2.1.4.8. Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-
genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah
genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat
seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan.
Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis,
limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired immune deficiency syndrom AIDS.
2.2 Pengetahuan
Sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Menurut Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2003, sebelum seseorang berperilaku baru
mengadopsi perilaku, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, antara lain :
1. Kesadaran Awareness, yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus objek terlebih dahulu 2.
Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus 3.
Evaluation, yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
4. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau dengan menggunakan alat ukur berupa angket atau kuesioner yang menanyakan tentang
isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden Notoadmojo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
3.2. Variabel dan Defenisi Operasional
1. Defenisi operasional:
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswi SMK
Negeri 1 Medan tentang kesehatan reproduksi remaja. 2.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki
oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial kultural. 2.
Cara pengukuran : angket 3.
Alat ukur : kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 21 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban
yang salah diberi skor 0. 4.
Kategori: Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan menggunakan sistem skoring Arikunto, 2007, yakni dengan skala ordinal
sebagai berikut: Pengetahuan
Siswi Kesehatan Reproduksi
Remaja
Universitas Sumatera Utara
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar
75 dari nilai tertinggi, yaitu skor 12-15 b.
Tingkat pengetahuan sedang, apabila jawaban responden benar antara 50-75 dari nilai tertinggi, yaitu skor 8-11
c. Tingkat pengetahuan buruk, apabila jawaban responden benar
antara 50 dari nilai tertinggi, yaitu skor 0-7
Tabel 3.1. Skor berdasarkan pilihan jawaban
No. A
B C
No. A
B C
1 1
9 1
2 1
10 1
3 1
11 1
4 1
12 1
5 1
13 1
6 1
14 1
7 1
15 1
8 1
5. Skala pengukuran: Ordinal
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian