BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran seorang anak adalah sebuah anugrah yang sangat dinanti bagi pasangan suami istri dalam setiap rumah tangga. Setelah hadirnya buah hati tentunya
sebagai orang tua akan memberikan segalanya baik baju, berbagai macam permainan, makanan, bahkan rumah pun terkadang baru khusus untuk
menyambutnya Weni,2009. Anak memiliki nilai yang sangat tinggi untuk keluarga dan bangsa. Setiap orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh Alissa, 2009.
Sesungguhnya jauh dari semua itu pada saat bayi lahir dia juga sangat membutuhkan Imunisasi untuk kekebalan tubuhnya. Imunisasi merupakan suatu
upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan.
Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan anti body yang pada akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan
kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh Hanum, 2010. Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukan antigen lemah agar
merangsang antibody keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori daya ingat, ketika
vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibody untuk melawan vaksin tersebut dan akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh
terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka anti body akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin
yang pernah dihadapi sebelumnya Atikah ,2010 Imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Program imunisasi telah
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Serta berperan besar dalam upaya
menurunkan angka kesakitan morbiditas dan angka kematian mortalitas. Pemberian imunisasi awal diberikan untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan, imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0 – 12 bulan yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT 1,2,3, Polio 1,2,3,4, Hepatitis B 1,2,3 dan campak
Hanum, 2010. Pemberian suntikan imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan
faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi dasar diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak – kanak. Melakukan imunisasi pada bayi
merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Dimasyarakat pada umumnya ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan membawa bayinya ke
posyandu untuk diberikan imunisasi dasar karena mereka mengerti akan pentingnya imunisasi bagi kesehatan bayinya. Tetapi disisi lain ada juga ibu yang tidak
memberikan imunisasi dasar kepada bayinya karena mereka kurang mengetahui manfaat imunisasi dasar itu apa. Sering kali ibu juga tidak membawa bayinya untuk
di imunisasi karena mereka khawatir bayinya menjadi sakit setelah diberi imunisasi Widiastuty, 2009.
Berdasarkan hasil pada penelitian ini presentase responden yang menyatakan
peran petugas baik dan status pemberian imunisasi dasar lengkap yaitu 18 62.1 dari 29 orang responden lebih besar jika dibandingkan dengan responden yang
menyatakan peran petugas kesehatan buruk dan status imunisasi dasar lengkap pada balita yaitu 1 8.3 dari 12 orang responden. dan hasil uji chi square menunjukan
bahwa ada hubungan yang bemakna antara peran petugas kesehatan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita dimana nilai p value = 0.005 lebih kecil dari
nilai α = 0.05 sehingga hipotesa yang mengatakan adanya hubungan antara peran petugas kesehatan dengan status imunisasi dasar lengkap pada balita dapat diterima
secara statistic dan OR odds ratio :18.00 hal ini menujukan bahwa peran petugas
Universitas Sumatera Utara
yang baik berpeluang 18 kali untuk memiliki balita dengan status imunisasi dasarnya lengkap.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Magdalena 2004 dalam Marlia 2006 di puskesmas lanjas kabupaten barito utara,
kalimantan tengah mengenai faktor yang berhubungan dengan status kelengkapan imunisasi hepatitis B pada anak, bahwa responden yang mendapatan pelayanan
kesehatan kurang baik merupakan satu faktor resiko untuk status imunisasi hepatitis B anaknya tidak lengkap.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang kemukakan oleh Effendi dalam mulati 2009 yang menyatakan peran adalah tingkahlaku yang diharapkan oleh
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial yang konstan. Seorang petugas kesehatan mempunyai peran sebagai
seorang pendidik, peran ini dilakukan dengan membantu klien dan keluarga dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku klien dan keluarga setelah dilakukan pendidikan kesehatan selain itu juga petugas kesehatan merupakan tempat konsultasi
terhadap masalah atau perilaku kesehatan yang didapat. Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat.
Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin. Hal ini bertentangan dengan manfaat imunisasi yaitu untuk
mencegah penyakit infeksi diantaranya adalah Tuberkulosisi, Difteri, Pertusis batuk rejan Tetanus, Campak, Poliomyelitis kelumpuhan dan Hepatitis B Depkes RI,
2005. Setiap tahunnya terdapat sekitar 5 juta anak yang meninggal akibat penyakit
menular dari 80 juta jiwa anak yang dilahirkan dari setiap tahunnya di negara berkembang Gupte, 2004. Gupte mengidentifikasi bahwa anak yang dilindungi oleh
vaksin hanya berkisar kurang dari 10 . Keadaan ini menggambarkan rendahnya cakupan imunisasi dasar yang diberikan pada bayi sampai usia 1 tahun. Di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Angka kematian bayi masih tergolong tinggi hal ini dapat dilihat pada tahun 2002 di antara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sedangkan pada tahun 2006
angka kematian bayi Indonesia mencapai 36 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi AKB di Jawa tengah pada tahun 2003 sebesar 8,29 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan di kabupaten Brebes jumlah kematian bayi yang di laporkan oleh Puskesmas selama tahun 2006 sebanyak 279 kasus dari 40.785
kelahiran hidup atau 6,84 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2007 jumlah kematian bayi 250 kasus dari 37,343 kelahiran hidup atau 6,69 per 1000 kelahiran hidup
dimana penyebab kematian pada bayi disebabkan oleh berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi Nurhakim, 2010.
Petugas kesehatan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan imunisasi rutin di Puskesmas. Dengan adanya kompetensi yang tinggi dari petugas kesehatan
diharapkan kinerja dan cakupan imunisasi akan meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan juga diharapkan tetap dapat dilestarikan sustainable pada
masa mendatang Notoatmodjo, 2007:16. Selain bertanggung jawab terhadap pelaksanaan imunisasi, petugas kesehatan juga berperan dalam pemberian
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif.
Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari dan mengetahui cara memelihara kesehatan baik individu maupun kelompok. Namun kesehatan bukan
hanya diketahui, disadari dan disikapi, melainkan harus dikerjakan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, bahwa tujuan akhir dari pendidkan kesehatan adalah
agar masyarakat dapat berprilaku hidup yang sehat termasuk mau melakukan imunisasi Sukidjo Notoatmodjo, 2007:16.
Dari survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang pada waktu melakukan praktek belajar lapangan,
peneliti melihat dari data frekuensi cakupan imunisasi untuk wilayah kerja
Puskesmas dari sepuluh desa yang di targetkan untuk imunisasi Hepatitis B dari
Universitas Sumatera Utara
bulan Januari sampai bulan Juli sebanyak 43,8 dan hanya satu desa yang mencapai target tersebut, yaitu dari jumlah sasaran 129 bayi hasil yang didapatkan sebanyak 58
bayi yang telah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, dari data tersebut di atas dapat diketahui jumlah sasaran bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B belum
memenuhi target sampai dengan bulan Juli Puskesmas Namorambe, 2010. Cakupan pemberian imunisasi BCG didesa Durian Tonggal wilayah kerja
Puskesmas Namorambe pada bulan Januari sampai Juli sebanyak 47,9, dari 118 bayi yang di dapatkan sebanyak 45 bayi yang telah mendapatkan imunisasi BCG.
Hal ini menunjukan ketidak meratanya pemberian imunisasi kepada bayi. Yang harus nya pada awal kelahiran bayi sudah harus mendapat imunisasi awal untuk
merangsang system kekebalan tubuh bayi Puskesmas Namorambe, 2010 Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang memiliki bayi atau balita tidak
mengimunisasikan bayi atau balita mereka. Faktor peran tentang imunisasi awal dan prilaku untuk ibu membawa bayi atau balitanya imunisasi kemungkinan merupakan
faktor yang menentukan . Peran petugas kesehatan pada saat ini juga merupakan
tindakan awal yang harus digerakan guna memberi pengertian kepada ibu – ibu untuk membawa bayi mereka untuk di imunisasi. Petugas kesehatan harus
menjelaskan manfaat imunisasi, jadwal pemberian imunisasi, dan kapan harus datang lagi untuk di ulang. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menarik minat ibu untuk
membawa bayi atau balita mereka untuk imunisasi. Berdasarkan uraian materi diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian bagaimana Hubungan Peran Petugas Kesehatan terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Namorambe
Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang.
B. Rumusan Masalah