3 Perkiraan penjualan kredit tidak dirincikan bahwa penjualan kredit tersebut berasal dari
penjualan kredit pasien dan penjualan kredit kontraktor. 4
Dalam Neraca, perusahaan menggunakan perkiraan akumulasi amortisasi sebagai pengurang dari aktiva tak berwujud berupa program komputer.
5 Piutang perusahaan yang tidak dapat tertagih dimasukkan ke dalam sub perkiraan rugi lain-
lain di laporan laba rugi. 6
Kesalahan tarif oleh perusahaan dimasukkan dalam perkiraan rugi lain-lain dan retur penjualan.
7 Perkiraan biaya umum dan administrasi tidak dirincikan apa-apa saja yang termasuk di
dalamnya, hal ini menyebabkan laporan tersebut kurang informatif bagi pemakainya. 8
Dalam neraca, perusahaan tidak membuat perkiraan hutang biaya accrual hanya membuat hutang biaya, serta perkiraan hutang gaji tidak ada dalam neraca.
2. Analisis Pengukuran Pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada
Dari hasil penelitian penulis dapat disimpulkan bahwa pengukuran pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I kurang sesuai dengan PSAK nomor 23, hal ini terlihat dalam
mencatat penjualan kotor perusahaan terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kredit. Ditemukan bahwa penjualan kotor yang dicatat dalam laporan laba rugi perusahaan tersebut telah
dikurangi dengan diskonpotongan harga yang diberikan perusahaan kepada pasien. Sehingga makna dari penjualan kotor tersebut tidak mengikuti peraturan yang berlaku umum yaitu
penjualan kotor adalah penjualan yang belum dikurangi dengan potongan penjualan, baik retur penjualan maupun potongan harga. Seharusnya potongan harga dimasukkan kedalam sub
perkiraan potongan penjualan, sehingga dalam hal pengukuran pendapatan berarti PT. Prodia Widyahusada Wilayah-I Medan belum menggunakan nilai wajar sebagai ukuran dalam
Universitas Sumatera Utara
mengukur pendapatan yang diakui. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan menurut PSAK 23 yang menyatakan bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima. Kesalahan dalam mengukur jumlah pendapatan tersebut menyebabkan ketidaktepatan
penyajian angka – angka pendapatan di perusahaan. Tanpa pengukuran yang tepat kinerja perusahaan akan sulit diketahui, pendapatan sebagai suatu item yang sangat penting dalam
laporan keuangan khususnya laporan laba rugi. Pengukuran yang tidak tepat juga menyebakan kesalahan memperoleh informasi oleh pemakai laporan keuangan tersebut, sehingga pemakai
laporan tersebut tidak dapat membuat keputusan dengan tepat.
3. Hasil Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan penulis dan yang telah diamati penulis maka hasil yang didapat objektif sehingga penulis mengadakan pengamatan langsung ke perusahaan dengan
bantuan lembar observasi dengan jumlah nilai bobot sebagai berikut : X
=
100 X
question YES
answer
∑ ∑
= 16
7
X 100 = 43,75
Maka dapat diketahui bahwa rata – rata dari observasi penerapan PSAK nomor 23 adalah dan diperoleh nilai sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Persentase Variabel Penerapan PSAK Nomor 23
dalam Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Prodia
Widyahusada Wilayah-I Medan a.
0 - 25 Tidak Sesuai
b. 26 - 50
Kurang Sesuai e.
51 - 75 Cukup Sesuai
f. 76 - 100
Sesuai
Berdasarkan kriteria keputusan tersebut, maka diperoleh keputusan hasil dari perhitungan nilai mean adalah 43,75 nilai ini berada pada interval 26 - 50 dengan kategori cukup
sesuai, berarti penerapan PSAK nomor 23 dalam hal pengakuan dan pengukuran pendapatan di PT. Prodia Widyahusada sudah kurang sesuai dengan PSAK Nomor 23. Masih banyak kesalahan
dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan perusahaan. Sehingga perusahaan masih perlu memperbaiki apa saja yang menjadi kendala dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan
seperti yang telah dianalisis oleh penulis sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang telah dikemukakan pada bab empat, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sumber pendapatan perusahaan berasal dari kegiatan operasional dan non operasional.
Pendapatan operasional yaitu berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit, sedangkan pendapatan non operasional merupakan pendapatan lain – lain perusahaan seperti
jasa giro bank, laba pengeluaran aktiva tetap, jasa rujukan dan lainnya. 2.
Pengakuan pendapatan perusahaan menggunakan metode accrual basis yakni pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi penjualan jasa oleh perusahaan.
3. Pengukuran pendapatan belum diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
akan diterima dalam bentuk kas atau setara kas. 4.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan pada PT. Prodia Widyahusada kurang sesuai dengan PSAK nomor 23. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu perusahaan belum secara
keseluruhan menerapkan PSAK 23 dalam pengakuan dan pengukuran pendapatannya. Dari hasil analisa peneliti perusahaan hanya menerapkan PSAK 23 sebesar 43,75 , dengan kata
lain perusahaan masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam hal mengakui dan mengukur pendapatan perusahaan, diantaranya adalah :
Universitas Sumatera Utara