1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa indonesia apalagi pada era globalisasi yang menuntut
kesiapan setiap bangsa untuk saling bersaing secara bebas. Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat strategis karena merupakan salah satu wahana
untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang
harus dilakukan oleh pemerintah. Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil
belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh
tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang cukup memadai.
Penggunaan metode mengajar yang sebagian besar dilakukan guru dengan mengedepankan peranan guru. Hal ini menyebabkan anak kurang
berperan aktif sehingga akhirnya nilai yang diraihpun kurang dari yang diharapkan Supraptama, 2011.
Demikian juga dalam mengajarkan ilmu kimia, sering sekali guru menggunakan metode ceramah dan terkadang dibantu dengan praktikum.
Pendekatan ini sangat tidak mendukung pembelajaran kimia seutuhnya karena dalam pembelajaran kimia bukan hanya menekankan masalah hitungan matematik
tanpa memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik, tetapi pelajaran kimia juga merupakan pengetahuan yang berupa fakta, teori, hukum temuan sains dan
proses kerja ilmiah. Sedangkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sangat mempengaruhi peningkatan minat dan hasil belajar kimia
peserta didik. Sebenarnya peserta didik sangat dekat dengan penerapan kimia, karena hampir semua aspek kehidupan berhubungan dengan penerapan ilmu kimia
2
itu sendiri, walaupun seringkali tidak mereka sadari dan menyebabkan ilmu kimia itu sulit untuk dipelajari Ashadi, 2011.
Melalui informasi yang didapat dari guru kimia di SMA Negeri 15 Medan, kebanyakan siswa merasa belum sepenuhnya memahami materi pelajaran
kimia yang bersifat abstrak terutama dalam penggunaan rumus-rumus kimia, hal ini dapat ditinjau dari hasil ujian semester ganjil siswa dengan nilai KKM 65 serta
sebanyak 5 siswa tidak lulus. Hasil ini tentu saja masih belum sesuai harapan. Ini terjadi karena siswa tidak memahami materi melainkan hanya menghapalkan
materi sehingga menyebabkan siswa menganggap kimia sulit untuk dipelajari dan kurang diminati. Kendala yang dialami guru karena kurangnya minat siswa
mengakibatkan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar menurun. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada respon sehingga kemampuan
siswa belum optimal. Selain itu, siswa juga jarang bertanya seputar materi yang kurang dipahami. Berdasarkan uraian ini maka perlu dicari alternatif pendekatan
dan strategi pembelajaran yang lebih melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran kimia serta meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa
melalui pembelajaran kooperatif. Banyak metode mengajar dalam strategi kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Salah satu
diantaranya adalah pembelajaran kooperatif dengan
Group Investigation investigasi kelompok.
Menurut Huda 2011, metode investigasi kelompok yang dikembangkan oleh sharan dan sharan ini lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa
daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Dalam metode GI, siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin
dipelajari dan diinvestigasi. Melalui metode investigasi kelompok ini, siswa diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuannya.
Selain metode, media juga memiliki peranan penting
dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar. salah satu media yang dapat
digunakan adalah media peta konsep. Dalam suatu peta konsep Mistades, 2009, konsep dihubungkan dengan mengkaitkan kata-kata membentuk proposisi.
Dengan mengembangkan kaitan antara konsep proposisi ini pada akhirnya akan
3
membentuk suatu jaringan konsep-konsep yang memiliki makna yang dilekatkan pada peta yang disajikan. Dasar untuk membuat peta konsep dari suatu
pengetahuan ilmiah merupakan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan menghubungkan bagian penting menuju suatu konsep umum atau superordinat.
Berdasarkan penjelasan ini, peneliti memilih peta konsep sebagai media yang mendukung dalam pembelajaran.
Hasil penelitian Yanto 2011 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dan nilai rata-rata kelas yang diajar dengan pembelajaran investigasi kelompok
menggunakan media peta konsep lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata yang diajar dengan pembelajaran investigasi kelompok tanpa menggunakan peta
konsep. Koloid merupakan materi akhir kimia untuk SMAMA kelas XI semester
genap. Berbagai jenis koloid ada di sekitar kita, bahkan sebagian besar telah kita manfaatkan, seperti agar-agar, susu, cat, busa, minyak rambut bentuk gel, dan
parfum spray. Fenomena koloid juga memainkan peranan yang penting dalam sejumlah proses industri. Misalnya, industri keramik, industri plastik, industri
sabun dan detergen. Industri-industri tersebut memanfaatkan koloid dan sifat- sifatnya dalam proses memproduksi produk. Peneliti memilih topik Koloid karena
materinya yang lugas, syarat akan konsep, dan contohnya yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga cocok dipadukan dengan model
pembelajaran kooperatif investigasi kelompok menggunakan peta konsep.
Sesuai dengan uraian di atas maka peneliti mengkaji tentang “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok menggunakan
media peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok koloid kelas XI di SMA Negeri 15 Medan T.A 20112012”.
4
1.2. Identifikasi Masalah