“Konstruksi pemberitaan Miss World 2013 di media massa” (analisis framing pada Harian Sindo dan Republika)

(1)

“KON

STRUKSI PEMBERITAAN

MISS WORLD

2013 DI

MEDIA MASSA

(ANALISIS

FRAMING

PADA HARIAN SINDO DAN

REPUBLIKA)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Ismar Rasoki Hasibuan

NIM.109051000018

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

ISMAR RASOKI HASIBUAN

Konstruksi Pemberitaan Miss World 2013 di Media Massa (Analisis Framing Pada Harian Sindo dan Republika)

Pelaksanaan ajang Miss World 2013 di Indonesia menimbulkan reaksi yang beragam. Beberapa kelompok ada yang menolak ajang tersebut dilaksanakan di Indonesia dengan alasan ajang Miss World tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan kelompok lain ada juga yang mendukung dengan alasan ajang tersebut merupakan ajang yang memberikan manfaat besar untuk Indonesia. Media mempunyai kekuatan dalam mengkonstruksi sebuah realitas. Media tidak hanya menyampaikaan suatu peristiwa namun ikut memproduksinya. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi media dalam menyampaikan suatu berita. Kelompok konstruksionis memandang bahwa berita yang disampaikan oleh suatu media bukanlah realitas sebenarnya tapi hasil konstruksi dari wartawan dan media tersebut. Dengan demikian sebuah isu yang sama bisa dikonstruksi berbeda oleh suatu media. Begitu halnya dengan isu Miss World 2013 yang menimbulkan beragam pendapat sehingga menarik perhatian media untuk memberitakan isu tersebut. Penelitian ini ingin melihat bagaimana bingkai yang dibuat oleh Sindo dan Republika dalam mengkonstruksi pemberitaan Miss World 2013 dan apakah terdapat perbedaan bingkai antara kedua media tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing yaitu pendekatan analisis wacana untuk mengetahui bingkai suatu berita, khususnya menganalisis teks media. Teori yang digunakan pada penelitian adalah teori framing model Gamson dan Modigliani yaitu bagaimana cara pandang wartawan dan media dalam menseleksi isu dan penulisan berita. Teori ini melihat cara pandang yang digunakan seorang wartawan tersebut adalah sebuah kemasan atau package yang mengandung konstruksi makana atas peristiwa yang diberitakan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberitaan Miss World 2013 pada koran Sindo dan Republika memiliki perbedaan bingkai walaupun isu yang diangkakat sama. Tampak bahwa Sindo memberikan dukungan dilaksanakannya ajang tersebut di Indonesia karena selain menjadi ajang diplomasi antar negara bisa dijadikan sebagai ajang promosi budaya Indonesia. Sebaliknya dengan Republika membingkai isu Miss World tampak menolak dengan alasan ajang tersebut hanya komuditas bisnis. Indonesia dengan mayoritas penduduknya muslim menolak ajang tersebut karena tidak sesuai dengan budaya dan nilai-nilai Islam yang ada. Pada pemberitaan Miss World 2013 di kedua media tersebut membuktikan bahwa, pebuatan judul, pemilihan narasumber, pengutipan pernyataan, penggunaan gambar, membuktikan bahwa isu yang sama dapat memberikan kesan yang berbeda karena bingkai yang dibuat oleh media.


(6)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahrabbil’alamin…..

Tiada kata yang patut penulis lantunkan selain puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Agung yang telah melimpahkan anugerah dan nikmat yang tak terukur kepada saya selaku penulis, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW teladan sepanjang zaman yang telah membawa ummatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri peneliti, khususnya pada penyelesaian tugas akhir ini. Namun Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan. Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril maupun materi. Maka dengan ini penulis kiranya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Rahmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).


(7)

ii 2. Bintan Humeira, M.si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan peniliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Armawati Arby, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi dengan baik. 4. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan wawasan ke-ilmuan, dan mengarahkan penulis selama penulis berada pada masa kuliah.

5. Keluarga Tercinta, Ayahanda Mukmin Hasibuan, SE dan Ibunda Nur Sopia Hutasuhut yang telah mendoakan saya dan memberikan fasilitas selama menempuh pendidikan hingga menyelsaikan tugas akhir ini.

6. Abanganda Sutan Bhatoegan yang meberikan motivasi dan dukungan moril kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat KPI A angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama penulis berada di masa kuliah. Penulis merasa perlu memberikan ucapan terimakasih kepada mereka yang telah penulis sebutkan di atas, berkat dukungan, semangat, serta do’a yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, 15 Juni 2015


(8)

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK...I

KATA PENGANTAR...II

DAFTAR ISI...III

DAFTAR TABEL...IV

DAFTAR LAMPIRAN...V

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...4

E. Tinjauan Pustaka...5

F. Metodologi Penelitian...7

G. Sistematika Penelitian...13

BAB II KERANGKA TEORI A. Teori Konstruksi Sosial...14

B. Konstruksi Media Cetak...16


(9)

iv

D. Analisis Framing...25

E. Framing Model Gamson dan Modigliani...32

BAB III PROFIL KORAN SINDO DAN REPUBLIKA A. Sejarah Koran Sindo...37

B. Visi, Misi dan Struktur Redaksi Koran Sindo...38

C. Sejarah Koran Republika...39

D. Visi, Misi dan Struktur Koran Republika...42

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN A. Konstruksi Pemberitaan Miss World 2013 di Koran Sindo Tanggal 31 Oktober 2013dan Republika 08 September 2013………...45

B. Perbedaan Bingkai Pemberitaan Miss World 2013 di Koran Sindo dan Republika...61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...72

B. Saran...73


(10)

v

DAFTAR TABEL

TABEL I Framing Model Gamson dan Modigliani...12

TABEL 2 Isu Miss World 2013 di Koran Sindo dan Republika...12

TABEL 3 Kategori Berita Menurut Tuchman...23

TABEL 4 Definisi Framing Menurut Ahli...30

TABEL 5 Model Pembingkaian Sindo Terhadap Isu Miss World 2013...52

TABEL 6 Model Pembingkaian Republika Terhadap Isu Miss World 2013...60

TABEL 7 Perbandingan Isu Miss World 2013 di Koran Sindo dan Republika...66

DAFTAR BAGAN BAGAN1 Skema Framing Model Gamson dan Modigliani...34


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media cetak sekurang-kurangnnya ada tiga yaitu, surat kabar, majalah dan buku. Dari awal pertumbuhan ketiga media cetak tersebut sudah banyak mengalami perubahan yang sangat besar. Baik dari sisi tampilan, bahasa dan kualitas pesan-pesan yang disampaikan semuanya sudah berubah sejalan dengan perubahan masyarakat dan perkembangan teknologi.1

Koran merupakan media massa tertua dibabandingkan media-media lainya. Pada awal perkembangannya di itali, surat kabar hanya berbentuk “posted bulletins” tumbuh secara bertahap mulai dari lembaran-lembaran kertas yang dipublikasikan secara lokal hingga yang dilihat dalam bentuk sekarang ini dengan jumlah halaman yang banyak hingga publikasi Internasional.2

Banyak media cetak yang memberitakan suatu peristiwa atau isu yang sama namun setiap pemberitaan media tersebut ada hal yang lebih ditonjolkan dan dihilangkan. Dalam pandangan kelompok positivis, berita adalah refleksi dan pencerminan realitas. Berita adalah “mirror of reality” yang harus mencerminkan realitas yang hendak diberitakan.

1

Asep Saeful Muhtadi, Pedekatan Jurnalistik dan Praktik (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1999),h.88.


(12)

2

Pandangan ini bertolak belakang dengan kelompok konstrutivis yang memandang berita adalah hasil konstruksi sosial, dimana selalu melibatkan pandangan, idieologi, dan nilai-nilai dari seorang wartawan atau media.3 Bagi setiap media sekarang ini berita dianggap sebagai barang dagangan yang dijajakan media untuk konsumsi khalayak. Para jurnalis berebut peristiwa yang yang menarik untuk dijadikan bahan berita.4

Indonesia sebagai penyelenggaraan ajang Miss World yang ke 63 mendapat reaksi pro dan kontra. Perdebatan mengenai dilaksanakannya ajang tersebut di Indonesia mendapat tanggapan berbeda dari berbagai kalangan di Indonesia. Sebagian tokoh Islam berpendapat bahwa penyelenggaraan Miss World 2013 di Indonesia tidak sesuai dengan budaya yang ada. Namun sebagian lain berpendapat, Indonesia sebagai penyelenggara Miss World 2013 adalah kesempatan besar untuk mempromosikan budaya Indonesia dimata dunia.

Miss World adalah kontes kecantikan Internasional yang diprakarsai oleh Eric Morley pada tahun 1951 dan pertama kali diadakan di Inggris. Awalnya acara ini diadakan sebagai festival kontes bikini untuk mempromosikan pakaian renang yang baru diperkenalkan pada saat itu. Namun kemudian, oleh media disebut-sebut sebagai Miss World.

Kontes ini direncanakan sebagai acara one off. Namun, setelah belajar tentang kontes Miss Universe yang akan datang, Morley memutuskan untuk membuat kontes acara tahunan.

3

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.25 4


(13)

3

Morley juga membentuk Miss World Organization yang mengelola final tahunan Miss World, sebuah kompetisi yang akhirnya tumbuh menjadi salah satu kontes terbesar di dunia. Setelah kematian Eric Morley pada tahun 2000, Istri Morley, Julia Morley, menggantikan dia sebagai Chairwoman of Miss World Organization, dengan waralaba di lebih dari 130 negara dan mampu meraup untung hingga melampaui 450 juta USD.

Pada pelaksanaan kontes, sebelum final delegasi masing-masing negara harus memenangkan gelar nasional di negaranya atau Miss khusus yang ditunjuk sebagai pemegang lisensi Miss World setempat. Final kontes Miss World yang berlangsung tahunan itu biasanya digelar dengan serangkaian acara selama satu bulan, dengan beberapa acara awal, seperti makan malam, pertemuan-pertemuan dan berbagai kegiatan, yang diakhiri dengan puncak acara penobatan Miss World yang disiarkan secara global.

Media Seputar Indonesia dan Republika adalah media yang memberitakan

Miss World 2013. Sindo memberitakan Miss World pada tanggal 31 Oktober 2013 mengangkat judul “Jangan Berlebihan Menilai Miss World” dan Republika pada tanggal 08 September 2013 dengan judul “MIUMI Tolak Miss World” terlihat kedua media tersebut mengangkat judul yang berbeda pada isu yang sama.

Meski terlihat begitu isu ini dibingkai oleh media yang berbeda kepentingan dan latar belakang yang berbeda. Sindo merupakan grup dari perusahaan MNC yang juga penyelenggara ajang tersebut sedangkan Republika adalah media yang secara ideologi bisa dikatakan dekat dengan Islam.


(14)

4

Dari pemaparan di atas untuk mengetahui lebih jauh perbedaan bingkai berita antara Sindo dan Republika dan bagaimana media tersebut mengkonstruksi isu Miss World 2013 peneliti tertarik meneliti harian Sindo dan Republika yang mengangkat judul penelitan Konstruksi Pemberitaan Miss World 2013 Di Media Massa” (Analisi Framing Pada Harian Sindo dan Republika).

B. Perumusan Masalah

Rumusan penelitian adalah:

a. Bagaimana harian Sindo membingkai pemberitann Miss World 2013 pada tanggal 31 Oktober 2013 dan Republika 08 September 2013 ?

b. Apakah terdapat perbedaan bingkai dalam pemberitaan Miss World 2013 di harian Sindo dan Republika ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bingkai berita Miss Word 2013 pada harian Sindo Tanggal 31 Oktober 2013 dan Republika 08 September 2013.

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan bingkai berita pada kedua media tersebut.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis.

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk pengembangan Ilmu Komunikasi khusunya komunikasi massa melalui analisis framing.


(15)

5

b. Manfaat Praktis.

Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap praktisi media, khususnya media cetak dalam menganalisis berita melalui analisis framing dan bisa menjadi motivasi terhadap praktisi media untuk tetap menjaga kode etik yang ada dalam pembuatan suatu berita. Dapat membantu untuk penelitian selanjutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di perpustakan Utama Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Beberapa judul skripsi yang ditemukan oleh peneliti ternyata memiliki kesamaan dan perbedaan.

Ada beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan analisis framing dalam penelitian mereka, diantaranya: Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun SBY Budiono di Harian Media Indonesia karya Muhammad Rifat Sauqi. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah Media Indonesia dalam hal ini mengkritik kinerja pemerintahan SBY dan Budiono dan lebih menekankan evaluasi dibidang ekonomi, hubungan internasional, penegakan hokum dan politik.


(16)

6

Dan pada penelitian tersebut saudara Muhammad Rifat Sauqi menemukan bahasa jurnalistik yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik seperti

“mendepak” dan “Penggulingan”5

Skripsi dengan judul Konstruksi Media Cetak Atas Realitas Meninggalnya Soeharto (Analisi Framing Pada Koran Republika Edisi 28, 29 Dan 30 Januari 2008) karya Etih Rusitah. Hasil temuan dari saudari Etih Rusitah adalah terdapat perbedaan pemberitaan meninggalnya Soeharto dari ketiga edisi tersebut. Pada tanggal 28 dipahami sebagai bentuk pangggilan Allah, tanggal 29 wujud kepulangannya menemui kepada sang khalik, sedangkan tanggal 30 peristiwa itu sebagai suatu kehendak Allah.6

Skripsi dengan judul Konstruksi Pemberitaan Buku Membongkar Gurita Cikeas Karya George Junus Aditjondro (Analisi Framing Pada Jurnal Nasional) karya Mimi Fahmiyah. Beberap kesimpulan yang disimpulkan saudarim Mimi Fahmiya yaitu berita pertama dengan judul “SBY tidak tertarik bahas buku Aditjondro” menggunakan jenis lead stetment lead atau teras berita pernyataan.7

Skripsi dengan judul Kontroversi Pemberitaan Pengangkatan Idrus Marham Sebagai Ketua Panitia Khusus Century (Analisis Framing Model Zonda Pan Dan Gerald M. Kosicky Terhadap Harian Media Indonesia Dan Rakyat Merdeka) karya

5

Muhammad Rifat Syauqi, “Analisi Freming Pemberitaan Pemerinthan SBY Budiono di Harian Media Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Negri,

Jakarta)

6

Etih Rusita, “Kontruksi Media Cetak Atas Meninggalnya Soeharto, Analisi Freming Pada

Koran Republika Edisi 28,29 dan 30 Januari 2008,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Jakarta, 2008 )

7

Mimi Fahmiyah, “Konstruksi Pemberitaan Buku Membongkar Gurita Cikeas Karya George

Junus Aditjondro,Analisi Framing Pada Jurnal Nasional,”( Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Negri, Jakarta2011)


(17)

7

Arsyil Taslim. Kesimpulan dari skrpsi saudara Asyril Taslim terjadinya perbedaan bingkai anatara Harian Media Indonesia yang mengemas berita dengan menggunakan bahasa yang formal dan lebih halus dan tidak mencolok berbeda dengan Harian Rakyat Merdeka yang menggunakan bahsa informal dan mencolok8.

Skripsi dengan judul Konstruksi Media Cetak Atas Realitas Analisi Framing

Terhadap Majalah Tabligh. Karya Herni Ramdlaningrum. Hasil dari penelitian saudari Herni ini membuktikan bahwa media merupakan agen konstruksi yang mana majalah tabligh telah mengkonstruksi pemahaman Islam dan isu kontemporer.9 Meskipun penulis melakukan tinjauan terhadap penelitian terdahulu, penelitian ini tetaplah berbeda dalam hal isu berita, model framing dan teori yang digunakan.

F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma konstrusionis yaitu memandang kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural tetapi hasil dari konstruksi, oleh karena itu konsentrasi pada analisis konstruksionis yaitu menemukan bagaiman peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi dan dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.

8

Arsyil Taslim, “Kontroversi Pemberitaan Pengangkatan Idrus Marham Sebagai Ketua

Panitia Khusus Century Analisis Framing Model Zonda Pan Dan Gerald M. Kosicky Terhadap

Harian Media Indonesia Dan Rakyat Merdeka” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Jakarta, 2011 )

9

Herni Ramldningrum, “Kontruksi Media Cetak Atas Realitas, Analisi Freming Terhadapa

Majalah Tabligh,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Jakarta, 2010)


(18)

8

Paradigma konstrusionis mempunyai karakteristik tersendiri apabila dibandingankan dengan paradigma positivis.10 Paradigma positivis sendiri melihat komunikasi sebagai bentuk pengiriman pesan dan proses bagaimana pesan terkirim dari pengirim ke penerima. Proses tersebut dilihat secara linier dari pengirim ke penerima.11

Isi media sebenarnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa sendiri tidak hanya sebagai alat mereperentasikan realitas, namun juga bisa menentukan seperti apa yang ingin diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa memiliki peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksinya.12

Banyak kasus yang ditemukan bahwa kelompok yang memiliki “power”

mengendalikan makana ditengah-tegah pergaulan sosial melalui media massa. Terlihat penyampaian suatu berita oleh media massa bahasa yang digunakan bisa menggambarkan citra tertentu yang akan mempengaruhi khalayak. Menurut De Fleur dan Ball-Rokech (1989) ada beberapa cara media mempengaruhi bahasa dan makna antara lain mengembangkan kata-kata lain beserta makna, memperluas makna dan istilah-istilah yang ada. Dengan begitu penggunaan bahasa cara penyampaian suatu realitas tertentu jelas berimplikasi terhadap makna yang muncul.

10

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.38

11

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.38

12


(19)

9

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pendekatan kualitatif. Pendektan kualitatif adalah pendekatan yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan keseluruhan atas objek yang akan diteliti untuk mendapatkan data-data yang akan dianalisis dan didapatkan kesimpulannya.

Dalam penelitian kualitatif, pembinaan realitas ini dilakukan melalui logika-justifikasi atau menyediakan suatu contoh rangkaian bukti yang bisa mendukung suatu asumsi yang dibuat.13

Penelitian dilakukan untuk memahami dan menjelaskan fenomena-fenomena yang telah berjalan dan sedang berjalan. Pentingnnya penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan data-data yang berbentuk lisan dan tulisan, peneliti dapat memahami lebih mendalam fenomena dan setting sosial yang berhubungan dengan fokus masalah.14

Proses pengumpulan informasi atau data penelitiaan yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif senantiasa membina rangkaian cerita yang dapat memberikan gambaran tentang sebab akibat, hubungan antara persoalan-persoalan atau kasus-kasus dalam fenomena yang diteliti. Pendekatan penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimulai dengan persoalan seperti mengapa, bagaimana, apa, dimana, dan bilamana.15

13Iskandar,“

Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial”(Jakarta, Referensi,2013),h.17-19.

14

Iskandar,“Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial”(Jakarta, Referensi,2013),h.189

15


(20)

10

Adapun ciri-ciri pelitian kualitatif yaitu:

a. Penelitian terlibat langsung dengan setting sosial penelitian.Peneliti tidak dapat dengan mudah mewakili kehadirannya dilpangan melalui orang lain, peneliti harus terjun langsung mengamati kelapangan.

b. Berisfat deskriptif. Dalam melakukan penelitian kualitatif biasanya peneliti menemukan data dalam bentuk foto, kata-kata, catatan data dilapangan, data-data tersebut harus dideskripsikan.

c. Menekankan makna proses dari pada hasil penelitian. Data-data seperti gambar dan sebagainya hanya bermakna jika diberikan vrifikasi atau tafsiran secara akurat oleh peneliti. Tafsiran akan lebih bermkana jika peneliti dapat melalui proses penelitian dengan perspektif data perilaku atau gambar itu bermakna.

d. Menggunakan pendekatan analisis induktif. Analisis induktif ini dimulai dengan pengamatan fenomena-fenomena kemudian mempolakan atau menafsirkan hasil penelitian dan diinterpretasi atau dimaknai sebagai kesimpulan untuk membangun teori dan hipotesis.

e. Penelitian merupakan instrumen utama (human instrument). Peran peneliti merupakan instrumen oleh karena itu seorang peneliti harus siap untuk memasuki setting sosial objek dan diharapkan mampu mengusai wawasan terhadap bidang yang diteliti.


(21)

11

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang pada paradigma naturalistik atau fenomologi. Penelitian kualitatif dilakukan dalam setting alamiah terhadap fenomena dan penelitian kualitatif juga memiliki beberapa teknik pengumpulan data untuk menggambarkan suatu fenomena seperti teknik observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian16

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu penelaahan terhadap refrensi-refrensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian, baik itu bersumber dari buku, internet, majalah ataupun hal yang berkaitan dengan Miss World 2013. Data tersebut dapat bermanfaat untuk menguji, menafsirkan bahkan menjawab permasalahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah framing

model Gamson dan Modigliani, yaitu melihat bagaimana media dan wartawan menyajikan suatu isu, apa yang ditonjolkan dan apa dihilangkan. Dalam formulasi yang dibuat oleh Gamson dan Modigliani frame dipandang sebagai cara bercerita atau “Story Line” dan gagasan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan wacana.17 Perangkat framing

yang dikemukan Gamson dan Modigliani dapat digambarkan sebgai berikut:

16

Iskandar,“Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial”(Jakarta, Referensi,2013),h.190

17


(22)

12

Tabel 1

Framing Model Gamson dan Modigliani

Frame cetral organizing idea for making sense of relevant,sugusting what is at issues

Framing Devices Reasoning Devices

1 Methapors (Perumpamaan atau pengandaian)

Reasoning Devices (Prangkat Penalaran)

2 Catchpharases (frase yang menarik kontras atau menonjol)

Roots ( Analisi Kasual atau Sebab-akibat)

3 Exemplar ( Mengaitkan bingkai dengan contoh)

Appeals to principle (premis dasar atau klaim-klaim)

4 Depiction ( Penggambaran atau pelukisan suatu isu )

Consequences ( Efek atau konsekuensi yang di dapat dari bingkai)

5 Visual Images ( Gambar atau grafik, citra yang mendukung bingkai)

5. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pemberitaan Miss World 2013 di harian Seputar Indonesia dan Republika.

Tabel 2

Pemberitaan Miss World 2013 di Koran Sindo dan Republika

NO Koran Judul

1 Seputar Indonesia : 13 Oktober 2013

Jangan Berlebihan Menilai Miss World


(23)

13

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam proses penulisan maka sistematika terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab yaitu:

BAB I Pendahuluan Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kerangka Teori Membahas Tentang Teori Kosntruksi Sosial, Konstruksi Media Cetak, Konseptualisasi Berita, Framing, dan

Framing model Gamson dan Modigliani.

BAB III Gambaran Umum Profil Koran Sindo dan Republika, Visi Misi dan Struktur Redaksi.

BAB IV Analisis Data Penelitian Membahas Tentang Konstruksi Pemberitaan

Miss World 2013 di Harian Sindo Tanggl 31 Oktober 2013 dan Republika Tanggal 08 September 2013, Perbedaan Bingkai Berita

Miss World 2013 di Harian Sindo dan Republika.


(24)

14

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Konstruksi Sosial

Teori konstruksi sosial merupakan suatu ide atau prinsip utama dari kelompok pemikiran atau kultural. Pemikiran ini menyatakan bahwa dunia sosial tercipta karena adanya interaksi antar manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman. Dengan demikian setiap orang pada dasarnya memiliki teori pribadinya mengenai kehidupan.18 Teori tersebut memiliki posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks yang dihasilkannya.

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh, Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Berger dalam tesisnya mengtakan manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus. Dalam pandangan Berger sebuah realitas tidak terbentuk dengan sendirinya namun dibentuk dan dikonstruksi.19 Pemahaman seperti ini membuktikan bahwa setiap orang memiliki konstruksi masing-masing yang berbeda atas realitas. Karena setiap orang memiliki pengalaman, pendidikan dan lingkungan masing-masing.Sekarang ini teori konstruksi sosial telah melibatkan media yang sangat berperan aktif dalam pembentukan suatu realitas.

18

Morissan. “Teori Komunikasi Massa” (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010),h.32

19


(25)

15

Dalam pandangan konstruksionis, media bukan hanya dipandang sebagai saluran yang bebas, bisa juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, dan pemihakannya.20 Berger dan Luchman menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Konstruksi dalam pandangan mereka tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dan kepentingan-kepentingan.21

Oleh karena itu kita sering menemukan berita yang yang diangkat dalam suatu media baik itu media cetak maupun Online memiliki perbedaan maksud walaupun isu yang diangkat sama. Hal ini membuktikan bahwa teori konstruksi media massa terjadi, dengan wartawan atau jurnalis. Hal tersebut membuktikan bahwa isi media pada hakikatnya adalah konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Bahasa yang digunakan seorang wartawan tidak hanya sebagai alat untuk merepresentasikan realitas namun juga bisa dijadikan sebagai alat untuk membentuk suatu realitas. Akibatnya media mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makana dan gambaran yang di hasilkan dari realitas yang dikonstruksinya.22 Sebaliknya kelompok positivis memandang berita sebagai cerminan dari sebuah realitas. Jurnalis atau wartawan yang baik adalah wartawan yang bisa memindahkan suatu realitas kedalam berita.

20

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.23

21

Alex Sobur,Analisis Teks Media, (Bandung: PT.Rosda Karya, 2009) h.91

22


(26)

16

Namun apakah berita yang dipindah seorang wartawan sesuai dengan relitas yang ada, sangat tergantung dengan wartwan. Wartawan bisa menyajikan suatu realitas secara benar jika bertindak profesional dan menyingkirkan keberpihakan dan sehingga apa yang diungkapkan murni fakta. Sangat berbeda dengan pandangan konstruksionis yaitu wartawan sebagai partisipan yang menjembatani subjektifitas pelaku sosial.23 Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri terhadap media, wartawan dan berita, mereka memandang bahwa24 :

a. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi b. Media adalah agen konstruksi

c. Berita bukan refleksi dari realitas

d. Berita bersifat subjektif / konstruksi atas realitas e. Wartawan bukan pelapor. Ia agen konstruksi realitas

f. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang penting dalam produksi berita

g. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita

B. Konstruksi Media Cetak

Pada tahun 1970 perhatian orang beralih pada isi pesan media karena itu ketika pemberitaan media massa dinilai bias. Orang mempertanyakan objektivitas berita yang disampaikan media dan muncul perdebatan mengenai nilai berita.

23


(27)

17

Pada tahun 1980 menyadari bahwa pembahasan mengenai efek dan objektivitas media massa tidak akan memberikan jawaban yang memuaskan tanpa menelusuri situasi internal media. Berbagai penelitian menunjukan bahwa isi pesan media sangat dipengaruhi oleh berbagai pengaruh internal dan eksternal.25

Perkembangan media dari zaman ke zaman terus mengalami kemajuan dan perubahan, Marshall Mcluhan bersama Quentin Fiore megatakan ada empat era atau zaman dalam sejarah media yaitu, era kesukuan, tulisan, cetak dan elektronik.26 Media massa memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi realitas atau peristiwa. Media sebagai bagian dari lingkungan sosial tidak hanya menyampaikan suatu peristiwan akan tetapi media ikut juga dalam memproduksinya dalam artian media dalam menyampaikan suatu peristiwa banyak faktor yang mempengaruhi seperti kebijakan lembaga media atau mungkin pandangan wartwan itu sendiri.

Konstruksi artinya adalah membentuk, membangun atau melukiskan, merancang dan sebagainya. Sementara media adalah alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan suatu pesan kepada khalayak sedangkan khalayak tersebut adalah banyak dan jauh. Cetak adalah suatu media yang dicetak secara berkala seperti koran, majalah dan lain-lain. Penemuan mesin cetak memberikan tanda munculnya era cetak dalam peradaban manusia dan awal revolusi industri. Teknologi cetak memungkinkan orang untuk menyimpan informasi secara permanen dan tidak mengandalakan ingatan saja.27

25

Morissan. “Teori Komunikasi Massa” (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010),h.42

26

Morissan. “Teori Komunikasi Massa” (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010),h.32 27


(28)

18

Stephe reese (1991) mengemukakakan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil dari tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media, dengan kata lain isi atau konten media hasil dari kombinasi program internal, keputusan menejerial dan editorial, serta pengaruh ekternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintahan, pemasang iklan dan sebagainya.28

Media dalam menyampaikan berita tidak boleh hanya memberikan pada satu isu tertentu saja. Prisnsip keragaman berita adalah upaya menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan. Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik-topik yang relevan bagi masyarakat. Pada pemebritaan suatu media seringkali terjadi penyimpangan terhadap realitas, memberikan gambaran negatif terhadap kelompok-kelompok minoritas.29 Dibawah ini pihak-pihak yang berpengaruh terhadap pembentukan isi pesan media:30

a. Penguasa atau pemerintah memberikan pengaruh besar terhadap isi pesan media. Kekuatan media dalam membentuk agenda publik sebagian tergantung pada hubungan media bersangkutan dengan kekuasaan. Jika kelompok media memiliki kedakatan dengan kelompok elit pemerintahan, maka kelompok tersebut akan mempengaruhi apa yang harus disampaikan media.

b. Masyarakat umum memberikan pengaruh besar kepada organisasi media. Pengaruh tersebut dapat berasal darimana saja, bersifat terus menerus dan muncul dalam setiap hubungan yang dilakukan media dengan pihak luar.

28

Morissan. “Teori Komunikasi Massa” (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010),h.45

29

Morissan. “Teori Komunikasi Massa” (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010),h.63

30


(29)

19

c. Kelompok penekan berupa organisasi atau kelompok baik formal dan informal seingkali berupaya mempengaruhi apa yang dilkukan media, dengan cara membatasi isi atau pesan media kepada masyarakat.

d. Media dan pemilik merupakan hal yang sangat membengaruhi isi pesan suatu media karena memiliki kekuasaan besar terhadap media tersebut.

e. Pemasang ikalan juga berpengaruh pada isi pesan media yang dirancang dengan sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola yang sama dengan pola konsumsi dan target konsumen.

f. Audien merupakan hal penting bagi media karena audien adalah konsumen media. Keberhasilan suatu media sangan ditentukan oleh seberapa besar media bisa memproleh pembcanya, pendengar dan penonton.

g. Internal organisasi juga memberikan pengaruh terhadap isi pesan media karena bagaimana rutinitas dan prosedur yang terdapat dalam oraganisasi mempengaruhi media.

C. Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita

Dalam keseharian kita sering mendengar istilah berita, tapi tidak semua orang tau apa dan mengapa disebut berita. Menurut Willard C. Blayer berita adalah suatu peristiwa atau kejadian yang diperoleh seorang wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, cetak maupun elektronik seperti TV, Online.


(30)

20

Chilton R. Bush juga mengungkapkan berita adalah laporan mengenai peristiwa yang penting diketahui masyarakat dan juga laporan peristiwa yang semata-mata menarik karena berhubungan dengan hal yang menarik dari seorang atau suatu dalam situasi yang menarik.31 Dari definisi berita yang diungkapkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa berita merupakan suatu peristiwa atau kejadian, gagasan atau fakta yang menarik perhatian dan dianggap penting untuk disampaikan atau dimuat di media massa.

Definisi diatas menjelaskan bahwa berita merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang baru terjadi dan dianggap menarik dan layak dimuat dalam suatu media untuk diberitakan kepada khalayak banyak. Dalam suatu berita ada beberapa unsur yang harus diperhatikan yaitu berita itu harus fakta yang aktual, menarik atau ada faktor yang luar biasa, yang harus disampaikan kepada khalayak agar menjadi sebuah kesadaran dan pembelajaran.32

Namun yang menjadi pertanyaan besar dewasa ini adalah apakah setiap peristiwa atau kejadian disebut berita. Banyak kejadian yang diangkat oleh suatu media bisa dikatakan berita namun banyak juga kejadian atau peristiwa yang tidak diangkat oleh media apakah itu masih bisa dikategorikan sebuah berita.

31

Sedia Willing Barus.Jurnalistik “Petunjuk Teknis Menulis Berita” (Jakarta:Penerbit Erlangga,2010),h.26

32


(31)

21

Berita juga dapat didefinisikan sebagai suatu yang dianggap berbeda bagi orang atau masyarakat yang berbeda pula. Faktor-faktor tradisi, agama, dan kepercayaan ikut memainkan peran dalam menetukan suatu berita.33

Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Mac Dougall, setiap hari ada jutaan peristiwa di dunia ini dan semuanya secara potensial dapat menjadi berita. Peristiwa-perstiwa itu tidak serta merta menjadi berita karena batasan yang disediakan dan dihitung, mana berita dan mana bukan berita.34 Berita berasal dari peristiwa yang dianggap memiliki nilai. Nilai ini juga memerlukan bagaimana peristiwa tersebut dikemas.35 Dibwah ini unsur-unsur yang terdapat dalam suatu berita:

a. Informasi b. Peristiwa

c. Dibatasi oleh waktu. d. Faktual / fakta

e. Merupakan pernyataan

f. Disampaikan dan diterima oleh manusia g. Sumbernya jelas

h. Mengandung kebenaran

33

Asep Saiful Muhtadi, Jurnalistik “Pendekatan Teori dan Praktik” Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009),h.109

34

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.102 35

Pamela J. Shoe Maker, Hadrwires Foe News : “Using Biologycal and Cultural Evolation to


(32)

22

2. Jenis Berita

Setiap hari para jurnalis baik dari media cetak maupun elektronik berpikir untuk menentukan cerita-cerita apa yang akan diangkat sebgai berita. Proses pemilihan ini dilakukan untuk mencari mana yang paling menarik atu relevan bagi para pembaca atau pendengar.Dalam proses seperti itu tidak ada formula ilmiah yang dijadikan standar nilai berita, tetapi lebih dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dilapangan selama menjadi reporter. Karena elemen-elemen berita yang secara konvensional digunakan biasanya sangat membantu para reporter sekaligus dapat dijadikan “guide” bagi para reporter dan editor dalam melakukan seleksi.36

Kelompok reporter, bagi media massa manapun, merupakan kelompok penting. Mereka mengetahui apa yang disebut berita, bagaimana cara menemukannya, dan dimana terdapat sumber berita. Kemanapun mereka pergi, mereka dibimbing oleh suatu kenyataan bahwa mereka adalah reporter, karena selalu melakukan evaluasi terhadap pengalamnnya sehari-hari untuk mendapatkan berita yang bernilai.37

Proses kerja dan produksi sebuah berita adalah konstruksi, peristiwa yang satu dianggap sebuah berita dan yang lain tidak adalah sebuah konstruksi. Media dan wartawan yang mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga perstiwa yang satu dinilai penting. Ada semacam standar atau nilai yang digunakan seorang wartwan atau media untuk melihat realitas, selain nilai prinsip lain dalam proses produksi berita.38

36

Asep Saiful Muhtadi, Jurnalistik “Pendekatan Teori dan Praktik”,h.120 37

Asep Saiful Muhtadi, Jurnalistik “Pendekatan Teori dan Praktik, h.121

38


(33)

23

Nilai berita adalah produk dari konstruksi seorang wartawan. Setiap hari banyak peristiwa yang terjadi yang memiliki potensi untuk dijadikan sebuah berita namun pada kenyataannya hanya beberapa saja yang diangkat menjadi sebuah berita.

Semua proses ini ditentukan oleh nilai berita yang merupakan ideologi professional seorang wartawan yang memberi prosedur bagaimana peristiwa yang begitu banyak disaring dan ditampilkan kepada khalayak.39

Adapun kategori berita sebgai berikut:

Tabel 3

Kategori Berita Menurut Tuchman

Hard News Berita yang terjadi saat itu juga. Berita ini sangat dibatasi waktu dan aktualitas. Semakin cepat diberitakan semakin baik bahkan ukuran keberhasilan dari berita ini adalah bisa peristiwa yang direncanakan atau tidak direncanakan.

Soft News Yang termasuk dalam kategori ini adalah peristiwa yang berhubungan dengan kisah manusiawi. Berita ini tidak dibatasi oleh waktu, bisa diberitakan kapan saja, 23nsure yang ditonjolkan disini adalah yang menyentuh emosi dan prasaan khlayak.

39


(34)

24

Spots News Kategori ini adalah subklasifikasi dari kategori hard news. Peristiwa yang diliput tidak bisa direncanakn, misalnya kebakaran, kebanjiran.

Developing News Develoving news adalah bagian dari hard news. Baik spots news maupun develoving news umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga namun pemberitaan pada develoving news terus berlanjut seperti jatuhnya pesawat pertama mungkin diberitakan nama pesawat selanjutnya nama korban dan sebab jatuhnya pesawat.

Continuing News Continuing news adalah sublasifikasi lain dari hard news. Dalam continuing news peristiwa bisa diprediksikan dan direncanakan

Sumber : Buku Eeiyanto Analisis Framing

Definisi diatas menjelaskan bahwa berita adalah peristiwa atau kejadian yang dianggap berbeda dan layak untuk diberitakan. Karena itu untuk mencapai sukses dalam suatu pemeberitaan suatua objek, seorang jurnalis atau reporter harus terlebih dahulu mempertimbangkan tulisanya sebelum diserahkan kepada editor. Evan Hill dan john J. Breen dalam bukunya Reporting Writing The News memberikan kriteria berita yang baik dan menarik yaitu berita merupakan peristiwa yang baru, berita harus memberikan informasi yang belum diketahui pembaca, menarik, bisa menanmbah pengertahuan pembaca.


(35)

25

Kreteria tersebut ada pada suatu peristiwa maka peristiwa tersebut bisa dijadikan sebuah yang layak untuk dipublikasikan. Karena itu seorang jurnalis yang baik harus bisa menemukan berita diantara fakta-fakta yang ditemuinya sehari-hari. Tidak semua fakta bisa memnuhi kriteria tersebut.40

Sadar atau tidak berita merupakan hasil konstruksi seorang jurnalis yang dipahami atas sebuah realitas yang dituangkan secara utuh dan apa adanya persis seperti realitas dilapangan.Terkadang sebuah realitas dijadikan sebuah pembenaran untuk menutupi subjektifitas dari seorang jurnalis. Pandangan kaum konstruksionis melihat realitas itu bersifat subjectif, karena relitas itu sendiri tercipta dari sudut pandang wartwan itu sendiri. Realitas itu berbeda-beda tergantung, bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.41

D. Analisis Framing

Pada dasarnya analisis framing merupakan versi terbaru dalam pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai

framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson tahun 1955. Akhir-akhir ini konsep

framing telah digunakan secara luas dalam ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media.42

40

Asep “aiful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik h. 41

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media” (Yogyakarta: LKIS,2012),h.19

42Alex Sobur “Analisis Teks Media”(


(36)

26

Dalam ranah studi komunikasi, analisi framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perespektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi.

Konsep dari framing itu sendiri bukan murni dari konsep ilmu komunkasi, akan tetapi dipinjam dari kognitif (psikologi). Dalam prakteknya, analasis framing

juga membuka peluang bagi implementasi konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi.43

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara atau idiologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik atau lebih diingat. Untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Analisis framing secara sederhana bisa digambarkan sebagai analisis sesuatu kejadian atau peristiwa yang dibingkai oleh suatu media. Pembingkai tersebut pasti terlebih dahulu dikonstruksi dengan cara dan teknik apa peristiwa itu ditekankan dan ditonjolkan.

Ada dua aspek dalam framing, pertama, memilih fakta atau realitas. Proses pemilihan fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan-wartawan tidak mungkin melihat peristiwan tanpa perespektif. Dalam memilih fakta selalu terkandung dua kemungkinan apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (exlude). Bagaimana yang ditekankan dalam realitas.

43


(37)

27

Bagian mana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu dan melupakan fakta yang lain.44

Aspek kedua dalam framing adalah menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih disajikan kepada khlayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa, dan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian prangkakat tertentu. Penempatan yang mencolok (menempatkn di

headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian lebel tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.45

Konsep framing dalam studi media banyak mendapat pengaruh dalam lapang psikologi dan sosiologi. Tetapi secara umum, teori framing dapat dilihat dalam dua tradisi, yaitu psikologi dan sosiologi. Pendekatan psikologi terutama melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, sesuatu atau gagasan tertentu.Teori framing misalnya banyak berhubungan dengan teori mengenai skema atau kognitif, bagaimana seseorang memahami dan melihat realitas dengan skema tertentu.46

Framing itu pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir dihadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa tersebut.

44

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.69 45

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.70

46


(38)

28

Framing dapat mengakibatkan suatua peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda apabila wartawan mempunyai frame

yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan pandangannya dalam berita.47

Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimakanai secara berbeda oleh media. Bahkan pemakanaan itu bisa jadi sangat berbeda. Realitas begitu kompleks, penuh dimensi, ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas suatu dimensi. Realitas pada dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaliknya dikonstruksi. Dalam proses konstruksi tersebut ada banyak penafsiran dan pemaknaan yang berbeda-beda dalam memahami realitas. Framing berhubungan dengan pendefenisian realitas. Bagaimana peristiwa dipahami, sumber siapa yang diwawancarai.

Semua elemen tersebut tidak dimakanai semata sebagai masalah teknis jurnalistik, tetapi sebuah praktik. Peristiwa yang sama menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda.48

Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dan kategori yang dikenal khalayak. Karena itu, framing menolong khalayak untuk memproses informasi kedalam kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu. Khalayak bukan disedikan informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggak ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya dan dikenal dalam benak mereka.49

47

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.83 48

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.139 49


(39)

29

Media melihat peristiwa dari kacamata tertentu maka realitas setelah dilihat oleh khalayak adalah realitas yang sudah terbentuk oleh bingkai media. Media cenderung melihat realitas sebagai sesuatu yang sederhana. Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut fokus. Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai. Misalnya pemberitaan media mengenai aksi mahasiwa. Pemberitaan banyak menampilkan bagaimana demontrasi akhirnya diwarnai dengan bentrokan. Berita panjang lebar menggambarkan proses bentrokan, dan akhirnya diwarnai dengan puluhan mahasiswa yang luka-luka.

Dengan menampilkan sisi seperti ini dalam berita ada sisi lain yang dilupakan yaitu apa tuntutan dari mahasiswa tersebut. Seolah dengan menggambarkan berita seperti itu, demonstrasi tersebut tidak ada gunanya.

Berita seringkali memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersebunyi.50

Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, luput atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan.51 Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.

50

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.142

51


(40)

30

Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol bahkan tidak dibertitakan, menjadi terlupakan bahkan tidak diketahui oleh khlayak. Framing adalah cara bagaimana perstiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dengan menekankan bagian tertentu.52 Ada beberapa definisi framing yang diungkapkan oleh para ahli. Meskipun berbeda dalam pendekatan dan pengertian, ada titik singgung utama dari defenisi framing tersebut.

Tabel 4

Definisi Framing Menurut Beberapa Ahli

Robert N. Etnman Proses seleksi isu dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang pas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi yang lebih besar dari pada yang lain.

William A. Gamson Cara bercerita atau gagasan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan kontruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan

(package). Kemasan itu semacam sekema atau struktur

52


(41)

31

pemahaman yang digunakan individu untuk mengkontruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang diterima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas dibentuk dan disedarhanakan sedemkian rupa untuk ditampilkan kepada khlayak. Peeristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik.

David E. Snow and Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistim kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi dan kalimat tertentu

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan individu untuk menempatkan, menafsirkan, mendefenisakan dan melebeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks kedalam bentuk dan pola yang mudah dipahami.

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki

Strategi kontruksi dan memproses berita. Prangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungka dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.


(42)

32

E. Model Framing Gamson dan Modigliani

Wiliam Gamson adalah sala satu ahli yang paling banyak menulis mengenai

framing. Gagasan Gamson dan Modigliani terutama menghubungkan wacana media disatu sisi dengan pendapat umum disisi yang lain. Dalam pandangan mereka wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa. Pendapat umum tidak cukup kalau hanya didasarkan pada survei khalayak. Data-data itu perlu dihubungkan dan diperbandingkan dengan bagaimana media mengemas dan menyajikan suatu isu. Bagaimana media menyajikan suatu isu menentukan bagaimana khalayak memahami dan mengerti suatu isu.53

Gagasan Gamson mengenai frame media ditulis bersama Andre Modigliani. Sebuah frame mempunyai struktur internal. Pada titik ini ada sebuah pusat organisasi atau ide, yang membuat suatu peristiwa atau kejadian menjadi relevan dan menekankan suatu isu. Sebuah frame umumnya menunjukkan dan menggambarkan

range posisi, bukan hanya satu posisi.54 Teori Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu disebut kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan suatu objek wacana.55

53

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.217 54

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.224 55


(43)

33

Rumusan atau model Gamson dan Modigliani didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat reprentasi media berita dan artikel terdiri atas package interpretatife yang mengandung konstruksi makna tertentu. Gamson juga melihat

framing sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seorang wartawan atau media memaknai suatu isu.

Ide sentral ini akan didukung wacana lain agar saling mendukung. Ada dua perangkat bagaimana ide sentral itu diterjemahkan kedalam teks berita yang pertama adalah Framing Device perangkat ini berhubungan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita yang kedua Reasoing Device dalam perangkat ini akan dibuat pembenaran dan penalaran dengan alasan tertentu agar khalayak menerima pesan yang disampaikan karena tampak sebagai kebenaran alamiah. Untuk lebih jelas model freming yang dikembangkan oleh Gamson dan Modigliani dibawah ini ada skema analisis framing model Gamson dan Modigliani 56

56


(44)

34

BAGAN 1

SKEMA FRAMING MODEL GAMSON DAN MODIGLIANI

MEDIA PACKAGE

CORE FRAME

CONDENSING SYMBOLS

FRAMING DEVICE REASONING DEVICE 1. Methapors

2. Examplars 3. Catchpharases 4. Depiction

5. Visual images

1. Rots

2. Appeal To Princple

3. Consequences

Sumber : Buku Alex Sobur, Analisis Teks Media

a. Core frame (gagasan sentral) pada dasarnya berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa, dan mengarahkan makna isu condensing syimbol (syimbol yang dimanfaatkan)


(45)

35

b. Condensing syimbol adalah hasil pencermatan terhadap interaksi prangkat simbolik (framing device dan resoning devices) sebgai dasar digunakannya perespektif.

c. Struktur framing device, mencakup methapors, exemplars, catchpharases, deviction, visual images.

1. Methapors dipahami sebagai cara memindah makna dengan merealisasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata seperti ibarat.

2. Examplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih dijadikan rujukan atau pelajaran.

3. Catcpharases adalah frase yang menarik, kontras atau menonjol dalam suatu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan.57

4. Deviction penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah, kalimat konotatif agar khlayak terarah ke citra tertentu.

5. Visual images, pemakaian foto, diagram, grafis untuk mengekspresikan kesan.

d. Struktur reasoning device, mencakup roots, appeals to principle, consequences.

1. Roots adalah pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek atau yang lebih dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain.

57


(46)

36

Tujuannya, membenarkan penyimpulan fakta berdasarkan hubungan sebab-akibat yang digambarkan atau dibeberkan.58

2. Appeal to principle, pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi pembenaran pembangunan berita.

3. Consequences adalah efek atau konsekuensi yang di dapat dari bingkai.59

58

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”h.225

59


(47)

37

BAB III

PROFIL HARIAN SINDO DAN REPUBLIKA

A. PROFIL SINDO

1. Sejarah Sindo

Harian Seputar Indonesia adalah surat kabar Indonesia yang pertama terbitnya pada hari Rabu tanggal 20 Juni 2005 di Jakarta. Sindo terbit selama tujuh kalai dalam seminggu. Target pembacanya adalah dari kalangan menengah ke atas mulai dari pendidikan sarjana dari usia 18 tahun samape 40 tahun.

Sejak September 2005 koran Sindo terbit dengan edis local, bagi pembaca yang berada diluar jabodetabek seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau. Selain itu juga koran Sindo terbit dengan edisi Nasional, yang membedakan dengan edisi lokal adalah jumlah halaman dan harga korannya per eksemplar.

Sejak 1 September 2005 , Koran Sindo terbit dengan edisi lokal bagi pembaca yang berada di luar Jabodetabek. Edisi lokal tersebut antara lain adalah :

 Edisi Jawa Barat. diterbitkan dan kantornya di Bandung, Jawa Barat

 Edisi Jawa Tengah dan Yogyakarta. Diterbitkan dan Kantornya berada di Semarang dan Solo , Jawa Tengah

 Edisi Jawa Timur. Diterbitkan dan Kantornya berada di Surabaya , Jawa Timur


(48)

38  Edisi Sumatera Utara, diterbitkan dan kantornya berada di Medan , Sumatera

Utara

 Edisi Sumatera Selatan, diterbitkan dan kantornya berada di Palembang , Sumatera Selatan

 Edisi Sulawesi Selatan, diterbitkan dan kantornya berada di Makassar , Sulawesi Selatan

 Edisi Sulawesi Utara, diterbitkan dan kantornya berada di Manado , Sulawesi Utara

 Edisi Luwu Raya, diterbitkan dan kantorya berada di Palopo, Sulawesi Selatan

 Edisi Kepulauan Riau. diterbitkan dan kantornya di Batam, Kepulauan Riau

2. Visi dan Misi Koran Sindo

1. Visi.

Sebagai koran keluarga yang hadir dengan berita yang kuat, aktual dan mendalam namun tetap bergaya dan penuh warna.

2. Misi.

Menjadi pelopor media Nasional terbedar di dunia dengan menguasai seluruh jaringan di Indonesia.

3. Struktur Redaksi Koran Sindo

a. Pimpinan Umum : Harry Tanoesoedibjo b. Wakil Pimpinan Umum : Syafril Nasution


(49)

39

d. Redaktur Pelaksana : Djaka Susila, Titis Widiyatmoko

e. Wakil Redaktur Pelaksana : Alex Aji Saputra, Dwis Sasongko, Masirom f. Redaktur : Achmad Faisal Nasution, Abdul Haki, Alviana

Harmayani masifrah, Army Dian Kurniawan, Azhar Asis, Boy Iskandar, Danang Arradian, Hatim Varabi, Mohammad Ridwan, Mohammda Faizal, Nurcholis, Shahaluddin, Sujono, Supriadi, Syahril Rasyid, Widaningsih, Wuri Hadiastuti, Yani Ardyansah, Zen Teguh Triwibowo

g. Asisten Redaktur : Abdul Haris, Abdul Rochim, Ahmad Baidowi, Agus Warsudi, Agung Nugroho, Ainun Najib, Andi Dwi Ananto, Anto Crisbyanto, Chamad Hojin, Donatos Nador, Edi Purwanto, Edi Yulianto, Estu Santoso, Fakhrul Hakiki, Hanna Farhana, Harley Ikhsan, Hatta Sujatmin, Helmi Firdaus, Hermanto, Hendri Irwan, Ma’ruf, Maria Cristiani Malau, Muhammad yamin, Muhibuli Kamali, M.iqbal, Irwan, Paijo, Pangeran, Puguh, Rahmat, Rusman, Salipawiatan, Mustofa, Parsono, Sudarsono, Suriya.

B. PROFIL REPUBLIKA

1. Sejarah Republika

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam. Republika Memiliki motto “Pegangan Kebenaran” untuk mewujudkan semngat baru dan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki era perubahan dari segala aspek. Koran republika pertama terbit pada 4 januari 1993.


(50)

40

Koran ini terbit di bawah bendera perusahaan PT Abdi Bangsa. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media

Pada tahun 1995, republika membuka sebuah situs web di internet, republika juga menjadi media pertama yang membuka percetakan jarak jauh (SCJJ) 1997. Pada tahun 2001 republika juga sebagai perusahaan penerbitan yang pertama terdaptar di bursa efek Jakarta. Republika juga koran komunitas terbesar dan koran nasional terbesar kedua di Indonesia.

Koran Republika juga koran yang membuat halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan pembaca, karena merupakan komitmen dari Republika untuk maju. Sekarang ini sudah banyak prestasi yang telah di ukir koran Republika antara lain adalah, Institusi Sosial Dompet Dhufa Republika, sebuah yayasan Mandiri yang dikelola oleh Republika yang bergerak dibidang kemanusiaan. Selain itu juga Republika juga pernah mendapatkan penghargaan “Perwajahan Terbaik” Menjadi Pelopor Desain Modern Versi Surat Kabar Pada Tahun 1994.

Salasatu filosofi yang selalu dipegang oleh Republika adalah menjadikan koran Republika menjadi koran ummat terpercaya yang mengedepankan nilai-nilai universal yang indah, toleran, cerdas, damai dan profesional namun memiliki prinsip menjaga persatuan bangasa dan kepentingan ummat Islam berdasarkan pemahaman “Rahmatan Lil Alamin”.


(51)

41

Pada tahun 2004 Republika dikelola oleh PT. Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT. Abdi Bangsa menjadi induk perusahaan (Holding Company). Dibawa PT RMM Republika terus melakukan gebrakan dan inovasi-inovasi baru.

Sejak awal juga Republika selalu dekat dengan hal-hal yang baru. Awal terbitnya juga Republika sudah menampilkan blok yang tak lazim namun masih tetap nyaman dibaca menurut koran-koran yang lain yang terlebihh dahulu terbit. Tak heran Republika mendapatkan gelar juara pertama perwajahan media cetak 1993 yang diadakan Serikat Grafika Press. Ciri yang terus meleka pada Republika adalah penerbitannya yang setiap hari mulai hari senin sampai sabtu, yang memberikan wawasan luas terhadap pembaca, Republika menyajikan informasi yang lebih luas dan ulasan yang secara mendalam.

Baik informasi mengenai pendidikan yang diterbitkan pada hari senin, mengulas tentang pendidikan metode pendidikan nasional, mulai tinggkat SD, SMP, SMA, hingga tingkat Universitas, serta memberikan informasi mengenai lembaga-lembaga informal. Info mengenai kesehatan dan pengembangan ilmu farmasi, terutama dari sisi teknologi farmasi, herbal dan jamu yang diterbitkan hari selasa. Rabu mengulas tentang perkembangan tren teknologi komunikasi misalnya HP, TV Leptop, kamis perkembangan teknologi otomotif misalnya mobil keluaran baru, sepeda motor, Jum’at memberikan informasi mengenai perkembangan bisnis property, dan akhir pekan atau sabtu memberikan informasi perkemabngan positif artis dan informasi tempat wisata. Dan minggu membahasa laporan utama yang membahas isi aktual dalam perespektif keluarga Indonesia.


(52)

42

Setiap bulan Ramdhan Republika juga mengangkat profil-profil tokoh yang ikut berjasa membangun Indonesia seperti Suharto, Hatta, Hamka dan lain sebagainya. Republika juga membuka tabloid dialog jum’at yang diterbitkan hari jum’at yang mengulas perkembngan Islam baik dalam negri maupun luar negri. Akrab dan cerdas inilah semboyan dari Republika yang melekat pada media yang beralamat Jl. Warung Buncit No 37 untuk bisa bersaing dengan media lain.

Penghargaan:

1. 1993: Juara Pertama Lomba Perwajahan Media Cetak

2. 2005: Koran Terbaik 2004 dari Dewan Pers, yang menilai dari sisi penerapan kaidah jurnalistik

3. 2006: Koran Terbaik 2005 dari Dewan Pers

4. 2007: Koran Nasional Terbaik 2006 dari Majalah Cakram, sebuah majalah komunikasi, kehumasan, dan periklanan.

5. Beberapa kali meraih penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sebagai koran berbahasa Indonesia terbaik, peringkat I maupun peringkat di bawahnya

2. Visi dan Misi Republika

a. Visi

Menjadikan Republika sebagai koran ummat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya dalam


(53)

43

menjaga persatun bangsa dan kepentingan ummat islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil Alamin.

b. Misi

Menciptakan dan menghidupkan sistem menejemen yang efesien dan efektif serta mampu dipertanggungjawabkan secara professional.

3. Struktur Redaksi Koran Republika

a. Pimpinan Redaksi : Ikhwanul Kiram Mashuri b. Wakil pimpinan Redaksi : Nasihin Masha c. Redaktur Pelaksana : Aryas Hilman d. Redaktur Senior : Anif Punto Utomo

e. Kordinator Daerah dan Trafic : Anif Punto Utomo

f. Wakil Redaktur Pelaksana I : Agung Pragitya Vazza / Asisten : Endro Cahyono

g. Wakil Redaktur Pelaksana II : Selamat Ginting / Asisten : Rahmad Sucipto

h. Wakil Redaktur Pelaksana III / Art Director : Sri Kumara Dewata Sari / Asisten Subroto

i. Asisten Redaktur Pelaksana IV : Nina Charaini j. Staf Redaksi : Ahmadun Y Herfandra

k. Sekretaris Redaksi : fachrul Ratzi

l. Asisten Redaktur Pelaksana I: Redaktur Hal I: Darman Septiyosa/ Redaktur Hal 13: Nurhasan Mutiazi / Redaktur Bisnis: Firkah Fansuri / Rdaktur Syari’ah: Arbiah Satriani


(54)

44

m. Asisten Redaktur Pelaksana II: Rdaktur Bola: Teguh Setiawan / Redaktur Arena: Johar Arif / Redaktur Internasional: Yeyen Rostiani dan Nurul Saleh Hammami / Redaktur Warna: Khorul Azwar Siregar / Redaktur City: Maman Sudiaman dan Budi Utomo / Redaktur Opini: Rahmat Hadi Sucipto

n. Asisten Redaktur Pelaksana III: Redaktur Hal I: Harun Husein / Redaktur Politik: Sabarkah / Redaktur Hukum: M. Irwan Arif Yanto / Redaktur Kesra: Siti Darojah dan Sri Wahyuni / Redaktur Nusantara: Asep Nurzaman / Redaktur Dialog Jum’at: Siwi Tri puji / Redaktur Iptek: Magfiroh yenni


(55)

45

BAB IV

ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Konstruksi Pemberitaan Miss World 2013 di Media Massa 1. Konstruksi Berita Miss World 2013 di Harian Sindo

Elemen inti pada teks berita Sindo adalah, sejumlah komponen bangsa diharapkan agar tidak terlalu berlebihan menilai ajang Miss World 2013 yang akan dilaksanakan di Indonesia, karena ajang tersebut juga memiliki manfaat dan nilai positif untuk mempromosikan budaya Indonesia dimata dunia. Di bawah ini kutipan inti berita pada teks Sindo.

“Sejumlah komponen bangsa meminta agar masyarakat tidak merespon berlebihan penyelenggaraan Miss World 2013 di Indonesia. Mereka melihat banyak sisi positif yang bermanfaat untuk bangsa ini”

Inti berita yang ada pada teks Sindo ingin menyampaikan bahwa, Ormas-ormas yang menolak diharapkan tidak terlalu berlebihan merespon ajang Miss World

2013 dan seharusnya lebih melihat sisi positif dari ajang tersebut. Untuk lebih jelas dalam menerjemahkan ide sentral atau bingkai yang dimuat pada harian Sindo dengan menggunakan teori Gamson dan Modigliani yaitu, melalui dua perangkat antara lain,

Framing Device dan Reasoning Device.

a. Framing Divice Atau Perangkat Pembingkai 1. Metaphors.


(56)

46

“jangan sampai ketika kita ingin membasmi nyamuk justru menghancurkan rumah sendiri”

Metaphors atau kiasan pada teks berita Sindo terlihat ingin menyampaikan kepada khalayak pembaca dan kelompok yang menentang Miss Word 2013 untuk tidak terlalu berlebihan dalam menyikapi penyelenggaraan Miss World 2013 di Indonesia.

Kiasan yang digunakan Sindo pada teks yaitu nyamuk dikiaskan sebagai Miss World 2013 dapat dimakanai bahwa ajang Miss World 2013 adalah masalah kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan dibandingkan masalah yang masih banyak di Indonesia.

Kiasan lain yang terdapat pada teks berita Sindo adalah rumah kita yang diibaratkan sebagai Indonesia. Analogi pada teks berita tampak bahwa Sindo ingin mengarahkan pembaca dan oknum yang menolak agar tidak terlalu memaksakan pendapat. Sindo memberikan sindiran kepada kelompok yang menentang penyelenggaraan ajang tersebut, untuk mampu menyampaikan tuntutannya dengan dewasa. Pemaksaan kehendak atau tuntutan, apalagi dengan cara kekerasan justru akan merusak nama bangsa Indonesia di mata dunia.

2. Exemplar.

Exemplar pada teks berita Sindo terlihat di bawah ini:

“Ketua DPR marzuki Ali, misalnya menilai Miss World bisa dijadikan sebagai sarana mempromosikan budaya bangsa di mata internasional. Kita jangan berlebihan menilai karena kalau melihat jahatnya, di negara ini banyak yang sebetulnya tidak baik, banyak sekali. Kalau dibandingkan hanya Miss World, rasanya kejahatan yang ada di Indonesia lebih kejam dari itu”


(57)

47

Pada teks tersebut Sindo membuat klaim seakan-akan kelompok yang menentang menganggap Miss World sebagai sebuah kejahatan yang dapat merugikan bangsa. Perbandingan yang dibuat pada teks Sindo dijadikan sebagai rujukan dan pelajaran untuk membenarkan perspektif dan pelengkap bingkai yang dibangun oleh media tersebut.

Pada teks tampak jelas bahwa Sindo ingin mengarahkan pembaca agar tidak hanya melihat sisi negatif ajang tersebut dengan cara membandingkan Miss World

dengan masalah besar lain yang masih banyak terjadi di Indonesia. Sindo ingin melihat kelompok yang menentang dalam posisi yang negatif atau salah karena terlalu membesar-besarkan pelaksanaan Miss World 2013 di Indonesia.

3. Catcpharases.

Catcpharases pada teks berita sindo terlihat di bawah ini:

“Kata Marzuki di gedung DPR, Senayan, Jakarta Kemaren. Dia Memandang sepanjang penyelenggaraan Miss World tidak melanggar aturan tentu tidak perlu dipersoalkan. Orang pamer kecantikan itu bagus. Kita patut bersyukur, kan cantik-cantik itu bagus karena ciptaan Allah SWT. Mereka juga dipilih karena kecerdasannya itu kan subhanallah”

Pada teks ini Sindo mengutip pemikiran Marzuki Ali untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa seorang Marzuki Ali yang dianggap sebagai tokoh di Indonesia dan seorang muslim dalam hal ini juga mendukung ajang Miss World 2013 di Indoneisa selama ajang tersebut tidak melanggar aturan yang ada.

Pemikiran yang disampaikan pada teks berita adalah ajang tersebut sebenarnya ajang yang tidak melanggar aturan agama namun ajang tersebut bisa dijadikan sebagai ajang mensyukuri dan mengagumi ciptaan Allah SWT.


(1)

74

DAFTAR PUSTAKA

Bachatiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.

Iskandar.

Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi,

2013

Muhtadi, Saeful Asep.

Jurnalistik Pedekatan dan Praktik. Jakarta: Logos

Wacana Ilmu,1999

Morissan. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010

Ramdlaningrum, Herni.

Kontruksi Media Cetak Atas Realitas, Analisis

Framing Terhadap Majalah Tabligh. Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Rihardi, Kujana. Bahasa Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011

Riswandi. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu, 2009.

Rusita, Etih. Kontruksi Media Cetak Atas Meninggalnya Soeharto, Analisi

Freming Pada Koran Republika Edisi 28,29 dan 30 Januari 2008. Skripsi S1

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008.

Sarwono, Jonathan.

Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009.

Syam, W, Nina. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Humaniora, 2009


(2)

75

Syauqi, Rifat Muhammad.

Analisi Freming Pemberitaan Pemerinthan SBY

Budiono di Harian Media Indonesia.

Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan komunikasi,

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatulla, Jakarta 2011.

https:

kangudo.wordpress.com/2013/09/03/sejarah-miss-world-dan-bagaimana-seorang-muslim-menyikapinya/

www.koran-sindo.com

www.republika.com


(3)

http://www.koran-sindo.com/node/328332 jangan Berlebihan Menilai Miss World Kamis 31 Oktober 2013

(Kiri-kanan) Bendahara Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Andi Tansi, Ketua Umum PB PMII Addin Jauharudin, Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Djihadul Mubarok, Ketua Bidang Hukum PB PMII Sabarudin Rery, serta Ketua DPP IMM Sudarto memberikan keterangan seputar pelaksanaan Miss World 2013 di Sekretariat PB PMII, Jakarta, kemarin.

JAKARTA – Sejumlah komponen bangsa meminta agar masyarakat tidak merespons berlebihan penyelenggaraan Miss World 2013 di Indonesia. Mereka melihat banyak sisi positif yang bermanfaat untuk bangsa ini. Ketua DPR Marzuki Alie, misalnya, menilai Miss World bisa dijadikan sebagai sarana mempromosikan budaya bangsa di mata

internasional.”Kita jangan berlebihan menilai karena kalau melihat jahatnya, di negara ini banyak yang sebetulnya tidak baik, banyak sekali. Kalau dibandingkan hanya Miss World, rasanya kejahatan yang ada di Indonesia lebih kejam dari itu. Makanya kita selesaikan dulu masalah-masalah yang ada di Indonesia,” kata Marzuki di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin. Dia memandang, sepanjang penyelenggaraan Miss World tidak melanggar aturan

tentu tidak perlu dipersoalkan. ”Orang pamer kecantikan itu bagus. Kita harusnya bersyukur, kan cantik-cantik itu bagus karena ciptaan Allah SWT. Mereka juga dipilih karena kecerdasannya itu kan subhanallah,” paparnya. Karena itu, kata dia, semua diminta tidak berpikiran kotor saat menyaksikan event tersebut. Kalau berpikiran bersih, tentu hal-hal yang dikhawatirkan tidak terjadi.

Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli menilai sikap asal tolak terhadap penyelenggaraan Miss World kurang bijak. Menurut dia, jika ada yang berkeberatan dalam kaitannya dengan budaya, solusinya adalah ruang dialog.Dia bahkan menyatakan penolakan atas ajang promosi budaya itu kurang punya alasan. ”Kalau soal budaya, Indonesia sebagai tuan rumah tentu menyesuaikan. Hal itu sebenarnya bisa dilihat dengan pemilihan tempat acara, yaitu di Bali, tempat pariwisata, tempat yang diyakini bisa menyedot wisatawan asing. Jadi ini malah bagus buat Indonesia,” kata Melani. Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin meminta semua pihak bijak dalam menyikapi Miss

World. ”Perlu kearifan semua pihak dalam menyikapi rencana penyelenggaraan Miss World di Bali.Kesediaan

bertoleransi pada diri kita atas berbagai pandangan yang beragam dengan melihat kepentingan yang lebih besar

harus dikedepankan,” kata Lukman Hakim. Menurut dia, ajang internasional itu justru harus dimanfaatkan untuk

lebih memperkenalkan budaya nasional di mata dunia. Di sisi lain, para penentang Miss World tersebut juga

diharapkan mampu menyampaikan tuntutannya dengan dewasa. ”Pemaksaan kehendak, apalagi dengan tindakan

kekerasan, harus benar-benar dihindari,” katanya.

Wahana Diplomasi Perdamaian Dunia Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Ja’far mengajak

masyarakat menyambut positif penyelenggaraan Miss World. ”Kita berpikir positif terhadap penyelenggaraan Miss

World. Karena beberapa hal atau agama jangan sampai dipakai sebagai alat untuk justifikasi kehidupan masyarakat global yang mau tidak mau menghampiri kita. Ini adalah sebuah keniscayaan dan sebuah sunatullah karena

pergaulan global yang tidak bisa kita bendung,” katanya di Gedung DPR kemarin. Dia berharap melalui ajang ini

masyarakat internasional dapat mengenal Indonesia. Saat ini potensi-potensi yang dimiliki Indonesia belum tersosialisasi dengan baik. Di samping diplomasi budaya dan pariwisata, Miss World diharapkan dapat menjadi wahana diplomasi perdamaian dunia. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia mendorong hal itu.


(4)

Marwan menilai para peserta dapat menjadi duta untuk menyuarakan bahwa kemiskinan dan disparitas sosial tidak boleh terjadi lagi. Hal ini bagus dan Indonesia tentunya menjadi bagian dari itu. Ketua Fraksi PKB DPR itu mengatakan ajang ini jangan dimaknai secara sempit. Apalagi panitia sudah menjelaskan bahwa acara ini titik nilainya difokuskan untuk mengeksplorasi kegiatan-kegiatan sosial, penanggulangan kemiskinan, pengangguran, dan lain-lain. Menurutnya, jangan dibenturkan hal teologis sehingga memunculkan kontroversi. Hal senada diungkapkan politikus Partai Demokrat Nova Riyanti Yusuf. Nova mengungkapkan banyak efek positif yang didapatkan dari perhelatan Miss World 2013 di Indonesia. Selain mempromosikan pariwisata dan budaya, ajang ini

juga menguji kemampuan para kontestan dari berbagai penjuru dunia. ”Selama ajang ini memberikan efek positif dan kontribusi kepada Indonesia, lanjutkan saja,” tutur Nova. Wakil Ketua Komisi IX DPR ini menyarankan agar

ajang kontes Miss World tidak perlu diperdebatkan bila mematuhi persyaratan budaya lokal dan menghargai

Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar.”Miss World ada gengsinya, jelas menguji kemampuan perempuan. Tidak hanya beauty, tapi juga brain dan behaviour,” paparnya. Beberapa tokoh wanita Indonesia mendukung penyelenggaraan Miss World 2013 di Bali dan Jakarta karena selain mempromosikan budaya bangsa,

juga membawa misi sosial. ”Kenapa dilarang (penyelenggaraan Miss World di Indonesia)? Tapi pendapat orang itu

berbeda-beda,” kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia Dewi Motik Pramono.

Menurut dia, kontestan yang ikut itu nantinya tidak hanya sebatas untuk menghibur masyarakat, tetapi mereka akan bekerja untuk misi sosial. Meskipun terjadi pro-kontra di kalangan masyarakat, perbedaan tersebut harus dihargai di tengah keberagaman Indonesia. Martha Tilaar mengatakan, dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Miss World yang diikuti 130 negara itu merupakan kesempatan untuk mempromosikan budaya dan keindahan alam Tanah Air. ”Miss World itu tidak seperti ajang yang lain. Ada talenta, sportivitas, musik. Mereka memotivasi anak yatim piatu dan sosial. Ajang itu membawa nama bangsa. Bukan hanya menonjolkan fisik, tetapi

juga kecerdasan dan talenta perempuan,” katanya. Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar sudah berkoordinasi dengan pihak penyelenggara. ”Kami sudah cek

kepada panitia bahwa semua harus dilakukan sesuai dengan budaya Indonesia.

Saat ini sesuai yang kami ketahui, mereka melaporkan tidak menggunakan bikini,” ucapnya. Adanya prokontra, menurut Linda, merupakan hal yang wajar karena bagian dari demokrasi. Politikus Partai Golkar Nurul Arifin juga ikut bicara. Dia mengungkapkan ajang Miss World tidak semata menitikberatkan pada kecantikan fisik. Namun, para kontestan juga harus membekali diri dengan empat kriteria khusus atau 4B, seperti brain, behaviour, beautiful,

dan brave.”Tidak mudah dan tidak semua perempuan memiliki kriteria tersebut. Masalah budaya, justru kita dapat menghadirkan hal-hal yang menjadi kekuatan Indonesia,” tutur anggota Fraksi Partai Golkar DPR tersebut. Menurutnya, ajang Miss World juga bisa dinilai dari sudut pandang positif, yaitu setiap perempuan memiliki hak untuk mengekspresikan diri. ”Kenapa para lelaki selalu meributkan masalah itu?” ucapnya. Dihelatnya Miss World yang dipusatkan di Bali dan Jakarta, tentu bisa menghadirkan hal hal yang menjadi kekuatan Indonesia. Bahkan, Indonesia memiliki posisi tawar untuk tidak memakai bikini. Menurut Nurul, Indonesia dapat mengatakan kepada dunia bahwa perempuan Indonesia memiliki karakter dan budaya yang tidak kalah dari sesamanya di negara-negara

lain. ”Justru inilah salah satu kesempatan untuk berkompetisi di tingkat dunia. Jadi, saya berharap kita tidak melulu berprasangka buruk. Apalagi datangnya dari perspektif laki-laki yang selalu mempolitisasi tubuh perempuan,” tegasnya.

Perekat Komunitas Internasional Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Addin Jauharudin mengatakan, komitmen pihak penyelenggara menyesuaikan cara berpakaian kontestan Miss World sesuai dengan norma dan budaya Indonesia patut diapresiasi. Dengan begitu, event ini tidak hanya positif bagi promosi wisata, tetapi juga dapat menjadikan Indonesia sebagai perekat komunitas internasional. ”Jadi ada misi

komunitas internasional yang perlu dijaga,” kata Addin di Kantor PB PMII Jakarta kemarin. Menurut dia, kontes

Miss World harus disikapi secara arif dan bijaksana. Jangan sampai kesalahan yang dilakukan dalam menyikapi kegiatan tersebut justru membuat citra Indonesia yang dipercaya menjadi tuan rumah tercoreng. Kepercayaan itu dinilai sebagai bukti kuat bahwa Indonesia dipandang sebagai negara ramah, damai, toleran, sekaligus menepis anggapan dan kekhawatiran adanya aksi teror.

Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Djihadul Mubarok mengajak semua pihak agar tidak terlalu berlebihan menyikapi Miss World. Dia menilai ada banyak masalah lain terkait kondisi bangsa ini yang perlu mendapat perhatian seperti masalah korupsi dan kesenjangan sosial. Dia juga menyarankan agar kalangan yang berkeberatan dengan kegiatan Miss World menyalurkan aspirasinya lewat saluran yang ada serta menghindari


(5)

tindakan yang dapat mencederai kebinekaan dan citra Indonesia di mata internasional. Setiap perbedaan pendapat, lanjut Mubarok, sebaiknya disikapi secara lebih dewasa melalui jalan dialog.”Jangan sampai ketika kita ingin membasmi nyamuk justru menghancurkan rumah sendiri,” ucapnya. Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menuturkan, sah-sah saja kontes itu digelar di Indonesia asalkan tidak serta-merta melupakan identitas

keindonesiaan. Kontes itu tetap harus diselenggarakan karena menyangkut nama baik Indonesia. ”Kalau protes

sekarang ya nggak fair dong. Karena kita sudah ditunjuk sebagai tuan rumah. Namun, yang seharusnya lebih

diperhatikan konsekuensi dari penyelenggaraan tersebut sejak awal,” ucapnya. rahmat sahid/ dita/ r ratna purnama / andi setiawan/ okezone/ant


(6)