Analisis Diallel Beberapa Kombinasi Persilangan Pada Tanaman Karet (Hevea Brasilliensis Muell Arg.)

1
ANALISIS DIALLEL BEBERAPA KOMBINASI PERSILANGAN PADA
TANAMAN KARET (Hevea brasilliensis Muell Arg.)

SKRIPSI

OLEH:
ROIHAN ARIF
040307005/BDP-PET

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

2

Judul Skripsi
Nama
Nim
Departemen
Program Studi

: Analisis Diallel Beberapa Kombinasi Persilangan
pada Tanaman Karet (Hevea brasilliensis Muell
Arg.)
: Roihan Arif
: 040307005
: Budidaya Pertanian
: Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh:
Prof. Dr. Ir. Jenimar, MS.
Ketua Pembimbing
NIP: 130 353 856

Disetujui Oleh:


Disetujui Oleh:

Dr. Ir. Rosmayati, MS.
Anggota Pembimbing
NIP: 131 415 963

Dra. Sekar Woelan, MP.
Pembimbing Lapangan
NIK: 110400219

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara


3

ABSTRACT
The research was conducted in Hybridization Block of Sungei Putih

Research Centre in Galang - Deli Serdang. The objective of research was to know
about respons crossing combination for some rubber clones about general

combining ability (GCA), spesific combining ability (SCA) and resiprocal effect

jointed in diallel analysis. The research was used randomized block experimental
design non-factorial, which consist of one factor of crossing caombination. If the
result was significant, and than continued with DMRT test and diallel analysis

base on a model III Griffings method (1956). The research used 8 rubber clones as
crossing parent are: PB 260, PB 330, PB 340, IRR 111, IRR 220, PM 10, RRIC

100 and RRIM 921 that was conducted with diallel cross. The result was
significant about increase fruit set persentage, fuit diameter for each clones and


the rapidly diameter of fruit. Not only genetics factor to influence amount of
crossing combination and fruit set persentage, but also rainfall quantity. IRR 111

and PB 260 it would can be a good parental for the next crossing combination
because it was have the high comination ability value and resipocal effect.

Key Words: Hevea brasilliensis, GCA, SCA, Resiprocal, Hand Pollination

Universitas Sumatera Utara

4

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Persilangan Balai Penelitian Sungei

Putih di kecamatan Galang. Tujuan penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui
pengaruh beberapa kombinasi persilangan karet terhadap nilai daya gabung umum

(DGU), daya gabung khusus (DGK) dan pengaruh resiprokal yang tergabung


dalam analisis diallel. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari satu faktor yakni kombinasi
persilangan. Bila menunjukkan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan

uji DMRT dan Analisis diallel berdasarkan metode Griffings model III (1956).

Sebanyak 8 klon karet sebagai tetua persilangan dalam penelitian ini yaitu: PB
260, PB 330, PB 340, IRR 111, IRR 220, PM 10, RRIC 100 dan RRIM 921 yang
dilakukan persilangan secara diallel. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh

nyata dalam meningkatkan persentase buah jadi, diameter buah untuk masingmasing klon dan laju pertambahan diameter buah. Selain faktor genetis, faktor
lingkungan yaitu curah hujan sangat mempengaruhi jumlah persilangan dan

persentase buah jadi (fruit set). IRR 111 dan PB 260 merupakan tetua yang baik
untuk dijadikan tetua persilangan berikutnya karena memiliki nilai daya gabung
dan nilai resiprokal yang tinggi.

Kata Kunci: Hevea brasilliensis, Persilangan Buatan, DGU, DGK, Resiprokal


Universitas Sumatera Utara

5

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pulo Rakyat pada tanggal 18 Januari 1986 dari ayah

A. Syafiuddin dan Rukiah Elyda, Z. A.mk. Penulis merupakan putra kedua dari
lima bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Panca Budi Medan dan pada tahun

2004 penulis lulus seleksi USU melalui jalur SPMB. Memilih program studi
Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan pernah menjadi Pementor Agama Islam,

Asisten Laboratorium Biologi Umum. Mengikuti organisasi mahasiswa yakni:

BKM Al-Mukhlisin FP USU, Club studi BKM Research FP USU, Pemerintahan


Mahasiswa (PEMA) FP USU, Komisi Pemilihan UMUM (KPU) FP USU,
Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Rabbani, Anggota Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ) Budidaya Pertanian serta menjadi Manager Tim nasyid CHUVER.

Penulis pernah mendapatkan beasiswa dari TPSDP dan BBM, penulis juga pernah

sebagai delegasi USU untuk Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Regional A
(Sumbar), serta Juara I LKTM tingkat Fakultas.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kebun Kelapa

Sawit PTPN 4 Laras.

Universitas Sumatera Utara

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

karuniaNYA sehingga skripsi ini brhasil dilaksanakan. Judul yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Analisis Diallel Beberapa Kombinasi Persilangan
Tanaman Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.).

pada

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Jenimar, M.S ;

Ibu Dr. Ir. Rosmayati, M.S dan Dra. Sekar Woelan, MP selaku komisi

pembimbing yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis, kakanda Sayurandi, SP dan dan Junaidi, SP yang telah banyak membantu
penulis dalam penelitian, bapak Ngadenan, ibu Jumi, ibu Jumiah, ibu Nartik, ibu
Supiah, ibu Mariana dan Ervina yang telah membantu penulis dalam persilangan

di kebun silang. Serta Ungkapan terima kasih terbesar juga penulis sampaikan

kepada ibunda dan ayahanda tercinta atas dukungan moril dan motivasinya, begitu

juga saudara- saudara penulis M. Akbar, Khairul Mufti, M. Taufik Ridho dan
Athia Muharamma Putri yang telah memberikan doanya.

Dan tak lupa penulis ucapkan terimakasih yang tulus kepada aktivis

dakwah kampus: Ust. Zul Morado, Bang Zaki, Bg Didi, Bg Rahmat, Herman

azam, Bg Rahman, Angga, Yudha, Yudhi Mus, Yudhi Sep, Eka Sahputra, Sogie,

Hartarto, Trisna, Adi, Bambang, Syakibul, Sadri, Rudi, Heri, Hafid, Nuzul,
Sukron, Boby, Surya, Adrian, Haris, Bani, Awang, serta akhwat fillah yg terus

Istiqomah. Teman-teman HMJ, teman-teman Asisten Laboratorium Biologi dan

Genetika, teman-teman KAMMI yang telah membentuk karakter penulis dengan
berbgai pengalaman hidup. Serta pirngadi yang telah menjadi inspirasi hidup dan
novel penulis.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna dalam pengembangan dan


kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan , Juni 2008
Penulis

Universitas Sumatera Utara

7

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .....................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
PENDAHULUAN......................................................................................... 1


Latar Belakang ................................................................................... 1

Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
Hipotesis Penelitian............................................................................ 3

Kegunaan Penelitian........................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4

Botani Tanaman ................................................................................. 4
Karakteristik Bunga Karet.................................................................. 5
Syarat Tumbuh ................................................................................... 7
Iklim .......................................................................................... 7
Tanah......................................................................................... 8

Peningkatan Produktifitas Melalui Penggunaan
Klon Karet Unggul............................................................................. 9

Perbaikan Karakteristik Tanaman Karet Melalui
Metode Persilangan Buatan.............................................................. 11
Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada Tanaman Karet.................... 13
Persilangan Diallel (Diallel Cross) .................................................. 14

Universitas Sumatera Utara

8
BAHAN DAN METODE........................................................................... 16

Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 16
Bahan dan Alat Penelitian................................................................ 16
Metode Penelitian............................................................................. 16
Metode Persilangan.......................................................................... 17

Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 18
Pemilihan Klon ....................................................................... 18

Persiapan Areal Persilangan.................................................... 18
Persiapan Penyerbukan ........................................................... 18

Aplikasi Penyerbukan ............................................................. 19

Pengamatan Parameter ............................................................ 19

Peubah Amatan ................................................................................ 19
Jumlah Bunga Jantan Masing-Masing Klon ........................... 19

Jumlah Bunga Betina Masing-Masing Klon ........................... 19
Cabang Primer Masing-Masing Klon ..................................... 20
Cabang Sekunder Masing-Masing Klon ................................. 20

Tangkai Karangan ................................................................... 20
Persentase Buah Jadi (Fruit Set) ............................................. 20

Laju Pertambahan Diameter Buah .......................................... 20
Diameter Buah ........................................................................ 20

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 21

Hasil ................................................................................................. 21

Jumlah Bunga Jantan dan Betina Masing-Masing Klon ......... 21
Cabang Primer Masing-Masing Klon ..................................... 23
Cabang Sekunder Masing-Masing Klon ................................. 23

Tangkai Karangan Masing-Masing Klon................................ 24

Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada Persilangan F1
dan Resiprokal......................................................................... 25

Diameter Buah pada Persilangan F1 dan Resiprokal .............. 27

Laju Diameter Buah pada Persilangan F1 dan Resiprokal...... 28
Daya Gabung Umum Terhadap Persentase Buah jadi ............ 30
Daya Gabung Khusus Terhadap Persentase Buah Jadi........... 31

Universitas Sumatera Utara

9
Nilai Resiprokal Terhadap Persentase Buah Jadi.................... 32
Daya Gabung Umum Terhadap Diameter Buah ..................... 32
Daya Gabung Khusus Terhadap Diameter Buah .................... 33

Nilai Resiprokal Terhadap Diameter Buah ............................. 34
Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Persilangan Buatan ............ 34
Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Persilangan F1
dan Resiprokal......................................................................... 35
Pembahasan...................................................................................... 49
Karakteristik Morfologi dan Jumlah Bunga Terhadap
Masing-Masing Klon .............................................................. 49

Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Persilangan Batan .............. 40
Persentase Buah Jadi (Fruit Set) pada Beberapa Kombinasi
Persilangan Klon Karet ........................................................... 42
Diameter Buah Pada Beberapa Kombinasi Persilangan
F1 dan Resiprokal ................................................................... 44

Daya Gabung Umum (DGU) pada Persentase Buah
Jadi dan Diameter Buah .......................................................... 45

Daya Gabung Khusus (DGK) pada Persentase
Buah Jadi dan Diameter Buah................................................. 46
Nilai Resiprokal pada Persentase Buah Jadi dan
Diameter Buah ........................................................................ 47
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 50

Kesimpulan ...................................................................................... 50
Saran................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 51
LAMPIRAN................................................................................................ 55

Universitas Sumatera Utara

10

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1. Rataan Jumlah Bunga Jantan dan Betina Pada Masing-Masing Klon ...... 21
2. Rataan Persentase Buah Jadi pada Persilangan F1 dan Resiprokal
Beberapa Klon Karet............................................................................... 25

3. Rataan Diameter Buah pada Persilangan F1 Beberapa Klon Karet .......... 27
4. Rataan Laju Pertambahan Diameter Buah Pada Persilangan F1 dan
Resiprokal ................................................................................................. 29

5. Nilai Daya Gabung Umum Beberapa Klon Terhadap Persentase
Buah Jadi yang Dihasilkan........................................................................ 31
6. Nilai Daya Gabung Khusus Kombinasi Persilangan F1 Terhadap
Buah Jadi................................................................................................... 31

7. Nilai Resiprokal Terhadap Persentase Buah jadi ..................................... 32
8. Nilai Efek Daya Gabung Umum Beberapa Kombinasi Persilangan
Terhadap Diameter Buah .......................................................................... 33
9. Nilai Efek Daya Gabung Khusus Beberapa Kombinasi Persilangan
Terhadap Diameter Buah .......................................................................... 33
10. Nilai Efek Resiprokal Terhadap Beberapa Kombinasi Persilangan
Terhadap Diameter Buah ........................................................................ 34
11. Analisis Ragam Metode I Model III (Griffing, 1956) dikutip dari
Sing And Chaudary (1979) ..................................................................... 55

12. Data Rataan Hubungan Curah Hujan Dengan Jumlah Persilangan
Persilangan Terhadap Diameter Buah..................................................... 56

13. Jumlah Persilangan Buatan Pada Bulan Januari Sampai April 2008...... 56
14. Data Rataan Persentase Buah Jadi (Fruit Set) PadaPpersilangan F1 ...... 57

15. Analisa Sidik Ragam Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada
Persilangan F1......................................................................................... 57

16. Data Rataan Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada
Persilangan Resiprokal............................................................................ 58
17. Analisa Sidik Ragam Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada
Persilangan Resiprokal............................................................................ 58

18. Data Rataan Diameter Buah Pada Persilangan F1 .................................. 59
19. Analisa Sidik Ragam Diameter Buah Pada Persilangan F1.................... 59

20. Data Rataan Diameter Buah Pada Persilangan Resiprokal ..................... 60

Universitas Sumatera Utara

11
21. Analisa sidik ragam Diameter Buah Pada Persilangan Resiprokal......... 60
22. Data Pertambahan Diameter Buah Pada Persilangan F1 ........................ 61

23. Analisa Sidik Ragam Pertambahan Diameter Buah Pada Persilangan ... 61
24. Data Rataan Pertambahan Diameter Buah Pada Persilangan
Resiprokal .............................................................................................. 62

25. Analisa Sidik Ragam Pertambahan Diameter Buah................................ 62
26. Data Rataan Jumlah Bunga Jantan Masing-Masing Klon....................... 63

27. Analisis Sidik Ragam Jumlah Bunga Jantan........................................... 63

28. Data rataan Jumlah Bunga Betina Masing-Masing Klon........................ 64

29. Analisis Sidik Ragam Jumlah Bunga Betina .......................................... 64

30. Data Rataan Diameter Buah Pada Persilangan F1 ................................. 65

31. Data Rataan Diameter Buah Pada Persilangan Resiprokal ..................... 65
32. Data Rataan Persentase Buah Jadi Pada Persilangan F1......................... 66

33. Data Rataan Persentase Buah Jadi Pada Persilangan Resiprokal............ 66
34. Data Rataan Persentase Buah jadi Untuk Semua Kombinasi
Persilangan .............................................................................................. 67

35. Analisis Sidik Ragam DGU, DGK, Resiprokal Pada Diameter Buah .... 67

36. Data Rataan Diameter Buah Untuk Semua Kombinasi Persilangan....... 68
37. Analisis Sidik Ragam DGU, DGK, Resiprokal Pada Diameter Buah .... 68

38. Bagan Kombinasi Persilangan F1 Beberapa Klon Karet ........................ 82

39. Bagan Kombinasi Persilangan Resiprokal Beberapa Klon Karet ........... 82

Universitas Sumatera Utara

12

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

1. Morfologi Bunga Betina yang Telah Matang ........................................... 6

2. Tangkai Karangan Bunga Jantan .............................................................. 73
3. Jumlah Bunga Jantan dan Betina Masing-Masing Klon ........................... 22
4. Rataan Cabang Primer Masing-Masing Klon ........................................... 23

5. Cabang Primer Pada Tanaman Karet ........................................................ 73
6. Rataan Cabang Skunder Masing-Masing Klon......................................... 24

7. Cabang Sekunder Pada Tanaman Karet.................................................... 73
8. Rataan Tangkai Karangan Per Klon.......................................................... 24

9. Rataan Persentase Buah Jadi Hasil Persilangan F1 dan Resiprokal ......... 26

10. Rataan Diameter Buah Hasil Persilangan F1 dan Resiprokal................. 28
11. Pertambahan Diameter Buah Per Bulan.................................................. 74
12. Rataan Pertambahan Diameter Buah Per Bulan Hasil Persilangan
F1 dan Resiprokal ................................................................................... 30

13. Hubungan Tinggi Curah Hujan Terhadap Jumlah Persilangan............... 35
14. Jumlah Persilangan F1 Selama Bulan Januari Sampai April .................. 36

15. Jumlah Persilangan Resiprokal Selama Bulan Januari Sampai April ..... 38
16. Bunga Terinfeksi Jamur Oidium ............................................................. 74

17. Kebun Persilangan Balai Penelitian Sungei Putih .................................. 75

Universitas Sumatera Utara

13

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor.

Judul

Halaman

1. Analisis Ragam Metode I Model III (Griffing, 1956) ................................ 55
2. Jumlah Persilangan Pada Persilangan F1 dan Resiprokal Selama

Bulan Januari Sampai April ...................................................................... 56

3. Hasil Transformasi Logaritma Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada

Persilangan F1 ............................................................................................ 57

4. Hasil Transformasi Logaritma Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada

Persilangan Resiprokal ............................................................................... 58

5. Data Transformasi Logaritma Diameter Buah Pada Persilangan F1 ......... 59
6. Data Tranformasi Logaritma Diameter Buah Pada Persilangan

Resiprokal .................................................................................................. 60

7. Data Pertambahan Diameter Buah Pada Persilangan F1............................ 61

8. Data Pertambahan Diameter Buah Pada Persilangan Resiprokal .............. 62
9. Data Jumlah Bunga Jantan Masing-Masing Klon ...................................... 63

10. Data Jumlah Bunga Betina Masing-Masing Klon...................................... 64

11. Rataan Diameter Buah (cm) ....................................................................... 65
12. Hasil Rataan Persentase Buah Jadi Pada Persilangan F1 ........................... 66

13. Hasil Analisis Diallel Persentase Buah Jadi (Fruit Set) ............................. 67

14. Hasil Analisis Diallel Diameter Buah ........................................................ 68
15. Perhitungan Analisis Diallel Persentase Buah Jadi .................................... 69

16. Perhitungan Analisis Diallel Diameter Buah ............................................. 71

17. Penampilan Botani Tanaman Karet Secara Visual..................................... 73
18. Blok Persilangan Balai Penelitian Karet Sungei Putih............................... 75
19. Deskripsi Beberapa Klon Karet.................................................................. 76
20. Bagan Persilangan Diallel Beberapa Kombinasi Persilangan Klon Karet . 81

21. Daftar Curah Hujan Selama Bulan Januari Sampai April 2008 ................. 82
22. Peta Kebun Persilangan Pusat Penelitian Karet (Sungei Putih) ................. 83

Universitas Sumatera Utara

3

ABSTRACT
The research was conducted in Hybridization Block of Sungei Putih

Research Centre in Galang - Deli Serdang. The objective of research was to know
about respons crossing combination for some rubber clones about general

combining ability (GCA), spesific combining ability (SCA) and resiprocal effect

jointed in diallel analysis. The research was used randomized block experimental
design non-factorial, which consist of one factor of crossing caombination. If the
result was significant, and than continued with DMRT test and diallel analysis

base on a model III Griffings method (1956). The research used 8 rubber clones as
crossing parent are: PB 260, PB 330, PB 340, IRR 111, IRR 220, PM 10, RRIC

100 and RRIM 921 that was conducted with diallel cross. The result was
significant about increase fruit set persentage, fuit diameter for each clones and

the rapidly diameter of fruit. Not only genetics factor to influence amount of
crossing combination and fruit set persentage, but also rainfall quantity. IRR 111

and PB 260 it would can be a good parental for the next crossing combination
because it was have the high comination ability value and resipocal effect.

Key Words: Hevea brasilliensis, GCA, SCA, Resiprocal, Hand Pollination

Universitas Sumatera Utara

4

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Persilangan Balai Penelitian Sungei

Putih di kecamatan Galang. Tujuan penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui
pengaruh beberapa kombinasi persilangan karet terhadap nilai daya gabung umum

(DGU), daya gabung khusus (DGK) dan pengaruh resiprokal yang tergabung

dalam analisis diallel. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari satu faktor yakni kombinasi
persilangan. Bila menunjukkan hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan

uji DMRT dan Analisis diallel berdasarkan metode Griffings model III (1956).

Sebanyak 8 klon karet sebagai tetua persilangan dalam penelitian ini yaitu: PB
260, PB 330, PB 340, IRR 111, IRR 220, PM 10, RRIC 100 dan RRIM 921 yang
dilakukan persilangan secara diallel. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh

nyata dalam meningkatkan persentase buah jadi, diameter buah untuk masingmasing klon dan laju pertambahan diameter buah. Selain faktor genetis, faktor
lingkungan yaitu curah hujan sangat mempengaruhi jumlah persilangan dan

persentase buah jadi (fruit set). IRR 111 dan PB 260 merupakan tetua yang baik
untuk dijadikan tetua persilangan berikutnya karena memiliki nilai daya gabung
dan nilai resiprokal yang tinggi.

Kata Kunci: Hevea brasilliensis, Persilangan Buatan, DGU, DGK, Resiprokal

Universitas Sumatera Utara

14
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20
tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun

1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9 juta ton pada tahun 2004.
Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2,25 milyar,
yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Anwara, 2006).

Perkembangan pasar karet alam dalam kurun waktu tiga tahun terakhir

relatif kondusif bagi produsen, yang ditunjukan oleh tingkat harga yang relatif
tinggi. Hal ini disebabkan permintaan yang terus meningkat, terutama dari China,

India, Brazil dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang

tinggi di Asia-Pasifik. Menurut IRSG (2004) diperkirakan akan terjadi
kekurangan pasokan karet alam dalam dua dekade ke depan. Karena itu pada

kurun waktu 2006-2025, diperkirakan harga karet alam akan stabil sekitar US $
2.00/kg (Anwarb, 2006).

Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet nasional adalah

rendahnya produktivitas karet rakyat (± 600 kg/ha/th), antara lain karena sebagian

besar tanaman masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa
pemeliharaan yang baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah

tua, rusak atau tidak produktif (+ 13% dari total areal). Pada saat ini sekitar 400

ribu ha areal karet berada dalam kondisi tua dan rusak dan sekitar 2-3% dari areal
tanaman menghasilkan (TM) yang ada setiap tahun akan memerlukan peremajaan.

Dengan kondisi demikian, sebagian besar kebun karet rakyat menyerupai hutan
karet (Suryana, dkk., 2005).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk

pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan

Universitas Sumatera Utara

15
perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%

perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005
mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan

melakukan peremajaan dan memberDayakan lahan-lahan pertanian milik petani
serta lahan kosong atau tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet
(Anwarb, 2006).

Maka diperlukan revitalisasi pada setiap areal perkaretan Khususnya

perkaretan rakyat. Revitalisasi perkebunan mencakup perluasan areal dan

peremajaan klon yang dianggap kurang produktif, diganti dengan klon-klon
anjuran yang telah terseleksi berdasarkan karateristik produksi yang tinggi. Untuk
mendapatkan klon-klon yang memiliki karakteristik produksi yang tinggi yaitu

dengan mengkombinasikan genetik tetua tanaman karet yang memiliki karakter

unggul, melalui persilangan buatan (hand pollination). Diharapkan kombinasi
genetik yang baru yang terbentuk dapat menambah variabilitas genetik pada
tanaman karet.

Masalah utama yang dihadapi dalam pembentukan keragaman genetik

pada tanaman karet yaitu rendahnya persentase buah jadi yang dihasilkan.

Rendahnya persentase buah jadi berdampak pada rendahnya jumlah perolehan

genotipe yang akan digunakan sebagai materi genetik dalam tahapan pengujian

berikutnya. Rata-rata persentase buah jadi yang dihasilkan hanya berkisar 3,03,5%, Rendahnya persentase buah jadi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
genetik, fisiologi, dan lingkungan. (Woelan dan Ginting, 1988).

Untuk mengatasi rendahnya persentase buah jadi (fruit set) pada tanaman

karet diperlukan adanya suatu program persilangan dengan mengusahakan tetua
tanaman karet yang memiliki karakteristik unggul, sehingga dihasilkan variabilitas
genetik yang tinggi sebagai genotipe-genotipe unggul yang baru.

Program perbaikan terhadap karakteristik tanaman karet sampai saat ini

masih menggunakan metode konvensional yaitu persilangan buatan. Karena

metode ini masih dapat dikatakan lebih efektif dan efisien serta lebih murah.
Perbaikan terhadap karakteristik terus dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan sesuai dengan permintaan konsumen (Tan, 1987).

Universitas Sumatera Utara

16
Salah satu program perbaikan karakteristik tanaman karet tersebut adalah

persilangan diallel (diallel cross), yaitu persilangan yang dilakukan di antara
semua pasangan tetua sehingga dapat diketahui potensi hasil suatu kombinasi

hibrida, nilai heterosis, Daya Gabung (Daya Gabung dan Daya Gabung Khusus),
dan dugaan besarnya ragam genetik dari suatu karakter (Iriany, dkk, 2003). Serta

melakukan persilangan Resiprokal yang merupakan pengujian antara masingmasing tetua persilangan untuk melihat kesesuaian genetik yang diturunkan
melalui beberapa karakter yang dihasilkan oleh tetua yakni dengan mengganti

tetua persilangan, yang semula menjadi tetua jantan kemudian ditukar menjadi
tetua betina. Diharapkan terjadi transfer genetik yang baik melalui nilai
Resiprokal yang dihasilkan sehingga dapat dijadikan acuan tetua yang baik
sebagai tetua jantan atau betina dalam kombinasi persilangan.
Tujuan Penelitian

Untuk mencari kombinasi persilangan dan tetua terbaik melalui nilai Daya

Gabung Umum, Daya Gabung Khusus serta Resiprokal diantara kombinasi
persilangan diallel tanaman karet.

Hipotesis Penelitian

Persilangan diallel menghasilkan kombinasi persilangan tetua terbaik yang

dicerminkan dari nilai Daya Gabung Umum, Daya Gabung Khusus dan
Resiprokal

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

17
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut (Kartasapoetra, 1988) tanaman karet (Hevea brasilliensis

Muell Arg.) memiliki sistematika sebagai berikut:
Divisio

Sub-divisio
Class

: Spermatophyta

: Angiospermae

: Dicotyledoneae

Ordo

: Euphorbiales

Genus

: Hevea

Family

: Euphorbiaceae

Species

: Hevea brasiliensis Muell. Arg.

Tanaman karet adalah anggota famili Euphorbiaceae. Berbentuk pohon,

tinggi 10-20 m., bercabang dan mengandung banyak getah susu. Daun berselangseling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin bertangkai, petiola pendek,

hijau dan memiliki panjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan
berbentuk elips atau bulat telur, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing; sisi

atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,512,5 cm (Sianturi, 1996)

Daun karet berwarna hijau dan terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai

anak daun. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu. Pada satu tangkai bunga

yang terbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Williams
et al, 1980).

Buah tanaman ini beruang tiga dan jarang beruang empat atau enam,

diameter buah 3-5 cm dan terpisah 3,4 dan 6 cocci berkatup dua. Perikap berbatok
dan endocarp berkayu (Sianturi, 1996).

Buah jadi (fruit set) merupakan produk dari keberhasilan pesilangan secara

alami maupun secara buatan. Satu buah karet biasanya mengandung tiga butir biji

tetapi kadang-kadang ada yang empat biji. Biji karet dilindungi oleh epicarp

Universitas Sumatera Utara

18
(lapisan luar) dan endocarp (lapisan dalam). Epicarp berwarna hijau muda

sedangkan endocarp berwarna putih pudar dan apabila buah telah masak fisiologis

epicarp akan berwarna hijau tua dan endocarp akan mengeras dan mengayu. Jika
epicarp kering buah akan pecah dan melepaskan biji (Dijkman, 1951).

Proses pemasakan buah berlangsung selama 5-6 bulan. Musim panen biji

berlangsung pendek, hanya sekitar 1,5 bulan. Sedangkan Daya kecambah biji
sangat

cepat

berkurang,

(Setyamidjadja, 1993).

terutama

bila

penanganannya

kurang

baik

Biji karet memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi bergantung pada

masing-masing klon. Biasanya biji berbentuk bulat lonjong (ellips), panjang 14
mm-25 mm dan berat rata-rata 3,5 gram sampai 6 gram. Bentuk permukaan perut
(ventral) biji agak rata dan punggung (dorsal) agak menonjol. Kulit biji biasanya

keras, berkilat, dan berwarna cokelat atau cokelat ke abu-abuan dengan banyak

batik (mosaik) pada permukaan punggung tetapi sedikit atau tidak ada pada
bagian perut (Webster dan Baulkwill, 1989).

. Biji karet besar, bulat persegi empat, tertekan pada satu atau dua sisinya,

berkilat, berwarna cokelat muda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2-3,5 cm
dan lebar 1,5-3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm (Sianturi, 1996).

Karakteristik Bunga Karet
Tanaman karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous) yang

bersidat unisexual yaitu, pada satu tanaman terdapat bunga betina (femineus) dan
bunga jantan (masculus) yang letaknya terpisah (Dijkman, 1951). Bunga
karet termasuk bunga majemuk tidak terbatas yang berbentuk rangkaian
(inflorecentia) yang tangkai utamanya (pedenculus) bercabang terdiri dari atas

beberapa

malai

(panicula)

yang

berbentuk

(Dijkman, 1951; Darjanto dan Satifah, 1982).

piramida

atau

kerucut

Bunga betina tumbuh diujung tangkai dan cabangnya. Sedangkan bunga

jantan tumbuh disetiap tangkai bunga yang tersusun atas tiga bunga (trifolia).

Kedua bunga ini memiliki tangkai pendek, berbau harum, berwarna kuning untuk

Universitas Sumatera Utara

19
bunga jantan dan kuning kehijauan untuk bunga betina. Ukuran bunga betina 8
mm dan Umumnya lebih besar dari bunga jantan yang ukurannya sekitar 5-6 mm.
Bunga betina terdiri atas dasar bunga, tenda bunga dan bakal buah. Dasar bunga

berwarna hijau, tenda bunga terdiri atas lima helai daun bunga yang saling
berlekatan pada bagian bawah dan terbelah, sedangkan pada bagian ujung
membelah. Bunga jantan terdiri atas tangkai sari (filamen) dan kepala sari

(anther). Kepala sari melekat pada tangkai sari tersusun dalam dua lingkaran yang

masing-masing terdiri atas lima kepala sari (Dijkman, 1951). Seperti yang terlihat
pada Gambar 1.

Sumber dari: http://www.lgm.gov.my/services/upb/microscopy/pollen.htm
Gambar 1. Morfologi bunga betina yang telah matang

Di Indonesia terjadi perbedaan musim pembungaan di pulau Sumatera dan

Jawa. Musim pembungaan pertama di pulau Sumatera bagian utara terjadi pada

bulan Februari-April sedangkan musim bunga kedua terjadi pada bulan AgustusOktober (Woelan dan Azwar, 1996; Siagian, 2006). Musim pembungaan utama di
pulau Jawa dan Sumatera bagian selatan terjadi pada bulan September-Desember
(Dijkman, 1951).

Karakteristik bunga betina pada beberapa klon karet bervariasi antara 5-16

bunga per tangkai dengan rata-rata 11 bunga per tangkai dan 49-130 bunga per
karangan dengan rata-rata 98 bunga per karangan. Ada tiga klon dari tujuh klon
yang digunakan di kebun persilangan mempunyai bunga betina per tangkai di atas

rata-rata yaitu, RRIC 100 (16 bunga), IRR 219 (14 bunga) dan PB 260 (14 bunga)

dan tiga klon per karangan yaitu IRR 219 (196 bunga), IRR 111 (130 bunga), dan
RRIC 100 (112 bunga), (Syarifah dan Woelan, 2007).

Universitas Sumatera Utara

20
Ukuran rata-rata bunga betina adalah 8 mm. Ada tiga klon memiliki

ukuran di atas rata-rata, yaitu IRR 105 (9 mm), IRR 111 (9 mm), dan IRR 118 (9
mm) dengan rata-rata panjang tangkai putik 3,5 mm. Pembuahan dan

pembentukan biji yang terbaik diperoleh apabila bunga memiliki tangkai putik
yang pendek (Darjanto dan Satifah, 1982).

Karakteristik bunga jantan pada beberapa klon karet cukup bervariasi,

yaitu 295-500 bunga per tangkai dengan rata-rata 383,4 per tangkai dan 20652640 bunga per karangan dengan rata-rata 3482,6 bunga per karangan. Ada empat

klon yang memiliki jumlah bunga jantan per tangkai di atas rata-rata, yaitu IRR
220 (500 bunga), IRR 118 (444 bunga), PB 260 (440 bunga), IRR 111 (405
bunga). Ada tiga klon yang memiliki jumlah bunga jantan per karangan di atas

rata-rata yaitu IRR 111 (5265 bunga), IRR 105 (3600 bunga) dan IRR 219 (4200
bunga). Masing-masing bunga jantan dari setiap klon tumbuh di setiap tangkai
utama dan cabang-cabangnya, untuk satu tangkai bunga tersusun atas tiga bunga
jantan (trifolia) yang berwarna kuning (Syarifah dan Woelan, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim
Tanaman karet tumbuh di dataran rendah yang paling ideal adalah pada

ketinggian 0-200 dpl. Pada ketinggian lebih dari 200 m dpl laju pertumbuhan

batang lebih lambat. Karet dapat tumbuh lebih baik pada daerah yang curah

hujannya 2000-4000 mm per tahun dapat juga tumbuh, tapi hujan yang terlalu
banyak atau berlebihan dapat
(Dijkman, 1951).

menyulitkan

penyadapan tanaman

karet

Tnaman karet adalah tanaman tropis, kebanyakan perkebunan karet

diusahakan pada kawasan dengan letak lintang antara 150 LU hingga 100 LS.
Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan hujan tropis

yang disertai dengan suhu panas dan kelembaban tinggi. Sekalipun demikian,
pada Umumnya produksi maksimum lateks dapat tercapai apabila ditanam pada

Universitas Sumatera Utara

21
lokasi

yang

semakin

(Syamsulbahri, 1996).

mendekati

garis

khatulistiwa

(5-60

LU-LS)

Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan

produktivitas tanaman. Di dataran yang kurang air hujan menjadi faktor pembatas

adalah kurang air, sebaliknya di daerah yang terlampau banyak hujan, cahaya
menjadi faktor pembatas (Sianturi, 1996).

Tanaman karet tumbuh baik di daerah yang mempunyai curah hujan 2000-

4000 mm per tahun. Daerah dengan curah hujan sekitar 1500 mm pertahun masih

mungkin ditanam dengan karet, asal curah hujan turun merata sepanjang tahun.

Pada daerah yang mempunyai curah hujan 5000-6000 mm tanaman karet dapat
tumbuh baik, tetapi hari hujan yang terlalu banyak menyulitkan dalam

pelaksanaan penyadapan dan pencucian tanah sangat efektif. Misalnya daerah
Sibolga, hampir setiap hari turun hujan. (Sianturi, 1996).

Jumlah hari hujan yang diperlukan adalah 100-150 hari hujan per tahun.

Jumlah hari hujan yang terlalu banyak akan menyulitkan pengelolaan produksi
perkebunan dan kehilangan produksi banyak terjadi (Sianturi, 1996).

Tanaman karet dapat tumbuh pada suhu di antara 25 0C hingga 35 0C.

Suhu terbaik adalah rata. Suhu sangat erat kaitannya dengan tinggi tempat. Setiap

naik 100 m tinggi tempat dari permukaan laut maka suhu akan turun 0,50. rata-rata

suhu didataran rendah 280, suhu inila yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman

karet. Dengan penurnan suhu 10 menyebabkan tanaman karet lebih lambat disada

3 sampai 6 bulan.

Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah baik pada tanah

vulkanis muda maupun vulkanis tua. Alluvial yang cukup baik bahkan tanah

gambut. Tanah vulkanis Umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik,
terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah. dan drainasenya,

akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik, karena kandungan haranya relatif
rendah. Tanah-tanah alluvial Umumnya cukup besar, tapi sifat fisisnya terutama

Universitas Sumatera Utara

22
aerase dan drainasenya kurang baik, pembuatan saluran drainase akan menolong
perbaikan tanah ini (Setyamidjaja, 1993).

Tanaman karet tumbuh baik di dataran rendah. Idealnya pada ketinggian 0-

200 m dari permukaan laut (dpl). Pada tinggi lebih dari 200 m dpl, laju

pertumbuhan lilit batang lebih lambat. Penyebaran perkebunan karet di Indonesia
paling banyak adalah hingga pada ketinggian 400 m di atas permukaan laut. Pada
ketinggian 400-600 m masih mungkin mengusahakan tanaman karet, lebih dari
600 m tidak dianjurkan untuk membuat perkebunan karet (Sianturi, 1996).

Sebagian-besar perkebunan karet di pulau Jawa terletak pada ketinggian

sekitar 400 m. Dan di luar Jawa, kebanyakan perkebunan besar berada pada
ketinggian 0-400 m di atas permukaan laut (Dijkman, 1951).

Menurut Setyamidjaja (1993) sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman

karet sebagai berkut:
-

Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan.

-

Remah, porus dan dapat menyimpan air

-

Aerasi dan drainase baik

Tekstur terdiri dari atas 35 % liat dan 30 % pasir

Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm

Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak berkurang unsur mikro
pH 4,5-6,5

kemiringan tidak lebih dari 16 %

Peningkatan Produktivitas Melalui Penggunaan Klon Karet Unggul
Klon unggul adalah klon atau kultivar terbaik yang dianjurkan memiliki

produksi tinggi dan sifat sekunder yang lebih baik. Namun keungulan klon karet

terbukti sering tidak berlaku Umum pada semua lokasi atau lingkungan. karakter
produksi dipengaruhi oleh sifat genetik dan juga oleh adanya interaksi lingkungan
(Sumarmadji, dkk, 2005).

Universitas Sumatera Utara

23
Pemanfaatan klon unggul sebagai komponen teknologi, memberikan

proporsi yang besar dalam upaya meningkatkan efisiensi melalui peningkatan

produktifitas kebun. Dengan penanaman berbagai klon unggul rata-rata
produktifitas kebun dapat mencapai 1400-2000 kg/ha/th dibanding tanaman asal

biji (semaian) yang hanya 400-500 kg/ha/th. Kendala yang dihadapi bahwa
optimasi potensi produksi klon dipertanaman komersial dapat sangat bervariasi.

Hal ini disebabkan produksi klon unggul per satuan luas sangat tergantung kepada

faktor lingkungan yaitu lingkungan fisik, biologi maupun manajemen kebun. Oleh
karena itu penanaman klon yang sesuai dengan lingkungan tumbuhnya serta

dengan manajemen yang tepat, akan menghasilkan produktifitas yang optimal
(Aidi-Daslin, dkk, 1995).

Paradigma baru yang telah disepakati bersama dalam pembangunan kebun

karet ialah menanam karet tidak hanya untuk menghasilkan lateks, tetapi juga

untuk menghasilkan kayu karet. Tujuannya ialah untuk meningkatkan
produktivitas lahan, meningkatkan pendapatan, dan pada gilirannya meningkatkan
Daya saing. Untuk mengoptimalkan hasil lateks dan kayu karet, aspek teknik

budiDaya perlu ditinjau kembali antara lain sistem tanam/populasi per hektar dan
jenis klon. Volume kayu karet yang diperoleh pada saat peremajaan, dengan

populasi awal ± 500 Ph/ha adalah 180-200 m3/ha. Tanpa mengurangi hasil lateks,

volume kayu masih dapat ditingkatkan sampai menjadi ± 350 m3/ha dengan

pengaturan sistem tanam, mempertinggi populasi awal, dan dengan menggunakan
klon anjuran lateks kayu (Siagian dan Daslin, 2003).

Selama tiga generasi pemuliaan karet (1910-1985) telah dihasilkan

sejumlah klon unggul yang memiliki potensi karet kering dari mulai rata-rata 500
kg/ha/th menjadi 2500 kg/ha/ th. Pada saat ini, paradigma berkebun karet telah

berubali dari menghasilkan lateks menjadi meng-hasilkan lateks-kayu, karena
kayu karet telah memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pangsa pasar yang luas.

Karena itu sasaran program pemuliaan pada generasi keempat (1985-2002) yang

sedang berjalan sampai saat ini, selain bertujuan untuk menghasilkan klon-klon
unggul sebagai penghasil lateks juga lateks-kayu (Daslin dan Lasminingsih,
2001).

Universitas Sumatera Utara

24
Klon IRR 5, IRR 21, IRR 32, IRR 39, IRR 42 dan IRR 118 merupakan

klon karet unggul terbaru seri IRR sebagai penghasil lateks dan kayu untuk
anjuran penanaman komersial. Klon-klon tersebut di atas memiliki pertumbuhan

awal yang cepat, sehingga dengan tingkat rata-rata pertumbuhan yang normal
dapat disadap pada umur kurang dari 5 tahun (Siagian dan Daslin, 2003).

Klon penghasil lateks dikategorikan sebagai klon penghasil awal cepat

(quick starter) dengan pola produksi lanjutan meninggi dan laju pertumbuhan

batang rendah, baik pada masa TBM maupun TM. Klon tipe ini Umumnya kurang
respons terhadap stimulan dan biasanya agak rentan terhadap kepatahan batang

(Azwar dan Suhendry, 1998). Klon penghasil lateks-kayu dikategorikan sebagai
klon penghasil awal yang moderat dengan pola produksi lanjutan mendatar atau

meninggi, dan dengan pertumbuhan yang sedang, tipe klon ini memiliki produksi
kayu yang tidak terlalu tinggi pada saat peremajaan. Klon penghasil kayu

memiliki ciri produksi awal yang rendah (slow starter) dengan pola produksi
lanjutan rendah sampai sedang, tetapi klon tipe ini memiliki laju pertumbuhan

yang cepat baik pada masa TM sehingga volume kayu yang dihasilkan pada saat
peremajaan cukup tinggi (Daslin, 2005).

Perbaikan Karakteristik Tanaman Karet Melalui Metode
Buatan.

Persilangan

Tanaman karet sebagai komoditi yang penting dalam perindustrian karet.

Sehingga dibutuhkan tanaman yang memiliki karakteristik unggul untuk
meningkatkan produksi karet, baik itu produksi lateks ataupun kayunya. Salah
satu metode untuk memperbaiki karakteristik tanaman karet adalah dengan

melakukan persilangan antara klon terpilih. Diharapkan terjadi kombinasi genetik
yang unggul diantara tetua persilangan.

Kegiatan pemuliaan dan seleksi karet di Indonesia diawali oleh Cramer

pada tahun 1910 dengan cara seleksi massa yaitu memilih biji-biji dari pohonpohon induk yang berproduksi tinggi untuk dikembangkan sebagai bahan
tanaman. Biji dari hasil seleksi masa yang pertama tahun 1917, ditanam secara

komersial berupa tanaman semaian terpilih (selected seedling). Penggunaan

Universitas Sumatera Utara

25
semaian terpilih terbukti dapat meningkatkan produksi karet kering sebesar 40%,

dari rata-rata 496 kg/ha/thn untuk semaian tidak terpilih menjadi rata-rata 704
kg/ha/thn dengan bahan semaian terpilih (Dijkman, 1951).

Persilangan buatan merupakan salah satu cara untuk memperbaiki

karakteristik tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) yang paling efisien

dan relatif murah. Pada tahun 2005 persilangan dilakukan pada pohon yang

diperpendek, umur 3,5 tahun hasil renovasi pohon induk klon G-1 sampai G-4
untuk perolehan klon unggul baru penghasil lateks maupun lateks-kayu
(Woelan, 2005).

Sumber genetik terbaik dari material Wickham yang memiliki potensi

produksi tinggi dan sifat sekunder yang baik dipilih sebagai tetua dalam program

persilangan buatan sejak tahun 1985. tetua-tetua yang dipilih untuk persilangan

buatan sebagian besar berasal dari klon-klon sekunder dan tersier seperti BPM seri
100, PB seri 200, RRIC seri 100, seri F, FX dan IAN. Mulai tahun 1992 material
dari ekspedisi IRRDB 1981 yang memiliki pertumbuhan jagur dan ciri sekunder
yang bagus dipilih sebagai tetua (Daslin, 2005).

Persilangan buatan dilakukan terhadap satu persatu bunga betina yang

telah siap menerima tepung sari (pollen). Penyatuan dua jenis sel generatif

tersebut didasarkan pada program yang telah ditentukan sebelumnya. Zygote yang

terbentuk dari hasil peleburan dua inti sel generatif akan mengalami pembelahan

miosis untuk menjadi suatu individu (genotipe). Buah tanaman karet mengandung

tiga biji, yang masing-masing merupakan individu yang berbeda satu dengan yang

lainnya. Karena masing-masing sel telur dibuahi oleh satu sel sperma yang
berbeda (Woelan, 1998).

Pembentukan bahan seleksi untuk memperoleh klon unggul baru

dilakukan dengan metode persilangan buatan. Persilangan buatan dilakukan
terhadap satu persatu bunga betina yang telah siap menerima tepung sari (pollen).

Penyatuan dua jenis sel generatif tersebut didasarkan pada program yang telah
ditentukan sebelumnya (Woelan, dkk, 1998).

Universitas Sumatera Utara

26
Persentase Buah Jadi (Fruit Set) Pada Tanaman Karet
Rendahnya persentase buah jadi (fruit set) pada tanaman karet merupakan

masalah utama dalam perakitan genotipe unggul karet. Akibatnya hanya sedikit
sekali materi yang akan digunakan sebagai dapat bahan genotipe unggul.

Rata-rata persentase buah jadi yang dihasilkan dari persilangan tahun 2005

adalah sebesar 3,7 % dan persentase biji yang dihasilkan mencapai 11,1 %
sedangkan tanaman F1 yang di hasilkan hanya mencapai sekitar 22,5 %. Bunga
yang dapat dihasilkan setiap bulan sangat bervariasi sehingga juga akan

mempengaruhi hasil buah jadinya. Rendahnya rata-rata persentase buah jadi yang
dihasilkan disebabkan adanya inkompatibilitas diantara tetua persilangan

(Woelan, 2006). Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi

kualitas bunga dan proses pembuahan, diantaranya adalah faktor genetis dan
lingkungan.

Faktor

genetik

dapat

dilihat

dari

adanya

kompatibilitas

dan

inkompatibilitas di antara tetua jantan dan tetua betina yang digunakan. Hal ini di

karenakan oleh: (1) serbuk sari jatuh ke kepala putik, tetapi tidak berkecambah,

(2) serbuk sari berkecambah tetapi tabung serbuk sari tidak memanjang pada
tangkai putik, (3) serbuk sari tumbuh normal tetapi tidak terjadi fertilisasi (4)

serbuk sari tumbuh normal dan terjadi fertilisasi, tetapi embrio tidak berkembang
(Woelan, dkk, 1998; Darjanto dan Satifah, 1982).

Serbuk sari (pollen) merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

pada persilangan buatan. Kegagalan penyerbukan yang paling utama diakibatkan

oleh jumlah dan viabilitas dari serbuk sari yang jatuh pada bunga betina (putik).

Keberhasilan penyerbukan akan terjadi bila viabilitas serbuk sari mencapai diatas
50%. Dan kebutuhan maksimum serbuk sari untuk dapat membuahi satu bunga

betina adalah 2000 serbuk sari. Pada bunga jantan tanaman kaet menempel 10

kepala sari (anther) pada setiap tangkai sari berisi 150-200 butir serbuk sari

(Harihar dan Yeang, 1984).

Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan dan kelembaban. Hujan

yang turun terus menerus akan mengakibatkan gangguan penyakit terutama
penyakit daun Oidium (Darjanto dan Satifah, 1982).

Universitas Sumatera Utara

27
Faktor fisiologi terutama berpengaruh terhadap perkembangan buah it

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

7 52 92

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53