terinfeksi. Respons DH terhadap antigen virus diduga berpengaruh terhadap perkembangan infiltrat kornea subepitel yang muncul pada
beberapa pasien dengan infeksi adenovirus. Respon sekunder dari konjungtiva, oleh karena paparan primer
sebelumnya terhadap virus yang sama pada daerah mukosa lain, terdapat perbedaan mekanisme efektor yang di mediasi oleh antibodi.
Karena MALT, antivirus IgA tidak hanya terdapat pada darah tetapi juga pada air mata sebagai hasil dari diferensiasi limfosit B pengekresi
IgA pada gladula lakrimalis, substansia propia dan folikel. Dalam hal ini, infeksi berulang sering dicegah dengan adanya antibodi penetral
yang tersebar pada air mata dan folikel, mengikuti infeksi primer. Namun, inokulasi virus berulang menghasilkan sawar antibodi ini, atau
jika virus telah memutasi glikoprotein permukaannya yang telah dikenali oleh antibodi, kemudian infeksi terjadi. Proses imun tambahan
dapat muncul dalam folikel dan aliran kelenjar. Efektor CTL memori spesifik efektif menghilangkan infeksi dalam beberapa hari.
2
IV. RESPON IMUN PADA COA, UVEA ANTERIOR DAN VITREUS
Gambaran imunnologi di COA, uvea anterior dan vitreus
COA merupakan rongga berisi cairan, aquos humor sekunder merupakan media unik dalam hubungan inter seluler sitokin, sel - sel
imun, dan sel jaringan iris, korpus silliaris, dan endotel kornea.
Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008
Meskipun, aquos humor memiliki jumlah protein yang lebih sedikit dibanding serum sekitar 0,1 - 1,0 dari konsentrasi total serum
protein, bahkan aquos humor normal mengandung campuran kompleks dari faktor – faktor biologik, seperti sitokin imunomodulator,
neuropeptida dan inhibitor komplemen, yang merangsang imunologi mata.
2,6
Sawar parsial darah dengan okular berupa kapiler – kapiler fenetrasi dari korpus silliaris menyebabkan gradien konsentrasi tergantung
ukuran makromolekul plasma agar menyebar ke jaringan interstisial, molekul yang berasal dari plasma yang kecil terdapat dalam jumlah
besar dari molekul besar. Tight junction hubungan yang erat antara epitel silliaris pigmen dan nonpigmen, membentuk sawar yang lebih
ekslusif, mencegah makromolekul interstitial untuk menyebar langsung ke korpus silliaris menuju aquos humor. Selain itu, sejumlah kecil
makromolekul plasma melewati sawar epitel nonpigmen dan menyebar secara difusi ke anterior melalui uvea memasuki segmen anterior
melalui permukaan iris anterior . Bagian mata sebelah dalam mengandung limfatik yang berkembang
dengan baik. Selain pembersihan substansi terlarut bergantung pada kanal pengaliran aquos humor, pemberantasan partikel bergantung
pada endositosis trabecular meshwork sel endotel atau makrofag. Di samping itu, inokulasi antigen ke dalam segmen anterior menghasilkan
hubungan yang effisien dengan respon imun sistemik. Antigen terlarut
Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008
yang utuh masuk ke sirkulasi vena, di mana berhubungan melalui limpa.
1,2
Iris dan korpus silliaris mengandung banyak makrofag dan sel dendritik yang berperan sebagai APC dan sel efektor. Proses imun jarang
terjadi secara lokal tetapi APC keluar dari mata melalui trabecular meshwork dan kembali ke limpa, di mana proses terjadi pada Th2 dan
aktivasi regulator CD8 supresor sel T. Beberapa limfosit T dan sel mast secara normal ada pada uvea anterior, sedangkan limfosit B, eosinofil
dan PMNs tidak dijumpai. Konsentrasi IgG yang rendah, komplemen, dan kallikrein ada pada mata normal.
Vitreus tidak dideskripsi secara jelas sebagai segmen anterior, tapi vitreus mungkin bermanifestasi pada kebanyakan bahan yang sama,
dengan beberapa pengecualian. Gel dari vitreus secara elektrostatistik mengikat substansi protein dan berperan sebagai depot antigen serta
subtrat untuk adhesi leukosit. Karena vitreus mengandung kolagen tipe A, maka ia dapat berperan sebagai depot auto antigen yang potensial
pada beberapa bentuk uveitis yang berhubungan dengan artritis di mana kolagen tipe II pada sendi merupakan auto antigen.
1,2,3
Sistem imunoregulator
Uvea anterior memiliki sistem imunoregulator yang dideskripsikan sebagai imun, konsep moderen yang istimewa dari
imun bahwa implan tumor atau allograft lebih bertahan pada daerah
Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008
dimana implangraft yang serupa ditolak oleh mekanisme imun kulit atau daerah yang tidak istimewa. Tempat lain yang memiliki imun
istimewa adalah rongga subretina, otak dan testes. Meskipun asal antigen yang terlibat penting, imun istimewa dari uvea anterior telah
diobservasi memiliki variasi antigen yang luas, termasuk alloantigen misal: antigen transplantasi, antigen tumor, hapten, protein terlarut,
auto antigen, bakteri dan virus.
1,2
Imun istimewa diperantarai, oleh rangsangan baik fase aferen dan efektor yang merespons imun. Imunisasi melalui segmen anterior
sebagai fase aferen dari respon imun primer merupakan hasil generasi untuk efektor imun. Imunisasi misalnya dengan protein lensa atau auto
antigen lain melalui segmen anterior tidak menghasilkan pola imunitas sistemik yang sama seperti imunisasi melalui kulit. Imunisasi dengan
injeksi pada segmen anterior pada hewan percobaan menghasilkan bentuk imunitas sistemik terhadap antigen yang berubah, disebut
anterior chamber associated immune deviation ACAID. Respon imun yang berdeviasi ditandai dengan respon antibodi, sistem antibodi
yang berhadapan dengan antigen tetapi tanpa adanya respon DH terhadap antigen tersebut.
Mengikuti injeksi antigen pada segmen anterior, fase aferen dimulai saat makrofag pada bagian tertentu iris mengenal dan mengambil
antigen. Fungsi APC dari makrofag uvea ini telah berubah oleh paparan terhadap sitokin imunoregulator yang secara normal terdapat
Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008
pada aquos humor dan jaringan uvea, terutama transforming growth factor 2 TGF 2. Proses dimana aquos humor mengubah makrofag
menjadi ACAID menimbulkan APC belum diketahui. TGF 2 yang terpapar antigen menstimulasi makrofag okular meninggalkan
trabekular meshwork dan kanal schlemm kemudian memasuki sirkulasi vena, dimana mereka memigrasi ke limpa. Disini sinyal antigen
diproses, dengan aktivasi tidak hanya limfosit T helper dan limfosit B tetapi juga lomfosit T regulator. Sel regulator CD8 merubah respons
CD4 limfosit T helper limpa untuk menurunkan regulasi respons DH CD4 limfosit kepada antigen imunitas spesifik pada semua bagian
tubuh. Dalam hal ini respons efektor yang dihasilkan memiliki ciri – ciri supresi selektif pada DH spesifik terhadap antigen dan secara selektif
mengurangi produksi dari isotipe pengikat komplemen antibodi. Isotipe antibodi lain dan prekursor limfosit T sitotoksik sama dengan imunisasi
kulit yang konvensional.
2
Beberapa mekanisme lain ACAID diduga, persentase kecil antigen yang utuh dapat meninggalkan mata dan masuk ke darah, dimana
diproses dalam limpa. Dosis kecil antigen intravena menghasilkan imunomodulasi yang disebut toleransi zona rendah. Berbagai
mekanisme aktivasi imunoregulator limfosit T pada mata juga telah diketahui.
Secara klinis kapasitas jaringan penting untuk mempertahankan fase efektor sekunder respon imun, karena respon imun primer pada
Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008
penyakit auto imun terjadi di luar mata. Dalam hal ini, fase efektor sekunder dari segmen anterior juga merupakan imunomodulator dan
disebut sebagai penghambat efektor karena berbagai sistem imunoregulator secara normal terdapat pada mata, efektor imunologi
yang utuh berfungsi pada tempat lain : kulit, misalnya; aktivasi dihambat secara parsial dan berfungsi pada segmen anterior. Dalam
hal ini, limfosit T, DH, Th1, limfosit T sitotoksik, sel natural killer dan aktivasi komplemen berfungsi kurang efektif pada uvea anterior
dibanding tempat lain.
1,2
Uvea anterior relatif resisten terhadap induksi protein murni DH sekunder setelah respon imunisasi primer dengan mikrobakterinya dari
kulit, mekanisme menghambat efektor bersifat multifaktorial, termasuk hasil dari :
- sitokin imunomodulator, diproduksi oleh jaringan okular - neuropeptida imunomodulator, diproduksi oleh saraf okular
- APC yang berfungsi unik - penghambat komplemen pada aquos humor
- faktor – faktor lain Fas ligan fasL atau Ligan CD95, diekspresi pada iris dan endotel
kornea. FasL secara normal terdapat ditimus dan beberapa tempat dengan imun istimewa seperti testes fasL merupakan perangsang
patogen terhadap kematian sel terprogram atau apoptosis, dari limposit. Dalam hal lain, fasL dapat menginduksi pembunuhan
Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008
apoptatik dari infiltrating limposit T, untuk mencegah fungsi effektor limposit T kehilangan mekanisme protektif yang dapat muncul karena
perkembangan uveitis.
1,2,3
Rongga vitreus tidak memiliki karakteristik imunologis, tapi bukti eksperimen menyarankan bahwa respons imun primer mirip ACAID
mungkin terdapat pada vitreus juga, terutama pada mata yang telah vitrectomy. Blokade efektor yang telah ada pada vitreus masih
kontroversial, tapi kelihatannya jelas bahwa antigen yang diinjeksi yang terlarut ke dalam vitreus dapat mencetus fenomena mirip ACAID,
bentuk immunomodulasi dapat difasilitasi oleh vitrectomi bahkan untuk antigen partikuler. Rasional lain pada mata dengan uveitis yang
divitrectomi : - memindahkan depot antigen, termasuk kolagen tipe II,
terperangkap dalam gel - memindahkan substrat gel untuk molekul adhesi sel guna
merekrut dan adheren leukosit. - memungkinkan sirkulasi faktor, imunomodulator aquos
humor.
Contoh klinis Pontensial terapeutik untuk imun istimewa.
Tidak diketahui apakah ACAID memiliki konsekuensi pada penyakit klinis, meskipun
diperkirakan memiliki peran dalam toleransi imunologi pada kristalin
Aryani Atiyatul Amra : Ocular Immune Responses, 2007 USU Repository © 2008
lensa setelah operasi katarak dan penerimaan secara imunologi dari transplantasi kornea. ACAID dapat mempengaruhi respons imun
terhadap antigen okular. Hewan mendapat imun melalui segmen anterior dengan auto antigennya retina S –antigen atau reseptor
interphoto protein pengikat retinol yang berkembang dari ACAID, dan mereka diproteksi dari uveitis autoimun ekspresimental pada mata
bagian kontralateral setelah imunisasi kutaneus konvensional. Belakangan, ACAID telah direproduksi oleh infusi monosit yang
pertama kali diterapi secara extracorporeally dengan TGF- dan antigen, menyarankan potensial klinis yang berhubungan dengan
imunoterapi.
2
V. RESPON IMUN PADA KORNEA