1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah menjadi salah satu masalah yang ada di perkotaan, karena timbulan sampah yang ada di perkotaan akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan Thrihadiningrum, 2010. Setiap aktivitas manusia akan menghasilkan sampah, sampah adalah segala sesuatu
yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan telah dibuang Osei-mensah, P. dkk atau segala sesuatu yang sudah tidak diinginkan, tidak disenangi dan telah dibuang yang
berasal dari aktivitas manusia Mubarak, W. I dan Chayatin, N. 2009. Permasalahan sampah juga terjadi pada Kota Denpasar, hal tersebut terjadi
karena Kota Denpasar memiliki kepadatan penduduk tertinggi di provinsi Bali yaitu 6.892 jiwakm
2
, berdasarkan jumlah penduduk maka diketahui timbulan sampah kota Denpasar pada tahun 2015 mencapai 3.522 m
3
BPS, 2015. Dengan mengetahui banyaknya timbulan sampah maka diharapkan adanya sistem pengelolaan sampah
yang memadai dari pemerintah kota Denpasar, sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah baik mulai dari lingkungan sampai pada
gangguan kesehatan manusia. Menurut Surjandari, I. dkk 2009 model pengelolaan sampah perkotaan dibagi
menjadi empat model yaitu recycle yaitu memanfaatkan sampah anorganik serta dapat mereduksi sebagian besar sampah anorganik, land fill dapat mereduksi
sebagian besar sampah namun memiliki beberapa kelemahan yang dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan, incenerator yaitu model membakar sampah dimana model ini dapat mereduksi 84 dari total sampah dan composting yaitu
memanfaatkan sampah organik dan mampu mereduksi 62,5 dari total sampah. Saat ini tempat pengolahan sampah terpadu Desa Kesiman Kertalangu
menerapkan model pengelolaan sampah yaitu dengan menggunakan prinsip pengelolaan sampah Reuse, Reduce dan recycle 3R. Prinsip 3R yang dijalankan
oleh tempat pengolahan sampah terpadu Desa Kesiman Kertalangu mencakup pengomposan dan bank sampah, dengan bantuan Japan International Cooperation
Agency JICA tempat pengelolaan sampah terpadu 3R dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola sampah di kawasan Desa Kertalangu menjadi pupuk
kompos. JICA merupakan salah satu badan yang mempunyai program pengelolaan
sampah yang berasal dari Jepang, dimana pengelolaan sampah ini menggunakan prinsip pemilahan sampah langsung pada sumbernya dan mengelola sampah menjadi
kompos. Program bank sampah yang dijalankan oleh tempat pengelolaan sampah terpadu 3R didasari oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 13
tahun 2012 dan atas keputusan Walikota Denpasar nomor 188.45195HK2015, dimana bank sampah dapat menjadi wadahtempat pengolahan sampah dengan
prinsip 3R. Dengan melakukan pemilahan sampah langsung pada sumber timbulan sampah, maka didapatkan dua jenis sampah yaitu sampah organik dan anorganik.
Sampah organik yang diperoleh dari masyarakat akan diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik akan dijualditabung di bank sampah yang ada di
tempat pengelolaan sampah terpadu 3R TPST- 3R. Pengolahan sampah yang dilakukan oleh tempat pengelolaan sampah terpadu
3R TPST- 3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar menghasilkan produk jadi yang
berupa pupuk kompos dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Kesiman Ketalangu yang didapat melalui penjualan sampah anorganik. Dalam
pelaksanaan pengolahan sampah yang dilakukan, tempat pengelolaan sampah terpadu 3R TPST- 3R mengalami beberapa kendala seperti Kurangnya partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah yang ada di tempat pengelolaan sampah terpadu 3R TPST- 3R. Kurangnya partisipasi masyarakat dapat menghambat
kelanjutan program tersebut, karena menurut Aryenti 2011 partisipasi masyarakat merupakan aspek yang sangat menunjang keberhasilan dari program 3R dan menurut
Chaerunissa, C 2014 partisipasi masyarakat merupakan hal utama dan terpenting dalam keberhasilan program.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Kesiman Kertalangu Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah