu indeks Korkhaus.5,8

Pada tabel 4 menunjukkan perbedaan rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan pada perempuan dengan menggunakan uji T menunjukkan nilai p > 0,05, diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan perempuan pada siswa SMA Negeri 8 Medan usia 14-18 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-sayagh menunjukkan pada laki-laki yaitu 19,49 mm dan perempuan yaitu 19,21 mm, perbedaan rata-rata tinggi palatum 0,28 mm dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan.3 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdulmawjood dkk pada 72 model studi dengan maloklusi Klas I open bite, deep bite dan oklusi normal tahun 2005 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum pada laki-laki 47.03 mm, sedangkan pada perempuan 46.32 mm, dengan perbedaan rata-rata 0,71 mm dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan.22 Hal ini disebabkan karena jumlah sampel yang digunakan sama. Hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Zarringhalam yaitu pada 60 anak laki-laki rata-rata tinggi palatum yaitu 21,84 mm, sedangkan pada 60 anak perempuan rata-rata tinggi palatum yaitu 19,53 mm, dan 2,3 mm lebih tinggi pada laki-laki. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena ras pada sampel yang digunakan yaitu ras Kaukasoid.

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum masing-masing klasifikasi maloklusi Angle pada Klas I ; 34,46 mm, pada Klas II divisi 1 32,77 mm, pada Klas II divisi 2 34,66 mm, sedangkan pada Klas III 34,54 mm.


(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

6.1.1 Rata-rata tinggi palatum murid SMA Negeri 8 Medan adalah 34.31 mm ± 5.30 mm.

6.1.2 Rata-rata tinggi palatum pada perempuan 34.43 mm ± 5.67 mm, sedangkan pada laki-laki 34.22 mm ± 5.04 mm. Tidak ada perbedaan signifikan rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan perempuan.

6.1.3 Rata-rata tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle ; pada Klas I 34,46 mm ± 5,59 mm, Klas II divisi 1 32,77 mm ± 3,63 mm, Klas II divisi 2 34,66 mm ± 5,34 mm, sedangkan Klas III 34,54 mm ± 5,59 mm.

6.2 Saran

6.2.1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang sama besar pada masing-masing klasifikasi maloklusi agar didapatkan validitas yang lebih tinggi.

6.2.2 Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada ras dan suku tertentu.

6.2.3 Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan pengukuran indeks tinggi palatum berdasarkan kelompok umur tertentu.


(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Palatum

2.1.1 Anatomi Palatum

Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum merupakan salah satu bagian dari kraniofasial yang juga merupakan pembentuk dari sepertiga tengah wajah. Struktur palatum sangat penting untuk dapat melakukan proses mengunyah dan bernafas pada saat yang sama. Secara anatomi palatum terbagi menjadi palatum durum (palatum keras) 2/3 posterior dan palatum mole (palatum lunak) 1/3 anterior. Palatum durum terletak di bagian anterior atap rongga mulut. Palatum durum terbentuk dari tulang yang memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung. Palatum durum dibentuk oleh tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membran mukosa. Bagian posterior atap rongga mulut dibentuk oleh palatum mole. Palatum mole merupakan sekat berbentuk lengkungan yang membatasi antara bagian orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot yang sama halnya dengan palatum durum, juga dilapisi oleh membran mukosa. 1,2,8


(35)

2.1.2 Pembentukan Palatum

Selama minggu ke lima perkembangan prenatal, terjadi pembentukan segmen intermaksilari yaitu hasil dari penyatuan dua prosessus nasal media di dalam embrio. Segmen ini adalah suatu massa internal berbentuk baji yang meluas ke inferior dan bagian dalam nasal dan septum nasal yang terletak diantara permukaan prosesus intermaksilaris. Segmen intermaksilaris ini akan membentuk palatum primer, suatu massa triangular. Selama minggu ke enam pada perkembangan prenatal, prosessus maksilaris bilateral membentuk dua palatal shelves atau prosessus lateral palatines.

Shelves akan berkembang ke inferior dan ke bagian dalam stomodeum pada arah vertikal di sepanjang kedua sisi lidah yang sedang berkembang. Palatine shelves ini berkembang ke arah bawah sejajar dengan permukaan lidah dan menyatu dengan yang lain dengan palatum primer dan akan membentuk palatum sekunder. Untuk pembentukan palatum yang lengkap terjadi karena penyatuan dari palatum sekunder dengan bagian posterior palatum primer. Ke tiga prosessus menyatu secara sempurna, membentuk palatum akhir bagian lunak dan keras selama minggu ke dua belas perkembangan prenatal.12


(36)

2.1.3 Pertumbuhan Tinggi dan Lebar Palatum

Pertumbuhan palatum dimulai pada awal minggu kelima sampai minggu ke duabelas prenatal.9 Palatum akan turun sesuai pertumbuhan maksila ke bawah yang diikuti oleh aposisi pada permukaan yang menghadap ke dasar rongga hidung. Lengkung palatal bertambah dalam dengan adanya pertumbuhan prosesus alveolaris. Ruang mulut dalam pertumbuhan anak-anak letaknya makin menjauh dari dasar tengkorak karena adanya pertumbuhan dari sinus maksilaris dan rongga hidung. Lengkungan transversal dan sagital dari palatum akan bertambah besar sepanjang masa kanak-kanak sampai dewasa. Pertumbuhan lebar palatum paling banyak terjadi pada regio molar pertama dan kedua sisi sutura media. Lima per enam perkembangan palatum yang matur tercapai rata-rata pada usia 4 tahun dan perkembangan lebar maksimum palatum dapat tercapai pada usia 19 tahun. Secara keseluruhan, peningkatan lebar palatum terjadi karena aposisi dari permukaan terluar tulang selama tahun pertama postnatal.2,5,9

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Palatum

Bentuk palatum terdiri dari bentuk U dan bentuk V. Variasi bentuk palatum selain dipengaruhi pertumbuhan herediter dari tulang palatum, lengkung prosesus alveolaris, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pertumbuhan palatum dapat dipengaruhi oleh kebiasaan buruk.5 Kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi ketinggian palatum antara lain ;

1. Kebiasaan mengisap ibu jari

Mengisap ibu jari adalah kebiasaan buruk yang paling umum dan prevalensi untuk kebiasaan ini dilaporkan sekitar 13 sampai 100% di beberapa masyarakat.13 Kebiasaan mengisap ibu jari biasanya dimulai pada usia 3-4 tahun. Proses terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran, hal ini biasanya fisiologis. Akibat mengisap ibu jari, terjadi kontraksi dinding bukal, sehingga lengkung maksil menjadi sempit, dasar hidung sempit, dan palatum tinggi.,13,14,15


(37)

2. Kebiasaan bernafas melalui mulut

Bernafas melalui mulut merupakan kebiasaan yang paling sering menimbulkan kelainan pada struktur wajah dan oklusi gigi-geligi. Kebiasaan bernafas lewat mulut yang berlangsung selama masa tumbuh kembang dapat mempengaruhi pertumbuhan dentokraniofasial. Bernafas melalui mulut yang sudah kronis dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada otot-otot di sekitar mulut, sehingga dapat memacu perkembangan maloklusi.14 Bernafas melalui mulut total terjadi jika jalan pernafasan benar-benar terhambat. Penyebab hambatan saluran pernafasan yang paling sering pada anak-anak adalah pembesaran jaringan limfoid yang terletak pada daerah faring yaitu pembesaran adenoid dan tonsil. Faktor penyebab lainnya adalah pembengkakan kelenjar mukosa pada hidung. Akibat hambatan saluran pernafasan akan menyebabkan ketidakaktifan fungsi saluran pernafasan, oleh sebab itu akan terjadi kurangnya perkembangan dari rongga hidung dan rahang atas sehingga akan terlihat lengkung rahang atas yang sempit atau terjadinya perubahan lengkung rahang, palatum yang dalam atau terjadinya deformitas bentuk palatum serta adanya overbite.13,14,15

Gambar 3. A. Kebiasaan mengisap ibu jari B. Palatum yang dalam akibat kebiasaan buruk mengisap ibu jari.13,14


(38)

2.2 Maloklusi

2.2.1 Definisi Maloklusi

Maloklusi adalah suatu kondisi menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. Keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan proses patologis penyimpangan dari perkembangan normal. Penentuan oklusi dapat didasarkan pada kunci oklusi normal.6,11,15

Menurut beberapa studi epidemiologi yang dilakukan pada remaja Amerika Serikat dilaporkan 11% remaja umur 12-17 tahun oklusi normal, 34,8% maloklusi ringan dan 25,2% maloklusi yang berat sehingga beberapa kasus memerlukan perawatan.8

2.2.2 Etiologi Maloklusi2,10,16,17,18

Menurut Proffit (1998) etiologi dari maloklusi tidak disebabkan oleh satu faktor saja, maloklusi biasanya disebabkan oleh multifaktorial. Menurut Moyers maloklusi dapat disebabkan oleh ;

1.Faktor Genetik

Penyebab maloklusi bervariasi salah satunya faktor genetik. Kerusakan genetik mungkin akan tampak setelah lahir atau mungkin baru tampak beberapa tahun setelah lahir. Peran heriditer pada pertumbuhan kraniofasial dan sebagai penyebab deformitas dentofasial sudah banyak dipelajari, tetapi belum banyak diketahuai bagian dari gen yang mana berperan dalam maturasi otot-otot orofasial.

Beberapa etiologi yang termasuk dalam faktor genetik;

1) Evolusi pengurangan rahang dan ukuran gigi yang menyebabkan perbedaan ukuran rahang dan gigi

2) Sindrom genetik


(39)

2. Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan pada maloklusi akan terjadi terus menerus selama individu masih bertumbuh dan berkembang.

1) Tekanan terus menerus atau kekuatan yang melebihi 4-6 jam per hari pada gigi; misalnya tekanan yang ada pada jaringan lunak seperti kebiasaan buruk menghisap ibu jari.

2) Trauma

a. Trauma prenatal

- Hipoplasia mandibula dapat disebabkan oleh tekanan intrauterin atau trauma selama kelahiran.

- “Vogelgesicht” pertumbuhan mandibula terhambat berhubungan dengan ankilosis persendian temporomandibularis, mungkin disebabkan karena cacat perkembangan oleh trauma.

b. Trauma postnatal

- Fraktur rahang dan gigi - Trauma pada TMJ 3) Penyakit

a. Penyakit sistemik

Penyakit demam dapat mengganggu perkembangan gigi pada masa balita dan kanak-kanak

b. Penyakit lokal

- Penyakit nasofaringeal dan gangguan fungsi pernafasan - Tumor

- Karies. Dapat menyebabkan kehilangan dini gigi desidui, terganggunya urutan erupsi gigi permanen, dan kehilangan gigi permanen.

2.2.3 Klasifikasi Maloklusi2,10,16,17

Tujuan untuk menggolongkan maloklusi ke dalam kelompok-kelompok dimana tiap kelompok memiliki ciri-ciri khas yang mudah ditandai dan mempunyai


(40)

Klasifikasi maloklusi menurut Angle (1899); 1. Klas I Angle

Ciri-ciri Klas I Angle :

Tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak pada buccal groove gigi M1 bawah, adanya crowding, spacing, danrotasi.

2. Klas II Angle

Ciri-ciri Klas II Angle:

Tonjol mesiobukal M1 atas berada pada bagian mesial M1 bawah. Kelas II Angle dibagi menjadi 2 yaitu Divisi 1 dan divisi 2 : a. Kelas II Angle divisi 1 :

Jika gigi-gigi anterior di rahang atas inklinasinya ke labial atau protrusi sehingga didapatkan overjet, overbite¸ curve of spee positif .

b. Kelas II Angle divisi 2 :

Insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas proklinasi, deep bite,

jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah.


(41)

3. Klas III Angle

Ciri-ciri Klas III Angle :

Tonjol mesiobukal gigi M1 atas berada pada bagian distal dari M1 bawah, terdapat crossbite anterior.

2.3 Cara Mengukur Tinggi Palatum5,8, 21,23

Korkhaus (1939 sit. Rakosi dkk., 1993) menilai bentuk palatum berdasarkan indeks tinggi palatum. Palatum yang tinggi merupakan gambaran dari penyempitan bagian apikal prosesus alveolaris maksila yang biasanya terjadi pada kasus dengan

Gambar 6. A. Klas II div 1 Angle. B. Klas II div 2 Angle1,3,17

Gambar 8. Klas III Angle1,3,17 A


(42)

Korkhaus didefinisikan sebagai jarak tinggi garis vertikal yang tegak lurus dengan

midpalatal raphe. Lebar palatum diukur dari permukaan palatum sampai bidang oklusal (molar pertama rahang atas). Indeks tinggi palatum dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut:

Tinggi palatum Lebar palatum

Nilai rata-rata indeks tersebut adalah 42%, yang merupakan indeks ras Kaukasoid, selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan Korkhaus (1939 sit Rakosi dkk., 1993) diketahui bahwa nilai indeks ini meningkat apabila palatum tinggi dan nilainya menurun jika palatum dangkal.

2.4 Hubungan Tinggi Palatum dengan Tipe Maloklusi Angle

Pada masa pertumbuhan Lengkung maksila menjadi lebih tinggi dan lebar, sementara itu lengkung palatum akan bertambah besar secara transversal (tinggi) dan sagital (panjang) semasa kanak-kanak sampai dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan palatum sering dikaitkan dengan bentuk palatum, lebar intermolar dan panjang lengkung gigi posterior untuk pencegahan maloklusi. Secara klinis bentuk

X 100 Indeks tinggi palatum =

Gambar 9. A. Aplikasi alat untuk mengukur tinggi palatum B. Aplikasi jangka sorong pada alat untuk mengukur tinggi palatum5.


(43)

palatum yang dalam dapat menyebabkan crossbite posterior, lebar intermolar sempit serta panjang lengkung pendek.5,23,25,27

Pada maloklusi Klas II divisi 1 memiliki lebar palatum yang sempit, Klas II divisi 2 memiliki palatum yang dangkal sedangkan maloklusi Klas I dan maloklusi Klas III memiliki palatum yang paling dalam.1,5,10 Hubungan antara dimensi palatal menunjukkan bahwa lebar palatum, garis lengkung dan tinggi palatum sangat berkorelasi positif dengan satu sama lain di semua kelompok oklusi kecuali di Klas II divisi 1 pada laki-laki. Maloklusi klas 1 pada laki-laki memiliki rata-rata tinggi dan lebar palatum sebesar 19.98 mm dan 35.31 mm. Maloklusi klas II divisi 1 sebesar 20.65 mm dan 33.12 mm. Maloklusi klas II divisi 2 sebesar 19.94 mm dan 34.07 mm. Klas II sebesar 19.39 dan 35.63 mm. Sedangkan pada perempuan rata-rata Klas I tinggi dan lebar palatum sebesar 16.72 mm dan 34.46 mm, Klas II divisi 1 sebesar 19.04 mm dan 32.60 mm, maloklusi klas II divisi 2 sebesar 19.52 mm, sedangkan klas III sebesar 20.47 mm dan 33.00. Maloklusi klas III memiliki lebar palatum lebih sempit dibandingkan dengan oklusi Angle lainnya.3

Menurut penelitian Zarringhalam, pada laki-laki terdapat perbedaan yang signifikan pada maloklusi Klas III daripada maloklusi Klas II dan Klas I.9 Pada perempuan Klas III memiliki tinggi palatum yang lebih dari semua kelompok maloklusi lainnya. Pada laki-laki, maloklusi Klas II divisi 1 memiliki tinggi palatum lebih dari maloklusi Klas I, Klas II divisi 2 dan Klas III.7


(44)

2.5 Kerangka Teori Maloklusi Hal-hal yang mempengaruhi tinggi palatum Pertumbuhan tinggi palatum dan lebar palatum Faktor Lingkungan Faktor Genetik Etiologi

Gambaran Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle Pada Murid

SMA Negeri 8 Medan

Klasifikasi Angle Definisi Palatum Pembentukan Palatum sekunder pembentukan Palatum

Primer Klas III

Angle Klas II Angle

- Divisi 1 - Divisi 2

Klas I Angle Pembentukan palatum Anatomi Palatum Palatum Pembentukan Palatum tersier/lengkap

1.Kebiasaan menghisap ibu jari

2.kebiasaan bernafas dari mulut

Cara mengukur

tinggi palatum


(45)

2.6Kerangka Konsep

Tinggi palatum pada murid SMA Negeri Medan

- Usia 14-18 tahun - Jenis kelamin

Klasifikasi Maloklusi Angle

- Klas I - Klas II

 Divisi 1  Divisi 2 - Klas III

- Tinggi Palatum - Lebar Palatum - Bahan cetak

- Bahan pengisi cetakan - Waktu pencetakan dan

pengisian model gigi - Operator pencetakan - Genetik


(46)

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Maloklusi secara umum dapat diartikan suatu oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Kondisi ini muncul pada saat proses perkembangan.1,2 Maloklusi sangat berhubungan dengan yang ada di rongga mulut salah satunya yaitu palatum. Tinggi palatum di setiap maloklusi berbeda. Pada maloklusi Klas I tinggi palatum normal, Klas II divisi 1 palatum dalam, Klas II divisi 2 kedalaman normal, sedangkan Klas III memiliki palatum yang paling dalam.1,3

Palatum merupakan atap dari rongga mulut dan dasar dari rongga hidung. Palatum terdiri atas palatum keras 2/3 posterior dan palatum lunak 1/3 anterior.1,2 Palatum memisahkan antara rongga mulut dan rongga hidung serta nasofaring meluas hingga ke faring. Palatum juga menghubungkan antara kranium dan fasial. Bentuk palatum akan berpengaruh jika terjadi asimetris pada basis kranium. Pertumbuhan kraniofasial dikontrol oleh beberapa faktor antara lain: genetik, proses pertumbuhan, tindakan bedah, malnutrisi, malfungsi dan malformasi kraniofasial.4,5,6

Proses pertumbuhan pada umumnya akan terhenti pada akhir masa remaja, sedangkan pertumbuhan tulang wajah akan terus mengalami pertumbuhan aposisional pada usia dewasa. Pertumbuhan aposisional merupakan pertumbuhan pada permukaan tulang yang akan menunjukkan arah pertumbuhan, yang diimbangi oleh adanya resorpsi pada sisi yang lain.7 Pertumbuhan maksila berhenti pada usia sekitar 15 tahun untuk wanita sedangkan pada pria sekitar usia 17 tahun.5

Pertumbuhan palatum dimulai sejak awal minggu ke enam sampai minggu ke duabelas prenatal. Pertumbuhan lebar palatum paling banyak terjadi pada regio molar pertama dan kedua sisi sutura media. Lima per enam perkembangan palatum yang matur tercapai rata-rata pada usia 4 tahun dan perkembangan lebar maksimum palatum dapat tercapai pada usia 19 tahun. Secara keseluruhan, peningkatan lebar palatum terjadi karena aposisi dari permukaan terluar tulang selama tahun pertama postnatal.2,5


(47)

Menurut Khorkhaus tinggi palatum yaitu jarak tinggi garis vertikal yang tegak lurus dengan midpalatal raphe. Garis vertikal ini melintang dari permukaan palatum sampai bidang oklusal (molar pertama rahang atas).3,8 Pertumbuhan tinggi palatum telah lengkap pada usia 16 tahun, dan dapat berbeda dipengaruhi oleh jenis kelamin.5,9 Total rata-rata tinggi palatum pada oklusi normal adalah 20.61 mm, pada remaja wanita 19.53 mm dan pada remaja laki-laki 21.84 mm.9

Menurut Johnson dkk membandingkan dimensi palatal yaitu lebar dan kedalamannya pada orang dewasa dengan maloklusi klas I, Klas II divisi 1 dan divisi 2 serta Klas III. Hasil menunjukkan bahwa maloklusi Klas II divisi 1 memiliki lebar palatum yang sempit, Klas II divisi 2 memiliki palatum yang dangkal sedangkan maloklusi Klas I dan Klas III memiliki palatum yang paling dalam.10

Menurut Zarringhalam yang menggunakan sampel sebesar 240 sampel yaitu didapatkan tinggi palatum pada oklusi normal yaitu 20,61 mm. Pada maloklusi Klas I ; 20,43 mm kurang dari oklusi normal, pada maloklusi Klas II Divisi 1 20,65 mm dan Klas III 21,19 mm lebih dari oklusi normal. Rata-rata tinggi palatum Klas III lebih besar daripada Klas I dan Klas II. Hal ini terjadi karena posisi lidah yang lebih rendah pada maloklusi Klas III dan tekanan otot luar pipi dan posisi yang lebih rendah dari mandibula saat tidur di malam hari.9

Menurut penelitian yang dilakukan Paramesthi dkk pada mahasiswa suku Jawa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada angkatan tahun 2006-2009 di peroleh indeks tinggi palatum Korkhaus pada suku jawa sebesar 36,29 mm sedangkan indeks Khorkhaus pada ras Kaukasoid adalah sebesar 42 mm.5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian tentang gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:


(48)

a. Bagaimana gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle Klas I, Klas II dan Klas III pada murid SMA Negeri 8 Medan? b. Berapakah rata-rata tinggi palatum pada murid SMA Negeri 8 Medan? c. Apakah ada perbedaan rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan

perempuan ?

I.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tinggi palatum dengan klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui rata-rata tinggi palatum pada murid SMA Negeri 8 Medan

b. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan perempuan.

I.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan keilmuan dan memperluas pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai sumbangan pustaka dan bahan tambahan pengetahuan mengenai gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.

b. Dapat dijadikan sebagai penunjang dalam menentukan diagnosa di bidang kedokteran gigi.


(49)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2016

Defri Komala Sari

Gambaran Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle pada Murid SMA Negeri 8 Medan

xi + 31 halaman

Maloklusi adalah suatu kondisi menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. Maloklusi sangat berhubungan dengan yang ada di rongga mulut salah satunya yaitu palatum. Tinggi palatum di setiap maloklusi berbeda. Menurut Khorkhaus tinggi palatum yaitu jarak tinggi garis vertikal yang tegak lurus dengan midpalatal raphe. Garis vertikal ini melintang dari permukaan palatum sampai bidang oklusal (molar pertama rahang atas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) rata-rata tinggi palatum pada pada masing-masing maloklusi Angle. (2) perbedaan rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan perempuan pada murid SMA Negeri 8 Medan. Penelitian ini dilakukan pada 104 orang murid SMA Negeri 8 Medan yang terdiri dari 59 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Sampel murid SMA Negeri 8 Medan diambel dengan cara metode Purposive Sampling. Sampel yang didapat kemudian dilakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah untuk mendapatkan model studi, lalu dilakukan pengukuran tinggi palatum dan lebar palatum dengan menggunakan rumus indeks Korkhaus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum murid SMA Negeri 8 Medan adalah 34.31 mm ± 5.30 mm. Hasil analisis Uji T dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan perempuan. Kesimpulan adalah rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Rata-rata tinggi palatum pada Klas I adalah 34,46 mm±5,59 mm, Klas II divisi 1 32,77 mm±3,63 mm, Klas II divisi 2 34,66 mm±5,34 mm, sedangkan Klas III 34,54 mm±5,59 mm.


(50)

GAMBARAN TINGGI PALATUM BERDASARKAN

KLASIFIKASI MALOKLUSI ANGLE PADA

MURID SMA NEGERI 8 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

DEFRI KOMALA SARI NIM: 120600010

Pembimbing:

1. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) 2. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(51)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2016

Defri Komala Sari

Gambaran Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle pada Murid SMA Negeri 8 Medan

xi + 31 halaman

Maloklusi adalah suatu kondisi menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. Maloklusi sangat berhubungan dengan yang ada di rongga mulut salah satunya yaitu palatum. Tinggi palatum di setiap maloklusi berbeda. Menurut Khorkhaus tinggi palatum yaitu jarak tinggi garis vertikal yang tegak lurus dengan midpalatal raphe. Garis vertikal ini melintang dari permukaan palatum sampai bidang oklusal (molar pertama rahang atas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) rata-rata tinggi palatum pada pada masing-masing maloklusi Angle. (2) perbedaan rata-rata tinggi palatum pada laki-laki dan perempuan pada murid SMA Negeri 8 Medan. Penelitian ini dilakukan pada 104 orang murid SMA Negeri 8 Medan yang terdiri dari 59 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Sampel murid SMA Negeri 8 Medan diambel dengan cara metode Purposive Sampling. Sampel yang didapat kemudian dilakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah untuk mendapatkan model studi, lalu dilakukan pengukuran tinggi palatum dan lebar palatum dengan menggunakan rumus indeks Korkhaus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi palatum murid SMA Negeri 8 Medan adalah 34.31 mm ± 5.30 mm. Hasil analisis Uji T dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan perempuan. Kesimpulan adalah rata-rata tinggi palatum pada murid laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Rata-rata tinggi palatum pada Klas I adalah 34,46 mm±5,59 mm, Klas II divisi 1 32,77 mm±3,63 mm, Klas II divisi 2 34,66 mm±5,34 mm, sedangkan Klas III 34,54 mm±5,59 mm.


(52)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 03 Mei 2016

Pembimbing : Tanda tangan

Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) ……….

NIP: 195402121981022001 Pembimbing kedua :

Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort ……….


(53)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 03 Mei 2016

TIM PENGUJI Ketua : Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) Anggota : 1. Hilda Fitria Lubis,drg., Sp.Ort

2. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) 3. Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort


(54)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa terimakasih yang tak terhingga khususnya penulis sampaikan kepada ayahanda Usman Hadi dan ibunda Yusnani, serta saudara penulis Yan Fartawijaya, Fredi Usman Putra, Thomas Fahri Husaini dan Dini Juniarti yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan, serta semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp.Ort, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort. (K)., dan Hilda Fitria Lubis,drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu,tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan serta dorongan semangat kepada penulis mulai dari pembuatan proposal, penelitian, seminar hasil hingga penyusunan dan penyempurnaan skripsi ini.

3. Zulkarnain, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah membimbing penulis selama menjalani masa studi di perkuliahan. 4. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort.(K)., dan Mimi Marina Lubis, drg., Sp.Ort.,

selaku dosen tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi.

5. Maya Fitria, SKM., M.Kes., staf pengajar di Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU yang telah membantu dalam mengolah data statistik. 6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.


(55)

7. Wakil kepala sekolah Herbin Manurung, S.Pd., M.Si ,Guru-guru, serta murid-murid di SMA Negeri 8 Medan, terima kasih atas keluangan waktunya memberikan izin dan menjadi subjek penelitian

8. Teman seperjuangan Gita M Zulfi atas bantuan dan kebersamaan selama penelitian berlangsung.

9. Sahabat-sahabat terbaik di Asrama Putri USU Kiky, Lasna, Tini, Lilis, Ayu, Miftah, Supi, Riana, Misnah atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

10.Sahabat-sahabat terbaik Eka Safitri, Ulfa Rahmawaty, Rahma Anida, Reva Oktriani, Nining Suryani, Wan Surya PS, Nita Budiarti, Yenni Windasari teman-teman seperjuangan skripsi departemen Ortodonsia serta teman-teman angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu ortodonti, dan masyarakat.

Medan, April 2016 Penulis,

(Defri Komala Sari) NIM: 120600010


(56)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.31 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.5.2 Manfaat Praktis ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum ... 4

2.1.1 Anatomi Palatum ... 4

2.1.2 Pembentukan Palatum ... 5

2.1.3 Pertumbuhan Tinggi Palatum dan Lebar Palatum ... 6

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Palatum ... 6

2.2 Maloklusi ... 8

2.2.1 Definisi Maloklusi ... 8


(57)

2.2.3 Klasifikasi Maloklusi ... 9

2.3 Cara Mengukur Tinggi Palatum... 11

2.4 Hubungan Tinggi Palatum dengan Tipe Maloklusi Angle ... 12

2.5 Kerangka Teori ... 14

2.6 Kerangka Konsep ... 15

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 16

3.2.2 Waktu Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Sampel ... 16

3.3.1 Populasi ... 16

3.3.2 Sampel ... 16

3.3.3 Besar Sampel ... 16

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 17

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 17

3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 17

3.5 Variabel Penelitian ... 17

3.6 Definisi Operasional ... 18

3.7 Bahan dan Alat Penelitian ... 19

3.8 Prosedur Kerja ... 21

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 21

3.10 Etika Penelitian ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1 Kesimpulan ... 28

6.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN


(58)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Karakteristik subjek penelitian ... 23

2. Distribusi maloklusi Angle berdasarkan jenis kelamin ... 24

3. Rata-rata tinggi palatum ... 24

4. Perbedaan rata-rata tinggi palatum berdasarkan jenis kelamin ... 25


(59)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Anatomi palatum ... 4

2. Proses pembentukan palatum ... 5

3. Kebiasaan menghisap ibu jari dan Palatum yang dalam akibat Menghisap ibu jari ... 7

4. Klas I Angle ... 10

5. Klas II divisi 1Angle ... 11

6. Klas II divisi 2 Angle ... 11

7. Klas III Angle ... 11

8. Aplikasi alat untuk mengukur tinggi palatum dan Aplikasi jangka sorong pada alat untuk mengukur tinggi palatum ... 12


(60)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Pengukuran Tinggi dan Lebar Palatum pada Murid SMA Negeri 8 Medan

2. Hasil Perhitungan Statistik Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle Pada Murid SMA Negeri 8 Medan

3. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Peneltian

4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 5. Lembar Kuesioner

6. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (Ethical Clearence)

7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan


(1)

7. Wakil kepala sekolah Herbin Manurung, S.Pd., M.Si ,Guru-guru, serta murid-murid di SMA Negeri 8 Medan, terima kasih atas keluangan waktunya memberikan izin dan menjadi subjek penelitian

8. Teman seperjuangan Gita M Zulfi atas bantuan dan kebersamaan selama penelitian berlangsung.

9. Sahabat-sahabat terbaik di Asrama Putri USU Kiky, Lasna, Tini, Lilis, Ayu, Miftah, Supi, Riana, Misnah atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

10.Sahabat-sahabat terbaik Eka Safitri, Ulfa Rahmawaty, Rahma Anida, Reva Oktriani, Nining Suryani, Wan Surya PS, Nita Budiarti, Yenni Windasari teman-teman seperjuangan skripsi departemen Ortodonsia serta teman-teman angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu ortodonti, dan masyarakat.

Medan, April 2016 Penulis,

(Defri Komala Sari) NIM: 120600010


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.31 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.5.2 Manfaat Praktis ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum ... 4

2.1.1 Anatomi Palatum ... 4

2.1.2 Pembentukan Palatum ... 5

2.1.3 Pertumbuhan Tinggi Palatum dan Lebar Palatum ... 6

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Palatum ... 6

2.2 Maloklusi ... 8

2.2.1 Definisi Maloklusi ... 8


(3)

2.2.3 Klasifikasi Maloklusi ... 9

2.3 Cara Mengukur Tinggi Palatum... 11

2.4 Hubungan Tinggi Palatum dengan Tipe Maloklusi Angle ... 12

2.5 Kerangka Teori ... 14

2.6 Kerangka Konsep ... 15

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 16

3.2.2 Waktu Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Sampel ... 16

3.3.1 Populasi ... 16

3.3.2 Sampel ... 16

3.3.3 Besar Sampel ... 16

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 17

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 17

3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 17

3.5 Variabel Penelitian ... 17

3.6 Definisi Operasional ... 18

3.7 Bahan dan Alat Penelitian ... 19

3.8 Prosedur Kerja ... 21

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 21

3.10 Etika Penelitian ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1 Kesimpulan ... 28

6.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Karakteristik subjek penelitian ... 23

2. Distribusi maloklusi Angle berdasarkan jenis kelamin ... 24

3. Rata-rata tinggi palatum ... 24

4. Perbedaan rata-rata tinggi palatum berdasarkan jenis kelamin ... 25


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Anatomi palatum ... 4

2. Proses pembentukan palatum ... 5

3. Kebiasaan menghisap ibu jari dan Palatum yang dalam akibat Menghisap ibu jari ... 7

4. Klas I Angle ... 10

5. Klas II divisi 1Angle ... 11

6. Klas II divisi 2 Angle ... 11

7. Klas III Angle ... 11

8. Aplikasi alat untuk mengukur tinggi palatum dan Aplikasi jangka sorong pada alat untuk mengukur tinggi palatum ... 12


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Pengukuran Tinggi dan Lebar Palatum pada Murid SMA Negeri 8 Medan

2. Hasil Perhitungan Statistik Tinggi Palatum Berdasarkan Klasifikasi Maloklusi Angle Pada Murid SMA Negeri 8 Medan

3. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Peneltian

4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 5. Lembar Kuesioner

6. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (Ethical Clearence)

7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan