TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Julaihi Wahid M. Sofian Asmirza S. Basaria Talarosha 25 naik dan turun tidak di tempat seharusnya halte melainkan di sembarang tempat, di pinggir jalan atau di persimpangan, yang dapat menyebabkan keadaan lalu lintas semakin macet. Jalan Gatot Subroto adalah salah satu jalan arteri primer yang terdapat di Kota Medan dan banyak dilalui angkutan umum. Pada jam-jam tertentu jalan ini mengalami kemacetan dan pada waktu bersamaan dapat dilihat bahwa halte tidak berfungsi maksimal sebagai tempat tunggu angkutan umum.

2. PERMASALAHAN Tingkat pelayanan jalan mempengaruhi kinerja

halte. Halte dapat berfungsi dengan baik pada tingkat pelayanan jalan yang baik. Seberapa besar pengaruh tingkat pelayanan jalan terhadap kinerja halte.

3. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan pelayanan dengan kinerja halte dalam melayani angkutan umum. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam merencanakan halte pada ruang kota. 4. LANDASAN TEORI Tingkat pelayanan jalan level of service menunjukkan ukuran kualitas suatu jalan mempertimbangkan faktor kenyamanan dan geometrik jalan, dan digunakan sebagai ukuran untuk membatasi volume lalu lintas suatu jalan Tamin, 2000. Menurut ICHM 1997 geometrik jalan perkotaan terdiri dari berbagai unsur yaitu tipe jalan, lebar jalur lalu lintas, kerb, bahu jalan, median, dan alinemen jalan. Indonesian Highway Capacity Manual IHCM, 1997 membagi tingkat pelayanan menjadi enam tingkat seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Tingkat Pelayanan Jalan Level of Service No. Tingkat Pelayanan LoS Keadaan Arus Lalu Lintas VC 1. A Arus bebas bergerak 0,6 2. B Arus stabil tidak bebas 0,6 - 0,7 3. C Arus stabil kecepatan terbatas 0,7 - 0,8 4. D Arus mulai tidak stabil 0,8 - 0,9 5. E Arus tidak stabil 0,9 - 1 6. F Macet 1 Sumber: High Traffic Analysis, 1994 Volume lalu lintas maksimum dapat diketahui dengan menghitung jumlah kendaraan. Untuk menghitung tingkat pelayanan jalan Level of Service harus diketahui kapasitas jalan C. Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah kombinasi dua arah, tetapi untuk jalan dengan banyak lajur harus dipindahkan terarah dan kapasitas ditentukan per lajur. Kapasitas suatu jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu: Menurut Indonesian Highway Capacity Manual IHCM. Ca = Co Fw Fks Fsp Fsf Fcs.............. 1 Keterangan: Ca = kapasitas Co = kapasitas dasar Fw = faktor lebar jalan Fks = faktor bahukerb jalan Fsp = faktor arahmedian Fsf = faktor gangguan samping Fcs = faktor kota Tingkat pelayanan jalan dapat dihitung dengan membandingkan volume lalu lintas dengan kapasitas jalan, dengan rumus: LoS = C V .......................................................... 2 Keterangan: LoS = tingkat pelayanan jalan Level of Service V = volume lalu lintas C = kapasitas jalan Universitas Sumatera Utara 26 K e c e p a t a n G e r a k KmJam Tingkat Pelayanan VCR A B C D E F Sumber: ACHM 1985 dalam Tamin, 2000 Gambar 1. Hubungan kecepatan dengan tingkat pelayanan jalan Menurut Pedoman Teknik Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996, halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang umum yang berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan. Halte dilengkapi dengan identitas halte berupa nama dan nomor, rambu petunjuk, papan informasi trayek, lampu penerangan, dan tempat duduk. Penentuan jarak halte dan tempat pemberhentian bus TPB dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Murtono Quintarina 1991, perancangan halte yang baik harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut: 1. Sebagai tempat tunggu, luas halte harus cukup agar dapat memberikan akomodasi yang nyaman kepada orang-orang yang biasanya menunggu di tempat itu. 2. Mempunyai atap untuk melindungi penggunanya dari cuaca dan tersedianya tempat duduk yang cukup untuk pelayanan, jika memungkinkan, pada tempat tunggu tersebut. 3. Dapat memberikan kesempatan pada penunggu angkutan untuk melihat kedatangan kendaraan sebelum sampai di tempat pemberhentian. Tabel 2. Jarak Halte dan TPB Zone Tata Guna Lahan Lokasi Jarak Tempat Henti m 1. Pusat kegiatan sangat padat: pasar, pertokoan CBD, Kota 200 – 300 2. Padat: perkantoran, sekolah, jasa Kota 300 - 400 3. Permukiman Kota 300 - 400 4. Campuran padat: perumahan, sekolah, jasa Pinggiran 300 - 500 5. Campuran jarang: perumahan, ladang, sawah, tanah kosong Pinggiran 500 - 1000

5. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan