Konstruksi pemberitaan Ramadhan 2016 di media online: framing pemberitaan kompas.com dan republika.co.id periode 12-16 Juni 2016.

(1)

KONSTRUKSI PEMBERITAAN RAMADHAN 2016 DI MEDIA ONLINE (Framing Pemberitaan Kompas.com dan Republika.co.id

Periode 12-16 Juni 2016) SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Ismatul Maula

B31213028

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

ISMATUL MAULA, NIM. B31213028, 2017. Konstruksi Pemberitaan

Ramadhan 2016 di Media Online (Framing Pemberitaan Kompas.com dan Republika.co.id Periode 12-16 Juni 2016)

Kata kunci: Konstruksi, Pemberitaan, Ramadhan, Media Online

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana konstruksi pemberitaan Ramadhan 2016 di media online Kompas.com dan Republika.co.id periode 12-16 Juni 2016. Adapun tujuannya adalah peneliti ingin mengetahui konstruksi pemberitaan Ramadhan 2016 di media online Kompas.com dan Republika.co.id periode 12-16 Juni 2016.

Untuk mengidentifikasi masalah tersebut secara menyeluruh, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti kemudian melakukan observasi dan dokumentasi dalam penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan framing model Zhongpan Pan dan Gerald M. Kosicki dengan mengklarifikasi simbol-simbol dalam kalimat berita.

Adapun konstruksi yang dilakukan oleh Kompas.com dan Republika.co.id terkait pemberitaan Ramadhan 2016 adalah secara sintaks Kompas.com mempunyai pandangan pemberitaan yang tendensius akan nilai toleransi dan menginginkan adanya pemisahan urusan pemerintahan dengan agama sehingga keberadaan perda syariah ini dianggap tidak tepat diterapkan di Serang. Sedangkan Republika.co.id berpandangan bahwa nilai islam bisa disinergikan dengan peraturan pemerintah dan perda ini merupakan aspirasi masyarakat lokal, sehingga keberadaan perda syariah perlu dilestarikan. Secara script, Kompas.com memberikan penekanan pada aspek human interest melalui eksploitasi keprihatinan terhadap nasib Ibu Saeni. Sedangkan Republika.co.id berusaha menjelaskan pentingnya perda syariah dan pelaksanaan perda sdah sesuai prosedur yang ada. Secara tematik, Kompas.com menyajikan berita yang lebih menyerang perda yang mengrah ke segala bentuk perda yang berbau syariah. Sedangkan Republika.co.id menyajikan berita yang mengedepankan misi islam dan penggalian fakta untuk menjaga sikap objektifitas dalam berita. Secara retoris, Kompas.com hanya menggambarkan kasus hanya dari satu sudut pandang saja, sehingga materi yang disajikan cenderung proaktif. Sedangkan Republika.co.id memberikan penjabaran berita sesuai fakta yang terjadi di lapangan, sehingga tetap menjaga objektivitas dengan nilai-nilai islam.

Rekomendasi dan saran kepada peneliti selanjutnya agar penelitian mengenai analisis framing dan penggunaan teori konstruksi sosial ini mampu menjadi acuan dan mampu mengembangkan penelitian ini, tidak hanya pada tataran Komodifikasi, melainkan menggunakan Spasialisasi dan Strukturasi.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Konseptualisasi... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Konstruksi Sosial Media Massa ... 14

B. Pemberitaan dan Media Massa ... 21

C. Media Online ... 36

D. Kebijakan Redaksional ... 39

E. Penelitian Dahulu yang Relevan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 48

B. Analisis Framing ... 50

C. Unit Analisa... 59


(8)

E. Teknik Analisis Data ... 62 BAB IV ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN KOMPAS DAN

REPUBLIKA

A. Posisi Kompas dan Republika dalam Wacana Media

Online ... 64 B. Berita Ramadhan Kompas.com dan Republika.co.id ... 82 C. Framing Pemberitaan Ramadhan Kompas.com dan

Republika.co.id... 86 D. Elaborasi ... 121 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 128 B. Saran-saran ... 129 DAFTAR PUSTAKA ... 130 LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Lampiran 1 ... 133 B. Lampiran 2 ... 137


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penyajian data berita Kompas.com ... 82

Tabel 2 : Penyajian data berita Republika.co.id ... 84

Tabel 3 : Framing Berita 1 Kompas.com ... 87

Tabel 4 : Framing Berita 2 Kompas.com ... 93

Tabel 5 : Framing Berita 1 Republika.co.id ... 101


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Proses Konstruksi Sosial Media Massa ... 17

Gambar 2 : Kerangka Framing Model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki ... 54

Gambar 3 : Group of Digital Management Team Kompas ... 70

Gambar 4 : Logo Kompas ... 73

Hambar 5 : Jenis Kelamin Pembaca ROL... 79

Gambar 6 : Tingkat UsiaPembaca ROL... 79

Gambar 7 : Tingkat PendidikanPembaca ROL ... 80

Gambar 8 : Purchase Decisious Grocery and Consumable Pembaca ROL ... 80


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era reformasi, media di Indonesia seolah memiliki peran sebagai pengatur skenario dasar berjalannya proses demokrasi, oleh karena media berfungsi sebagai jalan penghubung antara rakyat dan pemerintahnya, dan juga media sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat akan informasi yang selalu baru (actual) setiap waktunya. Seiring dengan kebebasan menyatakan pikiran dan pendapat dengan tanpa ada tekanan (intervensi), termasuk pula hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia paling hakiki, dalam rangka menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.1

Dalam kamus besar bahasa Indonseia diuraikan bahwa media masa sebagai sarana dalam penyebaran informasi kepada khalayak ramai, adapun menurut Jalaludin Rahmat memaparkan bahwa media massa adalah media yang digunakan untuk menyalurkan komunikasi seperti, televisi, radio, pers, ilmu, dan sebagainnya. Dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi berjarak kepada khalayak dalam waktu singkat.2

Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pemikiran masyarakat.

1Wahyu Wibowo. Menuju Jurnalisme Beretika. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2009). Hlm.1

2 Dennis McQuail’s, Mass Communication Theory,4th Edition, diterjemahkan oleh Agus


(12)

2

Media komunikasi memiliki keperkasaan dalam mempengaruhi masyarakat, teristimewa pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa.3

Pemberitaan dalam satu hari yang sama, terkadang dengan peristiwa yang sama, media ada yang menganggap penting dengan meletakkan beritanya di halaman inti (headline) dan dijadikan topik utama sebagai bentuk penekanan, ada juga media yang hanya menaruhnya di halaman tengah, karena ada isu lain yang harus dimunculkan. ada peristiwa yang ditulis dengan angle (sudut pandang) berita yang berbeda dengan tujuan menghasilkan makna berita berbeda, dengan cara wawancara dan orang yang berbeda, dengan titik perhatian yang berbeda. Semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subyektifnya media. Mengetengahkan perbedaan semacam ini, tentu bukan menekankan bias atau distorsi dari pemberitaan media. Ini dipaparkan untuk memberikan ilustrasi bagaimana berita yang kita baca tiap hari telah melalui proses konstruksi.4

Kehadiran media online yang menjadi media “generasi ketiga” menjadi tren baru bagi dunia jurnalistik. Media online merupakan produk jurnalistik

online yang didefinisikan sebagai pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet.

Saat ini, banyak media konvensional yang menggunakan portal berita online sebagai salah satu produk jurnalistiknya. Pemilihan portal berita online ini dinilai memiliki pangsa yang besar dan memiliki keunggulan yang efektif dalam menampilkan berita, salah satunya yaitu kecepatannya dalam mendistribusikan informasi, tanpa harus menunggu lama dan bisa dilakukan dalam hitungan waktu

3 Effendy, Onong Ucahyana.ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti. 2003). Hlm. 407

4 Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKis. 2004).


(13)

3

yang relatif singkat. Namun, karena tuntutan pembaruan informasi secara cepat, wartawan media online seringkali mengabaikan kaidah-kaidah penulisan dalam pemberitaannya.

Harian Republika dan Harian Kompas merupakan dua media cetak yang telah lama memanfaatkan situs web untuk memperluas penyebaran beritanya. Pada bulan Agustus 2014, Kompas.com dan Republika Online masuk ke dalam top 50 situs yang paling sering dikunjungi pengguna internet di Indonesia. Baik portal berita Republika Online maupun portal berita Kompas.com, sudah tentu memiliki ideologi yang berbeda pula. Sebagai media online yang diakses oleh banyak orang, kedua media ini tentunya memiliki nilai efektivitas yang tinggi jika digunakan untuk menggiring opini publik oleh sebagian kalangan tertentu.

Ideologi tertentu yang ditampilkan media, dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap bagaimana berita atau realita itu dikonstruksikan sesuai dengan yang diinginkan oleh suatu kelompok yang memiliki kepentingan tertentu. Media dapat dikendalikan atau dikelola secara monopolistik untuk dijadikan sebagai alat utama yang efektif mengorganisasi massa. Organisasi media ataupun kepentingan dari kelompok yang berpengaruh terhadap pemberitaan bisa memengaruhi objektivitas pemberitaan.

Dalam prosesnya, media memilih fakta mana yang akan ditampilkan dan yang akan dihilangkan. Media juga dapat memilih semua fakta yang terkait, namun media bisa lebih menonjolkan suatu fakta dan mengaburkan fakta lainnya. Dengan demikian, media massa mampu menggiring kognisi masyarakat agar menginterpretasikan sebuah peristiwa sesuai dengan yang diinginkan media tersebut.


(14)

4

Perbedaan dalam menginterpretasikan berita seperti ini yang kemudian disebut dengan pembingkaian atau framing. Framing seperti yang dijelaskan Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak. Framing

merupakan strategi media massa dalam membentuk realitas baru atas sebuah peristiwa. Framing acap kali diterapkan untuk melakukan komunikasi politik.

Bulan Ramadhan sebagaimana yang telah dinyatakan Rasulullah adalah bulan yang agung dan penuh berkah yang terkait erat dengan keutamaan amal dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.5 Menurut para ulama, Ramadhan adalah bulan istimewa bagi umat Islam, sehingga sudah merupakan bagian dari budaya masyarakat dalam mendampingi ibadahnya, terutama ibadah puasa. Allah Ta'ala berfirman:

Artinya: (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda

5 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia. Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam. (). 2003.


(15)

5

(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.6

Pada Ramadhan 2016 terjadi peristiwa yang cukup mendapatkan perhatian masyarakat, yaitu razia warung makan di Serang oleh SATPOL PP terhadap pemilik warung makan yang buka pada siang hari. Peristiwa ini terjadi berawal dari amanah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat, yang salah satu pasalnya yaitu setiap orang dilarang merokok, makan, minum di tempat umum atau tempat yang dilintasi oleh umum pada siang hari di bulan Ramadhan. Berdasarkan perda tersebut, pemilik restoran, kafe, rumah makan, warung nasi, dan pedagang makanan atau minuman dilarang melakukan kegiatan di atas pada bulan Ramadhan 1437 H, sejak pukul 04.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.

Khusus untuk pemilik kafe dan sejenisnya yang menyediakan sarana hiburan diwajibkan tutup mulai awal Ramadhan 1437 H hingga akhir Ramadhan 1437 H. Berdasarkan amanah perda yang dianggap publik bertentangan dengan


(16)

6

nilai-nilai toleransi tersebut pemerintah kota Serang melalui SATPOLPP (Satuan Polisi Pamong Praja) melakukan razia warung makan atau warung nasi yang tetap buka atau melaksanakan aktivitasnya pada waktu yang menyalahi aturan perda Nomor 2 Tahun 2010. Sehingga pada akhirnya Ibu Saeni salah satu pemilik warung makan di kota Serang yang masih melaksanakan aktivitasnya sebagai pemilik warung nasi di bulan Ramadhan terkena razia SATPOLPP pada hari Rabu 8 Juni 2016. Seluruh dagangan masakan warung makannya disita pihak SATPOLPP kota Serang dan meninggalkan luka yang cukup mendalam bagi Ibu Saeni, ia menangis meratapi masakan miliknya sebagai alat usahanya harus rela disita aparat SATPOLPP Pemkot Serang Banten. Pada hari itu Ibu Saeni menderita kerugian kurang lebih sekitar Rp. 600.000, bukan untung yang diperoleh tetapi rugi yang didapatkan.

Peristiwa tersebut menyedot banyak perhatian publik termasuk media. Media banyak memberitakan peristiwa tersebut dari berbagai versi dan berakhir pada polemik yang timbul di masyarakat. Polemik yang terjadi ditimbulkan oleh kesan pemaksaan yang dilakukan oleh SATPOLPP Kota Serang pada saat razia terhadap pemilik warung makan dalam menyita barang dagangannya. Sikap tersebut dianggap sangat melanggar nilai-nilai toleransi, tidak manusiawi dan lebih parah dianggap sebuah tindakan kekerasan yang berimplikasi pada kesucian bulan ramadhan serta dianggap mencederai kekhusuk’an bulan yang penuh berkah ini.

Polemik dari peristiwa ini kemudian memunculkan spekulasi terkait keberadaan perda tersebut yang termasuk dalam kategori perda syariah. Beberapa pihak disinyalir memanfaatkan peristiwa ini untuk mendorong wacana


(17)

7

penghapusan keberadaan perda syariah yang selama ini berlaku di beberapa daerah di Indonesia. Padahal keberadaan perda seperti ini merupakan bentuk aspirasi masyarakat setempat yang termasuk bagian dari kearifan lokal. Akibatnya banyak tokoh dan lembaga yang berdebat terkait perda syariah ini.

Kompas Online merupakan salah satu media yang berada dibawah naungan Kompas Gramedia Group yang didirikan oleh jurnalis Katolik Jawa dan keturunan Cina. Alasan memilih media Kompas.com karena dalam hal pemberitaan mengenai islam, Kompas memiliki riwayat yang panjang anti kepada Islam. Catatan faktual dimulai sejak tahun 1990 saat peristiwa penghinaan tabloid Monitor—terbitan kelompok Kompas—terhadap Nabi Muhammad Saw yang membawa Arswendo Atmowiloto masuk bui. Kasus Monitor yang membuka karakter asli Kompas, yakni membenci kepada Islam dengan menghina Nabi Muhammad Saw, sebenarnya tidak cukup sekadar memenjarakan Arswendo. Sejak saat itu, kompas mulai berani melancarkan pemberitaan yang menyudutkan islam.7

Dan Republika Online adalah salah satu portal media online terbesar Indonesia bentukan republika, yang hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah Harian Republika terbit. Didukung dengan tagline ‘Jendela Umat’,

Republika Online (ROL) memang menyajikan berita-berita untuk komunitas muslim agar memiliki pegangan kebenaran seputar berita keislaman dan umum. Namun pada pemberitaan tentang islam dalam kaitannya penyambutan dan kemeriahan ramadhan, ternyata ROL lebih bisa mengontrol pemberitaannya.

7 Dikutip dari www.suara-islam.com dengan artikel yang berjudul riwayat Kompas Anti Islam


(18)

8

Alasan pemilihan periode ini lantaran pada periode ini pemberitaan seputar razia warung makan menjadi berita populer yang banyak diberitakan. Dan peristiwa ini, agaknya mengganggu moment penyambutan Ramadhan yang meriah ini.

Perbedaan ideologi antara Republika Online dan Kompas.com menyebabkan perbedaan yang siginifikan atas intensitas pemberitaan razia warung makan ini, Kompas Online sebagai media yang berpandangan sekuler terlihat lebih gencar dalam memberitakan peristiwa ini. Terhitung sejak tanggal 12-16 Juni 2016, Kompas.com menerbitkan 61 berita, sedangkan Republika.co.id hanya menerbitkan 36 berita saja.

Meskipun demikian, berita yang terkait razia warung makan ini, baik Kompas.com maupun Republika.co.id memiliki porsi penyajian informasi yang sama. Perbedaan kecenderungan framing antara kedua media bisa langsung ditemukan di awal peliputan kasus razia warung makan ini.

Tingginya jumlah pengakses portal berita Republika Online dan Kompas.com di Indonesia, kontroversi peristiwa razia warung makan oleh Satpol PP Kota Serang, serta perbedaan kecenderungan framing antara kedua media dalam memberitakan peristiwa razia warung makan oleh Satpol PP Kota Serang, membuat peneliti tertarik ingin meneliti bagaimana cara pandang serta pembingkaian dari kedua media online besar di Indonesia yaitu Kompas.com dan Republika.co.id tentang peristiwa razia warung makan oleh Satpol PP Kota Serang yang terjadi pada Ramadhan tahun 2016 dalam karya skripsi.


(19)

9

Peneliti akan mencoba memposisikan diri sebagai analis media dengan menggunakan alat analisis framing untuk bisa mengetahui bingkai pemberitaan yang dikeluarkan oleh media online Kompas.com dan Republika.co.id

B. Rumusan Masalah

Uraian sebelumnya adalah upaya untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah yang akan diteliti. Maka peneliti memberikan batas periode untuk pemberitaan yang diambil yakni pada tanggal 12-16 Juni 2016. Sedangkan fokus masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:

Bagaimana konstruksi pemberitaan tentang Ramadan 2016 di media online Kompas.com dan Republika.co.id?

C. Tujuan Masalah

Sesuai dengan fokus penelitian yang diangkat dalam tema ini, maka penulis melakukan penelitian dengan tujuan:

Mengetahui konstruksi pemberitaan tentang Ramadan 2016 di media online kompas.co dan republika.co.id periode 12-16 Juni 2016

D. Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah kreatifitas akademis, maka penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi penulis secara pribadi maupun bagi masyarakat pada umumnya. Adapun manfaat yang diharapkan antara lain:

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Bagi Pembaca, diharapkan melalui penelitian ini secara teori maupun lapangan dapat memberikan wawasan dan dapat mengembangkan diri serta meningkatkan profesinalitas pembaca di bidang ilmu komunikasi penyiaran islam.


(20)

10

b. Bagi peneliti, dari penelitian ini dapat memberikan tambahan keilmuan tentang konstruksi berita serta pesan yang ingin disampaikan media tersebut.

c. Dengan penelitian ini diharapkan Bentuk kontribusi dari penulis dalam bidang keilmuan dan kepustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta bagi masyarakat pada umumnya.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini nantinya bisa dijadikan pengalaman pribadi penulis sendiri juga para pembaca.

b. Bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya khususnya Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, penelitian ini bisa dijadikan tambahan literature untuk pembinaan dan pengembangan Prodi.

E. Konseptualisasi

Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan).8 Menurut Koentjaningrat konsep merupakan dasar pokok dari suatu konsep sebenarnya. definisi singkat dari sebuah fakta atau gejala yang ada.9 Untuk mendapatkan pemahaman khusus dan menghindari kesalah pahaman dalam menarik suatu makna dan persepsi setelah membaca judul yang telah disajikan,

8 Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 4.

9 Koentjaninfrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


(21)

11

maka disini penulis akan menjelaskan definisi konsep sesuai dengan judul yang diangkat.

Dari judul ini, maka yang menjadi bahan kajian dan perlu mendapatkan penjelasan yakni:

1. Konstruksi Pemberitaan Ramadhan 2016

Dalam kamus ilmiah populer, konstruk merupakan konsepsi, bentuk susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun, melukis, dan memasang. Dan yang dimaksud konstruk sendiri merupakan pembuatan, rancang bangunan, penyusunan, pembangunan (bangunan), susunan bangunan.10 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konstruksi diartikan sebagai susunan (moel, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata dalam kelompok kata.11

Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil) bagi manusia. Selain itu, ramadhan merupakan bulan yang istimewa bagi umat islam, karena bulan ini penuh ampunan dan berkah, bulan dibukanya pintu-pintu surga dan turunnya malam lailatul qodar.

Jadi yang dimaksud dengan konstruksi pemberitaan Ramadhan 2016 adalah bentuk susunan suatu berita mengenai ramadhan yang terjadi di tahun 2016.

10 Pius A. Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), Hlm.

365

11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,


(22)

12

2. Media Online

Media online (online media) –disebut juga cybermedia (media siber),

internet media (media internet), dan new media (media baru)-dapat diartikan sebagai media yangtersaji secara onlinedi situs web (website) internet.12 Secara teknis atau “fisik”, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web termasuk blog dan media sosial seperti facebook dan twitter), radio online, TV online, email.13

Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media online adalah segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara.

F. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan. Ada enam hal pokok yang perlu dikemukakan dalam bab ini yaitu (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian (e) definisi konseptual, dan (f) sistematika pembahasan. Hal-hal tersebut pada dasarnya sama dengan isi bagian pendahuluan skripsi hasil penelitian kuantitatif dan kualitatif.14

Bab II Kajian Kepustakaan, kajian teori analisis tekstual, dan kajian penelitian yang relevan.15 Bab ini terdiri atas sub bab kajian teoritis subtansial,pembahasannya diantaranya adalah (1) Konstruksi Sosial di Media

12 Asep Syamsul. M.Romli. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online (Dilengkapi Kiat Blogger, Teknik SEO dan Tips Media Sosial). (Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia. 2012). Hlm. 30

13Ibid. Hlm. 31

14 Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Buku “Panduan Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam” (Surabaya: Fakultas Dakwah, 2011), hlm. 37


(23)

13

Massa (2) Media Massa dan Pemberitaan (3) Media Online (4) Kebijakan Redaksional (5) Penelitian Terdahulu yang Relevan

Bab III Metode Penelitian. Bab III berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, metode penelitian yang dipakai oleh peneliti. Dan pada bab III ini akan membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, tahapan penelitian, dan teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian.16 Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis framing yang dikemukakan oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Bab IV Analisis Framing Pemberitaan Kompas dan Republika. Pada bab ini akan diulas sejarah keberadaan Kompas.com dan Republika.co.id, kemudian akan disajikan berita-berita yang berasal dari media Kompas.com dan Republika.co.id yang telah dipilih. Lalu kemudian akan dianalisis menggunakan metode analisis framing. Kemudian hasil temuan framing akan diuji dengan teori yang ada.

Bab V Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan atau jumlahnya. Bagian rekomendasi mengemukakan beberapa anjuran bagi kemungkinan dilaksanakannya penelitian lanjutan berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan.

16Ibid, hlm. 38


(24)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Konstruksi Sosial Media Massa

Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, melalui bukunya The Social Construction of Reality: A Treatise in the Socialogical of Knowledge, yang dikutip oleh Alex Sobur.

Dalam buku tersebut mereka menggambarkan “proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif”.1

Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckmann yang dikutip Burhan Bungin dalam bukunya Imaji Media Massa ini terdiri dari:

1) “Realitas objektif

Realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia ojektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan

2) Realitas Simbolik

Merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif dalam berbagai bentuk.

3) Realitas subjektif

1 Alex Sobur, Analisis Teks Media: suatu pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Hlm.


(25)

15

Adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi”.2

Berger dan Luckmann menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka mengartikan “realitas sebagai kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung pada kehendak kita sendiri. Sementara, pengetahuan diartikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik secara spesifik”.3

Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara objektif, namun pada kenyataannya semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subjektif yang sama. “Pada tingkatan generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolik yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupan”.4

Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivitasi, dan internalisasi. Konstruksi

2 Burhan Bungin, Imaji Media Massa : Konstruksi dan Makna Realitas Social Iklan TV dalam

Masyarakat Kapitalistik. (Yogyakarta: Jendela. 2001) Hlm. 13.

3 Alex sobur, Op Cit., hlm. 91. 4 Alex Sobur, Loc Cit.


(26)

16

sosial dalam pandangan mereka, tidak berlangsung dalam ruanghampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.

Jadi sebenarnya yang dimaksud oleh Berger dan Luckmann adalah telah terjadinya dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Dialektika ini terjadi melalui tiga tahap peristiwa : 5

a. Eksternalisasi

Usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ditempat ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia, dengan kata lain, manusia menemukan dunianya sendiri dalam suatu dunia.

b. Objektivitas

Hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut.

c. Internalisasi

Berlangsung didalam kehidupan masyarakat secara simultan dengan cara membentuk pengetahuan masyarakat”.

Menurut Debra H Yatim yang dikutip Idi Subandy-Hanif Suranto dalam Wanita dan Media mengatakan “bahwa isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya.


(27)

17

Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasi realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut”.6

Disatu pihak, betul media menjadi cerminan bagi keadaan di sekelilingnya. Namun dilain pihak, ia juga membentuk realitas sosial itu sendiri. Lewat sikapnya yang selektif dalam memilih hal-hal yang ingin diungkapkannya dan juga lewat caranya menyajikan hal-hal tersebut, media memberi interpretasi, bukan membentuk realitasnya sendiri.7

Gambar 1

Proses Konstruksi Sosial Media Massa8

6 Idi Subandy-Hanif Suranto, Wanita dan Media Massa: Wanita dan Media, Bandung: Remaja

1998, Hlm. 134

7 Alex Sobur, Op. Cit., hlm. 56.


(28)

18

1. Proses Kelahiran Konstruksi Sosial Media Massa

Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:9

a. Tahap menyiapkan materi konstruksi

Ada tiga hal penting dalam tahap atau proses persiapan materi konstruksi, yaitu:10

a) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan penggandaan modal. Semua elemen media massa, termasuk orang-orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideologi mereka adalah membuat media massa laku di masyarakat.

b) Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah empati, simpati, dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah untuk “menjual berita dan menaikkan rating

untuk kepentingan kapitalis.

9 Bungin, Burhan, 2006, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat (Kencana: Jakarta) hlm. 191


(29)

19

c) Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun, akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, walaupun slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar.

b. Tahap sebaran konstruksi

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.11

c. Tahap pembentukan konstruksi

1. Tahap pembentukan konstruksi realitas

Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah sampai pada pembaca dan pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung, yaitu:12

Pertama, konstruksi realitas pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbentuk di masyarakat yang cenderung

11 Ibid. Hlm. 208 12 Ibid. Hlm. 208-209


(30)

20

membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai suatu realitas kebenaran.

Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap pertama. Bahwa pilihan orang untuk menjadi pembaca dan pemirsa media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa.

Ketiga, menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, di mana seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan.

2. Tahap pembentukan konstruksi citra

Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model; (1) model good news (story) dan (2) model bad news (story).13

3. Tahap konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi


(31)

21

argumentasi dan akunbilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.14

B. Media Massa dan Pemberitaan 1. Pengertian Media Massa

Kata media berasal dari bahasa latin “medius-medium” (tunggal) “media” (jamak) yang secara harfiah berarti: (1) pertengahan, (2) perantara, (3) perhubungan, (4) pengantar, (5) alat jalur, (6) pusat.15

Media adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan untuk mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.16

Dalam abad modern seperti ini, kehidupan masyarakat tidak dapat dipisah-pisahkan lagi dari kebutuhan komunikasi dan media massa sebagai sarana tercapainya komunikasi tersebut. Dalam kaitannya ini B. Aubrey Fisher memberikan istilah komunikasi

14 Ibid. Hlm. 212

15 Suf Kasman. Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia: Analisis Isi Pemberitaan Harian

Kompas dan Republika. (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. 2010) Hlm. 48.


(32)

22

bermedia. Menurutnya hal ini adalah untuk membedakan secara jelas antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi massa.17

Istilah media massa berasal dari Bahasa Inggris, yaitu singkatan dari massa media of communication atau media of massa communication, yang bahasa Indonesia yaitu komunikasi media massa atau komunikasi massa. Adapun komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik) yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan arena seluas-luasnya.18 Media massa merupakan suatu institusi yang melembaga yang bertujuan untuk menyampaikan informasi peristiwa atau kejadian kepada khalayak agar well informed (tahu informasi).19

Dja’far H. Assegaf mengartikan media massa sebagai sarana penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, majalah, buku, radio dan televisi.20 Drs. Jalaludin Rahmat,

menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.21

17 B. Aubrey Fisher. Teori-Teori Komunikasi: Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional,

dan Pragmatis Penerjemah Soejono Trimo. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1986). Hlm. 170

18 Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004). Hlm. 2

19 Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Cipta. Jakarta.

1996. Hlm. 98

20 Dja’far H. Assegaf. Jurnalistik Masa Kini Pengantar ke Praktek Kewartawanan. Ghalia

Indonesia. Jakarta. 1983. Hlm. 129


(33)

23

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, media massa digunakan dalam proses komunikasi yang dilakukan secara masal dengan menggunakan media teknologi komunikasi massa.

2. Fungsi dan Peran Media Massa

Sebagaimana diketahui bahwa setiap institusi mempunyai fungsinya sendiri. Demikian pula dengan media massa. J.B. Wahyudi dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Jurnalistik.

memberikan keterangannya berkaitan dengan fungsi media massa, walaupun pada hakekatnya jenis media massa yang satu dengan yang lain berbeda, namun pada prinsipnya media massa memiliki lima fungsi yang sama, antara lain: 22

a) The surveillance of the environment

Yakni mengamati lingkungan atau dengan kata lain perkataan berfungsi sebagai penyaji berita atau penerangan. Dalam hal ini media massa harus memberikan informasi yang objektif kepada pembaca mengenai apa yang terjadi di dunia. Dalam kaitan ini fungsi utama media massa adalah sebagai penyebar informasi atau pemberitaan kepada khalayak.

b) The correlation of the parts of society in responding to the environment


(34)

24

Artinya bahwa media massa berfungsi sebagai sarana pemberitaan yang ada dilingkungannya, juga mengadakan korelasi antara informasi yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karenanya pemberitaan atau komunikasi lebih menekankan pada seleksi, evaluasi dan interpretasi.

c) The transmission of the social heritage from one generation to the next.

Sebagai penyalur aspirasi nilai-nilai atau warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Atau dengan kata lain perkataan sebagai penyampai seni budaya dan penunjang pendidikan dapat dikatakan bahwa di negaranegara berkembang yang rakyatnya belum maju, komunikasi dalam banyak hal merupakan sarana pembelajaran.

d) Entertainment (Hiburan)

Radio, televisi, surat kabar maupun majalah mempunyai fungsi hiburan bagi khalayak. Radio dengan audionya yang banyak menyiarkan acara musik, sandiwara dan lain sebagainya. Televisi kekuatan audio visualnya mampu memberikan hiburan yang cukup lengkap, selain itu media massa ini merupakan sarana hiburan yang relatif murah


(35)

25

Peran radio, televisi dan film mempunyai fungsi penyalur iklan yang efektif. Radio, yang menyalurkan pesan melalui audio (suara), tetapi mempunyai daya jangkau yang relatif besar. Televisi selain mempunyai daya jangkau yang relatif besar juga mempunyai daya rangsang yang sangat tinggi, karena audio visual sinkron dengan hidup. Film, karena disajikan dengan audio visual yang memiliki daya jangkau yang relatif kecil namun memiliki daya rangsang yang cukup tinggi.

Peran media massa di negara berkembang dan negara maju terdapat perbedaan. Di negara berkembang peran pers lebih menunjuk pada peran yang membangun untuk memberi informasi, mendidik dan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.23

Peran media massa adalah sebagai berikut:

a. Sebagai alat perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat Peran media massa adalah sebagai agen perubahan (agent of change), demikian kata Wilbur Schramm, letak peranannya adalah membantu menciptakan proses peralihan masyarakat tradisional ke modern. Media massa sebagai agen perubahan mempunyai tugas memperluas cakrawala pandangan, memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya, menumbuhkan aspirasi, menciptakan


(36)

26

suasana membangun.24 Peran media massa adalah sebagai

agen perubahan (agent of change), demikian kata Wilbur Schramm, letak peranannya adalah membantu menciptakan proses peralihan masyarakat tradisional ke modern. Media massa sebagai agen perubahan mempunyai tugas memperluas cakrawala pandangan, memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya,

menumbuhkan aspirasi, menciptakan suasana

membangun.25

b. Sebagai pembentuk pendapat umum

Peran media massa selain melakukan pemberitaan kepada masyarakat juga berperan dalam membentuk pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik rakyat. Hal ini didasarkan bahwa selain isi pesan media massa memuat berita atau uraian berita, lembaga media massa yang kesemuanya itu isi pesannya bersifat umum sehingga dapat menimbulkan reaksi pro dan kontra dalam masyarakat. Pro dan kontra inilah yang disebut sebagai pendapat umum.26

3. Karakteristik Media Massa

Untuk suksesnya komunikasi massa kini kita perlu mengetahui sedikit banyak ciri komunikasi itu, yang meliputi

24 Ibid. Hlm. 17 25 Ibid. Hlm. 17 26 Ibid. Hlm. 18


(37)

27

sifat unsur yang mencakupnya, memberikan lima ciri-ciri diantaranya:27

a) Sifat Komunikan

Komunikasi ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar dan heterogen. Ciri khas dari komunikasi melalui media massa ini ialah pertama, bahwa jumlah yang besar itu hanya dalam periode waktu yang singkat saja. Kedua, komunikasi massa sifatnya heterogen. Selain itu komunikator tidak tahu apa pesan yang disampaikan menarik perhatian atau tidak.

b) Sifat Media

Sifat media massa adalah cepat. Artinya memungkinkan pesan yang disampaikan kepada begitu banyak orang dalam waktu yang cepat.

c) Sifat Pesan

Sifat pesan media massa lebih umum. Media massa merupakan sarana menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompok orang tertentu. Karena pesan komunikasi massa bersifat umum, maka lingkungannya menjadi universal, mengakui segala hal dan dari berbagai tempat.

d) Sifat Melembaga

27 Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: PT. Remaja


(38)

28

Karena media massa adalah lembaga atau organisasi, maka komunikator dalam media massa, seperti wartrawan, sutradara, penyiar radio, penyiar TV adalah komunikator terlembaga. Media massa merupakan organisasi yang kompleks. Pesan-pesan yang sampai kepada khalayak adalah hasil kerja kolektif. Oleh karena itu, berhasil tidaknya komunikasi massa ditentukan berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa. Berita yang disususn oleh wartawan tidak akan sampai kepada pembaca kalau tidak dikerjakan oleh redaktur, lay outer, juru cetak dan karyawan lain dalam organisasi surat kabar tersebut

e) Sifat Efek

Sikap komunikasi melalui media massa yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Komunikasi tersebut bertujuan agar komunikan berubah sikap dan pandangannya, atau komunikan berubah tingkah lakunya

4. Berita

1) Pengertian dan Jenis Berita

Berita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta, artinya


(39)

29

kejadian atau yang telah terjadi. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.28

Berita juga bisa diartikan sebagai laporan tentang peristiwa/event dan atau pendapat yang memiliki hal penting, menarik bagi sebagian besar khalayak, masih baru/ aktual dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik (surat kabar, radio, majalah, tabloid, bulletin, televisi, film). Berita berasal dari sumber berita, sumber berita adalah asal mula terjadinya berita itu, dan yang dimaksud dengan sumber berita adalah peristiwa (event) dan manusia. Syarat sebuah berita adalah bila ada peristiwa atau pendapat, maka peristiwa atau pendapat itu harus dinilai apakah menarik, penting, dan masih baru.29

Menurut Romli berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa).30

Menurut Ana Nadhya Abrar dalam Panduan Buat Pers Indonesia, berita pada hakikatnya tertulis atas suatu realitas yang ada dalam masyarakat. Namun realitas objektif yang ada baik berupa peristiwa atau ide tidaklah sama dengan realitas berita di media massa. Hal ini dimungkinkan karena proses pembuatan sebuah berita pada dasarnya melalui tahap-tahap tertentu yang

28 Totok Djuroto. Manajemen Penerbitan Pers. (Bandung: Remaja Rosdakarya2000). Hlm. 4 29 J.B Wahyudi. Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat Kabar,

Majalah, Radio, dan Televisi. (Bandung. 1991) Hlm. 115


(40)

30

dikerjakan wartawan seperti menyarikan fakta, mencari hubungan antar fakta, merekonstruksi kejadian dan menjadikan informasinya berbeda dengan pers lain. Tujuannya satu, yaitu untuk menyajikan informasi yang cocok untuk pembaca.31

Menurut As Haris Sumandiria, ada beberapa jenis berita yang sering digunakan oleh seorang wartawan dalam menulis sebuah berita yang ada di dalam media cetak sebagai berikut:32

a) Straight news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Berita ini biasanya ditulis dengan unsur 5W 1H (what, who, when, where, why dan how).

b) Indepth news adalah berita mendalam, dikembangkan berdasarkan penelitian dan penyelidikan dari berbagai sumber.

c) Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari beberapa aspek, maksudnya mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benar merahnya terlihat jelas.

d) Interpretetive news berita ini memfokuskan sebuah isu, masalah atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini

31 Ana Nadhya Abrar. Panduan Buat Pers Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1995) Hlm. 3 32 As Haris-Sumandria. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis


(41)

31

e) Feature story adalah berita yang menyajikan suatu pengalaman. Berita yang berisi cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik.

f) Depth reporting merupakan pelaporan jurnalsitik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Pelaporan mendalam disajikan dalam beberapa judul untuk menghindari kejenuhan pembaca.

g) Investigative reporting adalah berita yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian dan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan

h) Editorial writing Editorial writing merupakan pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum

2) Unsur-unsur Berita

Setiap kejadian atau peristiwa tidak bisa dijadikan berita jurnalistik. Ada ukuran-ukuran tertentu yang harus dipenuhi agar suatu peristiwa dalam masyarakat dapat diberitakan oleh surat kabar. Ini disebut sebagai kriteria layak berita, yaitu layak tidaknya suatu kejadian dalam masyarakat diberitakan olehpers atau bernilainya kejadian


(42)

32

tersebut bagi pers. Hal ynag menjadikan suatu kejadian atau peristiwa sebagai layak berita adalah adanya unsur penting dan menarik dalam kejadian tersebut. Apa yang penting dan menarik pembaca haruslah terdapat dalam sebuah berita. Karena itu unsur-unsur yang dapat menarik perhatian pembaca disebutkan sebagai unsur nilai berita.33

Unsur-unsur nilai berita (News Value) yang dipakai dalam memilih berita adalah sebagai berikut:

a. Aktualitas (Timeliness), yakni aktual atau terkini. Dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news) yakni sesuatu yang baru (new).

b. Nyata (faktual), yaitu informasi tentang segala fakta (fact) bukan fiksi atau karangan. Dalam pengertian ini juga terkandung pengertian bahwa sebuah berita harus mempunyai informasi tentang sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.

c. Penting (Significance), artinya penting bagi banyak orang. Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak seperti kebijakan pemerintah, kenaikan harga, dan lain-lain.

d. Luas (magnitude), yaitu seberapa luas pengaruh suatu peristiwa bagi khalayak. Contoh : Berita tentang kanaikan


(43)

33

harga BBM lebih luas pengaruhnya terhadap seluruh masyarakat Indonesia ketimbang berita tentang gempa bumi di Jawa Tengah.

e. Kedekatan (proximity) ; Stieler dan Lippmann (dalam Kusumaningrat)34 menyebutkan bahwa maksudnya adalah

kedekatan secara geografis. Unsur kedekatan ini tidak harus dalam pengertian fisik seperti yang disebutkan Stieler dan Lippmann, tetapi juga kedekatan emosional. Contoh : Bagi warga Jawa Barat, berita tentang gempa bumi di Bandung lebih menarik ketimbang berita tentang gempa bumi di Surabaya.

f. Keterkenalan (prominence) ; berita adalah tentang orangorang penting, orang-orang ternama, tersohor, selebriti, figur publik. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, dimana pun selalu membuat berita.

g. Akibat (impact) ; berita adalah sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat.

h. Human Interest ; dalam berita, hendaknya terkandung unsur yang menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya.

i. Konflik (conflict) ; berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi

34 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik: Teori dan Praktik. (2005).


(44)

34

pertentangan. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.35 Sebuah berita dapat menampilkan sebuah nilai

berita dan dapat pula merangkum beberapa nilai berita dalam satu tulisan yang menjadi layak berita

3) Nilai Berita

Nilai sebuah berita ditentukan seberapa jauh syarat-syarat yang harus dipenuhinya, untuk menilai apakah suatu kejadian memiliki nilai berita atau tidak, setidaknya harus mengandung nilai berikut:36

1. Penting (significane) mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan orang banyak atau kejadiannya

mempunyai akibat atau dampak yang luas

terhadapkehidupan khalayk pembaca.

2. Besaran (magnitude) sesuatu yang besar dari segi jumlah, nilai, atau angka yang besar hitungannya sehingga pasti menjadi sesuatu yang berarti dan menarik untuk diketahui oleh orang banyak.

3. Kebaruan (timelines) memuat peristiwa yang baru saja terjadi. Karena kejadiannya belum lama, hal ini menjadi actual atau masih hangat dibicarakan umum.

35 Ibid. Hlm. 61-66

36 Barus,sedia williring, Jurnalistik petunjuk teknis menulis berita (Surabaya erlangga. 2010). Hlm.


(45)

35

4. Aktual (terkini) berkaitan dengan tenggat waktu bahwa kejadian tersebut bukan berita basi atau terlambat memenuhi waktu pemuatan yang sudah ditetapkan pemimpin redaksi.

5. Kedekatan (proximity) memiliki kedekatan jarak (geografis) ataupun emosional dengan pembaca. Termasuk kedekatan profesi, minat, bakat, hobi, dan perhatian pembaca.

6. Ketermukaan (prominence) hal-hal yamg mencuat dari diri seseorang atau seseorang atau sesuatu benda, tempat, atau kejadian. Suatu peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang dikenal oleh masyarakat menjadi berita penting untuk diketahui oleh pembaca.

7. Sentuhan manusiawi (human interest) sesuatu yang menyentuh rasa kemanusiaan menggugah hati, dan minat.

4) Penulisan Berita di Web

Online Journalism yang merupakan penerapan jurnalistik dalam system online adalah kegiatan pendokumentasian narasi yang melaporkan atau menganalisa fakta-fakta dan kejadian yang benar terjadi, dipilih dan disusun oleh reporter, penulis, dan editor untuk menceritakan sebuah kejadian/ peristiwa berdasarkan sudut pandang utamanya. Jurnalistik secara tradisional dipublikasikan dalam format cetak, disajikan lewat film dan


(46)

36

broadcast pada televisi dan radio. Dalam system Online

masuk banyak venues, yang terkenal adalah World Wide Web.37

C. Media Online

Pengertian Media Online secara umum, yaitu segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara.38

Pengertian Media Online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa. Media adalah singkatan dari media komunikasi massa dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas. Diantaranya, Pertama, Unlimited Space. Jurnalistik Online memungkinkan halaman tak terbatas. Ruang bukan masalah. Artikel dan berita bisa sepanjang dan selengkap mungkin, tanpa batas. Kedua, Audience Control. Jurnalistik Online memungkinkan audiens (reader, user, visitor) lebih leluasa memilih berita/informasi. Ketiga, Nonlienarity.

Dalam Jurnalistik Online tiap berita berdiri sendiri sehingga audiens tidak harus membaca secara berurutan. Keempat, Storage and retrieval. Jurnalistik Online memungkinkan berita “abadi”, tersimpan (terarsipkan) dan bisa diakses kembali dengan mudah kapan dan di mana saja. Kelima, Immediacy. Jurnalistik Online menjadikan informasi bisa disampaikan secara sangat cepat dan langsung. Keenam, Multimedia

37 Hadi, Ido :Priyana, Konsep Penulisan Jurnalistik Masa Depan dan desain Storyboard online

news,Jurnal Ilmiah Universitas Kristen Petra, Nirmana Vol 5,No 1, Januari 2003:110-122

38 M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online (


(47)

37

Capability. Jurnalistik Online memungkinkan sajian berita berupa teks, suara, gambar, video, dan komponen lainnya sekaligus. Ketujuh, Interactivity. Jurnalistik Online memungkinkan interaksi langsung antara redaksi (wartawan) dengan audiens, seperti melalui kolom komentar dan sosial media sharing.39

Media Online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media Online merupakan media elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media Online menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang di salurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personel yang terkesan perseorangan.40

Media Online merupakan media yang menggunakan internet. Sepintas lalu orang akan menilai media Online merupakan media elektronik, tetapi para pakar memisahkannya dalam kelompok tersendiri. Alasannya, media Online menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang di salurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan dengan komunikasi personel yang terkesan perseorangan.41

Ada lima prinsip dasar jurnalistik online yakni, pertama,

Keringkasan (brevity). Berita online dituntut untuk berifat ringkas, untuk menyeseuaikan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannya yang

39 Ibid, Hlm. 43

40 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, ( Jakarta:Ghalia Indonesia) 2004, Hlm. 32 41 Ibid. Hlm. 32


(48)

38

semakin tinggi. Pembaca memiliki sedikit waktu untuk membaca dan ingin segera tahu informasi. Maka, jurnalisme online sebaiknya berisi tulisan ringkas saja. Kedua, Kemampuan beradaptasi (adaptability). Wartawan online dituntut agar mampu menyesuaikan diri ditengah kebutuhan dan preferensi publik. Dengan adanya kemajuan teknologi, jurnalis dapat menyajikan berita dengan cara membuat berbagai keragaman cara, seperti dengan menyediakan format suara (audio), video, gambar dan lain-lain dalam suatu berita. Ketiga, dapat dipindai

(scannability).42

Untuk memudahkan para audien, Situs-situs terkait dengan jurnalistik online hendaknya memiliki sifat dapat dipindai, Agar pembaca tidak perlu merasa terpaksa dalam membaca informasi atau berita.

Keempat, Interaktivitas (interactivity). Komuniksi dari publik kepada jurnalis dalam jurmmalisme online sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Pembaca atau viewer dibiarkan untuk menjadi pengguna (user). Hal ini semakin penting karena audien merasa dirinya dilibatkan, maka mereka akan semakin dihargai dan senang membaca berita yang ada. Kelima, komunitas dan percakapan (community and coversion). Media online memiliki peran yang lebih besar daripada media cetak atau konvensional lainnya, yakni sebagai penjaring komunitas. Jurnalisme online juga harus memberikan jawaban atau timbale balik


(49)

39

kepada publik sebagai sebuah balasan atas interaksi yang dilakukan public tadi.43

D. Kebijakan Redaksional

Kebijakan redaksional adalah sesuatu yang penting dalam kelangsungan sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional pembeda antara media satu dengan media lainnya. Selain itu, jika sebuah media tidak memiliki kebijakan redaksi, maka media tersebut dalam penyampaian berita-beritanya tidak akan konsisten. Hal ini ditandai dengan penyampaian berita yang selalu berubah-ubah. Hari ini menyuarakan dukungan terhadap kebijakan pemerintah, besoknya menyuarakan menentang terhadap kebijakan pemerintah. Sikap media seperti ini dapat melunturkan kepercayaan khalayak pada media tersebut.44

Berdasarkan pengertian diatas, maka jika digabungkan pengertian kebijakan redaksional adalah dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitahukan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga dapat ditunjukkan berupa sikap redaksi suatu lembaga media massa dalam Tajuk Rancana atau Editorial. Kebijakan redaksi itu penting karena digunakan untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri.45

Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations, menjelaskan mengenai kebijakan redaksional ini meliputi sikap “politik” media dan

43 M. romli, jurnalistik Online: Jurnalistik masa depan

44 Sudirman Tebba. Jurnalistik Baru. (Ciputat: Kalam Indonesia. 2005). Hlm. 150 45 Ibid


(50)

40

aturan keredaksian kewartawanan. Politik disini bisa diartikan secara arti sesungguhnya atau juga bukan dalam arti sesungguhnya. Berkaitan dalam kebijakan redaksional; setiap media massa memiliki sikap yang berbeda dalam melihat suatu permasalahan, sehingga antara media satu dengan media lainnya pasti memiliki sikap yang berbeda. Begitu pun dalam pengertian politik yang sesungguhnya, karena ada kalanya setiap media memiliki kepentingan untuk golongan politik tertentu. Sikap “politik” media ini pun bukan hanya pada partai politik, akan tetapi terhadap berbagai kepentingan lain yang berhubungan dengan kepemilikan media, sejarah media, alasan ekonomi, misi media serta kepentingan lainnya.

Kepemilikan media bisa bersifat perorangan atau individu, perusahaan, organisasi profesi, orsospol, BUMN, yayasan atau lembaga lainnya. Berkaitan dengan misi yang diembannya maka media akan membedakan sikap dan warna pemberitaannya. Misalnya media yang memiliki misi tertentu baik dari sisi kesukuan, keagamaan, maupun penggolongan kelompok tertentu, pasti memiliki sikap dan warna yang lain.46

Sikap, posisi, dan pandangan suatu media merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi kebijakan redaksi. Namun, untuk mengimbangi kebijakan tersebut perlu memasukkan nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini seperti yang dikatakan Djudjuk Juyoto, “Redaksi juga harus menganalisa yang akan diturunkan, yakni adanya daya imbang dan kebijaksanaan redaksionalnya. Tentunya untuk

46 Acep Abdullah. Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa. (Bandung: PT.


(51)

41

merealisasikan kenyataan semacam itu, dituntut oleh nilai-nilai, norma-norma, dan standard yang harus diberlakukan dalam kehidupan masyarakatnya, yakni mampu membangun secara spiritual dan materilnya”.47

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk menghindari kesamaan penulisan dan plagiarisme, maka berikut ini penulis sampaikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Selain itu, agar terlihat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Tinjauan pustaka yang disertakan pada bagian ini mengambil beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis framing antara lain sebagai berikut;

a. Skripsi M. Mahbub Al Basyari (Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009) dengan judul

”Framing Tentang Pelaksanaan Ibadah Haji 2008/1429 H di Harian Kompas dan Republika Edisi Desember 2008” dalam skripsinya tersebut M. Mahbub Al Basyari membahas tentang

frame dari kedua media massa Kompas dan Republika.

Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis framing model Robert Entman. Hasil penelitian terhadap surat kabar, tedapat perbedaan dalam membingkai tentang pelaksanaan ibadah Haji tahun 2008/1429 H di media massa, melalui berita yang

47 Djudjuk Juyoto. Jurnalistik Praktis, Sarana Penggerak Lapangan Kerja Raksasa. (Yogyakarta:


(52)

42

ditampilkan kepada khalayak. Dengan frame berita, Kompas menilai bahwa pemberitaan yang disampaikan hanya melihat sudut pandang politik, berbeda dengan Republika yang melihat dari segi masalah kesejahteraan para calon jamaah haji.

Persamaan dengan penelitian yang penulis angkat adalah sama-sama menggunakan analisis framing. Sedangkan perbedaan tentang penelitian yang penulis ambil terletak pada model analisis yang dipakai dan subyek medianya. Pada skripsi ini, menggunakan model framing Robert Entman, sedangkan penulis menggunakan model framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Subyek media yang digunakan pada skripsi ini menggunakan subyek harian kompas dan harian republika, sedangkan penulis menggunakan subyek media kompas dan republika versi online yaitu kompas.com dan republika.co.id.

b. Skripsi Ahta Prayinda Luriltasari (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2013) dengan judul

“Pencitraan Abu Bakar Ba’asyir di Harian Republika (Studi Analisis Framing Pencitraan Abu Bakar Ba’asyir Terkait Keterlibatannya Dengan Kegiatan Terorisme Pada Pemberitaan Harian Republika Periode Agustus 2010-Juni 2011)” dalam skripsinya tersebut Ahta Prayinda Luriltasari memaparkan bagaimana pesan dalam berita terhadap peristiwa tersebut dibuat oleh awak media Republika dan pencitraan sosok Abu Bakar Ba’asyir dalam pemberitaan.


(53)

43

Pada level teks, peneliti menganalisis 10 berita dengan menggunakan perangkat framing model Robert N. Entman. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pemberitaan Abu Bakar Ba’asyir terkait keterlibatannya dengan jaringan teroris, Republika menggunakan frame anti-barat serta memahami penangkapan dan pengadilan terhadap Abu Bakar Ba’asyir merupakan cara untuk menyudutkan islam. Peristiwa tersebut merupakan rekayasa polisi dan kejaksaan yang didomplengi oleh Amerika. Sementara itu sosok Abu Bakar Ba’asyir dicitrakan sebagai seorang ulama lanjut usia yang menjadi korban atas permainan politik asing yang mengatasnamakan pemberantasan terorisme global.

Persamaan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menggunakan analisis framing. Perbedaannya adalah peneliti Ahta Prayinda Luriltasari menggunakan framing model Robert N. Entman sedangkan penulis menggunakan framing model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Selain itu subyek media yang digunakan peneliti Ahta Prayinda Luriltasari menggunakan Harian Republika, sedangkan penulis menggunakan subyek media online kompas.com dan republika.co.id.

c. Skripsi Bawien Lilaning Panggalih (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2013) dengan judul “Aksi Demonstrasi Mahasiswa Menolak Rencana Kenaikan Harga BBM (Studi Analisis Framing Pemberitaan Aksi Demonstrasi Mahasiswa Menolak Rencana


(54)

44

Kenaikan Harga BBM Di Media Online KRjogja.Com Tanggal 20 Maret-30maret 2012)” dalam skripsinya tersebut Bawien Lilaning Panggalih memaparkan bagaimana pembingkaian berita aksi demonstrasi mahasiswa yang dimuat pada situs berita Krjogja.com. Peneliti Bawien Lilaning Panggalih dilakukan pada level teks menggunakan perangkat framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki, yang memuat struktur sintaks, skrip, tematik, dan retoris. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa KRjogja.com cenderung mendukung aksi demonstrasi mahasiswa dan mendukung rencana penolakan kenaikan harga BBM. Selain itu, dari sisi kebijakan redaksi, KRjogja.com cenderung memilih narasumber dari pihak mahasiswa dan wakil rakyat, bukan dari aparat keamanan yang menjaga jalannya aksi demonstrasi. KRjogja.com cenderung mendukung aksi demonstrasi mahasiswa dan memiliki bingkai tidak mau menentang pemerintah, walau secara kritis dan halus juga ingin memaknai bahwa keputusan yang diambil pemerintah untuk menaikkan harga BBM tersebut kurang tepat.

Persamaan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama menggunakan analisis framing model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis adalah subyek penelitian yang berbeda, penelitian Bawien Lilaning Panggalih menggunakan subyek media online KRjogja.com,


(55)

45

sedangkan penulis menggunakan media online kompas.com dan republika.co.id.

d. Skripsi Noor Zaidah (Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Walisongo Semarang 2006) dengan judul “Analisis Framing terhadap Pemberitaan Muktamar Ke-31 Nahdlatul Ulama di Surat Kabar Suara Merdeka edisi Nopember-Desember 2004”. Fokus penelitian tersebut adalah bagaimana surat kabar Suara Merdeka mengetahui kecenderungan dan konstruksi berita tentang Muktamar Nahdlatul Ulama Ke-31 yang dilihat dari perspektif dakwah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analisis Framing. Analisis yang digunakan Zaidah adalah analisis induktif. Analisis yang berangkat darihal-hal yang khusus kemudian ditarik pada kesimpulan umum. Hasil penelitian tersebut adalah Suara Merdeka cenderung melihat Muktamar ke-31 sebagai bentuk demokrasi warga NU untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU setiap lima tahun sekali. Jika dilihat dari perspektif dakwah, pemberitaan Suara Merdeka belum memenuhi kode etik Jurnalistik Islami. Kode etik jurnalistik Islami haruslah tidak memihak pada golongan tertentu dan setiap informasinya mengandung nilai kebenaran (tidak berbohong) juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta serta menghindari olokolok, penghinaan, mengejek dan mencaci maki yang menimbulkan permusuhan.


(56)

46

Persamaan dengan penelitian yang penulis angkat adalah sama-sama menggunakan analisis framing. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Noor Zaidah dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah mengenai subyeknya. Noor Zaidah menggunakan Harian Suara Merdeka sebagai subyeknya, sedangkan penulis menggunakan media online kompas.com dan republika.co.id.

e. Skripsi Marliana Ngatmin (Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2007) dengan judul “Analisis Framing Kasus Poligami K.H Gymnastiar di Media Kompas dan Republika,” dalam penelitian tersebut, Marliana Ngatmin menggunakan framing model Robert M. Entman yang menggunakan empat perangkat framing: define problems, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recommendation. Keempat perangkat tersebut, Marliana Ngatmin gunakan untuk mengetahui bagaimana kasus Poligami K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dikonstruksi oleh kedua harian nasional Kompas dan Republika.

Peneliti menarik kesimpulan bahwasannya harian Kompas membingkai berita poligami Aa Gym sebagai masalah sosial Islam, sebab Aa Gym sebagai sosok yang berpoligami, merupakan seorang public figure yang begitu dikagumi dan dicintai banyak jamaahnya. Namun, tindakannya berpoligami menuai banyak protes dari berbagai kalangan, terutama kaum ibu. Mereka


(57)

47

menganggap pernikahan kedua Aa Gym merupakan contoh yang tidak baik bagi jamaahnya terutama bagi kaum lelaki. Ramainya polemik poligami, memaksa pemerintah untuk turun tangan. Pada akhirnya, pemerintah merevisi PP No. 10/1983.

Harian Republika membingkai kasus poligami yang dilakukan Aa Gym sebagai masalah hukum islam. Poligami dalam islam tidaklah dilarang, asal memenuhi persyaratan dan ketentuan sebagaimana disyariatkan dalam islam. Bahkan Rasulullah juga melakukan poligami. Harian Republika memandang tidak ada yang salah dengan poligami yang dilakukan oleh Aa Gym, sebab ia telah memenuhi berbagai ketentuan yang disyariatkan islam.

Persamaan penelitian Marliana Ngatmin dengan penelitian yang penulis angkat adalah sama-sama menggunakan analisis

framing. Sedangkan perbedaan penelitian Marliana Ngatmin terletak pada model framing yang digunakan. Pada skripsi Marliana Ngatmin ini menggunakan model framing Robert Entman, sedangkan penulis menggunakan model framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Subyek media yang digunakan pada penelitian Marliana Ngatmin dengan penulis juga berbeda, Marliana Ngatmin menggunakan subyek harian kompas dan harian republika, sedangkan penulis menggunakan subyek media kompas dan republika versi online yaitu kompas.com dan republika.co.id.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati. Penelitian ini bersifat holistik (utuh) dan sistematik terkait secara keseluruhan tidak bertumpu pada pengukuran sebagai penjelasan mengenai suatu gejala yang diperoleh para pelaku (sasaran penelitian) atau pelaku sendiri yang menafsirkan mengenai tindakannya.1 Dalam peneitian ini digunakan pendekatan kualitatif

disebabkan beberapa hal yang cukup penting antara lain: pertama, karena latar belakang penelitian tidak bersifat homogen, kedua, karena penelitian ini ingin mengungkap data dengan apa adanya sesuai dengan hasil temuan dilapangan.

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah Framing. Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau prespektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara ideoogi media saat mengkonstruksikan fakta.

1 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Cetakan ke-XVII (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), Hlm.3


(59)

49

Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi kahalayak sesuai perpektifnya.2 Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa,aktor, kelompok atau apa saja) yang dibingkai oleh media.3

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing dengan model pendekatan yang dikemukakan oleh Zhongpan Pan dan Gerald M. Kosicki. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan. pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsep ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sendiri.

Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunujukkan dalam skema tertentu. Framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik / khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu isu / peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.

Alasan pemilihan Framing model Pan dan Gerald M. Kosicki karena perangkat-perangkat pembingkaian di dalamnya memiliki

2 Sobur Alex. Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk analisis wacana, analisis Simiotik, dan Analisis Framing, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 162


(60)

50

kedekatan dengan pisau analisis (linguistik) yang akan digunakan dalam menganalisis data, salah satunya adalah struktur sintaksis.

B. Analisis Framing

1. Pengertian Framing

Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Menurut Sobur, mengutip Sudibyo bahwa gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.4

Konsep framingtelah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi.

Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta.Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih

4 Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Simiotik,

dan Analisis


(1)

127

peluang penting untuk memberitakan peristiwa ini kepada masyarakat, mengingat peristiwa ini dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam tahap konstruksi pembentukan citra, baik Kompas.com maupun Republika.co.id menampilkan citra sendiri dalam pemberitannya, baik itu berupa good news maupun yang bad news. Dan dalam penelitian ini terdapat kedua unsur tersebut.

Proses pembentukan berita yang telah dijabarkan oleh peneliti diatas, juga mempunyai kesamaan bentuk berita yang disajiakn Tempo.co dan Republika, kedua media tersebut membentuk konstruksinya lewat proses-proses yang telah diuraikan. Ini memiliki kesamaan dengan teori yang dipakai oleh peneliti yakni konstruksi realitas sosial media massa. Dalam tahapan konfirmasi, Kompas.com dan Republika.co.id memberikan argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial yang ditampilkan dalam setiap pemberitaannya melalui kebijakan redaksional yang diberlakukan masing-masing media.

Proses pembentukan berita yang telah dijabarkan oleh peneliti diatas juga mempunyai kesamaan bentuk berita yang disajiakan Kompas.com dan Republika.co.id, kedua media tersebut membentuk konstruksinya melalui proses-proses yang telah diuraikan memiliki kesamaan dengan teori yang dipakai oleh peneliti yakni konstruksi realitas sosial media massa yang telah peneliti jabarkan di Bab II.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Konstruksi yang dilakukan oleh Kompas.com dan Republika.co.id adalah razia warung makan di Kota Serang pada saat bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:

Secara sintaks Kompas.com mempunyai pandangan pemberitaan yang tendensius akan nilai toleransi dan menginginkan adanya pemisahan urusan pemerintahan dengan agama sehingga keberadaan perda syariah ini dianggap tidak tepat diterapkan di Serang. Sedangkan Republika.co.id berpandangan bahwa nilai islam bisa disinergikan dengan peraturan pemerintah dan perda ini merupakan aspirasi masyarakat lokal, sehingga keberadaan perda syariah perlu dilestarikan.

Secara script, Kompas.com memberikan penekanan pada aspek human interest melalui eksploitasi keprihatinan terhadap nasib Ibu Saeni. Sedangkan Republika.co.id berusaha menjelaskan pentingnya perda syariah dan pelaksanaan perda sdah sesuai prosedur yang ada.

Secara tematik, Kompas.com menyajikan berita yang lebih menyerang perda yang mengrah ke segala bentuk perda yang berbau syariah. Sedangkan Republika.co.id menyajikan berita yang mengedepankan misi islam dan penggalian fakta untuk menjaga sikap objektifitas dalam berita.


(3)

129

Secara retoris, Kompas.com hanya menggambarkan kasus hanya dari satu sudut pandang saja, sehingga materi yang disajikan cenderung proaktif. Sedangkan Republika.co.id memberikan penjabaran berita sesuai fakta yang terjadi di lapangan, sehingga tetap menjaga objektivitas dengan nilai-nilai islam.

B. Saran

Dalam penulisan sebuah berita, seorang wartawan dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk pemahamannya mengenai suatu masalah. Oleh karenanya sebagai penikmat media massa khususnya koran, harus mampu menyerap informasi yang disebarkan oleh wartawan.

Pemabaca sebagai objek dari pemberitaan media, agar lebih selektif dalam bersikap ketika datang sebuah berita dan mengakses segala informasi agar nantinya tidak terjebak dalam kepentingan yang bisa merugikan. Dan hendaknya pembaca jangan hanya membaca satu berita dalam satu media massa saja, tetapi beberapa surat kabar. Hal ini bertujuan agar pembaca mempunyai banyak referensi mengenai suatu pemberitaan.

Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya, agar penelitian mengenai analisis framing dan penggunaan teori konstruksi sosial ini mampu menjadi acuan dan mampu mengembangkan penelitian ini, tidak hanya pada tataran Komodifikasi, melainkan menggunakan Spasialisasi dan Strukturasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

1. Abdullah, Acep. 2004. Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2. Abrar, Ana Nadhya. 1995. Panduan Buat Pers Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

3. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

4. Assegaf, Djafar. 1983. Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Praktek Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

5. Barus, Sedia Williring. 2010. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Surabaya: Erlangga.

6. Bungin, Burhan. 2001. Imaji Media Massa : Konstruksi dan Makna Realitas Social Iklan TV dalam Masyarakat Kapitalistik. Yogyakarta: Jendela.

7. Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Surabaya: Prenada.

8. Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media.

9. Djuroto, Totok. 2000. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya. 10. Effendi, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

11. Eriyanto. 2009. Analisis Framing. Yogyakarta: LKiS. 12. Eriyanto. 2011. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS.


(5)

131 13. Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi: Perspektif Mekanistis, Psikologis,

Interaksional, dan Pragmatis Penerjemah Soejono Trimo. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

14. Haris, As dan Sumandria. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalistik Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

15. Ishak, Aswad, dkk, 2011. Mix Methodology: Dalam Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Mata Padi Pressindo.

16. Juyoto, Djudjuk. 1985. Jurnalistik Praktis, Sarana Penggerak Lapangan Kerja Raksasa. Yogyakarta: Nurcahya.

17. Kasman,Suf. 2010. Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia: Analisis Isi Pemberitaan Harian Kompas dan Republika. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.

18. Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Cipta. Jakarta.

19. McQuail’s, Dennis. 2002. Mass Communication Theory,4th Edition, diterjemahkan oleh Agus Dharma dan Aminuddin Ram. Jakarta: Salemba Humainika

20. Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Cetakan ke-XVII. Bandung: Remaja Rosda Karya,

21. Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 22. Rachmadi, F. 1990. Perbandingan Pers. Jakarta: Gramedia.

23. Rahmat, Jalaludin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 24. Romli, M. dan Syamsul, Asep. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola

Media Online Bandung, Nuansa Cendekia.


(6)

132 26. Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Simiotik, dan Analisis Framing, Bandung:Remaja Rosdakarya.

27. Subandy, Idi dan Suranto, Hanif. 1998. Wanita dan Media Massa: Wanita dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.

28. Tebba, Sudirman. 2005. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia.

29. Wahyudi, J.B. 1991. Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat Kabar, Majalah, Radio, dan Televisi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

30. Wibowo, Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

31. Yunus, Syarifudin. 2004. Jurnalistik Terapan, Jakarta:Ghalia Indonesia.

JURNAL

1. Hadi, Ido dan Priyana, Konsep Penulisan Jurnalistik Masa Depan dan desain Storyboard online news, Jurnal Ilmiah Universitas Kristen Petra, Nirmana Vol 5,No 1, Januari 2003:110-122


Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE PADA PERISTIWA PENYERANGAN MASJID AL AQSA OLEH ISRAEL ( Analisis Framing Pemberitaan Kompas.com dan Republika.co.id Edisi 05 – 11 November 2014)

0 28 18

Bingkai pemberitaan penyergapan terorisme Ciputat: studi komparasi berita di liputan6.com dan tempo.co

1 17 137

Konstruksi Pemberitaan Tentang Ahmadiyah (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah Pada Majalah Gatra Edisi Bulan Juli s/d Agustus 2005)

7 59 101

Konstruksi Perempuan Muslim dalam Pemberitaan Ajang World Muslimah 2013 di Kompas.Com

0 23 154

VERIFIKASI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE (Studi Kasus Proses Penerapan Pedoman Pemberitaan Media Siber Pemberitaan Florence Sihombing di Detik.com dan Kompas.com Periode Agustus – September 2014).

0 2 15

VERIFIKASI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE (Studi Kasus Proses Penerapan Pedoman Pemberitaan Media Siber VERIFIKASI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE (Studi Kasus Proses Penerapan Pedoman Pemberitaan Media Siber Pemberitaan Florence Sihombing di Detik.com dan Kompas.com

0 5 13

PENDAHULUAN VERIFIKASI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE (Studi Kasus Proses Penerapan Pedoman Pemberitaan Media Siber Pemberitaan Florence Sihombing di Detik.com dan Kompas.com Periode Agustus – September 2014).

0 5 37

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN VERIFIKASI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE (Studi Kasus Proses Penerapan Pedoman Pemberitaan Media Siber Pemberitaan Florence Sihombing di Detik.com dan Kompas.com Periode Agustus – September 2014).

0 11 24

PENUTUP VERIFIKASI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE (Studi Kasus Proses Penerapan Pedoman Pemberitaan Media Siber Pemberitaan Florence Sihombing di Detik.com dan Kompas.com Periode Agustus – September 2014).

0 6 211

KONSTRUKSI PEMBERITAAN GERAKAN AHMADIYAH DI MEDIA INTERNET KONSTRUKSI PEMBERITAAN GERAKAN AHMADIYAH DI MEDIA INTERNET (Studi Analisis Framing tentang Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Republika Online dan Tempointeraktif.com Periode Februari-Maret 2011).

0 2 14