Pengaruh Tingkat Stres Tehadap Gambaran Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara.

(1)

PENGARUH TINGKAT STRES TERHADAP

GAMBARAN SIKLUS MENSTRUASI PADA

MAHASISWI SI KEPERAWATAN REGULER JALUR

A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

HEPPY DEBORA BANJARNAHOR

091101043

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Pengaruh Tingkat Stres Tehadap Gambaran Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara.

Nama : Heppy Debora Banjarnahor Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Nim : 091101043

Tahun : 2013

ABSTRAK

Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang ada, sehingga menimbulkan reaksi atau respon tubuh baik secara psikologis, fisiologis dan prilaku. Aktivitas mahasiswi dan tuntutan yang tinggi akan membuat mahasiswi merasakan kelelahan fisik maupun mental yang memicu terjadinya stres. Berbagai macam perubahan emosi akibat suatu penyebab stres (stresor) telah dihubungkan dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah korelasi analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel adalah mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A yang mengalami stres saat ujian dan dalam pembelajaran (perkuliahan) pada kurikulum berbasis kompetensi. Teknik sampel yang digunakan yaitu proporsivestratified random sampling sebanyak 188 orang dari 355 populasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mengalami stres sedang saat ujian sebanyak 68 (69,4%) responden dan mayoritas memiliki gambaran siklus menstruasi normal saat pembelajaran (perkuliahan) sebanyak 54 (60,0%). Hasil analisa uji korelasi spearman menunjukkan nilai (r = 0,167, p = 0,022), maka disimpulkan ada pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi . Disarankan kepada mahasiswi SI Keperawtan Reguler Jalur A USU untuk dapat mengantisipasi beban perkuliahan (pembelajaran) dan menghadapi ujian tanpa stres. Peneliti juga menyarankan agar meningkat coping stres untuk menghindari ketidakseimbangan tubuh yang dapat mengganggu kesehatan.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Stres Terhadap Gambaran Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardianta, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keprawatan USU dan Ibu Erniyati sebagai pembantu dekan I Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi penulis

yang memberikan waktu, serta memberikan arahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

3. Ibu Siti Saidah, S.Kep, M.Kep., Sp.Mat selaku dosen penguji I dan dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

4. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, M.Kep selaku dosen penguji II dan dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

5. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns dan Ibu Wardiah Daulay, S.Kep, M.Kep yang bersedia menguji validitas kuesioner yang disusun penulis.


(4)

6. Teristimewa kepada orang tua ku tercinta Ayahanda P. Banjarnahor dan Ibunda M. Hutabarat yang telah memberikan cinta, doa, bimbingan, serta motivasi. Serta kepada abang dan kakakku tersayang Firman Syahputera B dan Reflince Banjarnahor, dan adek-adekku terkasih Borist Gudman B, David Harlen B, Tiarma B, Chelsea D.B dan Samuel R.B yang memberikan motivasi.

7. Kepada sahabat-sahabatku tersayang (Susi, Sanesi, Trisna, Mesadena, Imelda S, dan Maruli, Imelda Lestari) yang selalu mendengar keluh kesah penulis dan menjadi penyemangat penulis selama masa perkuliahan, juga keluarga besar SI Keperawatan Reguler Jalur A USU stambuk 2009 yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari penelitian serta penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita terutama bagi pendidikan keperawatan, pelayanan kesehatan, dan penelitian keperawatan.

Medan, Juli 2013

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Stres ... 7

2.1.1. Defenisi Stres ... 7

2.1.2. Penggolongan Stres ... 8

2.1.3. Sumber Stres (Stressor) ... 9

2.1.4. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Stres ... 12

2.1.5. Tingkat Stres ... 14

2.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Stres ... 14

2.1.7. Respon Stres ... 16

2.1.8. Tahapan Stres ... 18


(6)

2.2 Siklus Menstruasi ... 23

2.2.1. Defenisi ... 23

2.2.2. Fase Siklus Menstruasi ... 23

2.2.3. Regulasi Neuroendokrin saat menstruasi ... 25

2.2.4. Faktor yang memengaruhi Menstruasi ... 26

2.2.5. Gangguan Menstruasi ... 27

2.2.6. Pengaruh Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi ... 28

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 30

3.1 Kerangka Konseptual ... 30

3.2 Definisi Operasional ... 32

3.3. Hipotesa Penelitian ... 34

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 35

4.1 Desain Penelitian ... 35

4.2 Populasi dan sampel ... 35

4.2.1 Populasi ... 35

4.2.2 Sampel ... 36

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4.4 Pertimbangan Etik ... 38

4.5 Instrumen Penelitian ... 38

4.6 Uji Validitas ... 40

4.7 Uji Reliabilitas ... 41

4.8 Pengumpulan Data ... 41

4.9 Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

5.1. Hasil Penelitian ... 45


(7)

5.3. Keterbatasan Peneliti ... 55

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional ... 32 Tabel 4.1 Panduan Intervensi Hasil Uji Korelasi ... 44 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi mahasiswi SI

Keperawatan Reguler Jalur A USU ... 46 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik tingkat stres

mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU ... 47 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik siklus menstruasi

mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU ... 47 Tabel 5.4 Distribusi Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik gambaran

siklus menstruasi mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU ... 48 Tabel 5.5 Hasil Analisa Tingkat Stres dan Gambaran Siklus Menstruasi ... 49


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka konseptual pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU. ...31


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Inform Consent Lampiran 2 Penjelasan Penelitian Lampiran 3 Instrumen Penelitian Lampiran 4 Lembar Uji Validitas Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 6 Hasil Uji Analisa Statistik

Lampiran 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan kondisi Psiklogis, Fisiologis, dan Prilaku.

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 9 Taksasi Dana


(11)

Judul : Pengaruh Tingkat Stres Tehadap Gambaran Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara.

Nama : Heppy Debora Banjarnahor Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Nim : 091101043

Tahun : 2013

ABSTRAK

Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang ada, sehingga menimbulkan reaksi atau respon tubuh baik secara psikologis, fisiologis dan prilaku. Aktivitas mahasiswi dan tuntutan yang tinggi akan membuat mahasiswi merasakan kelelahan fisik maupun mental yang memicu terjadinya stres. Berbagai macam perubahan emosi akibat suatu penyebab stres (stresor) telah dihubungkan dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah korelasi analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel adalah mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A yang mengalami stres saat ujian dan dalam pembelajaran (perkuliahan) pada kurikulum berbasis kompetensi. Teknik sampel yang digunakan yaitu proporsivestratified random sampling sebanyak 188 orang dari 355 populasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mengalami stres sedang saat ujian sebanyak 68 (69,4%) responden dan mayoritas memiliki gambaran siklus menstruasi normal saat pembelajaran (perkuliahan) sebanyak 54 (60,0%). Hasil analisa uji korelasi spearman menunjukkan nilai (r = 0,167, p = 0,022), maka disimpulkan ada pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi . Disarankan kepada mahasiswi SI Keperawtan Reguler Jalur A USU untuk dapat mengantisipasi beban perkuliahan (pembelajaran) dan menghadapi ujian tanpa stres. Peneliti juga menyarankan agar meningkat coping stres untuk menghindari ketidakseimbangan tubuh yang dapat mengganggu kesehatan.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan, yaitu perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang (Kusmiran, 2011). Menurut Bobak, Lowdermilk, & Jensen, (2004), menstruasi merupakan perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama dimulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya disebut siklus menstruasi (Sherwood,2001).

Panjang siklus menstruasi normal umumnya yaitu 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari dengan interval 21-35 hari (Brooker, 2008; Rayburn & Christopher, 2000; Wiknjosastro, 2007). Panjang siklus menstruasi sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh usia, keadaan fisik dan emosi serta lingkungan (Ganong, 2002; Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004; Benson & Pernoll, 2008). Joseph, (1997) mengatakan bahwa siklus menstruasi merupakan proses kompleks yang melibatkan (HPA) yaitu hubungan antara hipotalamus, kelenjar pituitari, dan ovarium.

Siklus menstruasi tidak selalu normal, banyak juga yang mengalami gangguan. Gangguan siklus menstruasi disebabkan oleh ketidakseimbangan FSH atau LH sehingga kadar esterogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan


(13)

yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing, mual atau muntah (Wiknjosastro, 2007; Begum, 2009). Jenis siklus menstruasi tidak teratur yang dialami oleh banyak wanita, yaitu siklus memanjang atau lebih dari 35 hari (oligomenore) atau siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari (polimenore) bahkan tidak menstruasi selama 3 bulan (amenore) berturut-turut (Wiknjosastro, 2005).

Johnson, (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki masalah dengan menstruasi yang abnormal, seperti sindrom premenstruasi, perdarahan yang berlebihan, dismenore dan menstruasi yang tidak teratur. Hasil studi yang dilakukan oleh Karout, (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 54,0% mahasiswa keperawatan mengalami sindrom pramenstruasi . Di Vietnam terdapat 30% pekerja wanita mengalami menstruasi yang tidak teratur dan hasil studi di Nigeria menunjukkan 72,3% pelajar usia 15-34 tahun mengalami dismenore (Matsuda et al, 1997; Thomas, 1990). Pada populasi di US menunjukkan 19% wanita usia 18-55 tahun mengalami gangguan dengan menstruasinya (Strine, 2005). Hasil studi di Gambia menunjukkan sebanyak 16% wanita usia reproduksi mengalami menstruasi yang tidak teratur (Walraven, 2002).

Siklus menstruasi yang tidak teratur berimplikasi terhadap kesehatan wanita, sebagaimana banyak wanita dengan riwayat menstruasi tidak teratur di kemudian hari mengalami penyakit DM (Diabetes Melitus) tipe 2, penyakit kardiovaskular, meningkatkan resiko ovary syndrom polikistik (PCOS) dan infertilitas (Solomon et al, 2001; Solomon et a., 2002; Yan-Min, 2010; Rowland, 2002).


(14)

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasi, diantaranya yaitu faktor demografi, gaya hidup seperti merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol dan stres (Liu Yan, 2004; Rowland et al, 2002; Wang et al, 2004; Guyton, 1994). Sedangkan menurut Kusmiran (2011), faktor dari variasi siklus menstruasi yaitu pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, diet, stres dll. Nohara, dkk (2011), menyebutkan bahwa stres merupakan faktor penting yang berhubungan dengan ketidakteraturan siklus menstruasi dan nyeri. Joseph (1997) mengatakan bahwa ketidakteraturan menstruasi disebabkan karena stres memiliki dampak yang merugikan pada keseimbangan hormon.

Hasil studi yang dilakukan pada pelajar perawat di Kusyu University dilaporkan sebanyak 34% mengalami menstruasi tidak teratur akibat stres (Onimura dan Yamaguchi, 1996). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Allsworth et al, (2007) menunjukkan bahwa sebanyak 30% wanita pertama sekali dipenjara mengalami menstruasi tidak teratur akibat stres. Hal ini juga dibuktikan oleh Barron et al, (2008) bahwa sebanyak 22,1% wanita yang menderita gangguan psikitri mengalami menstruasi tidak teratur akibat stres. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Yamamoto et al, (2009) di Jepang, dilaporkan sebanyak 63% pelajar mahasiswi mengalami menstruasi tidak teratur .

Hasil penelitian lain, menunjukkan bahwa stres yang berkepanjangan merupakan faktor pencetus terjadinya kanker, mempengaruhi sistem imun (kekebalan tubuh) dan menyulitkan tubuh untuk menangkal penyakit (Siswanto, 2007; Cohen, 1996 dalam Sundberg, dkk 2007).

Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia


(15)

yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus menstruasi (Sriati, 2008). Chrousos dkk, (1998) menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yang menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi yang abnormal.

Daly & Willock, (2002) mengatakan bahwa tekanan atau tuntutan beban yang besar yang menimbulkan stres yang dialami oleh mahasiswa yaitu tuntutan orang tua akan prestasi akademik, lingkungan sekitar, misalnya kelas kuliah yang tidak nyaman. Sreeramareddy, (2007) menambahkan bahwa sumber stres pada mahasiswa yang paling banyak yaitu berasal dari masalah kualitas makanan di asrama, tuntutan prestasi, kelas kuliah yang tidak nyaman, frekuensi ujian dan kurangnya waktu ekreasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deyfiventy (2012) mengenai stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU menunjukkan bahwa penyebab stres yang paling utama dikeluhkan oleh mahasiswa adalah mempersiapkan ujian blok (15,2%), jadwal kuliah yang padat (14,2%), kelas yang penuh (12,4%), mengikuti ujian skill lab (10,6), dan ujian tertulis (6,7%).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara. Adapun


(16)

alasan penelitian pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU dikarenakan perubahan pembelajaran yaitu kurikulum berbasis kompetensi.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh tingkat stress terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian 1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara.

2. Tujuan Khusus

a)Mengidentifikasi tingkat stres mahasiswi S1 Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara saat ujian dan pembelajaran (perkuliahan). b)Mengidentifikasi gambaran siklus menstruasi mahasiswi S1 Keperawatan

Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara saat ujian dan embelajaran (perkuliahan).

c)Menganalisa pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi tambahan terkait pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Jalur Reguler A USU.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

2.1.1. Definisi Stres

Stres adalah suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang ada (Nasir & Muhith, 2011; Slamet, 2003). Dimana tuntutan (overtax) akibat stres terhadap suatu sistem dapat menyebabkan ketegangan, kecemasan, kebutuhan energi, usaha fisiologis dan psikologis (Sundberg, dkk, 2007). Hans Selye ( dalam Mc.Quade, 1991) juga menyebutkan bahwa stres merupakan respon non-spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang di buat atasnya.

Menurut Sriati (2008) stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Sedangkan Rayburn (2001), menyebutkan bahwa stres merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap persepsi mengenai bahaya atau ancaman. Menurut Suliswati, (2005) stres bukanlah sesuatu hal yang buruk dan menakutkan tetapi merupakan bagian dari realita kehidupan yang tidak dapat dihindari.

Kozier et al, (2010) mendefinisikan stres menjadi tiga bagian yaitu stres sebagai stimulus, respon dan transaksi. Sedangkan, Potter & Perry (2005) mendefenisikan stres menjadi empat bagian yaitu stres sebagai respon, adaptasi, stimulus dan transaksi.


(19)

a. Stres sebagai respon didefinisikan Hans Selye sebagai respon non-spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya.

b. Stres sebagai adaptasi didasarkan pada pemahaman bahwa individu mengalami ansietas dan peningkatan stres ketika mereka tidak siap untuk menghadapi sesuatu yang menegangkan.

c. Stres sebagai stimulus berfokus pada karakteristik yang mengganggu atau disruptif di dalam lingkungan.

d. Stres sebagai transaksi memandang individu dan lingkungan dalam hubungan yang dinamis, resiprokal dan interaktif. Model ini berfokus pada proses yang berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping.

2.1.2. Penggolongan Stres

Nasir & Muhith, (2011) membagi jenis stres menjadi dua bagian yaitu anxiousness (distres) atau pleasure (eustres).

a. Eustres (Stres positif)

Dikatakan eustres jika stres memiliki dampak yang baik dan positif bagi individu. Stres yang baik terjadi jika stimulus mempunyai arti sebagai hal yang memberikan pelajaran bukan sebuah tekanan bagi seseorang. Menurut Sundberg, dkk (2007), eustres bersifat menstimulasi, contohnya berbagai tantangan hidup yang memperkuat kemampuan dan mendukung perkembangan.

b. Distres (Stres negatif)

Distres dihasilkan dari sebuah proses yang memaknai sesuatu yang buruk, dimana respon yang digunakan selalu negatif dan ada indikasi yang mengganggu


(20)

integritas diri sehingga diartikan sebagai sebuah ancaman. Distres akan menempatkan pikiran dan perasaan pada tempat dan suasana yang serba sulit. Hal tersebut dikarenakan cara memandang suatu masalah hanya dilihat dari sisi yang sempit dan merugikan. Dengan demikian, distres terjadi apabila suatu stimulus diartikan sebagai sesuatu yang merugikan dirinya dan dianggap sesuatu yang mencoba untuk menyerang dirinya. Hans Selye (1982 dalam Nasir & Muhith, 2011), menyebutkan bahwa distres adalah tubuh jika dihadapkan pada tuntutan yang berlebihan.

2.1.3. Sumber Stres (Stresor)

Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres (Nasir & Muhith, 2011). Menurut Potter & Perry (2005) dan Sundberg (2007), stimulasi yang menyebabkan stres atau mencetuskan perubahan disebut stressor. Wiramihardja, (2007) menyebutkan bahwa stressor adalah adjustive demand (yaitu tuntutan untuk menyesuaikan diri), sedangkan menurut Sriati, (2007) stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis.

Menurut Marasmis (1999 dalam Sunaryo, 2004), terdapat empat sumber yang dapat dimasukkan dalam kategori dari stressor, yaitu frustasi, konflik, tekanan (pressure) dan krisis.

a. Frustasi yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan ketika melakukan upaya untuk mencapai apa yang diinginkan atau ditujunya sehingga menimbulkan kekecewaan. Frustasi timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan yang menghambat kemajuan suatu cita-cita


(21)

baik yang berasal dari dalam diri sendiri atau dari luar. Menurut Coleman cs. (1976 dalam Wiramihardja, 2007), reaksi dari frustasi ada dua macam yaitu: Unfrustrated behavior (perilaku tidak terfrustasikan) dan frustrated behavior (perilaku yang terfrustasikan). Unfrustrated behavior (perilaku tidak terfrustasikan) yaitu perilaku berupa tindakan-tindakan yang tidak merusak (constructive) atau mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, ketika mengalami frustasi, misalnya prilaku seorang yang tidak lulus ujian, maka ia belajar lebih banyak untuk menempuh ujian berikutnya. Sedangkan frustrated behavior (perilaku yang terfrustasikan) adalah perilaku yang merusak (destructed), baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Misalnya, ketika orang gagal menempuh ujian, maka ia bukan belajar lebih banyak, melainkan menyuap dosen atau memecahkan kaca jendela sekolahnya atau bahkan tidak memiliki semangat untuk belajar atau hidup.

b. Konflik yaitu timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Menurut Coleman cs. (1976 dalam Wiramihardja, 2007) ada 3 jenis konflik, yaitu :

a). Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai atau yang diinginkan. Misalnya, seseorang yang sulit memilih salah satu dari dua film yang menarik. dalam hal ini, stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.

b). Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi, tetapi salah satu harus dilakukan.


(22)

Misalnya seseorang merasa malas untuk belajar menjelang ujian dikarenakan bahan perkuliahan yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kejenuhan; tetapi kalau tidak belajar ia sadar betul bahwa ia akan kesulitan pada saat ujian dan nilai yang diperolehpun akan buruk. Jadi, belajar atau tidak belajar memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.

c). Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama.

Menurut Baihaqi, dkk (2007) terdapat dua tipe frustasi, yaitu frustasi pribadi dan frustasi lingkungan. Frustasi pribadi adalah frustasi akibat dari kekurangan (insuffisiensi) seseorang, seperti tingkat inteligensi rendah, kekurangan kekuatan jasmani dll. Sedangkan frustasi lingkungan yaitu frustasi akibat adanya halangan-halangan dalam lingkungannya, seperti pembatasan yang ditekankan oleh orangtua, kekurangan uang

c. Tekanan adalah suatu keadaan yang menimbulkan konflik, dimana individu merasa terpaksa atau dipaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin ia lakukan atau dipaksa untuk tidak melakukan hal-hal yang diinginkannya. Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggung seseorang.

d. Krisis, yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus dioperasi.


(23)

Menurut Nasir & Muhith, (2011) sumber stres (stressor) dibagi menjadi tiga kelompok yaitu stressor yang berasal dari individu, keluarga dan lingkungan.

a. Diri individu, hal ini berkaitan dengan konflik. Pendorong dan penarik konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach dan avoidance.

b. Keluarga. Hal yang cenderung memungkinkan munculnya stres dalam keluarga ditandai dengan hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga, perceraian, masalah keuangan.

c. Komunikasi dan Masyarakat. Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, yang secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.

2.1.4 Faktor – faktor yang menyebabkan Stres

Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres terdiri atas :

1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi

Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional

2) Faktor kepribadian

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan


(24)

kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah dan sifat yang bemusuhan.

3) Faktor kognitif

Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

4) Hubungan interpersonal

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang disekitar yang mengalami konflik.

5) Lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.

Terjadinya stres karena stressor tersebut dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga mengakibatkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik, psikologis, bahkan spiritual. Sedangkan dampak dari stressor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Sifat stressor, jumlah stressor pada saat yang bersamaan, lama pemajanan terhadap stressor, pengalaman masa lalu, tingkat perkembangan (Kozier & Erb, 1983 dalam Keliat, 1998).


(25)

2.1.5. Tingkatan Stres

Tingkat stres diklasifikasikan menjadi tiga yaitu stres ringan, stres sedang dan stres berat (Potter &Perry, 1989 dalam Rasmun, 2004; Stuart & Sundeen, 1998).

a. Stres Ringan

Jenis stres ini biasanya tidak merusak aspek fisiologis. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang, misalnya lupa, ketiduran, kemacetan, dikritik dll. Situasi ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.

b. Stres Sedang

Pada tingkat stres ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.Stres sedang terjadi lebih lama dari stres ringan yaitu terjadi selama beberapa jam bahkan sampai beberapa hari, misalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit dll.

c. Stres Berat

Disebut juga sebagai stres kronis. Jenis stres ini terjadi selama beberapa minggu bahkan sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama. Makin sering dan makin lama situasi stres, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan (Wiebe & Williams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005)

2.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Stres

Sunaryo, (2004) membagi faktor yang memengaruhi stres menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor psikoedukatif/sosio kultural. Faktor biologis, yaitu herediter, kondisi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik dan neurohormonal. Faktor


(26)

psiko-edukatif/sosio kultural yaitu perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi.

Menurut Rasmun (2004), setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Kemampuan individu mempersepsikan stresor

Jika stresor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan.

b. Intensitas terhadap stimulus

Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu mengatasinya.

c. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama

Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

d. Lamanya pemaparan stresor

Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres.

e. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama.


(27)

f. Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan berbeda.

2.1.7. Respon Stres

2.1.7.1Respon Fisiologis

Menurut Hans Selye (1956-1974), terdapat dua respon fisiologis tubuh terhadap stres, yaitu lokal adaptation syndrom (LAS) dan general adaptation syndrome (GAS) (Nasir & Muhith, 2011; Potter &Perry, 2005).

a. lokal adaptation syndrom (LAS)

lokal adaptation syndrom (LAS) terdiri dari respon refleks nyeri dan respon inflamasi yaitu respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit atau perubahan fisiologis lainnya.

b. general adaptation syndrome (GAS)

Hans Selye (1956-1974), menguraikan general adaptation syndrome (GAS) menjadi tiga tahap, yakni alarm reaction, resistance stage, exhaustion stage (Videbeck, 2008; Stuart & Sundeen, 1998; Niven,Neil, 2000; Nevid dkk, 2003).

Tahap alarm reaction (waspada), melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor. Pengerahan mekanisme pertahanan tubuh yang dilibatkan seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada meningkatnya volume darah, yang pada akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Stres akan menstimulasi pesan fisiologis tubuh dari


(28)

hipotalamus ke kelenjar (misalnya, kelenjar adrenal untuk mengirim adrenalin dan norepineprin sebagai pembangkit emosi) dan organ-organ (misalnya hati untuk mengubah kembali simpanan glikogen menjadi glukosa sebagai makanan) untuk mempersiapkan kebutuhan pertahanan potensial.

Pada tahap resistance(resistensi/melawan, ketika stres berlanjut, sistem pencernaan mengurangi kerjanya dengan mengalirkan darah ke area yang dibutuhkan untuk pertahanan, paru-paru memasukkan lebih banyak udara, dan jantung berdenyut lebih cepat dan keras sehingga dapat mengalirkan darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot untuk mempertahankan tubuh melalui prilaku fight, flight, atau freeze. Apabila individu beradaptasi terhadap stres, tubuh akan berespon dengan rileks dan kelenjar, organ, serta respon sistemik menurun.

Tahap Exhaustion (kelelahan), terjadi ketika individu berespon negatif terhadap ansietas dan stress: cadangan tubuh berkurang atau komponen emosional berubah sehingga timbul respon fisiologis yang kontiniu dan kapasitas cadangan menjadi sedikit. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.

2.1.7.2Respon Psikologis

Umumnya respon psikologis yang sering ditunjukkan oleh individu terhadap stres yaitu kecemasan, takut, marah dan depresi (Kozier et al, 2010, Rasmun, 2004) . Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan/ tidak menentu dari penyebab yang tidak pasti/ tidak ada objek yang nyata. Takut merupakan respon individu terhadap ancaman yang segera muncul/sudah muncul yaitu berupa reaksi emosi, rasa kuatir yang berlebihan, nyeri dll.


(29)

Misalnya, mahasiswa keperawatan baru merasa takut dalam mengantisipasi pengalaman pertama di tatanan perawatan pasien. Marah adalah suatu reaksi emosi yang subjektif atau kejengkelan dan ketidak puasan individu terhadap tuntutan yang tidak terpenuhi. Depresi adalah reaksi umum terhadap kejadian yang tampak kacau atau negatif, misalnya perasaan kelelahan, kesedihan, kehampaan, atau mati rasa.

2.1.7.3 Respon Prilaku

1. Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.

2. Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, dan mengambil langkah yang tepat.

3. Pelajar yang stres seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti pembelajaran (Yulianti, 2004).

2.1.8 Tahapan Stres

Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Agoes (2003) dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

1. Stres tahap I

Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar dan berlebihan, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih


(30)

dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

2. Stres tahap II

Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari akibat tidak cukup waktu untuk beristirahat. Pada tahap ini timbul keluhan-keluhan seperti : merasa letih waktu tidurpagi, merasa mudah lelah dan merasa cepat capai, mengeluh lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai.

3. Stres tahap III

Tahapan stres yang merupakan kelanjutan dari stres tahap II dengan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: gangguan lambung dan usus yang semakin nyata misalnya gastritis dan diare, ketegangan otot-otot yang semakin terasa, perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia) dan terganggunya kordinasi tubuh. Pada tahap ini seseorang harus sudah berkonsultasi dan mendapat terapi atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.

4. Stres tahap IV

Merupakan tahapan stres dimana keluhan-keluhan stres tahap III diatas oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukannya kelainan fisik pada organ tubuh dan orang yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat dan akan muncul gejala-gejala: pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan


(31)

dan terasa lebih sulit, kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai, ketidakmampuan melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur yang disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, negativisme, daya ingat dan konsentrasi menurun, dan timbul rasa ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

5. Stres tahap V

Bila keadaan tahap IV terus berlanjut maka akan jatuh pada stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut: kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres tahap VI

Tahap ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini adalah: debaran jantung yang sangat kuat, susah bernapas (sesak dan megap-megap), seluruh tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucuran, tidak ada tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (Hawari, 2001).

2.1.9. Coping Stres

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull (Rasmun, 2004). Davinson, (2006), menyebutkan bahwa koping stres merupakan cara atau bagaimana seseorang berupaya untuk mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Lazarus (1984 dalam Davinson, 2006; Kozier et al., 2010) mengidentifikasi dua dimensi strategi


(32)

coping: a). Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) yaitu tindakan secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi. Contohnya, menyusun jadwal belajar untuk menyelesaikan berbagai tugas dalam satu semester sehingga mengurangi tekanan pada akhir semester. b). Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused-coping) merujuk pada berbagai upaya untuk untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya, dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dari orang lain.

Menurut Niven, (2000) mekanisme koping diklasifikasikan menjadi dua kategori: tindakan langsung dan tindakan paliatif. Tindakan langsung termasuk : serangan terhadap stimulus yang mengakibatkan stres itu sendiri. Satu contoh dari koping tindakan langsung terhadap stres yang timbul karena ujian yang sudah dekat adalah mengulang pelajaran dengan baik atau tidak jadi mengikuti ujian. Kedua tindakan itu secara langsung mencoba mengurangi atau menghilangkan sumber stres. Sebaliknya, tindakan paliatif memodifikasi respon internal individu terhadap stimulus, meskipun ancaman masih tetap ada tetapi individu dapat mengatasinya dengan lebih baik.

Menurut Potter & Perry (2005), mekanisme koping dibagi menjadi dua yaitu perilaku berorientasi tugas dan mekanisme pertahanan ego.

Perilaku berorientasi tugas bertujuan memberdayakan seseorang untuk secara realistik menghadapi tuntutan stresor. Tiga tipe umum perilaku berorientasi pada tugas adalah perilaku menyerang, perilaku menarik diri dan perilaku kompromi. Perilaku menyerang yaitu tindakan untuk menyingkirkan atau


(33)

mengatasi suatu stresor atau memuaskan kebutuhan. Perilaku menarik diri adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stresor. Sedangkan perilaku kompromi adalah mengubah metoda yang biasa digunakan, mengganti tujuan, atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan lain untuk menghindari stres.

Mekanisme pertahanan ego (MPE), mekanisme ini digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi terhadap perasaan tidak berdaya dan ansietas. Ada beberapa jenis mekanisme pertahanan ego yaitu kompensasi, konversi, menyangkal, pemindahan tempat, identifikasi dan regresi. Kompensasi adalah penutupan suatu defisiensi dalam satu aspek citra diri dengan secara kuat menekankan suatu gambaran yang dianggap sebagai suatu aset. Konversi yaitu MPE yang secara tidak sadar menekan suatu konflik emosional yang menghasilkan ansietas dan memindahkannya menjadi gejala non-organik. Menyangkal merupakan penghindaran konflik emosional dengan menolak untuk secara sadar mengakui segala sesuatu yang mungkin menyebabkan nyeri emosional yang tidak dapat ditoleransi. Pemindahan tempat, yaitu jenis MPE yang memindahkan emosi, ide, atau keinginan dari situasi yang menegangkan kepada penggantinya yang lebih sedikit mengakibatkan ansietas. Identifikasi adalah penolakan perilaku yang dilakukan oleh orang lain dan menerima kualitas, karakteristik, dan tidakan orang tersebut. Regresi yaitu koping terhadap stressor melalui tindakan dan perilaku yang berkaitan dengan periode perkembangan sebelumnya.


(34)

2.2. Siklus Menstruasi

2.2.1. Defenisi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai dengan proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina (Begum et al.,2009; Sherwood, 2001; Ganong, 2002; Winknjosastro, 2007).

Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarian axis) (Bobak, Lowdermik, & Jensen, 2004). Hari dimulainya awal perdarahan disebut awal siklus menstruasi dan panjang siklus menstruasi yaitu awal mulainya menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Sherwood, 2001). Umumnya panjang siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari dengan interval 21-35 hari (Ganong, 2002; Benson & Pernoll, 2008). Namun hal ini sangat bervariasi, sesuai dengan usia, keadaan fisik dan emosi serta lingkungan (Ganong, 2002; Bobak, Lowdermik, & Jensen 2004; Benson & Pernoll, 2008). Lama menstruasi normalnya yaitu 5 hari dengan interval 3-7 hari (Ganong, 2002; Lott & Linardakis, 2000). Lamanya menstruasi dapat dipengaruhi oleh keadaan dysmenorhae atau gejala lain seperti sindrom premenstruasi (Kusmiran, 2011).

2.2.2. Fase Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu: fase deskuamasi atau menstruasi fase proliferasi, dan fase sekretorik (Sherwood, 2001; Guyton, 1994).


(35)

a. Fase menstruasi

Fase ini berlangsung selama tiga sampai tujuh hari setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal fase folikel ovarium (Ganong, 2002). Penurunan estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum secara simultan menyebabkan terlepasnya endometrium (haid) dan perkembangan folikel-folikel baru di ovarium di bawah pengaruh hormon-hormon gonadotropik yang kadarnya meningkat. Penurunan sekresi hormon gonad menghilangkan efek inhibisi pada hipotalamus dan hipofisis anterior, sehingga sekresi FSH dan LH meningkat dan fase folikel baru di mulai. Setelah lima sampai tujuh hari di bawah pengaruh FSH dan LH, folikel-folikel yang baru berkembang mengeluarkan cukup banyak estrogen untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan endometrium (Sherwood, 2001).

b. Fase Proliferasi

Fase ini disebut juga fase praovulasi atau folikuler (Ganong, 2002). Ketika haid berhenti, fase proliferasi siklus uterus akan dimulai bersamaan dengan bagian terakhir fase folikel ovarium pada saat endometrium mulai memperbaiki dirinya dan mengalami prolifersi di bawah pengaruh estrogen yang berasal dari folikel-folikel baru yang sedang tumbuh. Sewaktu darah haid berhenti, di uterus tertinggal satu lapisan tipis endometrium setebal kuang dari 1 mm. Estrogen merangsang prolifersi sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah di endometrium sehingga ketebalan lapisan ini dapat mencapai 3 sampai 5 mm. Fase proliferasi yang didominasi oleh estrogen berlangsung dari akhir haid sampai ovulasi. Kadar estrogen puncak memicu lonjakan LH yang menyebabkan ovulasi (Sherwood, 2001). Setelah ovulasi, vaskularisasi endometrium menjadi sangat meningkat dan


(36)

endometrium agak sembab di bawah pengaruh estrogen dan progesteron dari korpus luteum. Kelenjar-kelenjar mulai bergelung-gelung dan mengumpar, lalu mensekresikan cairan jernih (Ganong, 2002).

c. Fase Sekretorik

Setelah ovulasi, pada saat sebuah korpus luteum terbentuk, uterus memasuki fase sekretorik atau progestasional yang bersamaan waktunya dengan fase luteal ovarium. Korpus luteum mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen. Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya pembuluh dan glikogen. Periode ini disebut fase sekretorik karena kelenjar-kelenjar endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen atau fase progestasional (“sebelum kehamilan”). Jika tidak terjadi pembuahan dan inplantasi, korpus luteum berdegenerasi, dan fase folikel dan fase haid kembali di mulai (Sherwood, 2001).

2.2.3. Regulasi Neuroendokrin saat menstruasi

Proses ovulasi tidak hanya dipengaruhi oleh suatu kerja sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisis dan ovarium, melainkan juga dipengaruhi oleh kelenjar tiroid, korteks adrenal dan kelenjar-kelenjar endokrin lain (Wiknjosastro, 2007). Aktifitas saraf menyebabkan pelepasan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) dengan cara pulsatif terutama terjadi di dalam mediobasal hipotalamus khususnya di nukleus arkuata. Banyak pusat saraf dalam sistem limbik otak menghantar sinyal ke nukleus arkuatus untuk modifikasi intensitas GnRH dan frekuensi pulsatif. Hipotalamus mensekresi GnRH beberapa menit setiap 1 sampai 3 jam. Pelepasan GnRH secara pulsatif menyebabkan pengeluaran LH dan FSH secara pulsatif juga (Guyton, 1994).


(37)

Sekresi FSH dan LH menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari ovarium dengan akibat perubahan fisiologi uterus. Estrogen dan progesteron juga memperbaiki produksi GnRH spesifik sebagai mekanisme umpan balik yang mengatur kadar hormon gonadotropin (Sherwood, 2001; Guyton, 1994). Estrogen menghambat hipotalamus dan hipofisis anterior melalui umpan balik negatif. Terhadap hipotalamus, estrogen bekerja secara langsung menghambat sekresi GnRH akibatnya pengeluaran FSH dan LH yang dipicu oleh GnRH menjadi tertekan, tetapi efek primernya terhadap hipofisis anterior yakni menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin terutama penghasil FSH (Guyton, 1994). Melalui umpan balik positif kadar estrogen fase awal folikel menghambat sekresi LH, tetapi kadar estrogen yang tinggi pada saat puncak sekresi estrogen pada akhir fase folikel merangsang sekresi LH dan menimbulkan lonjakan LH. Konsentrasi estrogen plasma yang tinggi bekerja langsung pada hipotalamus untuk meningkatkan frekuensi denyut sekresi GnRh, sehingga meningkatkan sekresi LH dan FSH. Kadar tersebut juga bekerja langsung pada hipofisis anterior untuk secara spesifik meningkatkan kepekaan sel penghasil LH terhadap GnRH. Efek yang terakhir merupakan penyebab lonjakan sekresi LH yang jauh lebih besar daripada sekresi FSH pada pertengahan siklus (Sherwood, 2001; Ganong, 2002; Guyton, 1994).

2.2.4. Faktor yang memengaruhi Menstruasi

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi yaitu perubahan berat badan, aktifitas fisik, stres, gangguan fungsi hormon, obat dll. (Kusmiran, 2011).


(38)

Stres dan aktifitas fisik yang berlebihan (misalnya, olahraga/atlet) akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena stres, wanita akan menjadi mudah lelah dan berat badan turun drastis, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.

Gangguan fungsi hormon. Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.

Kelainan sistemik (perubahan berat badan). Perubahan berat badan (gemuk/kurus) dapat mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasi pun tidak teratur.

Obat-obatan. Obat hormonal akan mengganggu siklus menstruasi karena terjadi perubahan pada kaskade endokrin pada siklus menstruasi khususnya. Kortikosteroid akan merangsang pelepasan kortisol yang mempengaruhi pelepasan GnRH dan nantinya berpengaruh terhadap pelepasan FSH dan LH.

2.2.5. Gangguan Menstruasi

Gangguan siklus menstruasi disebabkan ketidakseimbangan FSH dan LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan siklus menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing mual dan muntah (Wiknjosastro, 2007).


(39)

Menurut Rabe (2002) ada beberapa jenis gangguan yang termasuk ke dalam siklus menstruasi yaitu :

a. Menurut jumlah perdarahan 1.Hipomenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya. 2.Hipermenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (lebih dari 8 hari).

b. Menurut siklus atau Durasi perdarahan 1.Polimenorea

Siklus menstruasi yang terjadi kurang dari 21 hari. 2.Oligomenorea

Siklus menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari 3.Amenorea

Keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. 2.2.6. Pengaruh Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi

Dalam mempengaruhi siklus menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita. Chrousus, dkk (1998) menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yaitu aktivasi amygadla pada sistem limbik. Sistem ini menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu Chorticotropic Releasing Hormone (CRH). Hormon ini akan secara langsung menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Peningkatan CRH akan menstimulasi


(40)

pelepasan endorfin dan ACTH ke dalam darah. Peningkatan ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH dalam bentuk Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) dan nantinya akan mempengaruhi terjadinya proses menstruasi (Sherwood, 2001)


(41)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah hubungan yang berkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Kerangka konsep ini berguna untuk menghubungkan dan menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang dibahas (Setiadi, 2007).

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stres yang dialami oleh mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU yaitu tingkat stres berupa stres ringan, sedang, dan berat. Di mana tingkatan stres tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor namun dalam hal ini penelitian tidak meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi yaitu normal dan tidak normal pada mahasiswi SI Keperawatan Jalur Reguler A Universitas Sumatera Utara.


(42)

Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Skema 3.1. Kerangka konsep pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU.

Keterangan :

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Berpengaruh Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat stres : 1.Kemampuan individu

mempersepsikan stresor 2.Intensitas terhadap stimulus 3.Jumlah stresor yang harus

dihadapi dalam waktu yang sama.

4.Lamanya pemaparan stresor 5.Pengalaman masa lalu 6.Tingkat perkembangan.

SIKLUS MENSTRUASI STRES

- Ringan - Sedang - Berat

Normal Tidak Normal


(43)

3.1Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Stres Suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang ada sehingga menimbul- kan reaksi atau respon tubuh baik secara psikologis, fisiologis dan prilaku yang dialami mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU.

Kuesioner sebanyak 20 pernyataan yang terdiri dari 1 pernyataan respon fisik, 15 pernyataan respon psikologis dan 4 pernyataan respon prilaku. Penyebaran kuesioner kepada responden dengan cara memberi check list pada jawaban yang dianggap cocok oleh responden dengan skor pilihan jawaban

adalah 1 untuk jawaban tidak pernah, 2 untuk jawaban kadang-kadang, 3 untuk jawaban Dinilai berdasarkan hasil skor responden yaitu 1. ringan: 20–39

2. sedang: 40-59 3. berat:60–80.


(44)

sering, dan 4 untuk jawaban selalu.

2 Siklus menstruasi

Periode awal dimulainya

menstruasi sampai menstruasi berikutnya yang dialami oleh mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU dengan karakteristik meliputi: panjang siklus, dan lama haid. Kuesioner sebanyak 2 pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan pola menstruasi dan lama menstruasi. Penyebaran kuesioner kepada responden dengan pertanyaan terbuka. Kategori

1. Normal : jika

a.panjang siklus berada pada interval 21-35 hari.

b.lama haid berada pada interval 3-7 hari.

2. Tidak Normal : jika

a.panjang siklus < 21 hari dan > 35 hari.

b.lama haid < 3 hari dan > 7 hari.


(45)

3. 3 Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), yaitu: ada pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi


(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi analitik dengan metode pendekatan cross-sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan reguler jalur A Universitas Sumatera Utara. Desain penelitian cross-sectional merupakan cara pengumpulan data yang diperoleh pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2008).

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Jumlah seluruh mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU 2010, 2011, dan 2012 adalah 355 mahasiswi dimana angkatan 2010 terdiri dari 116 mahasiswi, angkatan 2011 terdiri dari 118 mahasiswi, dan angkatan 2012 terdiri dari 121 mahasiswi.


(47)

4.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan besar kecilnya sampel (Notoatmodjo, 2005), yaitu jika populasi kurang dari 10.000 subjek penelitian, maka rumus yang digunakan adalah:

n= N

1 + N (d2)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan yaitu 0,05 atau 5%.

N = besar populasi yang akan diteliti

Besarnya perhitungan menggunakan rumus di atas, maka besar sampel yang diperoleh adalah sebanyak 188 orang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional stratified random sampling yang dilakukan dengan cara membagi mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A berdasarkan angkatan 2010, 2011, dan 2012. Dari setiap angkatan sampel dipilih secara acak dan disesuaikan dengan jumlah mahasiswi setiap angkatan dengan menggunakan rumus :


(48)

Sampel1 = Populasi1 × Total Sampel Total Populasi

Sehingga dari 188 sampel diperoleh angkatan 2010 terdiri dari 62 sampel, 2011 terdiri dari 62 sampel, dan angkatan 2012 terdiri dari 64 sampel dengan kriteria sampel yaitu:

a. Kriteria inklusi

1. Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU

2. Mahasiswi KBK SI Keperawatan Reguler Jalur A USU yang mengalami stres dalam pembelajaran (perkuliahan).

3. Mahasiswi KBK SI Keperawatan Reguler Jalur A USU yang mengalami stres saat ujian.

4. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

Pada kriteria inklusi, peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A apakah mengalami stres dalam perkuliahan atau tidak, yaitu dengan cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai stressor yang paling sering dialami selama perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

b. Kriteria ekslusi

1. Memiliki penyakit-penyakit terkait hormon seksual

2. Memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur semenjak SMA sampai sekarang


(49)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 April sampai 26 Juni 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan izin permohonan penelitian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sedangkan kepada calon responden, peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian tentang prosedur penelitian yang dilakukan. Kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) dan menjelaskan kepada responden yang diteliti yaitu responden yang memenuhi kriteria inklusi. Lembar persetujuan menjadi bukti kesediaan sebagai sampel penelitian. Dalam hal ini calon responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti merahasiakan identitas calon responden serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari calon responden. Kerahasiaan informasi calon responden dijamin oleh peneliti (Hiyadat, 2007).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner stres yang bertujuan untuk mengukur tingkat stres, dan kuesioner siklus menstruasi.


(50)

a. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU yang meliputi umur, angkatan, agama, suku, tempat tinggal, dan Jalur masuk PTN.

b. Kuesioner stres

Kuesioner stres bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat stres mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU. Kuesioner stres yang digunakan merupakan kuesioner modifikasi dari alat ukur Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) yang dikembangkan oleh Lovibond & Lovibond (1995). DASS 42 adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari 3 sub yaitu depresi, kecemasan dan stres, di mana masing-masing sub terdiri dari 14 pernyataan. Instrumen stres dari DASS 42 kemudian dimodifikasi menjadi 20 pernyataan yang terdiri dari 3 subvariabel yaitu fisik 1 pernyataan, emosional/psikologis 15 pernyataan dan prilaku 4 pernyataan. Tingkat stres pada instrumen ini berupa ringan, sedang dan berat. Peneliti menggunakan skala Likert untuk mengukur pernyataan dengan nilai scoring yaitu jika jawaban “tidak pernah” bernilai 1, “kadang-kadang” bernilai 2, “sering” bernilai 3, dan “selalu” bernilai 4. Total skor diperoleh terendah 20 dan yang tertinggi 80.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2001) adalah :

p = Rentang Banyak kelas


(51)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 60 dan 3 kategori kelas untuk mengukur tingkat stres yang rendah, sedang dan berat, maka diperoleh panjang kelas 20. Menggunakan P = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

20 – 39 = Rendah 40 – 59 = Sedang 60 – 80 = Berat c. Kuesioner Siklus Menstruasi

Instrumen penelitian tentang siklus menstruasi dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri dari 2 pertanyaan yaitu panjang siklus menstruasi, dan lama menstruasi (haid). Dalam hal ini peneliti akan mengklasifikasi jawaban dari responden menjadi 2 kategori yaitu normal dan tidak normal. Di mana dikatakan normal yaitu jika siklus menstruasi berada pada rentang 21-35 hari, lama menstruasi berada pada rentang 3-7 hari. Sedangkan dikatakan tidak normal jika jawaban responden di luar kriteria pengukuran normal.

4.6 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran atau indeks yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, dimana sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2008). Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi (content) yaitu validitas yang merujuk sejauh mana instrumen penelitian tersebut


(52)

memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas dilakukan oleh dosen bagian Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Oleh beliau, peneliti diarahkan untuk memperbaiki instrumen penelitian menggunakan bahasa yang lebih efektif dan sesuai dengan tinjauan pustaka.

4.7 Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan sehingga hasil pengukurannya tetap konsisten bila dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya atau lebih terhadap konstruk yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji Reliabilitas dalam penelitian dilakukan pada 30 orang responden yang berasal dari mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Data yang didapat dianalisa dengan komputerisasi menggunakan formula Cronbach alpha pada setiap item kesioner stres,sehingga diperoleh hasil yaitu 0,85. Menurut Dempsey & Dempsey (2011) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas atau nilai alpha sebesar 0,7-0,95. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini dikatakan reliabel.

4.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sedangkan kepada calon responden, peneliti mendatangi langsung ke tempat penelitian, di


(53)

mana peneliti mengumpulkan data dengan 2 cara yaitu mengumpulkan mahasiswa dalam satu kelas dan mendatangi mahasiswa satu per satu pada saat ujian skill lab. Pada saat pengumpulan data berlangsung seluruh mahasiswi bersedia dan sukarela menjadi calon responden penelitian. Kemudian, peneliti meminta persetujuan calon responden secara sukarela bersedia menandatangani lembar persetujuan (informed consent) dan diminta untuk mengisi kuesioner dengan waktu 10 - 15 menit. Apabila calon responden tidak bersedia, calon responden tidak dipaksa oleh peneliti. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada calon responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan mengisi seluruh pertanyaan. Peneliti mendampingi calon responden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner. Setelah kuesioner diisi, peneliti mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan data sehingga data yang diperoleh terpenuhi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa.

4.9 Analisa Data

Setelah semua data dikumpul, kemudian peneliti memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Dilanjutkan dengan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban sudah diisi, coding, mengkoreksi ketepatan dan kelengkapan data responden kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer, processing, pengelolaan data dengan menggunakan teknik komputerisasi, cleaning, memeriksa atau mencek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan, dan saving, menyimpan data untuk dianalisa.


(54)

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Analisa Univariat

Analisa yang digunakan adalah analisa statistik deskriptif untuk menyajikan karakteristik data demografi dan menganalisa variabel dependen yaitu siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara. Karakteristik data demografi responden terdiri dari umur, angkatan, agama, suku, tempat tinggal, dan jalur masuk PTN, dan karakteristik siklus menstruasi terdiri dari pola menstruasi dan lama menstruasi menggunakan skala nominal dengan 2 kategori jawaban. Karakteristik responden tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik inferensial yaitu uji korelasispearman. Analisa dilakukan secara komputerisasi untuk melihat pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara dengan cara melihat pengaruh antara subskor tingkat stres dan subskor gambaran siklus menstruasi. Nilai pengaruhnya dinyatakan ρ (pro).


(55)

Tabe 4.1. Panduan intervensi hasil uji korelasi

No. Parameter Nilai Intervensi

1 Kekuatan Korelasi

(r)

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat

Sangat Kuat

2 Nilai ρ ρ < 0,05

ρ > 0,05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang di uji

Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang di uji


(56)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI keperawatan reguler jalur A Universitas Sumatera Utara. Penelitian dimulai pada tanggal 28 April sampai 26 Juni 2013 di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan jumlah responden 188 orang. Hasil penelitian berupa analisa univariat dan bivariat.

5.1.1 Analisa Univariat

Hasil analisa univariat mendeskripsikan distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi (umur, angkatan, agama, suku, tempat tinggal, dan jalur masuk PTN), karateristik tingkat stres, dan siklus menstruasi.


(57)

1. Data Demografi

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU (N : 188)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Perkuliahan Ujian Perkuliahan Ujian

1 Umur

18 – 19 tahun 24 37 26,7 37,8

20 – 21 tahun 63 60 70,0 61,2

22 tahun 3 1 3,3 1,0

2 Angkatan

2010 36 27 40,0 27,6

2011 30 32 33,3 32,7

2012 24 39 26,7 39,8

3 Agama

Islam 47 45 52,2 45,9

Protestan 37 47 41,1 48,0

Katholik 6 6 6,7 6,1

Hindu - - - -

Budha - - - -

4 Suku

Batak 56 55 62,2 66,3

Jawa 8 14 8,9 14,3

Melayu 2 3 2,2 3,1

Aceh 6 2 6,7 2,0

Minang 11 4 12,2 4,1

Lain-lain 7 10 7,8 10,2

5 Tempat tinggal Tinggal bersama-

orang tua 24 28 26,7 28,6

Rumah kos 61 62 67,8 63,3

Tinggal dengan-

saudara 5 8 5,6 8,2

6 Jalur masuk PTN

PMP 15 20 16,7 20,4

SNMPTN 43 47 47,8 48,0

UMB 25 23 27,8 23,5


(58)

Hasil penelitian dalam tabel 5.1 menunjukkan karakteristik demografi mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara. Dari data diperoleh bahwa mayoritas responden mengalami stres perkuliahan berusia 20 - 21 tahun sebanyak 63 orang (70,0%), suku Batak sebanyak 56 orang (62,2%). Mayoritas responden mengalami stres ujian berdasarkan tempat tinggal yaitu rumah kos sebanyak 62 orang (63,3%), dan jalur masuk PTN yaitu SNMPTN sebanyak 47 orang (48,0%).

2. Karakteristik Tingkat Stres

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Tingkat Stres Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU (N : 188)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Perkuliahan Ujian Perkuliahan Ujian

1 Ringan 63 28 70,0 28,6

2 Sedang 27 68 30,0 69,4

3 Berat - 2 - 2,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 188 orang responden, diperoleh mayoritas responden mengalami stres sedang saat ujian sebanyak 68 orang (69,4%).


(59)

3. Karakteristik Siklus Menstruasi

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Siklus Menstruasi Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU (N : 188)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Perkuliahan Ujian Perkuliahan Ujian 1 Pola Menstruasi

(hari)

21 – 35 68 70 75,6 71,4

< 21 15 20 16,7 20,4

>35 7 8 7,8 8,2

Normal: 21-35 hari; polimenorea: < 21 hari; oligomenorea: > 35 hari

2 Lama Menstruasi (hari)

3 – 7 72 76 80,0 77,6

< 3 5 4 5,6 4,1

> 7 13 18 14,4 18,4

Normal: 3-7 hari; hipomenorea: < 3 hari; hipermenorea: > 7 hari

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 188 responden mayoritas mempunyai pola menstruasi saat ujian berada pada rentang 21 – 35 hari sebanyak 70 orang (71,4%), dan mayoritas mengalami lama menstruasi saat ujian berada pada rentang 3 – 7 hari sebanyak 76 orang (77,6%).

4. Karakteristik Gambaran Siklus Menstruasi

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Gambaran Siklus Menstruasi Mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU (N : 188)

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Perkuliahan Ujian Perkuliahan Ujian

1. Normal 54 52 60,0 53,1


(60)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 188 responden mempunyai gambaran siklus menstruasi normal saat ujian sebanyak 54 orang (60,0%), dan gambaran siklus menstruasi tidak normal sebanyak 46 orang (46,9%).

5.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi.

Tabel 5.5 Hasil Analisa Tingkat Stres dan Gambaran Siklus Menstruasi

Variabel 1 Variabel 2 r p (value) Keterangan

Tingkat Stres Gambaran 0,167 0,022 Pengaruh positif

Siklus Menstruasi dengan pengaruh

Sangat lemah.

Hasil analisa pengaruh tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU diperoleh nilai korelasi antara variabel 1 dan variabel 2 sangat lemah yaitu (r) = 0,167 dan nilai value (p) = 0,022, hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yaitu terdapat pengaruh yang positif antara variabel 1 dan variabel 2, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa ho ditolak yaitu terdapat pengaruh antara tingkat stres dengan gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara.


(61)

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian dari data demografi menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami stres perkuliahan berusia 20 - 21 tahun sebanyak 63 orang (70,0%), suku Batak sebanyak 56 orang (62,2%). Mayoritas responden mengalami stres ujian berdasarkan tempat tinggal yaitu rumah kos sebanyak 62 orang (63,3%), dan jalur masuk PTN yaitu SNMPTN sebanyak 47 orang (48,0%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwati (2012) mengenai tingkat stres akademik pada mahasiswa reguler angkatan 2010 fakultas ilmu keperawatan Universitas Indenesia menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mengalami stres akademik berusia 19 tahun sebanyak 51,0%. Stuart dan Laraia (2005) menyatakan usia berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai macam stressor, kemampuan memanfaatkan sumber dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping. Siagian (2002) juga mengatakan bahwa semakin lanjut usia seseorang akan meningkatkan kedewasaan secara taknis dan psikologisnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah (2006) menunjukkan bahwa usia 20-29 tahun sebanyak 64,9% mengalami siklus menstruasi tidak normal. Benson & Pernoll (2008) mengatakan bahwa faktor usia dapat mempengaruhi variasi panjang siklus menstruasi. Wiknjosastro, (2005) juga mengatakan bahwa panjang pendeknya siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia, aktifitas fisik, dan tingkat stres. Johnson, (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa wanita usia reproduksi memiliki masalah dengan menstruasi yang abnormal seperti syndrom premenstruasi, perdarahan yang berlebihan, dismenorea, dan menstruasi yang tidak teratur. Namun, hasil penelitian yang


(62)

dilakukan oleh Mohammad, (2009) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara siklus menstruasi, usia, BMI, dan stres, di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mahasiswa berusia 20 – 25 tahun sebanyak 39,8% memiliki siklus menstruasi normal.

Hasil penelitian didapatkan jumlah mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU mayoritas responden mengalami stres sedang saat ujian sebanyak 68 orang (69,4%). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Dayfiventy (2012) menunjukkan bahwa mahasiswa SI Keperawatan Reguler KBK USU mengalami stres saat ujian sebanyak 75,8%.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2011), menunjukkan bahwa dari 320 responden diperoleh sebanyak 75,28% mahasiswa keperawatan Universitas Andalas mengalami stres sedang. Namun hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnae (2010), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa stres yang paling banyak dialami oleh mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah stres ringan sebanyak 62 responden (84,93%).

Stres yang ringan yang dialami oleh seseorang dapat memotivasi proses pembelajaran. Sedangkan menurut Potter & Perry (2005) tingkat stres yang sedang sampai dengan berat dapat menghambat pembelajaran. Hal ini dapat menurunkan kapasitas seseorang yang menyebabkan ketidakmampuan memperhatikan (konsentrasi) atau mengerjakan sesuatu, seperti tugas perkuliahan atau ujian. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jenis stressor dan efek stres yang dialami oleh tiap individu berbeda sehingga respon yang ditimbulkan baik dari kondisi psikologis, fisiologis maupun prilaku juga akan berbeda pula. Menurut Rasmun (2004), setiap individu akan mendapat efek stres yang


(63)

berbeda-beda. Ringan, sedang, dan beratnya jenis stres yang dialami oleh individu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu perkembangan kepribadian dan pengalaman (Sunaryo, 2004). Dimana tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres (Santrock, 2003).

Stres yang dialami mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU merupakan stres akademik pembelajaran yaitu kurikulum berbasis kompetisi, di mana mahasiswi harus mengikuti beberapa kegiatan, dan alasan mahasiswi mengalami stres yaitu saat menghadapi ujian blok dikarenakan materi perkuliahan yang akan diuji sangat banyak, jadwal kuliah yang padat dikarenakan perkuliahan yang tidak berlangsung sesuai dengan jadwal, mengikuti ujian skill lab, dan ujian tertulis. Meskipun mereka mempunyai beban yang sama dalam menempuh pendidikan SI Keperawatan, namun tingkat stres mereka berbeda. Cara pandang yang berbeda dari setiap mahasiswi terhadap suatu peristiwa yang sama inilah menyebabkan adanya perbedaan tingkat stres. Perbedaan ini terlihat dari variasi jumlah mahasiswi yang mengalami stres ringan dan stres sedang, bahkan ada 2 mahasiswi yang mengalami stres berat. Karakteristik mahasiswa yang mengalami stres berat dapat diketahui dari jawaban responden pada kuesioner tingkat stres, mudah marah, dan mudah merasa kesal. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat. Cohen, (1996 dalam Sundberg, dkk 2007) dan Siswanto (2007) mengatakan bahwa stres yang berkepenjangan dapat mempengaruhi sistem imun (kekebalan tubuh) dan menjadi faktor pencetus terjadinya kanker.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah seluruh mayoritas responden mempunyai pola menstruasi normal yaitu berada pada rentang 21-35 hari


(64)

sebanyak 138 orang (73,4%) dan mayoritas mempunyai lama menstruasi 3-7 hari sebanyak 148 orang (78,7%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukraini, (2010) menunjukkan bahwa mayoritas pola menstruasi berada pada siklus menstruasi 21-35 hari sebanyak 119 orang (87,8%). Namun dari hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswi SI Keperawatan USU, pada tabel 5.3 menunjukkan ada beberapa mahasiswi yang mengalami polimenorea yaitu sebanyak 35 orang (18,6%) dan oligomenorea sebanyak 15 orang (8,0). Hal ini dapat terjadi karena pola siklus menstruasi sangat bervariasi baik antara perempuan maupun dalam individu itu sendiri. Kisaran normal lama satu siklus adalah 21-35 hari dan ukuran lama siklus yang paling ideal adalah 28 hari. Namun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa hanya dua pertiga dari seluruh perempuan yang memiliki lama siklus seperti itu (Millatza 2009). Hal ini dapat terjadi karena panjang pendeknya menstruasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Octaria, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah seluruh mayoritas responden berdasarkan gambaran siklus menstruasi yaitu normal sebanyak 106 (56,4%) responden. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah (2006) tentang hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada wanita usia 20-29 tahun di Kelurahan Sidoarjo Kecamatan Pacitan juga menunjukkan bahwa mayoritas dari 75 responden memiliki siklus menstruasi yang normal sebanyak 64,9%.

Hasil penelitian juga menunjukkan jumlah seluruh mayoritas mahasiswi yang mengalami gambaran siklus menstruasi tidak normal (abnormal) tidak jauh berbeda dengan gambaran siklus menstruasi normal yaitu sebanyak 82 (43,6%)


(65)

responden. Siklus menstruasi yang tidak normal (abnormal) dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor stres. Hasil penelitian Joseph (1997) mengatakan bahwa stres memiliki dampak yang merugikan pada keseimbangan hormon yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi. Hasil penelitian Chrousos (1998) menambahkan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya pada sistem reproduksi yakni siklus menstruasi yang abnormal.

Hasil analisa data yang dilakukan dengan sistem komputerisasi menggunakan uji korelasi spearman dengan nilai signifikansi (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 %, di peroleh nilai p = 0,022 dan nilai korelasi spearman r = 0,167. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara tingkat stres terhadap gambaran siklus menstruasi pada mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A Universitas Sumatera Utara. Namun, nilai korelasi spearman antara tingkat stres dengan gambaran siklus menstruasi sangat lemah, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor jumlah reponden, karena banyak sedikitnya responden dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Pengaruh tingkat stres terhadap pola siklus menstruasi melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem berperan dalam reproduksi wanita. Pada keadaan stres terjadi aktivasi amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui penambahan sekresi opioid endogen. Peningkatan CRH akan


(66)

menstimulasi pelepasan endorfin dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah. Endorfin sendiri diketahui merupakan opiat endogen yang peranannya terbukti dapat mengurangi rasa nyeri. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala amenore hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH. Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka stres menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus menstruasinya normal menjadi oligomenorea atau polimenorea. Gejala klinis yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala-gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal apabila stres yang ada bisa diatasi (Universitas Sriwijaya 2009 dalam Antono 2012).

5.3 Keterbatasan Peneliti

− Keterbatasan peneliti yaitu pada saat pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen stressor dari penelitian Dayfiventy (2012) dalam menyaring mahasiswa yang mengalami stres. Dimana peneliti seharusnya menggunakan kuesioner stres yang dibuat oleh peneliti.

− Keterbatasan peneliti yaitu pada saat pengumpulan data, peneliti mengambil data pada dua kondisi yang berbeda yaitu saat ujian dan pembelajaran (perkuliahan), di mana seharusnya peneliti mengumpulkan data hanya pada saat pembelajaran (perkuliahan) saja.


(1)

Lampiran..

Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kondisi psikologis dan fisiologis Stres mahasiswi SI Keperawatan Reguler Jalur A USU (N : 188)

No. Jawaban Responden

Tidak Kadang- Sering Selalu

pernah kadang

f (%) f (%) f (%) f (%) 1. Kondisi Psikologis Stres

- mudah merasa kesal 12 (6,4) 106 (56,4) 58 (30,9) 12 (6,4) - merasa sulit untuk 31 (16,5) 112 (59,6) 38 (20,2) 7 (3,7) beristirahat

- merasa sulit mentoleransi 32 (17,0) 117 (62,2) 32 (17,0) 7 (3,7) gangguan-gangguan

- merasa mudah marah 21 (11,2) 115 (61,2) 42 (22,3) 10 (5,3) - merasa sulit berkonsen- 19 (10,1) 116 (61,7) 44 (23,4) 9 (4,8) trasi saat belajar

- merasa sulit untuk 51 (27,1) 100 (53,2) 32 (17,0) 5 (2,7) bersantai

- merasa mudah tersinggung 26 (13,8) 113 (60,1) 41 (21,8) 8 (4,3) - merasa sulit untuk tenang 23 (12,3) 100 (53,2) 57 (30,3) 8 (4,3) setelah sesuatu yang

mengganggu atau membuat kesal

- merasa takut tanpa alasan 85 (45,2) 70 (37,3) 30 (16,0) 3 (1,6) yang jelas

- tidak dapat merasakan 94 (50,0) 85 (45,2) 8 (4,3) 1 (0,5) perasaan positif

- merasa mudah gelisah 35 (18,6) 105 (55,9) 46 (24,5) 2 (1,1) - merasa kelelahan meskipun 62 (33,0) 92 (48,9) 31 (16,5) 3 (1,6) tidak mengerjakan sesuatu

- merasa telah menghabiskan 56 (29,8) 95 (50,5) 36 (19,1) 1 (0,5) banyak energi karena cemas

- merasa sedih atau tertekan 70 (37,2) 82 (43,6) 32 (17,0) 4 (2,1) dan tidak ada seseorang

ataupun kegiatan yang dapat menghibur

- merasa kehilangan minat 91 (48,4) 81 (43,1) 14 (7,4) 2 (1,1) akan segala hal


(2)

2. Kondisi Fisiologis Stres

- menyadari kegiatan jantung, 57 (30,3) 95 (50,5) 29 (15,4) 7 (3,7) walaupun tidak melakukan

aktivitas

3. Kondisi Prilaku Stres

- cenderung bereaksi berle- 32 (17,0) 104 (55,3) 46 (24,5) 6 (3,2) bihan terhadap suatu situasi

- menjadi marah karena hal- 42 (22,7) 96 (51,1) 44 (23,4) 6 (3,2) hal sepele

- tidak dapat memaklumi 61 (32,4) 115 (61,2) 11 (5,9) 1 (0,5) hal apapun yang mengha-

langi dalam menyelesaikan sesuatu

- menjadi tidak sabar ketika 35 (18,6) 89 (47,3) 56 (29,8) 8 (4,3) mengalami penundaan


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama lengkap : Heppy Debora Banjarnahor

2. NIM : 091101043

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Tempat/tgl. Lahir : Aek Nabara, 01 Januari 1991

5. Alamat lengkap : Jl. Jamin Ginting Gg Sarman No 8b. Padang bulan Telp/Fax : -

Hp. : 085360971991

E-mail : heppy_1991@yahoo.com URL/ : facebook Heppy Debora Bjnahor 6. Status pendidikan :

Semester : 7

Program Studi : S1 Keperawatan Jurusan : Ilmu Keperawatan Fakultas : Keperawatan

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara 7. Riwayat pendidikan :

a. SD (sederajat) : SD Negeri 112166 , lulus tahun 2002 b. SMP (sederajat) : SMPN 1 Bilah Hulu , lulus tahun 2005 c. SMA (sederajat) : SMAN 1 Bilah Hulu , lulus tahun 2008


(4)

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

a. Biaya memprint : Rp 150.000,-

b. Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp 100.000,-

c. Perbanyak proposal : Rp 100.000,-

d. Biaya internet : Rp 150.000,-

e. Sidang proposal : Rp 100.000,-

2. Pengumpulan Data

a. Penggandaan Kuisioner : Rp 50.000,-

b. Cendera Mata : Rp 250.000,-

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Penelitian

a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp 200.000,-

b. Penjilidan : Rp 100.000,-

c. Penggandaan laporan penelitian : Rp 150.000,-

4. Biaya Tak Terduga : Rp 150.000,-


(5)

(6)