akan menimbulkan berbagai permasalahan di dalam khalayak antara lain kesalahpahaman pesan yang akan berujung dengan konflik di
dalam khalayak. Komunikator harus peka dan mempunyai banyak pengetahuan
mengenai khalayak yang menjadi sasaran antara lain komunikator harus mengetahui sifat-sifat komunikan yang akan dituju dan
mengetahui sifat-sifat media yang akan digunakan Effendi, 2006:10.
Peneliti mengamati proses komunikasi massa dengan media film ini bahwa sutradara mencoba mengangkat permasalahan
keagamaan di dalam sebuah karya film dimana penggambaran- penggambaran konflik dan interaksi keagamaan, pluralitas dan
pluralisme agama lebih condong ke salah satu agama yang diangkat di dalam film. Bahkan sutradara kurang memahami pesan yang akan
disampaikan kepada masyarakat, sehingga menimbulkan kontroversi dan konflik di dalam khalayak.
3. Pluralisme Agama
Pluralisme Agama
Religious Pluralism
adalah istilah khusus dalam kajian agamaagama. Sebagai „terminologi khusus‟, istilah ini
tidak dapat dimaknai sembarangan, misalnya disamakan dengan makna istilah „toleransi‟, „saling menghormati‟
mutual respect
, dan sebagainya. Pluralisme agama berarti semua agama adalah jalan yang
sama-sama sah menuju Tuhan yang sama Husaini, 2010:1.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, ”toleransi” berarti sifat atau
sikap menenggang menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian pendapat pandangan kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb yang lain
atau bertentangan dengan pendiriannya sendiri: agama ideologi, ras, dsb Purwadarminta, 2010:1288. Contohnya adalah toleransi antar umat
beragama dimana masyarakat saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain. Sehingga terjalin kerukunan dan keserasian di dalam
kehidupan beragama. Dalam pengertian toleransi menurut kamus Bahasa Indonesia jelas
berbeda jika ditelah lebih lanjut, dimana pluralisme tidak bisa diartikan sama dengan toleransi beragama, seringkali masyarakat salah dalam
mengartikan. Dimana pluralisme agama lebih mengartikan bahwa semua agama menuju pada tujuan yang sama dan menuju pada Tuhan yang sama.
Ini bertentangan dengan pengertian di dalam semua agama dimana setiap agama mempuyai keyakinan bahwa mereka mempunyai satu Tuhan
sebagai pengayom dalam hidupnya. Di dalam setiap agama sendiri mempunyai keyakinan sendiri-
sendiri terhadap Tuhannya dan tidak bisa di bilang satu Tuhan untuk semuanyamenuju Tuhan yang sama. Dalam pengertian tersebut sangatlah
bertentangan dengan pemahaman Tuhan di dalam setiap agama. Agama Islam dalam Al-
Qur‟an disebutkan bahwa Islam adalah Agama yang
rahmatan lil alamin
dimana di katakan dalam Al- Qur‟an surat Ali ‟Imran
ayat 19.
Artinya : Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al
Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian yang ada di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya. Dalam ayat diatas bisa dilihat bahwa dalam Agama Islam
mengajarkan bahwa agama yang paling benar dan diridhai oleh Allah hanyalah Islam.
Di dalam agama Islam sendiri ada tokoh yang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pluralisme agama. Salah satu tokoh itu
adalah Prof. Dr. Nurcholish Madjid atau yang lebih akrap dipanggil Cak Nur, di dalam pemahamanya mengenai pluralisme, Cak Nur sangat
concren
dan
commited.
Dimana Cak Nur kurang kurang lebih setuju dengan paham ini akan tetapi ia menghendaki pengertian pluralisme ini
sejalan dengan Al- Qur‟an agar pengertian pluralisme tidak mempunyai arti
yang ambigu dan mempunyai titik temu. Dasar dari pemikiran Cak Nur ini merujuk pada semangat humanistik di dalam Islam, bahwa Islam adalah
agama kemanusiaan fitrah, dan merujuk pada misi Nabi Muhammad SAW untuk mewujudkan rahmad bagi seluruh manusia Achmad,
2001:45.
Dari pandangan pluralisme Islam menurut Cak Nur diatas, bahwa Islam juga mempunyai pemaknaan positif terhadap pluralisme, akan tetapi
Islam merujuk pada Al- Qur‟an untuk memahami makna pluralisme.
Dimana menurut Cak Nur beranggapan semua agama menuju kepada satu kebaikan, akan tetapi keyakinan untuk mempercayai Tuhan sebagai
sandaran di dalam kehidupan umat beragama merujuk pada keyakinan masing-masing agama, ini merujuk pada sekalipun semua agama pada
intinya sama dan satu tetapi maninfestasi sosio kulturalnya secara historis berbeda-beda Achmad, 2001:45.
Pemikiran Cak Nur ini juga di dasarkan Al- Qur‟an Al-Ankabut
ayat 46 : ”Kamu janganlah berbantah-bantahan dengan para penganut kitab
suci yang lain melainkan dengan sesuatu cara yang lebih baik paskahlnya; sopan, tenggang rasa, terkecuali terhadap orang-orang yang
zalim dari mereka. Dan katakanlah, ”kami beriman dengan ajaran kitab suci yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kamu.
Tuhanku dan Tuhan mu adalah satu, dan kita sama semua pasrah muslimun kepada N
ya”. Walaupun sejarah awal dari pluralisme diyakini lahir dari agama
Kristen akan tetapi agama Kristen juga mempunyai doktrin ”
no salvation outside Cristianity
” dimana dalam Agama Kristen Katolik mempunyai pandangan sendiri mengenai bagaimana arti dari Pluralisme, dimana
Vatikan menerbitkan penjelasan „Dominus Jesus‟. Penjelasan ini,
selain menolak paham pluralisme agama, juga menegaskan kembali bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantar keselamatan
Ilahi dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus Husaini, 2010:13.
Walaupun di dalam Konghucu masalah pluralisme tidak dijelaskan banyak akan tetapi dalam ayat yang kelima menyatakan
“Jangan inginkan apa yang tidak layak dan jangan lakukan apa yang tidak patut.” Bahwa di dalam Agama Konghucu mengajak agar para
pemeluknya mengerjakan apa yang patut dalam dirinya dan di dalam agamanya Nurjanah, 2011:61.
4. Encoding-Decoding