Jihad Sebagai Jalan Utama Tegaknya Islam

65 hanyalah seorang wartawan media website dan tuduhan yang dialamatkan pada putranya itu merupakan fitnah dan salah sasaran. 133 Peristiwa peledakan bom lainya kembali lagi terjadi di tahun 2004. Bom meledak di depan kantor Kedutaan Besar Australia tepat tanggal 9 September 2004. Ini merupakan aksi terorisme terbesar ketiga setelah tragedi bom Bali 2002 dan JW Marriott 2003. Kepolisian Indonesia menduga JI sebagai dalang di balik peristiwa ini. Tidak lama setelah aksi itu, 5 November 2004, polisi menangkap empat orang yang dianggap sebagai pelaku dalam peristiwa ini, mereka adalah Rois, Ahmad Hasan, Apuy, dan Sogir alias Abdul Fatah. 134 Motif pelaku terorisme seperti yang pernah dikemukakan Ali Imron, terpidana seumur hidup kasus bom Bali, dikarenakan ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang tidak memberlakukan syariat Islam secara menyeluruh. Bagi mereka tidak diberlakukanya syariat Islam telah menyebabkan terjadinya kemungkaran dan kekejian serta kerusakan moral, ekonomi, sosial, budaya yang semakin merajalela di Indonesia. Selain karena ketidakpuasan, aksi-aksi teror yang mereka lancarkan juga dilatarbelakangi keinginan untuk melaksanakan jihad dengan tujuan membalas dendam terhadap kaum kafir dan pihak yang memusuhi dan memerangi Islam. 135 133 Azhar Pungkasha di, “Muhammad Jibril dibesuk ” tersedia di http:www.indosiar.comfokusmohammad-jibril-dibesuk_82000.html Internet; diunduh 30 September 2013. 134 “Tuntas Kasus Bom Mega Kuningan” tersedia di http:nasional.kompas.comread2009101307075585tuntas.kasus.bom.mega.kuningan Internet; diunduh 26 september 2013 . 135 Ali Imron , Ali Imron Sang Pengebom Jakarta: Penerbit Republika, 2007, 41-52. 66 Saat ini pemahaman tentang teroris dan terorisme cenderung direduksi sedemikian rupa sehingga setiap kali menyebut kata teroris dan terorisme, maka yang ada dibenak sebagian masyarakat adalah Al-Qaeda dan kaum teroris Islam lainya yang sering mengatasnamakan jihad sebagai cara berjuang. Hal ini dikarenakan Al-Qaeda selalu mengatakan aksi terornya adalah jihad. Dan sejak munculnya seruan perlawanan terhadap Osama bin Laden, jihad seolah menjadi kata kunci yang diidentikan dengan Islam. Kemudian berkembanglah stigma yang menyamakan kaum radikal, sebagai teroris. Lalu yang paling ironis, stigma yang menyamakan atau minimal mengidentikan Muslim dengan teroris atau Islam dengan terorisme. 136 Bagi Abu Jibril, terorisme merupakan undang-undang yang dilegalkan penguasa thoghut untuk menghentikan dan mematikan gerakan jihad bagi penegakan syariat Islam dan khilafah. Isu terorisme yang diembuskan pihak-pihak anti-Islam merupakan gerakan yang menghalang-halangi perkembangan agama Islam itu sendiri. Islam, kata Abu Jibril, tidak pernah menakut-nakuti. Orang anti- Islam lah yang sebenarnya membuat teror. Jihad mereka sebut amalan yang menakutkan. 137 Menurut Abu Jibril, sebagian kaum Muslim dalam memandang dan memahami jihad Islam telah salah dan keliru. Mereka telah banyak terpengaruh oleh pandangan sesat orang kafir, orang-orang munafik dan ahli- ahli bid’ah yang 136 Riza Sihbudi, “Terorisme dan Kospirasi Anti Islam” dalam Akaha, ed., Terorisme dan Kospirasi Anti Islam, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002, 62. 137 Wawancara dengan Abu Jibril, Masjid Al-munawarah, Pamulang Tanggerang Selatan, 5 Februari 2013.