3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan
tentang Penyakit Menular Seksual PMS
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu untuk: 1.
Mengetahui tingkat pengetahuan siswi-siswi SMK Negeri 1 Medan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Memberikan pandangan tentang dampak negatif dari kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja 3.
Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja.
4. Sebagai bahan masukan kepada orangtua dalam upaya merangsang
kepedulian orangtua terhadap pendidikan seksual anak yang dimulai sejak usia remaja.
5. Menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.
6. Sebagai informasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai tingkat
pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi remaja.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja 2.1.1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta
mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan
reproduksi dalam Konferensi International
Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan
dengan fungsi, peran sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang
dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural Fauzi., 2008.
2.1.2. Remaja 2.1.2.1. Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia WHO, remaja adolescence adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak
muda youth untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda young people yang mencakup 10-24
tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut Hurlock 1993, masa remaja
adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri 1995, remaja adalah
Universitas Sumatera Utara
mereka yang telah meningalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.
2.1.2.2. Perubahan yang terjadi pada masa remaja
Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi
kognitif dan dimensi sosial.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki
mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan
fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget 2007 seorang ahli perkembangan kognitif merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal period of formal operations. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
Universitas Sumatera Utara
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Moral