15
E. Landasan Teori
1. Nyeri
Rasa nyeri dapat disebabkan oleh adanya pengaruh kimiawi ataupun mekanis, dan dapat mengakibatkan adanya kerusakan pada
jaringan serta melepas zat mediator nyeri. Fungsi dari nyeri itu sendiri ialah memberi sinyal tentang gangguan-gangguan tubuh yang mungkin
terjadi seperti peradangan, infeksi kuman, dan kejang otot. Nyeri yang berasal dari otot, tulang, sendi, dan organ dalam yang berlangsung selama
kurang dari 6 bulan dapat digolongkan dalam Nyeri akut atau disebut juga nosiseptif. Nosiseptif dipicu oleh adanya nosiseptor. Nosiseptor
merupakan terjadinya proses rangsang pada ujung syaraf bebas, proses ini menjadi tahap awal dimana rasa nyeri akan mulai ditimbulkan Sukandar
et al., 2008. Nyeri berawal dari adanya fosfolipid yang telah berubah menjadi
asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini merupakan substrat bagi enzim postaglandin endoperoxide syntase. Endoperoxidase ini dapat diubah
menjadi berbagai macam postaglandin dan tromboxan. Sekarang ini dikenal dua nama iso-enzim yaitu COX-1 dan COX-2 Lelo, 2004.
Mediator nyeri dilepaskan dari jaringan yang rusak. Mediator nyeri ini dapat merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas
baik di kulit, selaput lendir, dan jaringan lain. Rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke sistem syaraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke
thalamusopticus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri Anief, 1996.
2. Analgetik
Analgetik dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif dan meningkatkan nilai ambang presepsi rasa sakit, sehingga rasa nyeri dapat
dikurangi tanpa mempengaruhi kesadaran Siswandono Soekarjo, 2000.
16
Betasianin dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen
reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan Rauen dan
Groot, 2009. Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat
menekan dan menurunkan sintesis postaglandin dan vasodilatasi, sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun Reynertson, 2007.
Analgetik dapat digolongkan menjadi dua yaitu, analgetik opioid dan analgetik non-opioid. Analgetik opioid memiliki efek seperti opium yang
biasanya digunakan untuk nyeri berat dan sedang, namun ditakutkan memberikan efek adiktif. Analgetik non-opioid yaitu analgetik yang tidak
memiliki efek seperti opium sehingga tidak menyebabkan adikif Gunawan et al, 2008. Contoh analgetik opioid adalah morfin, sedangkan untuk
analgetik non-opioid adalah NSAID, asetaminofen, dan tramadol. Pengembangan obat analgetik berdasar pada jenis nyeri ringan, sedang, atau
berat dan keadaan nyeri baik akut ataupun kronis Division of Dockets Management, 2014. Sediaan AINS dapat menghambat sintesis dari mediator
nyeri postaglandin melalui hambatan aktifitas COX. Untuk pengobatan fase akut dapat diberikan parasetamol, relaksan otot, NSAID, opiat. Untuk
pengobatan fase kronik dapat diberikan pilihan analgetik dan relaksan otot Eko, 2013.
3. Asetaminofen