commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gliserol merupakan suatu produk samping cukup besar yang dihasilkan dari proses produksi biodiesel. Gliserol yang dihasilkan pada setiap proses
produksi biodiesel mencapai 10. Pencucian gliserol pada limbah biodiesel menggunakan air rasio 1:2, 1:3, 1:4 dan 1:5 dan dilanjutkan dengan proses
pemisahan gliserol merupakan suatu proses penting berkaitan dengan kualitas biodiesel yang dihasilkan agar bisa memenuhi persyaratan SNI oleh suatu
biodiesel Karaosmanoglu et al., 1996. Pemisahan gliserol dapat dilakukan dengan beberapa proses seperti:
destilasi, adsorpsi, dan ekstraksi. Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan padatan, sedangkan destilasi
memerlukan energi yang tinggi, sehingga yang paling efektif adalah pemisahan dengan adsorpsi. Proses adsorpsi adalah salah satu metode pengolahan limbah
yang sederhana dan banyak dipakai untuk limbah organik Slamet dkk.,2006. Proses adsorpsi gliserol pada pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa macam adsorben, seperti: karbon aktif, lempung mineral tanah liat, zeolit alam, zeolit sintetis, silika ,alumina dan lain sebagainya. Namun
diantara beberapa macam adsorben tersebut karbon aktif paling mudah ditemukan dan memiliki luas permukaan paling besar, sehingga kemampuan untuk
mengadsorp juga paling besar Sri Wahyuni dkk.,2005. Karbon aktif adalah suatu bentuk arang yang sudah diaktifkan dengan
menggunakan gas CO
2
, uap air, atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka Jacob, 1949. Karbon aktif selain memiliki sistem pori juga memiliki
sedikit situs aktif pada permukaannya. Situs aktif tersebut akan berinteraksi dengan molekul gliserol yang mempunyai tiga gugus –OH serta rantai karbon
C
3
, sehingga akan terjadi proses adsorpsi gliserol oleh karbon aktif. Kemampuan adsorpsi karbon aktif dapat ditingkatkan dengan cara
peningkatan aktivitasnya, untuk membuka pori-pori karbon dari zat pengotor agar
1
commit to user 2
luas permukaan karbon semakin besar, sehingga banyak molekul yang dapat teradsorp Yunianto, 2002. Proses peningkatan aktivitas dibagi menjadi dua
macam yaitu secara fisika dan kimia. Peningkatan aktivitas secara fisika dilakukan dengan pemanasan sehingga senyawa-senyawa yang tidak diinginkan
akan hilang, sedangkan peningkatan aktivitas secara kimia dilakukan dengan merendam dalam larutan kimia kemudian dipanaskan, maka senyawa-senyawa
organik lain akan terbawa oleh zat pengaktif, sehingga dapat memperluas permukaan sehingga jumlah zat yang teradsorp semakin meningkat .
Pohan dan Tjiptahadi 1987 menyatakan bahwa proses adsorpsi dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: konsentrasi adsorbat, temperatur, dan
tegangan permukaan. Konsentrasi adsorbat yang semakin meningkat, menyebabkan terjadinya interaksi antara adsorben dengan adsorbat menjadi
lebih besar. Hal tersebut memungkinkan proses adsorpsi berlangsung lebih baik. Adsorpsi mengalami penurunan secara linier dengan meningkatnya
temperatur Oscik, 1982. Akan tetapi, hal tersebut kemungkinan tidak dapat berlaku secara mutlak dikarenakan adanya faktor tegangan permukaan, dimana
tegangan permukaan menurun apabila temperatur semakin tinggi maka menyebabkan interaksi antara adsorbat-adsorbat serta adsorben-adsorbat menjadi
lebih besar sehingga akan memungkinkan proses adsorpsi berlangsung lebih baik. Karbon aktif memiliki luas permukaan paling besar dibanding dengan
jenis adsorben yang lain Sri Wahyuni dkk, 2005. Akan tetapi, kemampuan karbon aktif sebagai adsorben gliserol hingga saat ini belum maksimal diteliti,
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsentrasi adsorbat, temperatur, dan tegangan permukaan pada proses adsorpsi gliserol
oleh karbon aktif.
commit to user 3
B. Perumusan Masalah