1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Surabaya berada di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya
menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia yang memiliki luas wilayah 52.087 Ha, dengan luas daratan 33.048 Ha atau 63,45 dan selebihnya sekitar
19.039 Ha atau 36,55 merupakan wilayah laut yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya. Jumlah penduduk Kota Surabaya hingga Desember 2015 adalah
sejumlah 2.939.421 jiwa.
1
Hal ini kemudian yang memicu kepadatan jumlah pusat perbelanjaan modern. Berdasarkan Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun
2012, lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran berperan sebesar 44,46 dari semua total Produk Domestik Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku ADHB Surabaya di tahun 2012, di mana tahun sebelumnya hanya sebesar 43,90 saja.
2
Sektor perdagangan ada 2 yaitu, perdagangan menengah biasanya dipegang oleh kelompok masyarakat keturunan China dan perdagangan kecil
dipegang oleh penduduk lokal tradisional. Berdasarkan daerah tempat perdagangan, masyarakat keturunan China menempati daerah pecinan, di sekitar
Jl. Kembang Jepun, Surabaya. Daerah tempat perdagangan masyarakat lokal mengelompok menjadi satu, kemudian menghilang pada tahun 1900-an.
1
Profil Kota Surabaya Tahun 2015. http:dinkominfo.surabaya.go.iddki.php?hal=30. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.17 WIB.
2
Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 Bab 10 Pendapatan Regional. Pdf online. http:www.surabaya.go.id2Ffiles. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.32 WIB.
2
Pemerintah pada saat itu melakukan pembangunan fasilitas perdagangan ritel dalam bentuk pertokoan dan perpasaran secara formal terlihat ditingkatkan pada
saat pemerintahan Gemeente Soerabaia berjalan hingga tahun 1940 dan Kota Surabaya mulai diperluas ke arah selatan. Fasilitas perdagangan yang tampak
terbangun pada masa Gemeente Soerabaia antara lain, Tunjungan shopping street, Pasar Pabean, Pasar Pegirian, Pasar Genteng, Pasar Tunjungan, Pasar
Blauran.
3
Urbanisasi yang terus berlangsung dan diikuti dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam segala
sektor, salah satunya adalah berbelanja. Masyarakat sudah terbiasa adanya pusat- pusat perbelanjaan khususnya mall yang sudah banyak memakan tempat atau
lahan terbuka hijau yang ada di Kota Surabaya, oleh karena itu pembangunan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin tahun
mengalami peningkatan. Berdasarkan perkembangan Kota Surabaya salah satu bentuknya dengan melakukan pembangunan-pembangunan mall atau pusat
perbelanjaan, akan tetapi kota yang mendapat julukan sebagai kota Pahlawan ini menjadi salah satu tempat urbanisasi dari berbagai kalangan, maka dari itu
terdapat pusat-pusat perbelanjaan seperti mall. Pengunjung mall juga dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Nge-mall begitu
mudah diterima oleh masyarakat perkotaan, salah satunya di Kota Surabaya. Mall dikenal dengan bangunan yang tertutup dan besar. Tidak hanya itu, di
dalam mall menyiadakan berbagai kelengkapan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3
Profil Kabupaten Kota Surabaya Jawa Timur. http:ciptakarya.pu.go.idprofilprofilbaratjatimsurabaya.pdf. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli
2015. Pukul 21.14 WIB.
3
Mall memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengunjungnya dengan fasilitas ruang ac dan tempat yang bersih. Mall di Kota Surabaya sudah tersebar ke
beberapa wilayah, seperti Surabaya bagian Barat, Timur, Utara, dan pusat Kota Surabaya. Tempat makan maupun tempat rekreasi yang dulunya menjadi pilihan
utama untuk dikunjungi, sekarang semuanya sudah dikemas menjadi satu di dalam mall. Menjamurnya pembangunan mall, maka masyarakat secara perlahan
mulai terjebak dalam dunia hiperrealitas, di mana realita asli tidak tampak. Masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih mengikuti trend yang semula adalah
budaya Barat yang kini dijadikan kiblat oleh masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia dalam berperilaku.
Jangkauan pelayanan pada masing-masing pusat perbelanjaan ini didasarkan pada luasan masing-masing pusat perbelanjaan yang ada. Berdasarkan
luasannya jangkauan pelayanan ini dibedakan menjadi dua yaitu pusat perbelanjaan skala distrik 17,72 km2 atau radius 2,37 km, dan regional 42,27
km2 atau radius 3,9 km. Hasil identifikasi dari total luas pusat perbelanjaan diketahui ada 3 pusat perbelanjaan skala distrik dan 19 pusat perbelanjaan skala
regional.
4
Skala distrik dimana skalanya mulai dari kelas menengah ke atas, berbeda halnya dengan skala regional yang skalanya mulai dari menengah ke
bawah. Jumlah pusat perbelanjaan atau mall di Kota Surabaya yang mencapai 22 unit dinilai berlebihan. Banyaknya jumlah mal itu dikhawatirkan mengganggu
perekonomian di pasar tradisional setempat. Jumlah mal di Kota Surabaya perlu
4
Achmad Miftahur Rozak dan Putu Gde Ariastita. 2013. Pola Spatial Persebaran Pusat Perbelanjaan Modern di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan. Jurnal Teknik Pomits
Vol 2 No 2. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITS. Surabaya
4
pembatasan, meski tidak ada larangan membangun mall, ujar Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Agus Santoso, Jumat 169.
5
Tabel 1. Data 22 mall yang ada di Surabaya
Nama Mall Alamat
Nama Mall Alamat
BG Junction Utara Surabaya di
daerah Blauran, arah ke Tanjung
Perak, sebelum Tugu Pahlawan
World Trade Center Surabaya
WTC Surabaya Jl. Pemuda No.
27-31, Surabaya. Tepatnya terletak
pada Surabaya bagian pusat
City of Tomorrow CITO
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 288
Bundaran Waru, Surabaya, Jawa
Timur 60234, Indonesia
JS Plaza Jl. Jemur
Andayani No. 7, Kota Surabaya
Hi-Tech Mall Jl. Kusuma Bangsa
No. 116, Surabaya, Kec. Sidoarjo.
Tepatnya terletak di Surabaya bagian
utara Grand City
Surabaya Jl. Kusuma
Bangsa, Surabaya
Jembatan Merah Surabaya
daerah Surabaya utara, dekat dengan
Tanjung Perak. Sebelum
Polrestabes Surabaya
Ciputra World Surabaya
Jl. Mayjen Sungkono No.87
Dukuh Pakis, Kota Surabaya
Pakuwon Trade Centre PTC
Satu kompleks dengan Supermall
Pakuwon. Kompleks mall
yang terbesar di Surabaya bagian
barat. Lenmarc
Jl. Bukit Darmo Golf, Surabaya
Royal Plaza Jl. Ahmad Yani
No. 16-18, Surabaya
Plaza Surabaya Delta Surabaya
Jl. Pemuda No. 33-37, Surabaya
5
Jumlah Mal di Surabaya Berlebihan. http:www.republika.co.idberitanasionalumum110916lrm9gm-jumlah-mal-di-surabaya-
berlebihan. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 22.05 WIB.
5 Surabaya Town
Square SUTOS Jl. Adityawarman
No. 55, Surabaya Golden City
Mall Jl. Abdul Wahib
Siamin No. 2-8, Surabaya
Pusat Grosir Surabaya PGS
Jl. Dupak No. 1 Jl. Stasiun Pasar Turi,
Surabaya. Darmo Trade
Centre DTC daerah Darmo
sebelumsetelah flyover
Wonokromo
Tunjungan Plaza TP
Pusat kota Surabaya,
berbatasan dengan Surabaya Utara,
sebelum daerah Blauran
Central Point Mall
Jl. Raya Ngagel No. 137-141,
Surabaya
Pakuwon Indah Supermall SPI
Terletak di Surabaya kota
bagian barat Plaza Marina
Jl. Margorejo Indah No. 97-99
Margorejo, Wonocolo,
Surabaya
Galaxy Mall Terletak di
Surabaya kota bagian Timur
Tunjungan Electronic center
Jl. Tunjungan, Surabaya
Sumber: http:www.infosby.asia
6
Berdasarkan tabel di atas memaparkan mall yang ada di Kota Surabaya sudah mencapai 22 mall yeng tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya. Mall
tersebut terbagi dalam wilayah Surabaya bagian Utara, Timur, Barat, Selatan, dan Surabaya bagian Pusat.
6
33 Mall dan Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. http:www.infosby.asia20140633-mall- pusat-perbelanjaan-surabaya.html. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 22.38 WIB.
6
Gambar 1. Peta Persebaran Mall di Kota Surabaya
Sumber : Profil Keaneragaman Hayati Kota Surabaya Tahun 2012
7
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat dengan mudah mall yang berada di kawasan Pusat ke arah Utara lebih mendominasi dibandingkan mall yang
berada di kawasan bagian Barat, Timur, Selatan. Jumlah mall sebanyak 22 mall tersebut tidak menutup kemungkinan adanya mall-mall baru yang akan berdiri di
Kota Surabaya. Ada 4 Empat pusat tempat belanja baru yang beroperasi di Kota Surabaya, hingga 2016 mendatang. Keempat pusat belanja tersebut adalah
Tunjungan Plaza V, Marvel City E Square, Lippo Mall Gubeng, dan Supermal Pakuwon 2. Sementara yang masih dalam tahap perencanaan final sebanyak
sembilan pusat belanja. Masing-masing akan direalisasikan mulai tahun 2015 hingga 2017 mendatang, yakni Hampton Square, Praxis, The Frontage, Maspion
Square 2, Tunjungan Plaza VI, Mal Pasar Atum 2, One Galaxy Mall, Ciputra World Surabaya 2, dan Puncak Central Business District CBD Jajar.
8
7
Profil Keaneragaman Hayati Kota Surabaya Tahun 2012. lh.surabaya.go.id...20123.20BAB20II20KEHATI202012.pdf. Diakses pada Rabu,
tanggal 1 Juli 2015. Pukul 23.32 WIB.
8
http:properti.kompas.comread20140826172007121Hingga.2016.Surabaya.Tambah.Empat.P usat.Belanja.Baru. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 23.49 WIB.
7
Realitanya kini banyak dijumpai pusat perbelanjaan yang ada di kota Surabaya salah satunya adalah mall yang terkenal di Indonesia yaitu Tunjungan
Plaza yang terletak di Jl. Basuki Rachmat No. 8-12 Surabaya. Nge-mall merupakan kegiatan yang dilakukan sebagian besar masyarakat belakangan ini.
Tampilan-tampilan yang ditawarkan oleh Mall semakin beragam mulai dari segi bangunan hingga produk yang ada di dalam mall sendiri, selain itu mall yang ada
di Surabaya juga mempunyai kelas-kelas mulai dari masyarakat kelas menengah hingga menengah ke atas. Mall memiliki beberapa fasilitas antara lain, yaitu pusat
perbelanjaan, tempat makan, tempat hiburan, tempat bermain, tempat olah raga. Mall menjadi salah satu bentuk wujud dari adanya hiperrealitas yang
tengah terjadi di masyarakat. Hiperrealitas yang terjadi di mall ditunjukkan melalui sign, fashion, citra, representasi, simulasi, simulakra. Masyarakat mulai
ditawarkan dengan gedung bagus, bertingkat minimal tiga, kenyamanan dalam berbelanja, ruang yang disediakan lebih baik, dan kebersihan. Etalase-etalase yang
ditawarkan di dalam sebuah mall menjadikan pola interaksi antar pengunjung dan pembeli lebih individualis karena di dalam mal tidak terjadi proses tawar menawar
harga. Mall memberikan tampilan luar yang mengundang masyarakat untuk mengunjunginya. Hal ini diperkuat dengan adanya faktor pendorong berkunjung
ke mall, yaitu menawarkan fasilitas yang lengkap, produk import dan berkualitas, keamanan, kenyamanan, hiburan dan promosi menarik lainnya.
Tunjungan Plaza TP Surabaya sendiri indentik dengan pengunjung kelas menengah ke atas. Harga barang yang mahal serta pengunjung yang dijumpai
beragam mulai dari pengusaha, remaja, hingga anak-anak yang datang bersama kedua orantuanya. Tunjungan Plaza TP Surabaya merupakan salah satu mall
8
megah di antara beberapa mall yang ada di Kota Surabaya. Gerak operasionalnya sehari-hari, Tunjungan Plaza TP menjadi pusat pembelanjaan yang terdiri dari
beberapa toko, swalayan, dan department store yang menyediakan berbagai aneka barang dengan berbagai jenis, merk, dan ukuran pada tingkat harga yang
bervariasi. Berada di Tunjungan Plaza TP akan menemui pula beberapa merk internasional yang sudah terkenal seperti Sogo, Zara, Victoria Secret. Masyarakat
dari waktu ke waktu cenderung menggabungkan kegiatan pemasaran dan rumah tangga dalam berbelanja dengan berbagai kegiatan lainnya seperti rekreasi atau
sekedar jalan-jalan. Pengunjung sebagian besar orang kelas menengah ke atas dan sebagian
kecil orang kelas menengah ke bawah, karena ingin mendapat suatu pengakuan atau representasi diri sudah masuk mall. Mereka juga makan-makanan seperti
KFC, Hoka-Hoka Bento, Solaria dan lain-lain dimana itu adalah makanan dengan tampilan luar negeri. Hiperrealitas yang ditawarkan oleh Tunjungan Plaza TP
Surabaya kini semakin mengkhawatirkan. Hal ini membentuk konsep pada diri individu maupun masyarakat mengenai perkembangan yang ada menjadikan
mereka mengikuti gaya hidup yang semakin modern. Saat ini, masyarakat perkotaan tidak hanya didorong oleh adanya kebutuhan akan fungsi barang
tersebut, akan tetapi, didasari oleh keinginan yang sifatnya untuk menjaga gengsi. Membeli tidak lagi dilakukan karena produk tersebut dibutuhkan, namun membeli
dilakukan karena alasan lain seperti sekedar mengikuti mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial dan sebagainya.
K egiatan ini sudah menjadi bersifat „biasa‟, maka semakin lama kegiatan ini akan
9
menjadi sebuah kebutuhan dan membuat realitas antara kegiatan biasa dan „biasa‟ pada kehidupan sehari-hari menjadi tidak jelas lagi.
Gemerlapnya lampu dan besarnya bangunan maupun desain yang ada di mall, menjadikan masyarakat ingin mengunjunginya. Tampilan luar yang ada
dikemas sedemikian rupa untuk menarik pengunjung dan pada akhirnya masyarakat yang mengunjungi mall mulai mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Tidak hanya masyarakat yang mengendalikan kebutuhan tetapi masyarakat dikendalikan akan teknologi yang berkembang dan tawaran-tawaran produk yang
dikemas sedemikian menarik mungkin agar dapat menarik konsumen. Masyarakat kini menjadi penonton dari kegiatan-kegiatan di dalam mal, karena apa yang ada
di etalase maupun papan reklame yang berada di luar mall hanyalah sebagai tampilan untuk menarik masyarakat.
Baudrillard 1983
melukiskan kehidupan
post-modern sebagai
hiperrealitas. Apa yang nyata disubordinasikan dan akhirnya dilarutkan sama sekali. Kini menjadi mustahil untuk membedakan yang nyata dari yang sekedar
tontonan, sehingga apa yang ditampilkan oleh pengunjung mal dari mulai gaya hingga gadget yang digunakan itu sama halnya dengan merealialitaskan diri
sendiri agar mendapatkan citra atau representasi diri. Konsumen hidup karena kebebasan, aspirasi, pilihan-pilihan perilaku pembeda, konsumen tidak hidup
karena paksaan diferensiasi dan ketundukan pada undang-undang. Kebutuhan bukanlah sebagai buah dari produksi, tetapi sistem kebutuhan adalah produksi dari
sistem produksi. Pada dasarnya adanya kekurangan kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam memilah antara kebutuhan dan keinginan, seperti makanan,
pakaian, rekreasi, dan barang elektronik. Kebutuhan yang akan dicapai mengikuti
10
apa yang sudah disediakan dengan hiperealitas yang sudah ditawarkan melalui etalase-etalase yang menarik konsumen.
Baudrillard melontarkan argumentasi brilian mengenai kebutuhan. Sesuai dengan analisis struktural, konsumsi merupakan efek saling ketergantungan tanda-
tanda. Ironi terbesar dari definisi komsumsi menurut Baudrillard adalah bahwa perbedaan-perbedaan produksi industrial dianggap memungkinkan bagi seseorang
untuk menjadi dirinya sendiri, memiliki gaya dan kepribadian, secara simultan menghapus perbedaan tunggal antar orang yang menggantinya dengan tanda-
tanda perbedaan, secara terus menerus, menyesuaikan dengan model artifisial dan abstrak. Baudrillard juga mengemukakanselain heperrealitas juga mengenai
simulasi, simulacra, serta citra.
9
1.2 Rumusan Masalah