SKETSA PEMIKIRAN POLITIK ISLAM ERA KLASI
SKETSA PEMIKIRAN POLITIK ISLAM ERA KLASIK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun :
Lusi Julianti
(0612 3060 0513)
Nyimas Halimah Tusyakdiah
(1612 3060 0517)
Resti Lestaria
(0612 3060 0519)
Selvy Fitriyani
(0612 3060 0521)
Yuli Wulandari
(0612 3060 0526)
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah S.W.T., yang telah melimpahkan berkah
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesai kan makalah ini tepat pada
waktunya dan tanpa halangan yang berarti. Laporan ini penulis buat dalam rangka untuk
memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada Politeknik
Negeri Sriwijaya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Sketsa Pemikiran Politik
Islam era Klasik”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan ini. Demikianlah penulisan
makalah ini penulis sampaikan, semoga dikemudian hari dapat memberikan manfaat
bagi pembaca serta semua pihak.
Akhir kata semoga Allah S.W.T. senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kta semua dan semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.
Amin
Palembang, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... I
KATA PENGANTAR..................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................
1.2 RUANG LINGKUP .......................................................................................
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT..........................................................................
1.3.1 TUJUAN PENULISAN MAKALAH..............................................
1.3.2 MANFAAT PENULISAN MAKALAH............................................
BAB II ISI.....................................................................................................................
2.1 PENGERTIAN POLITIK...........................................................................
2.2 PEMBAGIAN ZAMAN BAGI SEJARAH ILMU POLITIK.....................
2.3 SKETSA PEMIKIRAN POLITIK ISLAM ERA KLASIK........................
2.4 ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG BERSIFAT UNIVERSAL................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................
3.1 KESIMPULAN............................................................................................
3.2 SARAN............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PERKATAAN “politik” sekarang sudah menjadi bahasa internasional, dikenal
oleh hampir segenap manusia yang terdiri dari berbagai bangsa dan mempunyai
bermacam-macam bahasa. Perkataan itu masuk di dalam bahasa berbagai bangsa,
diucapkan, dipakai dalam pergaulan sehari-hari, dan diakui oleh masing-masing bangsa
bahwa perkataan politik sudah menjadi bahasa nasioalnya. (tarbiyah siyasiyah hal 1)
Di zaman sekarang setelah ilmu politik mencapai puncak kemajuannya, masih
dirasakan kesukaran-kesukaran untuk menentukan lingkungan ilmu politik. Maka
janganlah diherankan kalau untuk menggambarkan perkembangan ilmu politik pada 10
abad yang lampau di kalangan umat islam, kita mengalami kesukaran yang serupa.
Sukar untuk kita memisahkan antara ilmu politik dengan ilmu-ilmu Islam lainnya yang
di dalam banyak hal memiliki hubungan yang erat. (IPS hal 11)
Untuk memperkaya sekaligus membandingkan ruang lingkup definisi politik
dalam berbagai pandangan seperti Barat dengan Ism maka patut kiranya kita melihat
bagaimana pengertian politik baik secara terminologis maupun definitif dalam Islam.
Dalam berbagai kitab Islam klasik dan kontemporer banyak diungkap
pandangan para ulama dan cendekiawan Islam tentang hal ikhwal politik Islam atau
biasa disebut dengan siyash syar’iyyah. Besarnya perhatian umat Islam atas isu ini
adalah wajar dan bukan hal yang baru karena Islam, umatIslam, ataupun kawasan Islam
tidak dapat dipisahkan dari persoalan-persoalan politik.(siyasah hl 14 15)
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
Ilmu politik Islam sudah menjadi kenyataan yang tidak bisa dibantah. Ia telah
melahirkan sejarah yang gemilang tentang pengalaman-pengalaman negara, dan ia telah
menciptakan para sarjana yang mempunyai teori-teori politik.
Sungguhpun begitu, harus diakui bahwa pengetahuan dunia mengenai ilmu
politik Islam itu sangat sedikit sekali. Bahkan umat Islam sendiri amat kurang
perhatiannya kepada soal yang sangat penting ini. Sama saja bodohnya di dalam hal ini
antara umat Islam sendiri sebagai pemilik yang asli dari ilmu politik Islam itu, dengan
bangsa-bangsa barat. Bahasa Arab yang dipandang sebagai sumber dari ilmu-ilmu
Islam, tidak pula banyak membicarakan soal ini di masa kita ini, sehingga tenggelamlah
segala brilliant yang berharga dari ilmu politik Islam itu.
1.2 Ruang Lingkup
Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari tujuan penulisan makalah, maka
kami akan membatasi ruang lingkup pembahasan sebagai berikut :
1. Penjelasan mengenai makna politik secara umum dan Islam
2. Sejarah lahirnya sistem politik Islami
3. Politik Islam pada era klasik
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan khususnya dalam pengetahuan
mengenai politik dalam Islam.
2. Untuk menimbulkan dan memantapkan sikap profesionalisme yang diperlukan
mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
1.3.2 Manfaat penulisan makalah
Adapun manfaat dari hasil penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi dosen pembimbing adalah diharapkan dapat memberikan pengarahan atau
bimbingan kepada mahasiswa dalam menyusun makalah.
2. Bagi penulis adalah agar menambah wawasan mengenai politik Islam khususnya
pada era klasik.
3. Bagi pihak lain adalah agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
dalam ilmu politik dalam dunia Islam.
BAB II
ISI
2.1
Pengertian politik
Kata politik berasal dari politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi atau
perbuatan. Secara leksikal, kata asal tersebut berarti acting or judging wisely, well
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
judged, prudent. Kata ini terambil dari kata Latin politicus dan bahasa Yunani (Greek)
politicos yang berarti relating to a citizen. Pemakaian kata itu yang pertama kali dalam
abad ke 5 S.M. Kata tersebut juga berasal dari kata polis yang bermakna city ”kota”.
Politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan arti:
Segala
urusan
dan
tindakan
(kebijaksanaan,
siasat,
dan
sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap
negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai
nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik.
(KKPA hal 34)
Kata “politik” sekarang sudah menjadi bahasa internasional, dikenal oleh hampir
segenap manusia yang terdiri dari berbagai bangsa dan mempunyai bermacam-macam
bahasa. Perkataan itu masuk di dalam bahasa berbagai bangsa, diucapkan, dipakai
dalam pergaulan sehari-hari, dan diakui oleh masing-masing bangsa bahwa perkataan
politik sudah menjadi bahasa nasioalnya.
Bangsa Indonesia termasuk bangsa-bangsa jajahan ini dahulu. Karena tekanan
penjajahan Belanda, barulah pada akhir abad ke 19, bangsa kita mengenl kata “politik”.
Setelah terjadi kebangunan nasional pada permulaan abad ke 20, dengan berdirinya
Serikat Islam (1912), barulah perkataan politik terpakai dalam bahasa kita. Tetapi,
pastilah pemakaiannya itu di bawah pengawasan yang sangat keras dan kecurigaan yang
hebat dari pihak penjajah, dibawah ancaman hukuman penjara atau buangan ke Digul,
dan sebagainya.(IPI hal 18)
Sumber bahasa politik utama dan pertama Islam tertentu saja adalah bahasa
Arab, karena memang Islam diwahyukan dalam bahasa ini. Idiom, istilah dan bahkan
“jargon” politik Islam diambil dari dua sumber pokok Islam, yaitu al-Qur’an dan
Hadist. Tetapi, harus diakui, kedua sumber pokok itu, katakanlah dalam bahasa Arab.
Dalam bahasa Arab, kata politik diterjemahkan sebagai siyasah.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
Secara terminologis, siyasah merupakan bentuk masdar (gerund) dari akar kata
sasa-yasusu-siyasatan. Dalam kalimat “sasa ad-dawwaba-yasusuha siyasatan”
memiliki arti “qama ‘alaiha wa radhaha wa adabbaha” yakni mengurusi, melatih, dan
mendidiknya. Bila dikatakn “sama al-amra” maka berarti”dabbarahu” yakni
mengurusi atau mengatur perkara. Jadi, makna siyasah jika dikaitkan dengan
masyarakat maka dapat diartikan sebagai pemeliharaan (riayah), perbaikan (ishlah),
pemberian petunjuk (taqwim) dan pendidikan (ta’dib).
Menukil keterangan Ibnu Manzhur dalam Lisanul Arab, assaus yang berasal dari
kosa kata sawasa memiliki arti kepemimpinan. Sasuhum sausan berarti mereka
mengangkat pemimpin dan jika dikatakan sawassuhu wa asasuhu wa sasal amra
siyasatan maka berarti seseorang yang mengatur urusan politik. Adapun orang yang
mengatur dan memimpin suatu kaum disebt sasah was suwwas.
Rasulullah SAW. Sendiri menggnakan istilah siyasah dalam sabdanya:
Bani Israil diursi oleh para nabi(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi
wafat, nabi yang lain datang menggantinya. mengak ada nabi setelahku, namun
akan ada banyak khalifah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini menjelaskan makna siyasah sebaga upaya mengurusi urusan bani
Israil yang dilakukan para nabi. Sedangkan sepeninggal Rasulullah saw., para khalifah
akan menggantikan tugas Nabi dalam mengursi urusan kaum Muslimin.
Jadi ruang lingkup pengertian as-siyasah adalah kewajiban menjalankan sesuatu
yang dapat mendatangkan kemaslahatan. Adapun as-sa’is adalah pemimpin yang
mengatur dan menangani urusan rakyat serta mampu mendatangkan kemaslahatan bagi
rakyatnya.
As-siyasah apabila dikaitkan dengan urusan kaum Muslimin atau sering disebut
dengan as-siyasah asy-syar’iyyah dapat diartikan sebagai segala upaya untuk
memperhatikan urusan kaum Muslimin, dengan jalan menghlangkan kezaliman
penguasa dan melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk melakukannya,
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
kaum Muslimin hendaknya mengetahui apa yang dilakukan pemimpin, mengngar
keburukan yang dilakukan pemimpin atas rakyatnya, mensihai pemimpin jika melakkan
kedurhakaan kepada rakyat dan memeranginya jika melakukan kekufuran yang nyata
(kufran bawahan).
Ruang lingkup peran siyasah ini sejalan dengan pengertian hadits:
Siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin maka dia bukan dari
golongan mereka. (HR. Thabrani)
Jihad yang utama adalah kalimat hak di depan penguasa jahat. (HR. Ahmad)
(TS hal 16)
2.2
Pembagian zaman bagi sejarah ilmu politik
Menurut Abder Rahman ek Kawakibi, pembagian zaman bagi sejarah ilmu
politik terdiri atas sebagai berikut:
1. Zaman purbakala, berjalan 10 abad lamanya. Yakni sejak abad 5 SM sampai
abad ke 5 M. Seluruh sejarah Yunani dan Romawi dimasukkan di dalamnya.
2. Zaman tengah, berjalan 8 abad lamanya, sejak abad ke-6, abad lahirnya
Nabi Muhammad SAW sampai kepada wafatnya politikus Islam yang terbesar
Ibnu Chaldun (808 H = 1405 M). Di dalam zaman yang berabad-abad ini, kata
Kawakibi, tidaklah ada buku-buku politik yang ditulis kecuali buku-buku
karangan sarjana Islam. Merekalah yang merupakan rantai penghubung antara
zaman yang terlehih dahulu (Purbakala) dengan zaman yang di belakangnya
(Baru). Segala buku-buku itu memuat teori-teori kenegaraan yang masih tetap
up to date sampai sekarang ini.
3. Zaman baru, berjalan 7 abad lamanya, semenjak abad ke 14 sampai ke zaman,
kita ini. Semenjak timbulnya zaman reinassance di Eropa 7 abad yang lampau,
maka kemajuan ilmu politik terbuka selebar-lebarnya, dan muncullah berbagai
macam teori yang memperkaya kehidupan politik dunia.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
2.3
Sketsa Pemikiran Politik Islam era Klasik
Sebelum memasuki era klasik nabi-nabi terhadulu sudah mengenal system
pemerintahan jauh sebelum islam turun contoh nya Nabi Ibrahim dengan raja Namrud.
Selanjutnya Nabi Muhammad juga memperkenalkan system politik pertama kalinya
dengan
membentuk
pemerintahan
di
Negara
Madinah,
dimulai
dari
masa
Khulafaurrasyidin. Pada masa itu corak pemerintahan belum terlalu jelas, maka
pergantian Khalifah pun berubah-ubah dari masa Abu Bakar kepada umar dengan cara
wasiat, kepada Ali dengan cara aklamasi. Setelah itu, akhirnya kekuasaan Islam diambil
alih oleh Mu’awiyah dan mengawali sistem monarki dalam pemerintahan.
Pada zaman pemerintahan dinasti Abbasyah, ilmu pengetahuan pun berkembang
dengan pesat sehingga bermuncullah para ilmuwan-ilmuwan termasuk para pemikir
system politik di zaman itu. Azhar (1997:75) menyatakan bahwa sarjana islam yang
pertama kali menuangkan teori politi islam pertam kali dalam suatu karya ilmiah adalah
Syihab al-Din Ahmad Ibn Rabi’, yang hidup di Baghdad semasa pemerintahan
Mu’tasim, khalifah Abbasyiah yang kedelapan. Dan muncullah para pemikir-pemikir
politik di era Klasik (620 M-1250 M), diantaranya Abu Nasr Muhammad al-Farabi (870
M-950 M), Abu Hasan Ali ibn Habib al-Mawardhi al-Bashri (364 M-450), serta Abu
Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Tusi al-Ghazali (1058-1111 M).
Berikut ini akan diuraikan satu persatu tentang pemikiran politik yang mewakili
para pemikir politik islam di zaman klasik.
1. Abu Nasr Muhammad al-Farabi
Abu Nasr Muhammad al-Faribi lahir di Wasji, desa di Farab (Transoxania) tahun
870 m. Kehidupan Farabi diatas sebagai indikasi bahwa ia banyak terbenam dalam
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
dunia ilmu sehingga tidak terlalu dekat dengan penguasa Abbasyiah. Pada teori
olitiknya tidak didasarkan pada system pemerintahan, melainkan obyektif sesuai dengan
idealismenya.
a. Hubungan Politik dan Pemerintahan
Filsafat kenabian itulah yang erat dengan teori politiknya. Sejalan dengan Plato,
Aristoteles dan Ibnu Abi Rabi’, Farabi berpendapat bahwa manusia itu adalah makhluk
sosial yang mempunyai kecendrungan sifat untuk bermasyarakat. Adapun tujuan
bermasyarakat adalah karena kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kebahagiaaan sejati akan lah terwujud dengan kepemimpinan yang ditegakkan dengan
benar. Kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar apabila dibarengi dengan keahlian.
Keahlian itu berupa meminpin orang-orang untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran .
Keahlian itu berupa pemerintahan atau sejenisnya, sementara politik adalah bentuk dari
operasional keahlian tersebut.Al-Farabi membagi politik menjadi 2 yaitu, pertama
pemerintahan yang rasional yang dapat menciptakan sebuah keselarasan. Dan yang
kedua, yaitu pemerintahan yang tidak rasional dan mengakibatkan sebuah jahiliah.
Tentunya berbanding terbalik dengan macam politik sebelumnya.
b. Pemerintahan dan Kepala Negara
Azhar (1997:76) berpendapat menurut Farabi criteria seorang kepala negara
harus memenuhi kualitas luhur yaitu ;
1. Lengkap anggota badannya
2. Baik intelegensinya
3. Mutu intelektualitasnya
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
4. Pandai mengemukakan pendapatnya dan mudah dimengerti
5. Pecinta pendidikan dan gemar mengajar
6. Tidak loba
7. Pecinta kejujuran
8. Berbudi luhur
9. Tidak utamakan keduniaan
10. Bersifat adil
11. Optimisme dan besar hati
12. Kuat pendirian, penuh keberanian,antusiasme dan tidak berjiwa kerdil.
Semua komponen diatas memang susah ditemukan pada sosok seseoarang, dan Farabi
mengakuinya , akan tetapi itulah yang harus dimiliki oleh para peminpi agar tercipta
pemerintahan yang stabil dan diharapkan oleh para masyarakat.
2.Abu Hasan Ali ibn Habib al-Mawardhi al-Bashri
Abu Hasan Ali ibn Habib al-Mawardhi al-Bashri hidu[ antara tahun 364-450 M
atau 975-1059 M. Ia seorang pemikir Islam yang terkenal .
a.Teori Kontrak Sosial
Mawardhi juga berpendapat bahwa manusia itu makhluk sosial tetapi
memasukkan agama dalam teorinya. Manusia adalah makhluk yang paling memelurkan
bantuan orang lain dibandingkan makhluk lainnya. Perbedaan intelegensi, intelektual,
ke pribadian dan bakat justru mendorong manusia untuk saling bekerja sama. Perbedaan
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
itulah yang menyebabkan timbulnya kerja sama. Dari kerja sama ini akhirnya, manusia
membentuk sebuah Negara. Negara merupakan hajat manusia untuk mencukupi
kebutuhan bersama dan mereka akan dapat saling membantu dengan keahlian yang
masing-masing dimilki oleh indivual itu sendiri. Dengan adanya Negara melalui kontal
sosial atau perjajnjinan yang sudah disepakati. Hubungan antara abl al –Hall wa alAqad (legislative) dengan kepala Negara ( eksekutif) akan menimbulkan kontrak sosial
yang memiliki kewajiban antrara dua komponen tersebut sehingga terciptalah hubungan
timabal balik. Karena itu Mawardhi berpendapat, kepala Negara merupakan tempatnya
mengatur jalannya pemerintahan, serta menyebar luaskan agama. Di dalam islam
menjalankan amanah sebagai khalifah itu sangat wajib.
Untuk menegakkan Negara, ada 6 sendi dasar yang harus diupayakan
1. Agama untuk mengendalikan hawa nafsu
2. Pengusaha yang berwaibawa
3. Keadilan kepada semua elemen
4. Stabilitas keamanan yang terkendali dan merata’
5. Kesuburan tanah (lahan) yang berkesinambungan sehingga tidak tumbuh sebagai
aggressor
6. Menjamin kesejahteraan hidup. Rasul bersabda :”Adanya harapan adalah salah
satu nikmat dari Allah kepada umatku, kalau tidak ada harapan orang tidak akan
(payah-payah) menanam pohon, dan seorang ibu tidak akan menyusui anaknya”
Berbeda dengan Farabi yang mendasarkan teorinya secara idealistic, maka Mawardhi
mendasarkan teori politiknya secara realistic.
b.Suksesi Kepala Negara
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
Azhar (1997:85 dan 86) mengungkapkan, menurut Mawardi yang berwenang
memilih kepala negara adalah lembaga legislative (abl al-ikhtiar), mereka
dipersyaratkan:
1. Memiliki keadilan
2. Memiliki pengetahuan
3. Memiliki wawasan
Sementara itu, jabatan kepala negara dipersyaratkan:
1. Adil dalam arti luas
2. Ilmu pengetahuan yang memadai untuk ijtihad
3. Sehat pendengaran
4. Sehat jasmani sehingga tidak terlarang untuk melaksanakan aktivitas
5. Pandai dalam mengendalikan urusan rakyat
6. Berani tegas membela rakyat dan menghadapi aggressor
7. Keturunan etnis Quraisy
3.Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Tusi al-Ghazali
Bagi umat islam Indonesia, Ghazali yang nama lengkapnya Abu Hamid
Muhammad Ibn Muhammad al-Tusi al-Ghazali (1058-1111 M). Dalam bidang politik ia
dijuluki amir al-muslimin, karena untuk melacak teori politiknya dapat melacak teori
politiknyadapat dipelajari terutama dari tiga karyanya yaitu, Ibya Ulum al-Din, alIqtihad wa al-I’tiqad, (modernitas dalam kepercayaan), dan al-Tibr al-Masbuk fi
Nashibah al-Mulk (Batangan logam mulia tentang nasihat u ntuk raja-raja).
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
a.Profesi politik
Sejalan dengan ilmuwan-ilmuwan sebelumnya, Ghazali juga berpendapat bahwa
manusia itu adalah makhluk sosial. Beliau memilike beberapa alasana pertama, yaitu
kebutuhan akan meneruskan kelangsungan hidup manusia, hal ini diperlukan hubungan
laki-laki dan perempuan. Kedua saling membantu dalam kelangsungan hidup. Bagi
Ghazali, profesi politik meliputi empat departmenn:
a.departmen agraria
b.departmen pertahanan dan keamanan
c.departmen kehakiman
d.kejaksaan.
Untuk menempati posisi politik tersebut diperlukan SDM yang memiliki keahlian di
bidang tersebut. Dan tentunya professional, mandiri terpisag dari unsur kekuasaan.
b. Teori Kepemimpinan Negara
Ghazali berpendapat yaitu, hidup didunia ini untuk mencari bekal sebanyakbanyaknya untuk mencari perbekalan bagi kehidupan akhirat. Maka dengan itu beliau
menyatakan bahwa seorang pemimpin haruslah mampu mengelola negara dengan bukan
semata-mata menitik beratkan kepada kehidupan dunia akan tetapi juga diiikuti dengan
memkirkan ke kehidupan yang lebih abadi yaitu akhirat. Maka dengan itu seorang
khalifah haruslah mempunyai pemahaman lebih tentang agama, agar dapat
menyelaraskan itu semua. Karena agama bukan hanya untuk mengatur kehidupan diri
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
sendiri melainkan agama mengatur segalanya yang berhubungan erat dengan
lingkungan hidup sekitar individu.
c. Kepala Negara
Azhar (1997:90) berpendapat, dengan mendasarkan pada Al-Alqurán surah alNisa:59 dan surat Ali-Imran:26, Al-Ghazali berpendapat bahwa Allah telah memilih
bani Adam dua kelompok pilhan: pertama para Nabi yang bertugas menjelaskan kepada
hamba-hamba Allah tentang jalanyang benar yang akan membawa kebahagiaan dunia
dan akhirat , dan kedua para raja (kepala negara ), dengan tugas menjaga agar hambahamba Allah tidak saling bermusuhan dan saling melanggar hak, dan memandu mereka
ke ara kedudukan yang terhormat. Karena itu sulatan adalah bayangan Allah di muka
bumi, maka wajib dicintai, harus ikut dan tunduk serta tidak dibenarkan
menentang.dalam hal ini tentu saja terbatas pada sabda Rasulullah “Tidak Boleh ada
ketaatan kepada makhluk yang durhaka kepada Allah (al- Khaliq)” ketaatan itu hanya
terbatas pada hal-hal yang baik saja.
Sejalan dengan itu Ghazali menentukkan kriteria kepala negara yang sama
dengan kriteria menjadi hakim, ditambah dengan keturunan dari Quraisy. Kriteria itu
diantaranya:
1. Merdeka
2. Laki-laki
3. Mujtawahid
4. Berwawasan luas
5. Adil
6. Dewasa
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
7. Bukan wanita, orang buta, orang fasik, orang jahil dan pembeo.
Kriteria itu adalah salah satu syarat yang harus dimiliki seoran khalifah dalam
memimin sebuah negara, agar pemerintahan dapat berjalan dengan lancar sesuai apa
yang diharapkan.Mengapa bukan wanita menjadi salah satu kriteria dalam menjadi
seorang khalifah karena hadits menyatakan “Tidak akan sukses masyarakat yang
menyerahkan (untuk memimpin) utusan mereka kepada wanita.
Dari aspek politik, orang-orang Arab tidak mengenal istilah Negara dalam arti
negara dalam arti yang sesuai menurut undang-undang, karena Negara dengan definisi
ini harus memiliki aturan, undang-undang dasar, perudang an, kehakiman, tentara
sebagai pelindung dari serangan luar, dan polisi sebagai pelindung dari dalam. Inilah
yang tidak ditemukan dari orang-orang Arab, mereka hanya hidup dalam system
kabilah, setiap kabilah ada pemipimpin dan tidak ada kekuasaan yang menyatukan
semua pemimpin kabilah yang ada sebagai peguasa dan pelaksana pemerintahan, yang
akan memerangi tangan-tangan jahat. Bahkan setiap orang bebas untuk melakukan
pembalasan sendiri, dan menjadi wajib atas kabilahnya untuk membela sampai ia
mendapatkan haknya.
Walaupun system kabilah ini dapat bertahan dan berkuasa, namun kepjutusan
pemimpin kabilah tidak mengikat setiap orang atau warga kabilah bersangkutan. Setiap
orang dalam kabilah memiliki hak untuk menolak dan tidak ada yang bisa menyatukan
system kabilah ini, menyatukan kekuatannya di bawah satu panji pada saat mereka
mempertahankan diri. Jika satu kabilah mendapat serangan dari luar maka mereka akan
mempertahankannya bersama-sama walaupun ada perbedaan atau kesepakatan
antarindividu untuk mempertahankan diri atau menjaga dan melindungi harta, jiwa, dan
kehormatan.
Sedangkan dari aspek perundangan, banyak terpengaruh oleh kondisi politik,
ekonomi dalam aturan perundang-undangan yang tersebar pada saat itu. Ini disebabkan
oleh ketidaktahuan mereka untuk menulis (ummiy) yang memang menjadi fenomena
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
umum masyarakat pada saat itu sebelum Islam sehingga tidak dapat melahirkan sebuah
system prundang-undangan yang sempurna., yang ada hanya berupa aturan-aturan adat
kebiasaan local. Tradisi Mekah berbeda dengan tradisi masyarakat Madinah, dan
keduanya memiliki peranan masing-masing yang berbeda dengan tradisi masyarakat
primitive (badui).
Dengan nilai-nilai keadilan dan akhlak mulia, ditambah lagi semua aturan ini
tidak menyebutkan hukuman meteril bagi yang melanggar selain menunggu keputusan
masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa aturan ini lebih dekat kepada regulasi
normative daripada sebuah regulasi perundangan, dan kami akan menjelaskan beberapa
aturan dan kaidah perundang-undangan utama yang ada pada masyarakat Arab sebelum
diutusnya Muhammad
2.4 Islam sebagai agama yang bersifat universal
Bagi para pemikir Islam klasik, bukanlah suatu kekeliruan menerima warisan
intelektual dari mana pun datangnya, termasuk yang berasal dari Yunani-Romawi.
Bahkan, sebagaimana dibuktikan dalam sejarah, umat Islam tidak alergi terhadap
peradaban Mesopotamia, Bizantium, Persia, Hindu, danCina. Kunci memahaminya
karena pada hakikatnya Islam adalah agama inklusif, bersikap terbuka dan toleran
terhadap berbagai pengaruh peradaban ‘asing’, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip
ketuhanan (tauhid) dan mampu memperkaya tradisi keilmuan Islam. Watak inilah yang
membuat Islam memiliki self confident (percaya diri) yang tinggi dan bebas dari
inferiority complex (rasa rendah diri) berhadapan dan berinteraksi dentan peradabanperadaban dunia. Watak Islam inilah yang menyebabkan penaklukan-penaklukan Islam
tidak diiringi oleh proses penghancuran peradban-peradaban lokal negeri-negeri yang
ditaklukkan. Bahkan, dalam batas-batas tertentu, Islam berani berselaras dengan
peradaban negara taklukan atau juga ikut memperkaya peradaban yang ada.
Umat Islam menerima secara kreatif waisan Yunani-Romawi , juga warisan peradaban
negara-negara taklukan lainnya, karena watak mereka yang kosmopolis dan universalis.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
Mereka memandang diri mereka sebagai bagian dari seluruh kemanusiaan universal
yang berada dalam lingkungan kewrganegaraan ddunia.
(INDNP hal 200)
Islam adalah agama yang dengan tegas nyata mengumumkan bahwa soal-soal
kenegaraan dan soal-soal politik, adala soal-soal yang bersifat uiversal. Dia
mengajarkan bahwa tiap-tiap bangsa dan masing-masing orang mempunyai hak yang
sama terhadap politik. Islam menolak tiap bentuk kezaliman terhadap hak itu, sebagai
mana pernah diucapkan oleh Khalifah ke II Omar bin Khatthab sewaktu perkosaan itu
dilakukan orang:
“Apa alasannya kamu memperbudak (menzalimi hak) manusia, padahal mereka
dilahirkan oleh ibunya sebagai seorang merdeka”.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
Berdasarkan penjelasan pada Bab II, maka penulis menyimpulkan bahwa Islam
merupakan agama yang universal. Sumber hukum Islam yang bersumber dari Al-quran
maupun As-sunnah dapat diterapkan kepada semua bidang kehidupan, termasuk dalam
ilmu politik. Sebagai mana telah difirmankan Allah dalam salah firman-Nya bahwa
manusia di muka bumi ini telah diamanatkan untuk menjadi khalifah. Bermakna,
berpolitik merupakan naluri kita sebagai manusia. Yaitu untuk menjadi pemimpin, untuk
menjaga bumi Allah dan sekaligus menghindari segala tindak kezaliman di dunia. Sosok
Rasulullah sebagai uswatun hasanah, termasuklah sebagai pemimpin khususnya dalam
dunia politik pada masa pemerintahannya dulu, dapat dijadikan acuan bagi umat seluruh
dunia untuk menjalankan kehidupan berpolitik dengan baik, sehingga dapat
mendatangkan kemaslahatan bagi semua umat manusia.
3.2
Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan pada bab ini adalah agar kita dapat
menjalankan kehidupan berpolitik kita dengan mengutamakan keridhaan Allah. Karena
kita sebagai hamba Allah yang telah dipercaya untuk menjalankan amanah sebagai
khalifah di bumi, maka sekecil apapun peran kita dalam menjalankan kehidupan politik
yang sehat adalah sangat berharga untuk kebaikan dan kemaslahatan semua umat
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
Ahmad, H. Zainal Abidin. 1977. Ilmu Politik Islam I. Jakarta: PT Bulan Bintang
Dzakirin, Ahmad. 2011. Tarbiyah Siyasiyah. Solo: PT Era Adicitra Intermedia
Ismatulllah, Deddy dan Asep A. Sahid Gatara. 2007.Ilmu Negara dalam Multi
Perspektif. Bandung: CV. Pustaka Setia
Salim, Abdul Muin. 2002. Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Lewis, Bernard. 1994. Bahasa Politik Islam. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Khalik, Rasyad Hasan. 2012. Tarikh Tasyri’. Jakarta:Teruna Grafika
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun :
Lusi Julianti
(0612 3060 0513)
Nyimas Halimah Tusyakdiah
(1612 3060 0517)
Resti Lestaria
(0612 3060 0519)
Selvy Fitriyani
(0612 3060 0521)
Yuli Wulandari
(0612 3060 0526)
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah S.W.T., yang telah melimpahkan berkah
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesai kan makalah ini tepat pada
waktunya dan tanpa halangan yang berarti. Laporan ini penulis buat dalam rangka untuk
memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada Politeknik
Negeri Sriwijaya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Sketsa Pemikiran Politik
Islam era Klasik”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan ini. Demikianlah penulisan
makalah ini penulis sampaikan, semoga dikemudian hari dapat memberikan manfaat
bagi pembaca serta semua pihak.
Akhir kata semoga Allah S.W.T. senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kta semua dan semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.
Amin
Palembang, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... I
KATA PENGANTAR..................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................
1.2 RUANG LINGKUP .......................................................................................
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT..........................................................................
1.3.1 TUJUAN PENULISAN MAKALAH..............................................
1.3.2 MANFAAT PENULISAN MAKALAH............................................
BAB II ISI.....................................................................................................................
2.1 PENGERTIAN POLITIK...........................................................................
2.2 PEMBAGIAN ZAMAN BAGI SEJARAH ILMU POLITIK.....................
2.3 SKETSA PEMIKIRAN POLITIK ISLAM ERA KLASIK........................
2.4 ISLAM SEBAGAI AGAMA YANG BERSIFAT UNIVERSAL................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................
3.1 KESIMPULAN............................................................................................
3.2 SARAN............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PERKATAAN “politik” sekarang sudah menjadi bahasa internasional, dikenal
oleh hampir segenap manusia yang terdiri dari berbagai bangsa dan mempunyai
bermacam-macam bahasa. Perkataan itu masuk di dalam bahasa berbagai bangsa,
diucapkan, dipakai dalam pergaulan sehari-hari, dan diakui oleh masing-masing bangsa
bahwa perkataan politik sudah menjadi bahasa nasioalnya. (tarbiyah siyasiyah hal 1)
Di zaman sekarang setelah ilmu politik mencapai puncak kemajuannya, masih
dirasakan kesukaran-kesukaran untuk menentukan lingkungan ilmu politik. Maka
janganlah diherankan kalau untuk menggambarkan perkembangan ilmu politik pada 10
abad yang lampau di kalangan umat islam, kita mengalami kesukaran yang serupa.
Sukar untuk kita memisahkan antara ilmu politik dengan ilmu-ilmu Islam lainnya yang
di dalam banyak hal memiliki hubungan yang erat. (IPS hal 11)
Untuk memperkaya sekaligus membandingkan ruang lingkup definisi politik
dalam berbagai pandangan seperti Barat dengan Ism maka patut kiranya kita melihat
bagaimana pengertian politik baik secara terminologis maupun definitif dalam Islam.
Dalam berbagai kitab Islam klasik dan kontemporer banyak diungkap
pandangan para ulama dan cendekiawan Islam tentang hal ikhwal politik Islam atau
biasa disebut dengan siyash syar’iyyah. Besarnya perhatian umat Islam atas isu ini
adalah wajar dan bukan hal yang baru karena Islam, umatIslam, ataupun kawasan Islam
tidak dapat dipisahkan dari persoalan-persoalan politik.(siyasah hl 14 15)
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
Ilmu politik Islam sudah menjadi kenyataan yang tidak bisa dibantah. Ia telah
melahirkan sejarah yang gemilang tentang pengalaman-pengalaman negara, dan ia telah
menciptakan para sarjana yang mempunyai teori-teori politik.
Sungguhpun begitu, harus diakui bahwa pengetahuan dunia mengenai ilmu
politik Islam itu sangat sedikit sekali. Bahkan umat Islam sendiri amat kurang
perhatiannya kepada soal yang sangat penting ini. Sama saja bodohnya di dalam hal ini
antara umat Islam sendiri sebagai pemilik yang asli dari ilmu politik Islam itu, dengan
bangsa-bangsa barat. Bahasa Arab yang dipandang sebagai sumber dari ilmu-ilmu
Islam, tidak pula banyak membicarakan soal ini di masa kita ini, sehingga tenggelamlah
segala brilliant yang berharga dari ilmu politik Islam itu.
1.2 Ruang Lingkup
Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari tujuan penulisan makalah, maka
kami akan membatasi ruang lingkup pembahasan sebagai berikut :
1. Penjelasan mengenai makna politik secara umum dan Islam
2. Sejarah lahirnya sistem politik Islami
3. Politik Islam pada era klasik
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan khususnya dalam pengetahuan
mengenai politik dalam Islam.
2. Untuk menimbulkan dan memantapkan sikap profesionalisme yang diperlukan
mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
1.3.2 Manfaat penulisan makalah
Adapun manfaat dari hasil penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi dosen pembimbing adalah diharapkan dapat memberikan pengarahan atau
bimbingan kepada mahasiswa dalam menyusun makalah.
2. Bagi penulis adalah agar menambah wawasan mengenai politik Islam khususnya
pada era klasik.
3. Bagi pihak lain adalah agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
dalam ilmu politik dalam dunia Islam.
BAB II
ISI
2.1
Pengertian politik
Kata politik berasal dari politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi atau
perbuatan. Secara leksikal, kata asal tersebut berarti acting or judging wisely, well
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
judged, prudent. Kata ini terambil dari kata Latin politicus dan bahasa Yunani (Greek)
politicos yang berarti relating to a citizen. Pemakaian kata itu yang pertama kali dalam
abad ke 5 S.M. Kata tersebut juga berasal dari kata polis yang bermakna city ”kota”.
Politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan arti:
Segala
urusan
dan
tindakan
(kebijaksanaan,
siasat,
dan
sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap
negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai
nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik.
(KKPA hal 34)
Kata “politik” sekarang sudah menjadi bahasa internasional, dikenal oleh hampir
segenap manusia yang terdiri dari berbagai bangsa dan mempunyai bermacam-macam
bahasa. Perkataan itu masuk di dalam bahasa berbagai bangsa, diucapkan, dipakai
dalam pergaulan sehari-hari, dan diakui oleh masing-masing bangsa bahwa perkataan
politik sudah menjadi bahasa nasioalnya.
Bangsa Indonesia termasuk bangsa-bangsa jajahan ini dahulu. Karena tekanan
penjajahan Belanda, barulah pada akhir abad ke 19, bangsa kita mengenl kata “politik”.
Setelah terjadi kebangunan nasional pada permulaan abad ke 20, dengan berdirinya
Serikat Islam (1912), barulah perkataan politik terpakai dalam bahasa kita. Tetapi,
pastilah pemakaiannya itu di bawah pengawasan yang sangat keras dan kecurigaan yang
hebat dari pihak penjajah, dibawah ancaman hukuman penjara atau buangan ke Digul,
dan sebagainya.(IPI hal 18)
Sumber bahasa politik utama dan pertama Islam tertentu saja adalah bahasa
Arab, karena memang Islam diwahyukan dalam bahasa ini. Idiom, istilah dan bahkan
“jargon” politik Islam diambil dari dua sumber pokok Islam, yaitu al-Qur’an dan
Hadist. Tetapi, harus diakui, kedua sumber pokok itu, katakanlah dalam bahasa Arab.
Dalam bahasa Arab, kata politik diterjemahkan sebagai siyasah.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
Secara terminologis, siyasah merupakan bentuk masdar (gerund) dari akar kata
sasa-yasusu-siyasatan. Dalam kalimat “sasa ad-dawwaba-yasusuha siyasatan”
memiliki arti “qama ‘alaiha wa radhaha wa adabbaha” yakni mengurusi, melatih, dan
mendidiknya. Bila dikatakn “sama al-amra” maka berarti”dabbarahu” yakni
mengurusi atau mengatur perkara. Jadi, makna siyasah jika dikaitkan dengan
masyarakat maka dapat diartikan sebagai pemeliharaan (riayah), perbaikan (ishlah),
pemberian petunjuk (taqwim) dan pendidikan (ta’dib).
Menukil keterangan Ibnu Manzhur dalam Lisanul Arab, assaus yang berasal dari
kosa kata sawasa memiliki arti kepemimpinan. Sasuhum sausan berarti mereka
mengangkat pemimpin dan jika dikatakan sawassuhu wa asasuhu wa sasal amra
siyasatan maka berarti seseorang yang mengatur urusan politik. Adapun orang yang
mengatur dan memimpin suatu kaum disebt sasah was suwwas.
Rasulullah SAW. Sendiri menggnakan istilah siyasah dalam sabdanya:
Bani Israil diursi oleh para nabi(tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi
wafat, nabi yang lain datang menggantinya. mengak ada nabi setelahku, namun
akan ada banyak khalifah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini menjelaskan makna siyasah sebaga upaya mengurusi urusan bani
Israil yang dilakukan para nabi. Sedangkan sepeninggal Rasulullah saw., para khalifah
akan menggantikan tugas Nabi dalam mengursi urusan kaum Muslimin.
Jadi ruang lingkup pengertian as-siyasah adalah kewajiban menjalankan sesuatu
yang dapat mendatangkan kemaslahatan. Adapun as-sa’is adalah pemimpin yang
mengatur dan menangani urusan rakyat serta mampu mendatangkan kemaslahatan bagi
rakyatnya.
As-siyasah apabila dikaitkan dengan urusan kaum Muslimin atau sering disebut
dengan as-siyasah asy-syar’iyyah dapat diartikan sebagai segala upaya untuk
memperhatikan urusan kaum Muslimin, dengan jalan menghlangkan kezaliman
penguasa dan melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk melakukannya,
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
kaum Muslimin hendaknya mengetahui apa yang dilakukan pemimpin, mengngar
keburukan yang dilakukan pemimpin atas rakyatnya, mensihai pemimpin jika melakkan
kedurhakaan kepada rakyat dan memeranginya jika melakukan kekufuran yang nyata
(kufran bawahan).
Ruang lingkup peran siyasah ini sejalan dengan pengertian hadits:
Siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin maka dia bukan dari
golongan mereka. (HR. Thabrani)
Jihad yang utama adalah kalimat hak di depan penguasa jahat. (HR. Ahmad)
(TS hal 16)
2.2
Pembagian zaman bagi sejarah ilmu politik
Menurut Abder Rahman ek Kawakibi, pembagian zaman bagi sejarah ilmu
politik terdiri atas sebagai berikut:
1. Zaman purbakala, berjalan 10 abad lamanya. Yakni sejak abad 5 SM sampai
abad ke 5 M. Seluruh sejarah Yunani dan Romawi dimasukkan di dalamnya.
2. Zaman tengah, berjalan 8 abad lamanya, sejak abad ke-6, abad lahirnya
Nabi Muhammad SAW sampai kepada wafatnya politikus Islam yang terbesar
Ibnu Chaldun (808 H = 1405 M). Di dalam zaman yang berabad-abad ini, kata
Kawakibi, tidaklah ada buku-buku politik yang ditulis kecuali buku-buku
karangan sarjana Islam. Merekalah yang merupakan rantai penghubung antara
zaman yang terlehih dahulu (Purbakala) dengan zaman yang di belakangnya
(Baru). Segala buku-buku itu memuat teori-teori kenegaraan yang masih tetap
up to date sampai sekarang ini.
3. Zaman baru, berjalan 7 abad lamanya, semenjak abad ke 14 sampai ke zaman,
kita ini. Semenjak timbulnya zaman reinassance di Eropa 7 abad yang lampau,
maka kemajuan ilmu politik terbuka selebar-lebarnya, dan muncullah berbagai
macam teori yang memperkaya kehidupan politik dunia.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
2.3
Sketsa Pemikiran Politik Islam era Klasik
Sebelum memasuki era klasik nabi-nabi terhadulu sudah mengenal system
pemerintahan jauh sebelum islam turun contoh nya Nabi Ibrahim dengan raja Namrud.
Selanjutnya Nabi Muhammad juga memperkenalkan system politik pertama kalinya
dengan
membentuk
pemerintahan
di
Negara
Madinah,
dimulai
dari
masa
Khulafaurrasyidin. Pada masa itu corak pemerintahan belum terlalu jelas, maka
pergantian Khalifah pun berubah-ubah dari masa Abu Bakar kepada umar dengan cara
wasiat, kepada Ali dengan cara aklamasi. Setelah itu, akhirnya kekuasaan Islam diambil
alih oleh Mu’awiyah dan mengawali sistem monarki dalam pemerintahan.
Pada zaman pemerintahan dinasti Abbasyah, ilmu pengetahuan pun berkembang
dengan pesat sehingga bermuncullah para ilmuwan-ilmuwan termasuk para pemikir
system politik di zaman itu. Azhar (1997:75) menyatakan bahwa sarjana islam yang
pertama kali menuangkan teori politi islam pertam kali dalam suatu karya ilmiah adalah
Syihab al-Din Ahmad Ibn Rabi’, yang hidup di Baghdad semasa pemerintahan
Mu’tasim, khalifah Abbasyiah yang kedelapan. Dan muncullah para pemikir-pemikir
politik di era Klasik (620 M-1250 M), diantaranya Abu Nasr Muhammad al-Farabi (870
M-950 M), Abu Hasan Ali ibn Habib al-Mawardhi al-Bashri (364 M-450), serta Abu
Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Tusi al-Ghazali (1058-1111 M).
Berikut ini akan diuraikan satu persatu tentang pemikiran politik yang mewakili
para pemikir politik islam di zaman klasik.
1. Abu Nasr Muhammad al-Farabi
Abu Nasr Muhammad al-Faribi lahir di Wasji, desa di Farab (Transoxania) tahun
870 m. Kehidupan Farabi diatas sebagai indikasi bahwa ia banyak terbenam dalam
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
dunia ilmu sehingga tidak terlalu dekat dengan penguasa Abbasyiah. Pada teori
olitiknya tidak didasarkan pada system pemerintahan, melainkan obyektif sesuai dengan
idealismenya.
a. Hubungan Politik dan Pemerintahan
Filsafat kenabian itulah yang erat dengan teori politiknya. Sejalan dengan Plato,
Aristoteles dan Ibnu Abi Rabi’, Farabi berpendapat bahwa manusia itu adalah makhluk
sosial yang mempunyai kecendrungan sifat untuk bermasyarakat. Adapun tujuan
bermasyarakat adalah karena kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kebahagiaaan sejati akan lah terwujud dengan kepemimpinan yang ditegakkan dengan
benar. Kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar apabila dibarengi dengan keahlian.
Keahlian itu berupa meminpin orang-orang untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran .
Keahlian itu berupa pemerintahan atau sejenisnya, sementara politik adalah bentuk dari
operasional keahlian tersebut.Al-Farabi membagi politik menjadi 2 yaitu, pertama
pemerintahan yang rasional yang dapat menciptakan sebuah keselarasan. Dan yang
kedua, yaitu pemerintahan yang tidak rasional dan mengakibatkan sebuah jahiliah.
Tentunya berbanding terbalik dengan macam politik sebelumnya.
b. Pemerintahan dan Kepala Negara
Azhar (1997:76) berpendapat menurut Farabi criteria seorang kepala negara
harus memenuhi kualitas luhur yaitu ;
1. Lengkap anggota badannya
2. Baik intelegensinya
3. Mutu intelektualitasnya
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
4. Pandai mengemukakan pendapatnya dan mudah dimengerti
5. Pecinta pendidikan dan gemar mengajar
6. Tidak loba
7. Pecinta kejujuran
8. Berbudi luhur
9. Tidak utamakan keduniaan
10. Bersifat adil
11. Optimisme dan besar hati
12. Kuat pendirian, penuh keberanian,antusiasme dan tidak berjiwa kerdil.
Semua komponen diatas memang susah ditemukan pada sosok seseoarang, dan Farabi
mengakuinya , akan tetapi itulah yang harus dimiliki oleh para peminpi agar tercipta
pemerintahan yang stabil dan diharapkan oleh para masyarakat.
2.Abu Hasan Ali ibn Habib al-Mawardhi al-Bashri
Abu Hasan Ali ibn Habib al-Mawardhi al-Bashri hidu[ antara tahun 364-450 M
atau 975-1059 M. Ia seorang pemikir Islam yang terkenal .
a.Teori Kontrak Sosial
Mawardhi juga berpendapat bahwa manusia itu makhluk sosial tetapi
memasukkan agama dalam teorinya. Manusia adalah makhluk yang paling memelurkan
bantuan orang lain dibandingkan makhluk lainnya. Perbedaan intelegensi, intelektual,
ke pribadian dan bakat justru mendorong manusia untuk saling bekerja sama. Perbedaan
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
itulah yang menyebabkan timbulnya kerja sama. Dari kerja sama ini akhirnya, manusia
membentuk sebuah Negara. Negara merupakan hajat manusia untuk mencukupi
kebutuhan bersama dan mereka akan dapat saling membantu dengan keahlian yang
masing-masing dimilki oleh indivual itu sendiri. Dengan adanya Negara melalui kontal
sosial atau perjajnjinan yang sudah disepakati. Hubungan antara abl al –Hall wa alAqad (legislative) dengan kepala Negara ( eksekutif) akan menimbulkan kontrak sosial
yang memiliki kewajiban antrara dua komponen tersebut sehingga terciptalah hubungan
timabal balik. Karena itu Mawardhi berpendapat, kepala Negara merupakan tempatnya
mengatur jalannya pemerintahan, serta menyebar luaskan agama. Di dalam islam
menjalankan amanah sebagai khalifah itu sangat wajib.
Untuk menegakkan Negara, ada 6 sendi dasar yang harus diupayakan
1. Agama untuk mengendalikan hawa nafsu
2. Pengusaha yang berwaibawa
3. Keadilan kepada semua elemen
4. Stabilitas keamanan yang terkendali dan merata’
5. Kesuburan tanah (lahan) yang berkesinambungan sehingga tidak tumbuh sebagai
aggressor
6. Menjamin kesejahteraan hidup. Rasul bersabda :”Adanya harapan adalah salah
satu nikmat dari Allah kepada umatku, kalau tidak ada harapan orang tidak akan
(payah-payah) menanam pohon, dan seorang ibu tidak akan menyusui anaknya”
Berbeda dengan Farabi yang mendasarkan teorinya secara idealistic, maka Mawardhi
mendasarkan teori politiknya secara realistic.
b.Suksesi Kepala Negara
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
Azhar (1997:85 dan 86) mengungkapkan, menurut Mawardi yang berwenang
memilih kepala negara adalah lembaga legislative (abl al-ikhtiar), mereka
dipersyaratkan:
1. Memiliki keadilan
2. Memiliki pengetahuan
3. Memiliki wawasan
Sementara itu, jabatan kepala negara dipersyaratkan:
1. Adil dalam arti luas
2. Ilmu pengetahuan yang memadai untuk ijtihad
3. Sehat pendengaran
4. Sehat jasmani sehingga tidak terlarang untuk melaksanakan aktivitas
5. Pandai dalam mengendalikan urusan rakyat
6. Berani tegas membela rakyat dan menghadapi aggressor
7. Keturunan etnis Quraisy
3.Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Tusi al-Ghazali
Bagi umat islam Indonesia, Ghazali yang nama lengkapnya Abu Hamid
Muhammad Ibn Muhammad al-Tusi al-Ghazali (1058-1111 M). Dalam bidang politik ia
dijuluki amir al-muslimin, karena untuk melacak teori politiknya dapat melacak teori
politiknyadapat dipelajari terutama dari tiga karyanya yaitu, Ibya Ulum al-Din, alIqtihad wa al-I’tiqad, (modernitas dalam kepercayaan), dan al-Tibr al-Masbuk fi
Nashibah al-Mulk (Batangan logam mulia tentang nasihat u ntuk raja-raja).
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
a.Profesi politik
Sejalan dengan ilmuwan-ilmuwan sebelumnya, Ghazali juga berpendapat bahwa
manusia itu adalah makhluk sosial. Beliau memilike beberapa alasana pertama, yaitu
kebutuhan akan meneruskan kelangsungan hidup manusia, hal ini diperlukan hubungan
laki-laki dan perempuan. Kedua saling membantu dalam kelangsungan hidup. Bagi
Ghazali, profesi politik meliputi empat departmenn:
a.departmen agraria
b.departmen pertahanan dan keamanan
c.departmen kehakiman
d.kejaksaan.
Untuk menempati posisi politik tersebut diperlukan SDM yang memiliki keahlian di
bidang tersebut. Dan tentunya professional, mandiri terpisag dari unsur kekuasaan.
b. Teori Kepemimpinan Negara
Ghazali berpendapat yaitu, hidup didunia ini untuk mencari bekal sebanyakbanyaknya untuk mencari perbekalan bagi kehidupan akhirat. Maka dengan itu beliau
menyatakan bahwa seorang pemimpin haruslah mampu mengelola negara dengan bukan
semata-mata menitik beratkan kepada kehidupan dunia akan tetapi juga diiikuti dengan
memkirkan ke kehidupan yang lebih abadi yaitu akhirat. Maka dengan itu seorang
khalifah haruslah mempunyai pemahaman lebih tentang agama, agar dapat
menyelaraskan itu semua. Karena agama bukan hanya untuk mengatur kehidupan diri
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
sendiri melainkan agama mengatur segalanya yang berhubungan erat dengan
lingkungan hidup sekitar individu.
c. Kepala Negara
Azhar (1997:90) berpendapat, dengan mendasarkan pada Al-Alqurán surah alNisa:59 dan surat Ali-Imran:26, Al-Ghazali berpendapat bahwa Allah telah memilih
bani Adam dua kelompok pilhan: pertama para Nabi yang bertugas menjelaskan kepada
hamba-hamba Allah tentang jalanyang benar yang akan membawa kebahagiaan dunia
dan akhirat , dan kedua para raja (kepala negara ), dengan tugas menjaga agar hambahamba Allah tidak saling bermusuhan dan saling melanggar hak, dan memandu mereka
ke ara kedudukan yang terhormat. Karena itu sulatan adalah bayangan Allah di muka
bumi, maka wajib dicintai, harus ikut dan tunduk serta tidak dibenarkan
menentang.dalam hal ini tentu saja terbatas pada sabda Rasulullah “Tidak Boleh ada
ketaatan kepada makhluk yang durhaka kepada Allah (al- Khaliq)” ketaatan itu hanya
terbatas pada hal-hal yang baik saja.
Sejalan dengan itu Ghazali menentukkan kriteria kepala negara yang sama
dengan kriteria menjadi hakim, ditambah dengan keturunan dari Quraisy. Kriteria itu
diantaranya:
1. Merdeka
2. Laki-laki
3. Mujtawahid
4. Berwawasan luas
5. Adil
6. Dewasa
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
7. Bukan wanita, orang buta, orang fasik, orang jahil dan pembeo.
Kriteria itu adalah salah satu syarat yang harus dimiliki seoran khalifah dalam
memimin sebuah negara, agar pemerintahan dapat berjalan dengan lancar sesuai apa
yang diharapkan.Mengapa bukan wanita menjadi salah satu kriteria dalam menjadi
seorang khalifah karena hadits menyatakan “Tidak akan sukses masyarakat yang
menyerahkan (untuk memimpin) utusan mereka kepada wanita.
Dari aspek politik, orang-orang Arab tidak mengenal istilah Negara dalam arti
negara dalam arti yang sesuai menurut undang-undang, karena Negara dengan definisi
ini harus memiliki aturan, undang-undang dasar, perudang an, kehakiman, tentara
sebagai pelindung dari serangan luar, dan polisi sebagai pelindung dari dalam. Inilah
yang tidak ditemukan dari orang-orang Arab, mereka hanya hidup dalam system
kabilah, setiap kabilah ada pemipimpin dan tidak ada kekuasaan yang menyatukan
semua pemimpin kabilah yang ada sebagai peguasa dan pelaksana pemerintahan, yang
akan memerangi tangan-tangan jahat. Bahkan setiap orang bebas untuk melakukan
pembalasan sendiri, dan menjadi wajib atas kabilahnya untuk membela sampai ia
mendapatkan haknya.
Walaupun system kabilah ini dapat bertahan dan berkuasa, namun kepjutusan
pemimpin kabilah tidak mengikat setiap orang atau warga kabilah bersangkutan. Setiap
orang dalam kabilah memiliki hak untuk menolak dan tidak ada yang bisa menyatukan
system kabilah ini, menyatukan kekuatannya di bawah satu panji pada saat mereka
mempertahankan diri. Jika satu kabilah mendapat serangan dari luar maka mereka akan
mempertahankannya bersama-sama walaupun ada perbedaan atau kesepakatan
antarindividu untuk mempertahankan diri atau menjaga dan melindungi harta, jiwa, dan
kehormatan.
Sedangkan dari aspek perundangan, banyak terpengaruh oleh kondisi politik,
ekonomi dalam aturan perundang-undangan yang tersebar pada saat itu. Ini disebabkan
oleh ketidaktahuan mereka untuk menulis (ummiy) yang memang menjadi fenomena
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
umum masyarakat pada saat itu sebelum Islam sehingga tidak dapat melahirkan sebuah
system prundang-undangan yang sempurna., yang ada hanya berupa aturan-aturan adat
kebiasaan local. Tradisi Mekah berbeda dengan tradisi masyarakat Madinah, dan
keduanya memiliki peranan masing-masing yang berbeda dengan tradisi masyarakat
primitive (badui).
Dengan nilai-nilai keadilan dan akhlak mulia, ditambah lagi semua aturan ini
tidak menyebutkan hukuman meteril bagi yang melanggar selain menunggu keputusan
masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa aturan ini lebih dekat kepada regulasi
normative daripada sebuah regulasi perundangan, dan kami akan menjelaskan beberapa
aturan dan kaidah perundang-undangan utama yang ada pada masyarakat Arab sebelum
diutusnya Muhammad
2.4 Islam sebagai agama yang bersifat universal
Bagi para pemikir Islam klasik, bukanlah suatu kekeliruan menerima warisan
intelektual dari mana pun datangnya, termasuk yang berasal dari Yunani-Romawi.
Bahkan, sebagaimana dibuktikan dalam sejarah, umat Islam tidak alergi terhadap
peradaban Mesopotamia, Bizantium, Persia, Hindu, danCina. Kunci memahaminya
karena pada hakikatnya Islam adalah agama inklusif, bersikap terbuka dan toleran
terhadap berbagai pengaruh peradaban ‘asing’, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip
ketuhanan (tauhid) dan mampu memperkaya tradisi keilmuan Islam. Watak inilah yang
membuat Islam memiliki self confident (percaya diri) yang tinggi dan bebas dari
inferiority complex (rasa rendah diri) berhadapan dan berinteraksi dentan peradabanperadaban dunia. Watak Islam inilah yang menyebabkan penaklukan-penaklukan Islam
tidak diiringi oleh proses penghancuran peradban-peradaban lokal negeri-negeri yang
ditaklukkan. Bahkan, dalam batas-batas tertentu, Islam berani berselaras dengan
peradaban negara taklukan atau juga ikut memperkaya peradaban yang ada.
Umat Islam menerima secara kreatif waisan Yunani-Romawi , juga warisan peradaban
negara-negara taklukan lainnya, karena watak mereka yang kosmopolis dan universalis.
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
Mereka memandang diri mereka sebagai bagian dari seluruh kemanusiaan universal
yang berada dalam lingkungan kewrganegaraan ddunia.
(INDNP hal 200)
Islam adalah agama yang dengan tegas nyata mengumumkan bahwa soal-soal
kenegaraan dan soal-soal politik, adala soal-soal yang bersifat uiversal. Dia
mengajarkan bahwa tiap-tiap bangsa dan masing-masing orang mempunyai hak yang
sama terhadap politik. Islam menolak tiap bentuk kezaliman terhadap hak itu, sebagai
mana pernah diucapkan oleh Khalifah ke II Omar bin Khatthab sewaktu perkosaan itu
dilakukan orang:
“Apa alasannya kamu memperbudak (menzalimi hak) manusia, padahal mereka
dilahirkan oleh ibunya sebagai seorang merdeka”.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II
Berdasarkan penjelasan pada Bab II, maka penulis menyimpulkan bahwa Islam
merupakan agama yang universal. Sumber hukum Islam yang bersumber dari Al-quran
maupun As-sunnah dapat diterapkan kepada semua bidang kehidupan, termasuk dalam
ilmu politik. Sebagai mana telah difirmankan Allah dalam salah firman-Nya bahwa
manusia di muka bumi ini telah diamanatkan untuk menjadi khalifah. Bermakna,
berpolitik merupakan naluri kita sebagai manusia. Yaitu untuk menjadi pemimpin, untuk
menjaga bumi Allah dan sekaligus menghindari segala tindak kezaliman di dunia. Sosok
Rasulullah sebagai uswatun hasanah, termasuklah sebagai pemimpin khususnya dalam
dunia politik pada masa pemerintahannya dulu, dapat dijadikan acuan bagi umat seluruh
dunia untuk menjalankan kehidupan berpolitik dengan baik, sehingga dapat
mendatangkan kemaslahatan bagi semua umat manusia.
3.2
Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan pada bab ini adalah agar kita dapat
menjalankan kehidupan berpolitik kita dengan mengutamakan keridhaan Allah. Karena
kita sebagai hamba Allah yang telah dipercaya untuk menjalankan amanah sebagai
khalifah di bumi, maka sekecil apapun peran kita dalam menjalankan kehidupan politik
yang sehat adalah sangat berharga untuk kebaikan dan kemaslahatan semua umat
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
Ahmad, H. Zainal Abidin. 1977. Ilmu Politik Islam I. Jakarta: PT Bulan Bintang
Dzakirin, Ahmad. 2011. Tarbiyah Siyasiyah. Solo: PT Era Adicitra Intermedia
Ismatulllah, Deddy dan Asep A. Sahid Gatara. 2007.Ilmu Negara dalam Multi
Perspektif. Bandung: CV. Pustaka Setia
Salim, Abdul Muin. 2002. Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Lewis, Bernard. 1994. Bahasa Politik Islam. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Khalik, Rasyad Hasan. 2012. Tarikh Tasyri’. Jakarta:Teruna Grafika
SKETSA POLITIK ISLAM PADA ERA KLASIK
II