Faktor Predisposisi Mioma Uteri

Mioma sendiri menciptakan kondisi lingkungan hiperestrogen, yang diperlukan oleh jaringan mioma untuk mempertahankan pertumbuhannya. Kondisi ini terjadi akibat : 1. Dibandingkan dengan jaringan miometrium normal, mioma terdiri dari densitas reseptor estrogen yang lebih banyak, sehingga estradiol yang terikat akan lebih banyak pula. 10 2. Mioma uteri dibanding jaringan miometrium normal mengubah lebih sedikit estradiol menjadi estrone, estrogen dengan bentuk yang lebih lemah 3. Mekanisme ketiga ditemukan oleh Bulun dkk, yang melibatkan peningkatan kadar sitokrom P450 aromatase pada mioma uteri dibandingkan sel normal, dimana sitokrom ini mengkatalisasi konversi androgen menjadi estrogen didalam jaringan.

2.3. Faktor Predisposisi Mioma Uteri

a. Umur Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jung et al., 1998 12 di Pusan St. Benedict Hospital dan di Mokpo Korea serta diperkuat oleh pendapat Ran Ok et al., 2007 13 yang menyatakan bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok usia 40 – 49 tahun. 12,13 Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri dipengaruhi oleh stimulasi hormon estrogen yang disekresikan oleh ovarium. Pada umumnya mioma uteri jarang timbul sebelum menarche dan sesudah menopause, tumbuh dengan lambat serta sering dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade keempat Marquard, 2008 14 . Pada usia reproduksi sekresi hormon estrogen oleh ovarium meningkat, berkurang pada usia Universitas Sumatera Utara klimakterium, dan pada usia menopause hormon estrogen tidak disekresikan lagi oleh ovarium. 15 Wiknjosastro 2005 16 menyatakan bahwa frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yang mendekati angka 40, jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. 16 Hal ini disebabkan karena pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi serta akan turun pada usia menopause. Senada dengan pernyataan di atas, Stoppler 2006 17 menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri disebabkan oleh stimulasi hormon estrogen. Hormon estrogen disekresi oleh ovarium mulai saat pubertas berangsur-angsur meningkat dan akan mengalami penurunan bahkan tidak berproduksi lagi setelah usia menopause. Peningkatan prevalensi mioma uteri pada usia reproduksi telah dibuktikan oleh beberapa penelitian epidemiologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pesat dalam diagnosa mioma uteri pada wanita berusia empat puluhan. 3,18 b. Usia Menarkhe Peningkatan risiko mioma uteri berhubungan dengan menarkhe dini, meskipun risikonya sering tidak signifikan secara statistik . Dari penelitian didapatkan hubungan terbalik antara risiko mioma uteri dan usia saat menarkhe. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharami, dkk 2009 19 , menarche dini dilaporkan pada 69 kasus 14,4. Ada hubungan positif antara usia menarche 8-10 tahun dan peningkatan risiko rahim leiomyoma OR = 66, 95 CI: 0,13-1,82. Dari penelitian Donna DB, 2003 19 20 , menstruasi dini dapat ditambahkan menjadi faktor risiko mioma uteri. Menarche pada usia sebelum 11 tahun dikaitkan Universitas Sumatera Utara dengan peningkatan 25 risiko dibandingkan dengan menarche pada umur 12 dan 13 tahun. 20 Dalam penelitian ini juga , risiko mioma uteri terus menurun dengan peningkatan usia menarche. Usia dini menarche menjadi faktor risiko untuk mioma uteri, berhubungan dengan berbagai jalur kusal penyebab. Peningkatan berat badan sebelum pubertas adalah faktor risiko yang kuat untuk mendapatkan menarche dini , dan olahraga dapat menunda menarche. Menarche dini berhubungan dengan peningkatan kepekaan jaringan terhadap hormon atau penekanan umpan balik kontrol produksi steroid. 20 c. Paritas Penelitian yang dilakukan oleh William H Parker 2007 3 menyatakan bahwa peningkatan jumlah paritas akan menurunkan risiko terjadinya mioma uteri. Mioma uteri memiliki karakteristik yang serupa dengan miometrium normal selama kehamilan, termasuk peningkatan produksi matriks ekstraseluler dan peningkatan ekspresi reseptor hormon steroid dan peptida. Miometrium selama postpartum kembali pada keadaan normal baik dalam ukuran dan aliran darah melalui proses apoptosis dan dediferensiasi. Proses remodeling ini berperan dalam involusi mioma yang responsibel. Teori lain menyatakan bahwa suplai aliran darah ke mioma akan berkurang selama involusi uterus akibat nutrisi yang ikut berkurang. 2 Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya mempunyai satu anak. Pada wanita nullipara, kejadian mioma uteri lebih sering ditemui salah satunya diduga karena sekresi estrogen wanita hamil sifatnya sangat berbeda dari sekresi oleh ovarium pada wanita yang tidak hamil yaitu hampir seluruhnya estriol, suetu estrogen yang relatif lemah daripada estradiol yang disekresikan ovarium. Hal ini berbeda dengan wanita yang tidak pernah hamil atau Universitas Sumatera Utara melahirkan, estrogen yang ada di tubuhnya adalah murni estrogen yang dihasilkan oleh ovarium semuanya digunakan untuk proliferasi jaringan uterus. Beberapa penelitian oleh Lumbiganon et al 2 21 , telah menunjukkan hubungan terbalik antara paritas dan risiko mioma uteri . Menurut Parazzini et al 22 , risiko relatif mioma uteri pada wanita yang pernah melahirkan 0,5 lebih rendah dibandingkan dengan nullipara, dan pernah juga dilaporkan penurunan progresif dalam risiko relatif terhadap jumlah kelahiran. Dari literatur yang dijelaskan oleh Parazzini et al 22 , untuk penelitian ini kehamilan dapat mengurangi waktu pajanan terhadap estrogen, sedangkan nullipara atau kesuburan berkurang dapat dikaitkan dengan siklus anovulasi yang ditandai oleh paparan estrogen jangka panjang. 18 Peneltian yang dilakukan oleh Trikurniasari 2010 23 di RS. Poerwokerto, wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 24,5 mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil. 23 d. Indeks Massa Tubuh IMT Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Menurut Ross et al 24 , dalam sebuah penelitian prospektif dari Inggris, risiko mioma uteri meningkat sekitar 21 untuk setiap kenaikan 10 kg berat badan, hasil yang sama diperoleh ketika indeks massa tubuh IMT dianalisis dibandingkan berat badan . Demikian pula, sebuah penelitian prospektif di Amerika Serikat oleh Marshall et al 25 menemukan risiko mioma uteri meningkat sebanding dengan peningkatan IMT, serta peningkatan risiko berhubungan dengan penambahan berat badan sejak usia 18 tahun. 18 Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan oleh Eduardo F, dkk 2001, 20 34,9 pada IMT 25,4 – 48,8 obesitas mempengaruhi kejadian mioma uteri. Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri. 26 18

2.4 Jenis dan Gambaran Klinis Mioma Uteri