REPSON IMUN PADA KONJUNGTIVA

E. Reaksi Tipe V

Reaksi tipe V disebut juga reaksi stimulasi, diduga pada reaksi tipe ini yang berperan adalam human leucocyte antigen HLA. Contohnya; uvetis akut anterior, optik neurits dan penyakit autoimun tertentu, spondilitis ancilosing. Mekanisme pasti pengaruh HLA terhadap penyakit tersebut masih berupa hipotesis.

III. REPSON IMUN PADA KONJUNGTIVA

Gambaran imunologi di konjungtiva Konjungtiva memberikan banyak gambaran tipikal. Mukosa tersebut terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan epitel dan lapisan konektif subtansia propia. Konjungtiva memiliki vaskularisasi dan drainase limfatik yang baik menuju kelenjar preaurikular dan submandibula. Jaringan tersebut penuh dengan sel Langerhans SL, sel dendritik SD, dan makrofag yang berfungsi sebagai antigen presenting cell APC. Folikel – folikel konjungtiva bisa membesar setelah infeksi atau inflamasi tertentu pada permukaan okular, ditandai dengan kumpulan limfosit T, limfosit B, dan APC. Jika diamati fungsinya seperti peyer patch pada usus halus, dimana folikel menunjukkan adanya proses antigen oleh imun lokal yang menyebar melalui epitel tipis yang kemudian diproses oleh limfosit T dan limfosit B secara lokal pada folikel konjungtiva, terutama subtansia propia, diinfiltrasi penuh oleh Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008 sel efektor potensial, yang dapat didominasi oleh sel mast. Seluruh isotipe antibody dijumpai, dan merupakan produksi lokal saat terjadi kebocoran pasif. IgA merupakan antibodi yang utama pada tear film. Molekul yang terlarut pada sistim imun bawaan juga diproduksi, misalnya komplemen. Konjungtiva menyokong respons efektor imun didapat dan bawaan, terutama respons yang diperantarai antibodi dan limfosit, meskipun degranulasi sel mast yang diperantai IgE adalah yang paling sering dan penting. 1,2,6 Sistem imunoregulator Sistem imunoregulator terpenting pada konjungtiva adalah jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa yaitu mucosa associated lymphoid tissue MALT. Konsep MALT merupakan jaringan interkoneksi dengan mukosa susunan epitel traktus respiratorik, usus, dan traktus urogenital dan permukaan okular serta adneksanya yang mempunyai gambaran imunologi spesifik : - terdapat APC - struktur tertentu untuk memperoses antigen yang terlokalisir payer’s pactch dan tonsil - sel efektor unik misal; limfosit T intraepitel dan sejumlah sel mast Namun, aspek MALT yang paling nyata adalah distribusi dan penempatan efektor limfosit T dan B yang diinduksi oleh imunisasi Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008 pada satu sisi mukosa, tetapi untuk semua MALT karena adanya persamaan ekspresi molekul adhesi sel yang spesifik pada venula – venula post kapiler dari pembuluh darah mukosa. Respons imun MALT merangsang T helper 2 Th2 yang menyebabkan produksi antibodi IgA dan IgE. Imunisasi antigen terlarut melalui MALT, terutama pada usus sering menimbulkan toleransi oral, terutama oleh karena aktivasi limfosit T regulator mirip T2 yang mensupresi sel efektor hipersensitivitas tipe lambat Th I. 2 • Contoh klinis Respon imun terhadap konjungtivitis viral . Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi adenovinus merupakan infeksi okular yang sering. Meskipun penjelasan tentang respon imun setelah infeksi adenovirus pada konjungtiva belum diketahui, hal tersebut dapat diketahui melalui penelitian tentang infeksi virus pada mukosa lain, yang diujikan pada hewan. Setelah infeksi dengan adenovirus, sel – sel epitel mulai bermatian dalam waktu 36 jam. Mekanisme imun bawaan dapat membatasi infeksi aktif segera setelah infeksi. Misalnya, sel yang terinfeksi memproduksi sitokin berupa interferon yang membatasi penyebaran infeksi virus dan menarik sel efektor nonspesifik seperti makrofag dan neutrofil. 2,4 Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008 Namun, respons imun didapat dianggap lebih penting dalam pemberantasan virus. Respons didapat primer dimulai ketika makrofag dan sel dendritik terinfeksi atau mengambil serpihan-serpihan sel dan antigen virus Baik APC maupun antigen ekstrasel dibawa ke kelenjar preaurikular dan submandibular sepanjang limfatik, dimana respons limfosit T helper dan antibody diaktivasi, sehingga timbul limfadenopati. Proses imun lokal dapat terjadi pada folikel jika virus menyerang kapsul epitel. Selama fase efektor awal dari respons limfosit B - primer, antibodi IgM dilepaskan ke dalam darah yang tidak begitu efektif untuk mengontrol infeksi permukaan, meskipun dapat mencegah terjadinya hiperemis yang luas. Namun, limfosit B yang mengandung IgM menginfiltrasi stroma konjungtiva dan dapat melepas antibodi secara lokal pada konjungtiva. Lebih lanjut, respons effektor primer, pengaktifan IgA atau IgG yang berperan sebagai media respon efektor lokal, seperti netralisasi atau lisis sel terinfeksi yang di mediasi komplemen. Sel effektor paling aktif memberikan respons terhadap infeksi viral akut yang berasal dari sel natural killer dan citotoksic T lymphocyte CTL CD8, yang membasmi epitel terinfeksi. Namun, virus mencegah ekspresi major histocompatibility complex MHC kelas I pada sel yang terinfeksi dan menghindar pembasmiannya oleh CTL. Imunitas didapat, mengaktifkan makrofag melalui mekanisme hipersensitivitas antiviral tipe lambat delayed hypersensitivity atau DH selama Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008 terinfeksi. Respons DH terhadap antigen virus diduga berpengaruh terhadap perkembangan infiltrat kornea subepitel yang muncul pada beberapa pasien dengan infeksi adenovirus. Respon sekunder dari konjungtiva, oleh karena paparan primer sebelumnya terhadap virus yang sama pada daerah mukosa lain, terdapat perbedaan mekanisme efektor yang di mediasi oleh antibodi. Karena MALT, antivirus IgA tidak hanya terdapat pada darah tetapi juga pada air mata sebagai hasil dari diferensiasi limfosit B pengekresi IgA pada gladula lakrimalis, substansia propia dan folikel. Dalam hal ini, infeksi berulang sering dicegah dengan adanya antibodi penetral yang tersebar pada air mata dan folikel, mengikuti infeksi primer. Namun, inokulasi virus berulang menghasilkan sawar antibodi ini, atau jika virus telah memutasi glikoprotein permukaannya yang telah dikenali oleh antibodi, kemudian infeksi terjadi. Proses imun tambahan dapat muncul dalam folikel dan aliran kelenjar. Efektor CTL memori spesifik efektif menghilangkan infeksi dalam beberapa hari. 2

IV. RESPON IMUN PADA COA, UVEA ANTERIOR DAN VITREUS