Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelanggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Pemerintahan Kabupaten Bandung

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah pada setiap tahun anggaran seyogianya berdasarkan hasil evaluasi pembangunan pada tahun anggaran sebelumnya. Dari hasil evaluasi tersebut dapat di identifikasikan permasalahan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk perencanaan pelaksanaan pembangunan pada tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan, selanjutnya disusun suatu arah pembangunan yang ditujukan untuk memecahkan permasalahan melalui intervensi pembangunan yang dituangkan ke dalam kebijakan pembangunan yang bersifat jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bandung pada tahun 2009 berpedoman kepada Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 5 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2005 – 2010, Peraturan Bupati Bandung Npmor 29 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bandung Tahun 2009 .

Untuk mencapai kesatuan pandang dalam rangka melaksanakan misi yang ditetapkan dalam rangka pencapaian visi, dirumuskan tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan program. Tujuan adalah penjabaran dari pernyataan misi yang merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau


(2)

dihasilkan dalam jangka waktu 3-5 tahun. Dengan adanya tujuan, maka fokus kinerja pemerintah daerah dapat lebih dipertajam dan memberikan arah bagi sasaran yang akan dicapai.

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, merupakan hal yang akan dicapai atau dihasilkan oleh pemerintah daerah dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulanan atau bulanan. Sasaran menggambarkan tindakan-tindakan/aktifitas yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dengan memberikan penekanan terhadap penggunaan sumber daya yang dimiliki secara efisien, efektif dan ekonomis.

Strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang merupakan rencana yang mencakup upaya-upaya menyeluruh dan terintegrasi untuk mengoperasionalkan tujuan dan sasaran melalui penetapan kebijakan dan program. Kebijakan adalah keputusan yang sifatnya mendasar untuk dipergunakan sebagai landasan bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Strategi pembangunan Kabupaten Bandung dapat dikategorikan ke dalam tiga strategi pokok yaitu : (1) mewujudkan Good Governance dan Clean Goverment.(2) akselerasi peningkatan IPM (indeks pembangunan Manusia) dengan prioritas regulasi, dan anggaran pada bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat. (3) meningkatkan pembangunan yang berfokus di desa.

Kebijakan adalah keputusan yang sifatnya mendasar untuk dipergunakan sebagai landasan bertindak dalam usaha mencapai tujuan


(3)

yang telah ditetapkan sebelumnya. Program adalah langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan yang merupakan penjabaran dari kebijakan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaaan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat, maka seluruh Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota se-Indonesia diwajibkan memenuhinya. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berisikan berbagai program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan baik yang merupakan urusan wajib, urusan pilihan, tugas pembantuan maupun kerjasama dengan pihak ketiga. Sesuai PP 3/2007 pada Pasal 9, mengamanatkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir, LPPD wajib dilaporkan kepada Pemerintah Pusat, Kegiatan yang difasilitasi Bagian Pemerintahan Umum SETDA. Kabupaten Bandung dihadiri seluruh pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Bandung. Dalam penegasannya, Sekda mengharapkan agar data yang disampaikan benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dengan asas desentralisasi kewenangan pemerintah diserahkan kepada daerah otonom dan daerah otonom diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai


(4)

kepentingan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya, daerah diberi kewenangan untuk melakukan kerja sama dengan daerah lain dan pihak ketiga. Kerja sama daerah merupakan sarana untuk lebih memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu dengan yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah, mensinergikan potensi antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga serta meningkatkan pertukaran pengetahuan, teknologi dan kapasitas fiskal. Melalui kerja sama daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan daerah dalam penyediaan pelayanan umum khususnya yang ada di wilayah terpencil, perbatasan antar daerah dan daerah tertinggal. Kerja sama daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sumber pendapatan asli daerah. Oleh karena itu, kerja sama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan masyarakat harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Objek yang dapat dikerjasamakan meliputi seluruh urusan yang menjadi kewenangan daerah Otonom, aset daerah dan potensi daerah serta penyediaan pelayanan umum. Pelaksanaan kerja sama harus berpegang pada prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, persamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Objek kerja sama merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kerja sama untuk selanjutnya


(5)

menentukan pilihan bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan. Hasil kerja sama yang diperoleh daerah berupa uang harus disetorkan ke kas daerah, sedangkan yang berupa barang harus dicatat sebagai aset daerah. Adanya pergantian kepala daerah pada dasarnya tidak dapat atau mempengaruhi atas pelaksanaan kerja sama yang telah disepakati oleh kepala daerah sebelumnya.

Salah satunya adalah Penyelenggaraan asas tugas pembantuan yang merupakan cerminan dari sistem dan prosedur penugasan Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten kepada desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pembangunan yang disertai dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang memberi penugasan. Tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Pemberian tugas pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan umum. Tujuan pemberian tugas pembantuan adalah memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan pemerintahan, dan pengembangan pembangunan bagi daerah dan desa.

Tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada daerah dan atau desa meliputi sebagian tugas-tugas Pemerintah yang apabila


(6)

dilaksanakan oleh daerah dan atau desa akan lebih efisien dan efektif. Tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah provinsi sebagai daerah otonom kepada kabupaten dan atau desa meliputi sebagian tugas-tugas provinsi, antara lain dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten serta sebagian tugas pemerintahan dalam bidang tertentu lainnya, termasuk juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten . Tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten kepada desa mencakup sebagian tugas-tugas kabupaten di bidang pemerintahan yang menjadi wewenang kabupaten.Penyelenggaraan ketiga asas sebagaimana diuraikan tersebut di atas memberikan konsekuensi terhadap pengaturan pendanaan. Semua urusan pemerintahan yang sudah diserahkan menjadi kewenangan pemerintah daerah harus didanai dari APBD, sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah harus didanai dari APBN melalui bagian anggaran kementerian/lembaga.

Pengaturan pendanaan kewenangan Pemerintah melalui APBN mencakup pendanaan sebagian urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan kepada gubernur berdasarkan asas dekonsentrasi, dan sebagian urusan pemerintahan yang akan ditugaskan kepada daerah provinsi dan kabupaten berdasarkan asas tugas pembantuan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang


(7)

menyeluruh dalam rangka pendanaan atas penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

Perimbangan keuangan dilaksanakan sejalan dengan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah, yang dalam sistem pengaturannya tidak hanya mencakup aspek pendapatan daerah, tetapi juga aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban. Sejalan dengan hal itu, maka penyerahan wewenang pemerintahan, pelimpahan wewenang pemerintahan, dan penugasan dari Pemerintah dalam rangka penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan juga harus diikuti dengan pengaturan pendanaan dan pemanfaatan sumber daya nasional secara efisien dan efektif. Dana dekonsentrasi pada hakekatnya merupakan bagian anggaran kementerian/lembaga yang dialokasikan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah propinsi, sesuai dengan beban dan jenis kewenangan yang dilimpahkan dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada yang memberikan pelimpahan,

Sementara dana tugas pembantuan merupakan bagian anggaran kementerian/lembaga yang dialokasikan untuk daerah provinsi atau kabupaten, dan atau desa sesuai dengan beban dan jenis penugasan yang diberikan dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan kepada yang memberikan penugasan. Pendanaan tugas pembantuan dari pemerintah kepada pemerintah desa hanya dapat dilakukan untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan tertentu setelah mendapat persetujuan dari Presiden.


(8)

Pengalokasian dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pencapaian kinerja, efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pembangunan di daerah, serta menciptakan keselarasan dan sinergitas secara nasional antara program dan kegiatan dekonsentrasi/tugas pembantuan yang didanai dari APBN dengan program dan kegiatan desentralisasi yang didanai dari APBD. Selain itu, pengalokasian dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan juga dimaksudkan untuk lebih menjamin tersedianya sebagian anggaran kementerian/lembaga bagi pelaksanaan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan dalam Renja-KL (Rencana Kerja Kementerian Lembaga) yang mengacu pada RKP(Rencana Kerja Pemerintah). Untuk mencapai adanya keselarasan dan sinergitas tersebut di atas, maka dalam penyusunan RKA-KL terlebih dahulu dilakukan proses komunikasi dan perencanaan yang baik antara kementerian/lembaga dengan gubernur yang akan menerima kegiatan pelimpahan wewenang, dan dengan daerah provinsi atau kabupaten dan/atau desa yang akan menerima kegiatan tugas pembantuan.

Proses komunikasi dan perencanaan tersebut diharapkan dapat tercipta adanya sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi dalam kaitannya dengan penyelarasan dan penyesuaian Renja-KL menjadi RKA-KL yang telah dirinci menurut unit organisasi berikut program dan kegiatannya, termasuk alokasi sementara untuk pendanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Berdasarkan


(9)

pokok-pokok pemikiran sebagaimana yang diuraikan di atas, maka penyelenggaraan dan pengelolaan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan menjadi sangat penting untuk diberikan pengaturan secara lebih mendasar dan komprehensif.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka Penulis mengambil judul Laporan KKL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN

PENYELENGARAAN PEMERINTAH DAERAH (LPPD) DI

PEMERINTAHAN KABUPATEN BANDUNG.

1.2. Identisifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan proses pembahasan dalam penyusunan Laporan KKL , Penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tujuan dari Kebijakan PP No 3 Tahun 2007 Terhadap LPPD Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi Kebijakan PP no 3 Tahun 2007 dalam pembuatan LPPD Kabupaten Bandung ?

3. Siapakah saja yang menjadi pelaksana dari kebijakan PP No 3 Tahun 2007 dalam pembuatan LPPD Kabupaten Bandung?

4. Bagaimanakah dampak dari Kebijakan PP No 3 Tahun 2007 terhadap Hasil LPPD Kab Bandung?


(10)

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Penulis dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui apakah laporan penyelengaraan pemerintah daerah di Kabupaten Bandung sudah sesuai dengan UU NO 3 Tahun 2007 Tentang LPPD:

1. Untuk mengetahui tujuan dari Laporan penyelengaraan pemerintah daerah (LPPD) Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi impelementasi kebijakan PP N0 3 Tahun 2007 Terhadap LPPD Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui pelaksana kebijakan peraturan pemerintah No 3 Tahun 2007 Pemerintahan Kabupaten Bandung.

4. Untuk mngetahui dampak yang mempengaruhi implementasi kebijakan peraturan pemerintah No 3 Tahun 2007 terhadap LPPD Kabupaten Bandung.

1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Adapun kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini ditinjau dari sudut pendekatan keilmuan sebagai berikut :

1. Bagi kepentingan Penulis

Untuk lebih mengembangkan wawasan tentang Laporan Penyelengaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Di Kabupaten Bandung. 2. Bagi kegunaan teoritis

Hasil Laporan KKL ini diharapkan dapat memberikan upaya peningkatan pembangunan yang dilaksanakan dapat memberikan


(11)

manfaat khususnya bagi peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Bandung.

3. Kegunaan Praktis

Laporan KKL ini diharapakan memberikan manfaat bagi pemerintah daerah di Kabupaten Bandung sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah yang ada dalam pembuatan Laporan Penyelengaraan Pemerintah Daerah.

1.5 Kerangka Pemikiran

Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. Van Horn Dan Van Meter mengartikan Implementasi kebijakan sebagai :

"tindakan-tindakan oleh individu publik dan swasta (atau kelompok) yang diarahkan pada prestasi tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya".( Van Horn Dan Van Meter dalam Subarsono 2006 : 100).

Jadi Implementasi dimaksudkan sebagai tindakan individu publik yang diarahkan pada tujuan serta ditetapkan dalam keputusan dan memastikan terlaksananya dan tercapainya suatu kebijakan serat memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. Sehingga dapat tercapainya sebuah kebijakan yang memeberikan hasil terhadap tindakan-tindakan individu publik dan swasta. William N. Dunn Mengemukakan bahwa :


(12)

proses kebijakan pemerintahan (kebijakan publik) adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis, Akitivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecastng, rekomendasi kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual. (Dunn, 1994:17).

Menurut Anderson yang dikutip oleh wahab, merumuskan kebijakan sebagai langkah tindakan yang secara disengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi (Anderson dalam Wahab, 2005 : 3 )

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok – kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan – tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan – kebijakan (Wahab, 2005:65)

Berdasarkan pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang atau berkepentingan baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan, implementasi ditetapkan , implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan atau merealisasikan program yang telah disusn demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak di capai.


(13)

James Anderson dkk melihat kebijakan publik dalam hubungan dengan strategi pokok kehidupan suatu negara atau garus besar haluan negara, menurutnya, sekalipun tujuan dari tindakan pemerintahan tidak mudah dirumuskan dan tidak selalu sama, namun secara umum kebijakan publik selalu menunjuka ciri tertentu dari berbagai kegiatan pemerintahan (Anderson,et.al:1984 : 2-3)

Atas pertimbangan tersebut Anderson dkk mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan, (1) setiap kebijakan harus ada tujuan, artinya setiap kebijakan yang dibuat harus ada tujuan yang jelas dalam pembuatanya, (2) Setiap kebijakan tidak berdiri sendiri melainkan ada beberapa faktor yang mendukung kebijakan tersebut dapat terlaksana.s (3) Kebijakan yang dilakukan pemerintah disini adalah adanya pelaksana dari kebijakan itu sendiri di dalam PP no 3 tahun 2007 tentang LPPD. (4) Kebijakan dapat negatif dan dapat berupa pengarahan untuk melaksanakanya, yang dimaksudkan sebagai dampak dari impelementasi (5) kebijakan dan Kebijakan didasarkan pada hukum, hukum memiliki kewenangan untuk memaksa masyarakat untuk mematuhinya dimaksudkan sebagai kesesuaian LPPD Kab Bandung dengan PP No 3 Tahun 2007.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada pemerintah merupakan laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada masyarakat.


(14)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah yang selanjutnya disebut LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disampaikan oleh kepala daerah kepada Pemerintah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD yang selanjutnya disebut LKPJ adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat melalui media yang tersedia di daerah.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam Laporan KKL ini adalah:

(1) Kebijakan adalah sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah, dan kebijakan juga merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu, pemerintah pada kenyataannya bersumber pada orang- orang yang memiliki wewenang dalam sistem politik yang pada akhirnya membawa implikasi tertentu terhadap konsep kebijakan pemerintah. Berbagai hal mungkin saja


(15)

dilakukan oleh pemerintah, artinya pemerintah dapat saja menempuh usaha kebijakan yang sangat liberal dalam hal campur tangan atau cuci tangan sama sekali, baik terhadap seluruh atau sebagian sektor kehidupan. Kebijakan pemerintah dalam bentuknya yang positif pada umumnya dibuat berlandaskan hukum dan kewenangan tertentu. (2) Implementasi kebijakan terhadap UU Peraturan pemerintah No .3

Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelengaraan pemerintah daerah adalah tata cara aturan penyusunan laporan penyelengaraan pemerintah daerah sebagai laporan pemerintah kabupaten bandung, kesesuai PP terhadap LPPD sehingga dapat mengetahui kesesuaian yang terjadi dalam pembuatan LPPD di pemerintahan Kabupaten Bandung.

(3) Atas pertimbangan tersebut anderson dkk (Anderson,et.al:2-3) mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan, (1) setiap kebijakan harus ada tujuan, artinya setiap kebijakan yang di buat harus ada tujuan yang jelas dalam pembuatanya, di dalam LPPD sudah jelas apa tujuan dari pembuatan Laporan Tersebut. (2) Setiap kebijakan tidak berdiri sendiri melainkan ada beberapa faktor yang mendukung kebijakan tersebut dapat terlaksana, di dalam LPPD jelas banyak faktor yang ada dalam pembuatan laporan tersebut, faktor tersebut tentunya mendukung terlaksananya pembuatan LPPD Kab Bandung. (3) Kebijakan yang dilakukan pemerintah disini adalah adanya pelaksana dari kebijakan itu sendiri di dalam PP no 3 tahun 2007 tentang LPPD yang menjadi pelaksananya adalah para SKPD (Satuan


(16)

Kerja Pada Dinas). (4) Kebijakan dapat negatif dan dapat berupa pengarahan untuk melaksanakanya, yang dimaksudkan sebagai dampak dari LPPD itu sendiri ialah adanya dampak yang mempengeruhi baik negatif atau pun positif, (5) Kebijakan didasarkan pada hukum, hukum memiliki kewenangan untuk memaksa masyarakat untuk mematuhinya dimaksudkan sebagai adanya dasar hukum yang menaungi pembuatan Laporan Penyelengaraan pemerintah daerah Kabupaten Bandung sehingga hal ini sudah jelas dalam penetapan dasar hukumnya karena dalam laporan ini menjelaskan tentang implementasi kebijakan dari dasar hukum dari LPPD sehingga dalam indentisifikasi masalah hanya menetapkan 4 variabelnya saja tanpa menentukan 1 variabel lagi karena sudah jelas Dasar hukumnya .

Berdasarkan teori-teori di atas, kerangka pemikiran Penulis ini dapat dilihat dalam model sebagai berikut :


(17)

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode dalam Laporan Kuliah kerja lapangan 1.6.1 Metode dalam Laporan Kuliah kerja lapangan

Metode penelitian merupakan rencana dan rancangan cara pengumpulan data dan menganalisa agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian. Metode yang digunakan oleh penulis untuk Laporan KKL ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Bagong Suyanto dalam buku Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Metode penelitian deskriptif adalah:

Implementasi kebijakan Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 2007 Tentang Laporan

penyelengaraan pemerintah daerah (LPPD)

Tujuan Kebijakan

Terealisasinya program kerja di daerah yang berbentuk Laporan

Penyelengraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten

Bandung Faktor Yang

mempengaruhi

Badan Pelaksana

Dampak dari Kebijakanya


(18)

“Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif dapat bertipe kuantitatif dan kualitatif dan biasanya dilakukan peneliti untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau objek amatan secara rinci”. (Suyanto, 2005:17-18) Metode deskriptif bertujuan untuk menjelaskan masalah secara rinci, dalam metode deskriptif terdapat dua tipe kuantitatif dan kualitatif. Melihat dua tipe tersebut maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif Dan R&D, bahwa metode penelitian kualitatif adalah:

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.(Sugiyono, 2009:9) Sesuai dengan pendapat Sugiyono, maka metode penelitian kualitatif merupakan prsosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini lebih menekankan pada interpretasi makna dari pada generalisasi.

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti mendeskripsikan implementasi kebijakan PP No 3 Tahun 2007 terhadap LPPD kabupaten Bandung sehingga dapat mengetahui bagaimana kebijakan PP No 3 Tahun 2007 dapat diterapkan dalam LPPD kabupaten Bandung sebagai acuan Pembuatan LPPD Kabupaten Bandung.


(19)

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah :

1. Observasi, adalah pengamatan terhadap kebijakan peraturan pemerintah no 3 tahun 2007 dalam pembuatan laporan penyelengaraan pemerintah Kabupaten Bandung kepada pemerintah pusat.

2. Studi Pustaka, yaitu mengumpulkan data yang relevan dengan masalah penulis melalui buku-buku, majalah, surat kabar, pemanfaatan teknologi informasi atau internet dan literatur-literatur yang berkaitan dengan Laporan Penyelengaraan pemerintah Kabupaten Bandung.

1.6.3 Teknik Analisa Data

Teknik yang digunakan Penulisan ini adalah deskriftif kualtitatif, analisa data Kualitatif adalalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis, berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Data Reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. dengan


(20)

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mepermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selajutnya, dan mencarinya bila diperlukan, reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Data display ( Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif , penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan : yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif” (Miles and Huberman dalam Sugiyono 2009 : 249)

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan mengemukakan hasil akhir dari implementasi kebijakan dimana dapat menjelaskan inti dari kebijakan tersebut, Menarik kesimpulan berdasarkan reduksi interpretasi dan penyajian data yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif. Maka, penarikan kesimpulan akan bertolak dengan hal - hal yang khusus ( spesifik ) sampai kepada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum ( general ).


(21)

1.7 Lokasi dan Waktu Kuliah Kerja Lapangan

Lokasi Kuliah Kerja Lapangan dilakukan di Bagian pemerintahan Umum SETDA Kabupaten Bandung yang beralamat di jalan Soreang KM. 17 Soreang 40911 Kabupaten Bandung. Adapun penjadwalan untuk Laporan KKL ini melewati beberapa tahapan dalam pembuatan laporan KKL seperti dalam Tabel berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

NO WAKTU KEGIATAN

Tahun 2010

Juli Agst Sept Okt Nov 1. Pemilihan Lokasi KKL

2. Bimbingan UP Laporan KKL 3. Pelaksanan KKL

4. Bimbingan Laporan KKL dan penulisan Laporan KKL 5. Pengumpulan Laporan KKL


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Implementasi

Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. Van Horn Dan Van Meter mengartikan Implementasi kebijakan sebagai :

"tindakan-tindakan oleh individu publik dan swasta (atau kelompok) yang diarahkan pada prestasi tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya".( Van Horn Dan Van Meter dalam Subarsono 2006 : 100).

Jadi Implementasi dimaksudkan sebagai tindakan individu publik yang diarahkan pada tujuan serta ditetapkan dalam keputusan dan memastikan terlaksananya dan tercapainya suatu kebijakan serat memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. Sehingga dapat tercapainya sebuah kebijakan yang memeberikan hasil terhadap tindakan-tindakan individu publik dan swasta.

Berdasarkan pengertian implementasi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pihak-pihak yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang telah ditetapkan, implementasi dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan atau merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan


(23)

karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

2.2 Kebijakan

Kebijakan sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

2.3 Implementasi Kebijakan

Studi implementasi adalah hasil perubahan yang terjadi dan perubahan bisa dimunculkan, juga merupakan studi kehidupan politik yaitu organisasi diluar dan didalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat bertindak secara berbeda (Parsons, 2005 : 463).

Sedangkan menurut Goerge C Edwards (2003 : 1) “implementasi Kebijakan adalah suatu tahapan kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi – konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya”.

Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu dapat mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan


(24)

dengan sangat baik, sementara itu suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.

Sedangkan Wibawa (dalam Tangkilisan, 2003 :20) berpendapat “impelementasi Kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan Pemerintah”.

Berdasarkan pendapat para ahli dalam menentukan tahapan implementasi kebijakan tersebut, terlihat bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu atau pejabat-pejabat terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.4 Pembangunan Daerah

Tujuan nasional dari pembentukan pemerintahan adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Kemerdekaan yang telah diraih harus dijaga dan diisi dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis serta dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Salah satu kebijakan lain yang diambil oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional tersebut adalah dengan melaksanakan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam konteks penyelenggaraan


(25)

pemerintahan di daerah, komponen desentralisasi tersebut harus diaktualisasikan secara bersama-sama dan satu dengan lainnya harus saling mendukung. Tujuan dari pelaksanaan desentralisasi adalah untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Sebagai sebuah proses, pelaksanaan desentralisasi di Indonesia bersifat dinamis dan telah dilakukan sejak tahun 2001.

Pembangunan daerah yang telah dilaksanakan selama ini yang meliputi perkembangan pencapaian kelembagaan pemerintah daerah, aparatur pemerintah daerah, kerjasama antar daerah, dan pembentukan daerah otonom baru. Pembangunan daerah yang dilihat dari sudut pandang pelaksanaan penataan ruang wilayah, perkembangan pembangunan kawasan khusus dan daerah tertinggal, dan perkembangan pembangunan perkotaan dan perdesaan.

Perkembangan pelaksanaan Pembangunan kawasan khusus dan daerah tertinggal khususnya berkaitan dengan aspek (a) pengembangan wilayah tertinggal, (b) pengelolaan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, dan (c) pengelolaan kawasan strategis nasional meliputi kawasan pelabuhan bebas, kawasan ekonomi khusus, dan kawasan pengembangan ekonomi terpadu. Ketiga kawasan tersebut diarahkan dalam rangka mendukung pencapaian daya saing perekonomian nasional dan daya saing domestik. dalam membangun kehidupan bernegara dengan tingkat keragaman masyarakat dan karakteristik geografis yang unik, pemerintah telah menyusun Sistem Perencanaan Pembangunan


(26)

Nasional (SPPN) yang bersifat terpadu, menyeluruh, sistematik yang tanggap terhadap perkembangan zaman sesuai ketetapan pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi, misi dan program kepala daerah yang berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM nasional. RPJMD tersebut, antara lain memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Batasan mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

RPJMD juga sering disebut sebagai agenda pembangunan karena menyatu dengan agenda pemerintah yang akan dilaksanakan oleh Kepala Daerah selama menjadi pimpinan pemerintahan. Visi pembangunan jangka panjang menjadi koridor pemberi arah dan batasan pembangunan daerah jangka panjang yang dapat dijabarkan dalam periode pembangunan yang lebih pendek.

Sesuai dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa RPJM Daerah ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah (analog dengan penetapan RPJM Nasional yang melalui Peraturan Presiden), yang substansinya merupakan rencana


(27)

kerja lima tahun yang akan dijadikan acuan bagi pemerintah daerah di dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, sesuai dengan penjabaran visi, misi dan program prioritas dari kepala daerah terpilih dalam kurun waktu lima tahun. apabila substansi RPJMD terkait dengan pendanaan penyelenggaraan pembangunan daerah khususnya yang terkait dengan sumber pendanaan APBD, yang harus dipertanggungjawabkan oleh Kepala Daerah kepada lembaga legislatif daerah (DPRD). Sehingga kepastian mengenai legal aspect dari dokumen RPJM tergantung pada substansinya dan kesepakatan antara pemerintah daerah dengan DPRD.

RPJMD ini disusun berdasarkan pengalaman selama menjabat Bupati serta perkembangan pemikiran ke depan. Untuk mewujudkan keterkaitan program pembangunan di daerah, propinsi, maupun pusat, maka RPJMD disusun dengan mengacu dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004–2009 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

Perencanaan pembangunan meliputi empat tahapan,yakni:(a) Penyusunan rencana(b) penetapan rencana(c) pengendalian pelaksanaan rencana dan (d) evaluasi pelaksanaan rencana. Empat tahapan tersebut diselanggarakan secara berkelanjutan, sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan.


(28)

Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur. Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan dalam menjaring aspirasi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan oleh masing- masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan.

2.5 Laporan Penyelengaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten Bandung.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) didasari oleh Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah yang selanjutnya disebut LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disampaikan oleh kepala daerah kepada pemerintah.

Pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah pada setiap tahun anggaran seyogianya berdasarkan hasil evaluasi pembangunan


(29)

pada tahun anggaran sebelumnya. Dari hasil evaluasi tersebut dapat di identifikasikan permasalahan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk perencanaan pelaksanaan pembangunan pada tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan hasil evaluasi dan identifikasi permasalahan, selanjutnya disusun suatu arah pembangunan yang ditujukan untuk memecahkan permasalahan melalui intervensi pembangunan yang dituangkan ke dalam kebijakan pembangunan yang bersifat jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

Dalam isi LPPD merupakan hasil dari laporan penyelengaraan Pemerintah Kabupaten Bandung sebagai upaya untuk memperbaiki segala hal yang merupakan program kerja dan telah dilaksanakan sehingga dapat mewujudkan pemerintahan Kabupaten Bandung yang dapat melaksanakan program kerja yang sesuai dengan Visi dan Misi Kabupaten Bandung. Ada beberapa hal yang menjadi isi dari LPPD Kabupaten Bandung sehingga Untuk mencapai kesatuan pandang dalam rangka melaksanakan misi yang ditetapkan dalam rangka pencapaian visi, dirumuskan tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan program. Tujuan adalah penjabaran dari pernyataan misi yang merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 3-5 tahun. Dengan adanya tujuan, maka fokus kinerja pemerintah daerah dapat lebih dipertajam dan memberikan arah bagi sasaran yang akan dicapai. Dan dengan Kepemerintahan yang baik atau populer dengan istilah good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang bersifat


(30)

konstruktif diantara tiga domain utama, yaitu pemerintah, sektor swasta dan masyarakat yang memiliki karakteristik, efisien, efektif, partisipatif berlandaskan hukum, adil, demokratis, transparan, respponsif, berorientasi konsesus, kesetaraan, akuntabel dan memiliki visi stratejik. Dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik, peran kepemimpinan yang baik, peran kepemimpinan merupakan faktor yang sangat menentukan. Oleh karena itu, selain pemantapan sistem dan manajemen kepemerintahan juga perlu dimantapkan kepemimpinan yang demokratis, egaliter dan mampu mengedepankan keteladanan.

Keamanan, ketertiban dan ketentraman merupakan kondisi yang diharapkan masyarakat agar dapat melangsungkan kehidupan dengan tenang dan damai, dan merupakan jaminan bagi terselenggaranya pembangunan untuk mewujudkan harapan dan cita-cita bersama. Kondisi yang aman, tertib dan tentram akan terwujud apabila terdapat kesadaran kolektif dan komitmen dari seluruh stakeholder pembangunan terhadap berbagai ketentuan yang telah disepakati bersama, yang direalisasikan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan hukum. Terpeliharanya stabilitas kehidupan yang aman, tertib, tentram dan dinamis perlu didukung dengan adanya rasa saling percaya dan harmoni dari seluruh stakeholder pembangunan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia meliputi pemantapan moral dan mental, peningkatan kemampuan intelektual, keahlian, derajat kesehatan, kemandirian dan kepercayaan diri yang akan bermuara pada peningkatan produktifitas masyarakat.


(31)

Kemiskinan yang menjadi permasalahan utama pembangunan, didefinisikan sebagai ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi standar minimum kebutuhan hidupnya. Masalah kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tidak adanya pendapatan, tidak adanya kesempatan atau peluang usaha dan tidak adanya kemampuan usaha. Kebijakan untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

Keimanan dan ketaqwaan adalah landasan moral dan etika yang tidak hanya memiliki muatan spiritual, tetapi juga muatan sosial, sehingga pada prakteknya tidak saja ditunjukan dengan ketaatan ritual individu, tetapi juga harus diaplikasikan dalam kehidupan sosial, sehingga tercipta kesalehan kolektif untuk merajut kehidupan bersama. Kesalehan sosial sebagai perwujudan sifat masyarakat bertaqwa merupakan kesatuan utuh dari pengetahuan, sikap serta nilai-nilai yang mempengaruhi cara berfikir dan bertindak. Dalam persfektif agama, keimanan dan ketaqwaan yang terlefleksikan dalam kesalehan sosial merupakan syarat mutlak bagi tercapainya kesejahteraan.

2.6 Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 2007 Terhadap LPPD Kabupaten Bandung.

Implementasi kebijakan dari peraturan pemerintah No 3 Tahun 2007 terhadap LPPD kabupaten Bandung ada beberapa unsur yang dapat mengimplementasikan PP NO 3 Tahun 2007 sesuai dengan teori dari


(32)

James Anderson dkk yang melihat kebijakan publik dalam hubungan dengan strategi pokok kehidupan suatu negara atau garus besar haluan negara, menurutnya, sekalipun tujuan dari tindakan pemerintahan tidak mudah dirumuskan dan tidak selalu sama, namun secara umum kebijakan publik selalu menunjuka ciri tertentu dari berbagai kegiatan pemerintahan (Anderson,et.al:1984 : 2-3)

Atas pertimbangan tersebut Anderson dkk mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan yaitu pertama adanya tujuan dari kebijakan tersebut, dimana tujuan tersebut adalah upaya agar kebijakan tersebut dapat terimplementasikan dengan baik dan sesuai dengan PP No 3 Tahun 2007 sehingga LPPD kabupaten Bandung sudah dapat mecapai tujuannya, yang kedua adalah faktor yang mendukung keberhasilan kebijakan dapat terlaksana, yang ketiga adalah pelaksana dari kebijakan tersebut sehingga dengan adanya pelaksana dimana setiap unsur yang ada dapat terealisasi dengan baik karena ada orang–orang yang menjalankannya dalam LPPD tentunya pelaksananya adalah para SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Keempat faktor pendukung yang paling penting yang dapat menunjang keberhasilan sebuah kebijakan. Kebijakan dapat terlaksana apabila semua unsurnya dapat dijalankan dengan baik.

Dalam sebuah kebijakan telah terealisasi dan terimplementasi dengan baik dan sesuai, namun hal tersbut tentunya berdampak pada berbagai aspek, dampak dari implementasi kebijakan PP No 3 Tahun 2007 terhadap LPPD Kabupaten Bandung adalah adanya kesesuai LPPD


(33)

Kabupaten Bandung dengan PP NO 3 Tahun 2007, sehingga pembuatan sesuai dan terimplementasi sesuai kebijakan yang ada.


(34)

BAB III

OBJEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 3.1.1. Sejarah Kabupaten Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam atau sama dengan hari sabtu tanggal 20 April tahun 1641 M. Sebagai Bupati Pertama pada waktu itu adalah Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). Dari bukti sejarah tersebut maka ditetapkan bahwa tanggal 20 April sebagai tanggal Hari Jadi Kabupaten Bandung. Jabatan Bupati kemudian di gantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti Sultan Banten. Jabatan Bupati kemudian di lanjutkan oleh Tumenggung Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) dari tahun 1681 – 1704 . Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704, setelah Pemerintah Belanda mengadakan pertemuan dengan para Bupati Wilayah Priangan di Cirebon. R. Ardisuta (1704 - 1747) terkenal dengan nama Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah. Sebagai penggantinya diangkat Putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar Anggadiredja II (1707 - 1747).

Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763 - 1794), Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada


(35)

tahun 1786 dia memasukkan Batulayang kedalam Pemerintahannya. Juga pada masa Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794 - 1829) inilah Ibukota Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke Pinggir sungai Cikapundung atau Alun - alun Kotamadya Bandung sekarang. Pemindahan Ibukota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan karena daerah baru tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah tersebut. Setelah kepala pemerintahan di pegang oleh Bupati Wiranatakusumah IV (1846 - 1874), ibukota Kabupaten Bandung berkembang pesat dan beliau dikenal sebagai Bupati yang progresif. Dialah peletak dasar master plan Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 dia mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung, kemudian dia memprakarsai pembangunan sekolah Raja (pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para menak (Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren). Atas jasa-jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung disegala bidang, beliau mendapatkan penghargaan dari pemerintah Kolonial Belanda berupa Bintang jasa, sehingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan Dalem Bintang.

Dimasa pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga jalan Kereta Api mulai masuk tepatnya tanggal 17 Mei 1884. Dengan masuknya jalan Kereta Api ini ibukota Bandung kian ramai. Penghuninya bukan hanya pribumi, bangsa Eropa dan Cina pun mulai menetap di ibukota, dampaknya perekonomian Kota Bandung semakin maju. Setelah wafat


(36)

penggantinya diangkat RAA. Martanegara, Bupati ini pun terkenal sebagai perencana kota yang jempolan. Martanegara juga dianggap mampu menggerakkan rakyatnya untuk berpartisipasi aktif dalam menata wilayah kumuh menjadi pemukiman yang nyaman. Pada masa pemerintahan RAA Martanegara (1893 - 1918) ini atau tepatnya pada tanggal 21 Februari 1906, kota Bandung sebagai Ibukota Kabupaten Bandung berubah statusnya menjadi Gementee (Kotamadya). Periode selanjutnya Bupati Kabupaten Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakusumah V (Dalem Haji) yang menjabat selama 2 periode, pertama tahun 1912-1931 sebagai Bupati yang ke -12 dan berikutnya tahun 1935 -1945 sebagai Bupati yang ke - 14. Pada periode tahun 1931 - 1935 R.T.Sumadipradja menjabat sebagai Bupati ke - 13. Selanjutnya pejabat Bupati ke - 15 adalah R.T.E. Suriaputra(1945-1947) dan penggantinya adalah R.T.M Wiranatakusumah VI alias Aom Male (1948-1956), kemudian diganti oleh R. Apandi Wiriadipura sebagai Bupati ke 17 yang dijabatnya hanya 1 tahun (1956 -1957).

Sebagai Bupati berikutnya adalah Letkol R. Memet Ardiwilaga (1960 - 1967). Kemudian pada masa transisi kehidupan politik Orde Lama ke Orde Baru adalah Kolonel Masturi. Pada masa Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat peristiwa penting yaitu rencana pemindahan Ibukota Kabupaten Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung yang semula berada di Kotamadya Bandung ke Wilayah Hukum Kabupaten Bandung yaitu daerah Baleendah. Peletakan Batu Pertamanya pada tanggal 20 April 1974 yaitu pada saat Hari Jadi Kabupaten Bandung yang


(37)

ke - 333. Rencana kepindahan Ibukota tersebut berlanjut hingga jabatan Bupati dipegang oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman (1980 - 1985). Atas pertimbangan secara fisik geografis daerah Baleendah tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai Ibukota Kabupaten, maka ketika Jabatan Bupati dipegang oleh Kolonel H.D. Cherman Affendi (1985 - 1990), Ibu kota Kabupaten Bandung pindah ke lokasi baru yaitu Kecamatan Soreang. Dipinggir Jalan Raya Soreang tepatnya di Desa Pamekaran inilah di Bangun Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 Ha, dengan menampilkan arsitektur khas gaya Priangan sehingga kompleks perkantoran ini disebut - sebut sebagai kompleks perkantoran termegah di Jawa Barat. Pembangunan perkantoran yang belum rampung seluruhnya dan dilanjutkan oleh bupati berikutnya yaitu Kolonel H.U. Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut dirampungkan dalam kurun waktu 1990 - 1992.

Kabupaten Bandung dibentuk berdasarkan Undang – undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950).

3.1.2 Keadaan Geografis Kabupaten Bandung

Wilayah Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada koordinat 1070 14’-1070 56’ Bujur Timur dan 60 49’-70 18’ Lintang Selatan. Terletak pada ketinggian 500 meter sampai 1.800 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 176.238,67 Ha yang terbagi ke dalam 31 kecamatan (267 desa, 9 kelurahan).


(38)

Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Bandung adalah: 1. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota

Bandung dan Kabupaten Sumedang.

2. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi.

3. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut.

4. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur.

5. di bagian tengah terletak Kota Bandung dan Kota Cimahi.

Morfologi Kabupaten Bandung terdiri dari wilayah datar/landai, kaki bukit dan pegunungan dengan kemiringan lereng beragam antara 0 – 8 %, 8% - 15 % hingga di atas 45%. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm pertahun. Suhu udara berkisar antara 120 C sampai 240 C dengan penyimpangan harian mencapai 500 C dan kelembaban udara beragam antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.

3.1.3 Gambaran Umum Kabupaten Bandung

Potensi sumber daya air tersedia cukup melimpah, baik air bawah tanah maupun air permukaan. Air permukaan terdiri dari 4 danau alam, 3 danau buatan serta 172 buah sungai dan anak sungai. Sumber air permukaan pada umumnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan


(39)

pertanian, industri dan sosial lainnya sedangkan air tanah dalam (kedalaman 60-200 meter) pada umumnya dipergunakan untuk keperluan industri, non industri dan sebagian kecil untuk rumah tangga. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan air tanah bebas (sumur gali) dan air tanah dangkal (kedalaman 24 sampai 60 meter) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta sebagian kecil menggunakan fasilitas dari PDAM.

Jumlah penduduk Kabupaten Bandung tahun 2009 + 3.172.860 jiwa terdiri atas : laki-laki 1.590.399 jiwa (50.13%) dan perempuan 1.582.461 jiwa (49.87%). Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, maka jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 67.14 %, jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 28.48 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 4.38 %.

Dari hal tersebut diatas, dapat diketahui angka beban ketergantungan (dependency ratio) mencapai 48.95 artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung 49 penduduk tidak produktif.

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung

Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009

No Kelompok Umur (thn)

Jenis Kelamin

Jumlah % Laki-laki Perempuan

1. Muda ( 0 – 14 ) 453.081 450.675 903.756 28,48 2. Produktif ( 15 –

64 )

1.063.309 1.006.868 2.130.177 67,14 3. Tua ( 65 + ) 74.009 64.918 138.927 4,38 Jumlah 1.590.399 1.582.461 3.172.860 100.00


(40)

Gambaran keberhasilan pembangunan manusia/kualitas sumber daya manusia baik fisik maupun non fisik dapat terlihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencakup 3 (tiga) komponen dasar yang digunakan untuk merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga komponen dasar tersebut berkaitan dengan pengetahuan (pendidikan), peluang hidup (kesehatan), dan hidup layak (kemampuan daya beli/purchasing power parity). Kesehatan dan kemampuan daya beli dapat mencerminkan kondisi fisik manusia, sedangkan pendidikan dapat mencerminkan kondisi non fisik manusia. Tahun 2009 IPM Kabupaten Bandung mencapai 73,39 yaitu kontribusi dari indeks pendidikan 85,61, indeks kesehatan 73,23 dan indeks daya beli 61,31.

Indikator pendidikan yang digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan manusia adalah Angka Melek Huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Persentase penduduk dewasa (usia 15 tahun keatas) yang melek huruf mencapai 98,87 % dengan rata-rata lama sekolah mencapai 8,87 tahun. Jika dilihat dari penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan yang ditamatkan (ijazah tertinggi yang dimiliki) dan jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan yang tamat SD dan SLTP lebih baik dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Namun tidak demikian pada jenjang pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi. Dari 2.067.246 penduduk usia 10 tahun ke atas, sebanyak 35,48 % hanya mempunyai ijazah SD/setara SD : 25,09 %, mempunyai ijazah SLTP/setara SLTP 19,96 %, mempunyai ijazah SLTA/setara SLTA 4,3 %, mempunyai ijazah perguruan tinggi dan 15,17 % tidak/belum mempunyai ijazah.


(41)

Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya dapat dilihat dari indikator : Angka Harapan Hidup saat dilahirkan (AHH), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Kasar (AKK) dan status gizi. Saat ini AHH Kabupaten Bandung mencapai 68,94 artinya perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur adalah selama lebih kurang 68-69 tahun. Sedangkan AKB mencapai 36,02 artinya rata-rata dari setiap 1000 kelahiran bayi tercatat 36 bayi diperkirakan meninggal. Kematian bayi tersebut lebih banyak dialami oleh ibu yang mengidap infeksi/penyakit, berat bayi lahir rendah, pertolongan kelahiran yang kurang aman dan perawatan bayi yang kurang baik. Kemampuan daya beli penduduk Kabupaten Bandung tahun ini masih terhambat oleh lesunya sektor usaha sebagai dampak dari krisis global yang terjadi, namun demikian kestabilan sektor moneter cukup membantu mempertahankan kemampuan daya beli yang berada pada kisaran Rp. 563.320,00.

Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan penduduk sangat menentukan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Bandung mencapai 52 %. Jika dilihat berdasarkan perspektif gender, TPAK perempuan hanya mencapai 27,46 % relatif jauh dibandingkan laki-laki yang mencapai 76,32 %. Perempuan cenderung kurang memiliki akses untuk memasuki dunia


(42)

kerja, hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar perempuan usia produktif berada pada posisi sebagai ibu rumah tangga.

Berkaitan hal tersebut, kesempatan kerja mencapai 87,49 % dan tingkat pengangguran terbuka mencapai 12,51 % yang pada umumnya didominasi oleh perempuan sebesar 17,86 %.

Tabel 1.3

Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bandung Tahun 2009

No Jenis Kelamin

Capaian (%)

TPAK Kesempatan

Kerja Pengangguran

1. Laki – laki 76,32 89,39 10,61

2. Perempuan 27,46 82,14 17,86

Jumlah 52,00 87,49 12,51

Sumber : BPS Kabupaten Bandung, IPM Tahun 2009

Lapangan pekerjaan di Kabupaten Bandung umumnya bergerak pada sektor : pertanian, industri, perdagangan, jasa dan lainnya (pertambangan, listrik gas dan air, angkutan dan komunikasi, koperasi dan lembaga keuangan). Penyerapan tenaga kerja (usia 10 tahun ke atas) pada sektor pertanian mencapai 21,87 %, pada sektor industri 29,87 %, perdagangan 18,75 %, jasa 12,49 % dan pada sektor lainnya menyerap tenaga kerja 17,02 %.

3.1.4 Visi dan Misi Kabupaten Bandung

Berdasarkan potensi, permasalahan dan peluang yang dimiliki Kabupaten Bandung dengan memperhatikan nilai-nilai visi daerah, aspirasi dan dinamika yang berkembang, visi yang dikedepankan adalah : “ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih


(43)

Kertaraharja, melalui Akselerasi Pembangunan Partisipatif yang Berbasis Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan, dengan Berorientasi pada Peningkatan Kinerja Pembangunan Desa “.

Makna dari visi tersebut adalah :

a) Repeh Rapih Kertaraharja adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu suatu kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang hidup dalam keadaan aman, tertib, tentram, damai, sejahtera dan senantiasa berada dalam lindungan, bimbingan dan rahmat Allah SWT.

b) Akselerasi Pembangunan atau Percepatan Pembangunan adalah segala upaya yang dilakukan untuk membuat proses pembangunan lebih cepat, sehingga manfaatnya dapat segera dirasakan oleh masyarakat. Percepatan pembangunan tersebut mengandung maksud menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi cepatnya pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di Kabupaten Bandung.

c) Partisipatif merupakan pendekatan yang diterapkan dalam upaya pencapaian tujuan, dengan pengertian bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk berperan aktif dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Sesuai dengan paradigma kepemerintahan yang baik bahwa kedudukan masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai subjek yang turut menentukan arah pembangunan sesuai dengan prakarsa, tuntutan, kehendak dan kebutuhannya secara proporsional dan bertanggungjawab.


(44)

d) Religius mengandung pengertian bahwa nilai-nilai, norma,semangat dan kaidah agama, khususnya Islam yang diyakini dan dianut serta menjadi karakter dan identitas mayoritas Kabupaten Bandung, harus menjiwai, mewarnai, menjadi ruh dan pedoman seluruh aktivitas kehidupan, termasuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dengan tetap menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan hidup beragama.

e) Kultural mengandung pengertian bahwa nilai-nilai budaya Sunda yang baik, melekat dan menjadi jati diri masyarakat Kabupaten Bandung, harus tumbuh dan berkembang seiring dengan laju pembangunan, serta menjadi perekat keselarasan dan stabilitas sosial. Pengembangan budaya Sunda tersebut dilakukan dengan tetap menghargai pluralitas kehidupan masyarakat secara proporsional.

f) Berwawasan Lingkungan mengandung pengertian dan kepedulian yang tinggi terhadap keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan yang didasari oleh kesadaran akan fungsi strategis lingkungan terhadap keberlangsungan hidup manusia. Daya dukung dan kualitas lingkungan harus menjadi acuan utama segala aktifitas pembangunan, agar tercipta tatanan kehidupan yang seimbang, nyaman, dan berkelanjutan.

g) Peningkatan Kinerja Pembangunan Desa mengandung pengertian, bahwa pembangunan di Kabupaten Bandung harus memberikan perhatian yang besar dan sungguh-sungguh terhadap pengembangan


(45)

desa, peningkatan kualitas kinerja pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat di pedesaan. Desa yang dalam susunan pemerintahan merupakan unit pemerintahan terendah adalah ujung tombak pembangunan daerah dan lokus yang menjadi muara seluruh aktifitas pembangunan.

Untuk mewujudkan visi diatas, dirumuskan 8 (delapan) misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan kepemerintahan yang baik

2. Memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tentram dan dinamis

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

4. Meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat 5. Memantapkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan taqwa 6. Menggali dan menumbuhkembangkan budaya Sunda

7. Memelihara keseimbangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

8. Meningkatkan kinerja pembangunan desa.

3.2 Bagian Pemerintahan Umum SETDA Kabpaten Bandung 3.2.1 Gambaran Umum Bagian Pemerintahan Umum SETDA 3.2.2 Sekretaris Daerah

Tugas Pokok Dan Fungsi Satuan Organisasi Sekretariat Daerah 1) Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah;


(46)

2) Sekretaris Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah melalui penyusunan kebijakan pemerintahan daerah, pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah, pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;

3) Sekretaris Daerah dalam melaksanakan tugas smenyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan kebijakan pemerintahan daerah.

b. pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah.

c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah.

d. pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah.

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas.

1) Asisten Pemerintahan dipimpin oleh seorang Asisten.

2) Asisten Pemerintahan mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan sebagian tugas Sekretaris Daerah di bidang penetapan penyusunan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas


(47)

Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang pelayanan administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah.

3) Dalam melaksanakan tugas pokok Asisten Pemerintahan menyelenggarakan fungsi :

a. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah.

b. perumusan penetapan kebijakan petunjuk teknis, tujuan, sasaran dan monitoring penyelenggaraan administratif pemerintahan daerah di bidang pelayanan administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah.

c. penyelenggaraan pembinaan administratif pemerintahan daerah di bidang pelayanan administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah.

d. pengkoordinasian tugas Bagian - Bagian di lingkungan Asisten Pemerintahan.

perumusan penetapan kebijakan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan


(48)

pengembangan otonomi daerah pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya penetapan rumusan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan Perangkat Daerah, DPRD, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan instansi lainnya di bidang pelayanan administrasi pemerintahan umum, pengkajian produk, permasalahan dan dokumentasi hukum serta fasilitasi dan pengembangan otonomi daerah.

Asisten Pemerintahan, membawahkan : a. Bagian Pemerintahan Umum b. Bagian Hukum

c. Bagian Otonomi Daerah.

3.2.3 Bagian Pemerintahan Umum

Bagian Pemerintahan Umum dipimpin oleh seorang Kepala Bagian Kepala Bagian Pemerintahan Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Asisten Pemerintahan dalam merencanakan teknis operasional, merumuskan kebijakan dan koordinasi teknis administratif penyusunan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah melalui fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan

1) Kepala Bagian Pemerintahan Umum menyelenggarakan fungsi : a. penetapan rumusan kebijakan perencanaan teknis operasional


(49)

pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan.

b. pelaksanaan rumusan kebijakan koordinasi teknis fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan.

c. pengkoordinasian dalam pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan. d. pengkoordinasian rumusan penyusunan kebijakan

penyelenggaraan fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan penyelenggaraan pembinaan administratif fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan.

e. penetapan rumusan kebijakan analisa, monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan.

f. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

g. penetapan pelaksanaan koordinasi teknis dengan Perangkat Daerah, DPRD, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan instansi


(50)

lainnya di bidang fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan.

Bagian Pemerintahan Umum, membawahkan : a. Sub Bagian Bina Perangkat Daerah.

b. Sub Bagian Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga. c. Sub Bagian Pertanahan.

1) Sub Bagian Bina Perangkat Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Bina Perangkat Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Pemerintahan Umum dalam merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan teknis operasional penyiapan bahan penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah Kepala Sub Bagian Bina Perangkat Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan perencanaan teknis operasional fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah.

b. penyusunan rumusan kebijakan teknis fasilitasi dan pembinaan Perangkat Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

c. pelaksanaan pembinaan teknis administrasi penyelenggaraan pemerintahan Perangkat Daerah.


(51)

d. penyelenggaraan pembinaan, sosialisasi, observasi dan pengkajian penyelenggaraan penataan kecamatan dan kelurahan pengkoordinasian penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan penyusunan laporan penyelenggaraan tugas - tugas umum pemerintahan dengan Perangkat Daerah. e. pengkoordinasian pelayanan umum lintas sektor dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah pengkoordinasian penyusunan LPPD pemerintah daerah.

f. pelaksanaan penyampaian LPPD kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.

g. pelaksanaan publikasi LPPD kepada masyarakat.

h. pelaksanaan pengolahan database LPPD pemerintah daerah. i. pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi penyelesaian konflik antar

kecamatan / kelurahan.

j. pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan umum.

k. perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan pemerintahan kecamatan / kelurahan yang meliputi pembinaan teknis fungsional aparatur dan fasilitasi dukungan sarana dan prasarana penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan / kelurahan.

l. pelaksanaan pembinaan teknis administrasi pemerintahan kecamatan / kelurahan.

m. pengkoordinasian penyusunan laporan kegiatan pemerinatahan yang dilaksanakan oleh kecamatan dan kelurahan.


(52)

n. pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi harmonisasi hubungan antar kecamatan/kelurahan.

o. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

p. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

q. pelaksanaan koordinasi teknis dengan Perangkat Daerah, DPRD, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Instansi terkait dalam pembinaan Perangkat Daerah.

2) Sub Bagian Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Pemerintahan Umum dalam merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan teknis operasional penyiapan bahan penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang pengembangan kerjasama dan pelayanan hubungan antar lembaga Kepala Sub Bagian Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan perencanaan teknis operasional pengembangan kerjasama dan pelayanan hubungan antar lembaga.

b. penyusunan rumusan kebijakan teknis pengembangan kerjasama dan pelayanan hubungan antar lembaga pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lainnya, Pemerintah, Pemerintah


(53)

Provinsi dan lembaga lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri.

c. pelaksanaan pengelolaan administrasi dalam penyelenggaraan pengembangan kerjasama dan pelayanan hubungan antar lembaga pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lainnya, Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan lembaga lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri.

d. pengkoordinasian persiapan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah serta penyusunan pertanggungjawaban akhir masa jabatan Kepala Daerah.

e. pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan Pemilihan Umum serta pelantikan anggota DPRD dan penggantian anggota DPRD antar waktu.

f. pelaksanaan fasilitasi penyiapan bahan masukan pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah.

g. pelaksanaan fasilitasi penyusunan bahan masukan penetapan DAU dan DAK bagi sidang DPOD.

h. pelaksanaan fasilitasi dalam rangka pembentukan dan keikutsertaan dalam asosiasi daerah / badan kerjasama daerah. i. pelaksanaan fasilitasi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati.

j. pelaksanaan fasilitasi penyusunan LKPJ Bupati.

k. pelaksanaan fasilitasi kerjasama kabupaten dengan pihak ketiga. l. pelaksanaan fasilitasi kerjasama antar kabupaten / kota.


(54)

m. pelaporan pelaksanaan kerjasama antar kabupaten / kota kepada Provinsi.

n. penyusunan rumusan kebijakan penetapan kebijakan harmonisasi hubungan. antar susunan pemerintahan dengan berpedoman kepada kebijakan pemerintah dan pemerintah provinsi.

o. pelaksanaan layanan ketatausahaan dan dokumentasi bagian p. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya

q. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

r. pelaksanaan koordinasi teknis dengan Perangkat Daerah, DPRD, Pemerintah.

s. Pemerintah Provinsi dan Instansi terkait dalam pengembangan kerjasama dan pelayanan hubungan antar lembaga.

3) Sub Bagian Pertanahan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Pertanahan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Pemerintahan Umum dalam merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan teknis operasional penyiapan bahan penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di bidang fasilitasi pelayanan pertanahan dan penataan wilayah

Kepala Sub Bagian Pertanahan menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan perencanaan teknis operasional fasilitasi pelayanan pertanahan dan penataan wilayah.


(55)

b. pengkoordinasian pelayanan izin lokasi pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

c. pelaksanaan koordinasi pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

d. fasilitasi penyelesaian sengketa tanah garapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

e. fasilitasi penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

f. pengkoordinasian penetapan subyek dan obyek tanah dan ganti kerugian tanah kelebihan maksimum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

g. fasilitasi penetapan tanah ulayat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

h. fasilitasi pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku serta fasilitasi penegasan batas daerah kabupaten

i. pengusulan perubahan batas kabupaten, nama dan pemindahan ibukota daerah.

j. pelaksanaan perubahan batas, nama kabupaten dan pemindahan ibukota kabupaten.

k. perumusan kebijakan penetapan pelaksanaan perbatasan kecamatan dan desa/kelurahan.


(56)

l. perumusan kebijakan penetapan kabupaten mengacu pada kebijakan nasional mengenai toponimi dan pemetaan wilayah;pengelolaan toponimi dan pemetaan skala kabupaten inventarisasi dan laporan toponimi dan pemetaan skala kabupaten. m. perumusan kebijakan penetapan pengembangan wilayah

perbatasan, pengelolaan pengembangan wilayah perbatasan. n. pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi pengembangan wilayah

perbatasan.

o. inventarisasi perubahan luas wilayah yang diakibatkan oleh alam antara lain delta.

p. pelaksanaan pemetaan luas wilayah sesuai peruntukannya.

q. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas r. pelaksanaan koordinasi teknis dengan Perangkat Daerah, DPRD,

Pemerintah.

s. Pemerintah Provinsi dan Instansi terkait dalam fasilitasi pelayanan pertanahan dan penataan wilayah.

3.2.4 Struktur Organisasi Bagian Pemerintahan Umum SETDA Kabupaten Bandung

Untuk mengukur tata kerja dan hubungan antara aparatur Bagian Pemerintahan Umum dan untuk menentukan tugas dan tanggung jawab masing-masing, maka diperlukan struktur organisasi yang diharapkan akan bisa mempermudah serta memberikan kerangka mengenai


(57)

gambaran berbagai macam hubungan kerja berdasarkan jabatan masing-masing anggota dalam wadah organisasi. Adapun struktur organisasi Bagian Pemerintahan Umum sebagai berikut:

Gambar 1.2

Struktur Organisasi Bagian Pemerintahan Umum Kabupaten Bandung

Sumber : Perpub No.4 Tahun 2008

3.3 Laporan Penyelengaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) didasari oleh Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Sekertariat Daerah Ir. H. Sofian Nataprawira, MP.

Kepala Bagian Pemerintahan Umum Drs. H Ruli Hadiana

Kepala Sub Bagian Bina Perangkat

Daerah

Asep Susanto S.STP

Kepala sub Bagian Pertanahan Drs. Supardian.

M.P Kepala Sub Bagian

Kerjasama dan HAL

Drs. Asep Suryadi

Staf Bagian Pemerintah umum


(58)

kepada Pemerintah yang selanjutnya disebut LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disampaikan oleh kepala daerah kepada pemerintah.

3.3.1 Pengambilan Kebijakan Terhadap Laporan Penyelengaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten Bandung.

Dalam kebijakan LPPD 2009 tentunya ada beberapa aspek yang mempengaruhi kebijakan LPPD terhadap PP No. 3 Tahun 2007 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam aspek sebagai berikut :

a. Ketentraman dan ketertiban umum, Kondisi ketentraman dan ketertiban masyarakat di Kabupaten Bandung secara umum cukup kondusif, beberapa hal yang masih mengganggu ditandai dengan adanya pelanggaran tindak pidana ringan dalam bentuk pelanggaran atas beberapa aturan yang tertuang didalam Peraturan Daerah.Upaya untuk mengurangi pelanggaran terhadap ketertiban dan ketentraman masyarakat dilakukan melalui langkah persuasif, edukatif selain kuratif dan refresif yang dilakukan oleh berbagai elemen baik pemerintah maupun masyarakat. Salah satunya adalah fasilitasi untuk membentuk dan memperkuat ketahanan masyarakat melalui pendirian organisasi Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang berada di tingkat desa/kelurahan.

b. Keselarasan dan evektifitas hubungan antara pemerintahan daerah dan pemerintah serta antar pemerintah daerah dalam rangka


(59)

pengembangan otonomi daerah Untuk Visi dan Misi Kabupaten Bandung diperlukan Keselarasan dan evektifitas hubungan antara pemerintahan daerah dan pemerintah serta antar pemerintah daerah, hal tersebut dilakukan secara sinergis serta berkesinambungan. Untuk penyampaian laporan terhadap pemerintah pusat telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Keselarasan antara kebijakan pemerintah daerah dengan kebijakan pemerintah Untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan otonomi daerah diperlukan Keselarasan antara kebijakan pemerintah daerah dengan kebijakan pemerintah serta Sinkronisasi pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah. Prioritas pembangunan nasional juga merupakan perioritas bagi pemerintah daerah yang dilaksanakan sesuai dengan ketetuan yang berlaku.

d. Efektivitas hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa Pemeritahan daerah terdiri atas eksekutif dan legislatif. DPRD sebagai badan legislatif merupakan mitra bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan di daerah, Efektivitas hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD di Kabupaten Bandung terlaksana secara sinergis dan berkesinambungan untuk mewujudkan Visi dan Misi Kabupaten Bandung.Efektifitas proses pengambilan keputusan oleh DPRD beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan Proses pengambilan keputusan oleh DPRD beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan di Kabupaten Bandung selama tahun 2007 belum pernah dilakukan


(60)

melalui Voting, sehingga segala kebijakan yang diambil murni hasil dari mausyawarah muafakat dari seluruh anggota.

e. Efektifitas proses pengambilan keputusan oleh Kepala Daerah beserta tindak lanjut pelaksanaan keputusan Di Kabupaten Bandung pada tahun 2007 seluruh Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal ini menendakan bahwa segala keputusan Kepala Daerah tidak pernah bertentangan dengan peraturan diatasnya. Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pada peraturan perundang-undangan Pada tahun 2007 tidak ada Peraturan daerah yang dibatalkan. hal tersebut merupakan wujud dari Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pada peraturan perundang-undangan, sehingga Peraturan Daerah yang ditetapkan benar-benar mengacu kepada peraturan yang lebih tinggi. Intensitas dan efektivitas proses konsultasi publik antara pemerintah daerah dengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan relevan untuk daerah Pelaksanaan konsultasi publik yang diadakan DPRD dan Pemda dalam rangka penyusunan PERDA dilakukan dalam upaya mewujudakan PERDA yang dapat dilaksanakan secara maksimal serta dapat dipertanggung jawabkan. Pemerintah membuka kesempatan yang sebesar-besarnya kepada masyarakat untuk memberikan informasi, kritik maupun saran kepada Bupati sebagai Kepala Daerah melalui website www.bandungkab.go.id.


(1)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jadwal Kuliah Kerja Lapangan ... 21 Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung... 40 Tabel 1.3 Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Bandung... 43


(2)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pengantar dari Program Studi Ilmu Pemerintahan UNIKOM untuk melaksanakan KKL

Lampiran 2 Surat permohonan dari Kantor KESBANGPOLINMAS Kabupaten Bandung kepada bagian Pemerintahan Umum

Lampiran 3 Surat peryataan telah melakukan KKL di Bagian Pemerintahan Umum Kabupaten Bandung

Lampiran 4 Daftar absensi Lampiran 5 Daftar riwayat hidup


(3)

101 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama : Dewi Oktaviani

Tempat Dan Tanggal Lahir : Bandung, 06 Oktober 1989 Status perkawinan : Belum Menikah

Alamat lengkap : Komp. GBA 2 Blok M. 3 No. 8 Nama ayah : Udin Syamsudin

Pekerjaan ayah : Pegawai Swasta Nama Ibu : Lilis Karningsih

Pekerjaan Ibu : Mengurus Rumah Tangga Alamat lengkap Orang Tua : SDA

2. Pendidikan Formal :

1. Tk : Tk. Persis Ciganitri (1993-1995) 2. SD : SDN Buah-batu 09 (1995-2001) 3. SMP : SMPN 2 Bojongsoang (2001-2004) 4. SMA : SMA Pasundan 2 Bandung (2004-2007) 5. Universitas : Unikom Ilmu Pemerintahan (2007-

sekarang)

3. Pengalaman Non Formal :

1. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Kampus Unikom 2007 2. Seminar semi loka half day public speaking 2008

3. Table manner Golden Flower

4. Latihan Kepemimpinan Manajemen mahasiswa (LKMM) “Be a

Leader with intellegence, emotional and spritual” Unikom 2008.

5. Stadium Generale dengan tema “Kesiapan Masyarakat dan Pemda Jawa Barat dalam menghadapi PILKADA 2008” di Kampus UNIKOM pada tahun 2008.


(4)

102

5. Mentoring Agama Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan di UNIKOM Bandung pada tahun 2008.

6. Seminar tentang “Penyuluhan Bahaya Penyalahgunaan

Narkoba” di UNIKOM Bandung pada tahun 2008.

7. Pelatihan Protokoler Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan pada tahun 2009 di UNIKOM Bandung.

8. Seminar Muslimah “ATAS NAMA CINTA” (Mengupas lika – liku

cinta remaja dalam perspektif islam)2009

9. Pelatihan Mahasiswa Peneliti “pengembangan Mahasiswa

berprestasi melalui peningkatan kesiapan mahasiswa dalam melaksanakan penelitian skripsi di prodi IP” 2009

4. Pengalaman Organisasi :

1. Paskibra SDN Buah-batu 09

2. Tarang Karuna RW 08 Desa Cipagalo 3. Pramuka SMPN 2 Bojongsoang

4. Osis SMPN 2 Bojongsoang 5. Hima Ilmu Pemerintahan Unikom

Bandung, November 2010


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) DI PEMERINTAHAN KABUPATEN BANDUNG”.

Nama : Dewi Oktaviani

NIM : 41707010

Bandung, November 2010

Menyetujui, Pembimbing

Tatik Rohmawati, S.IP NIP : 4127.35.31.007

Mahasiswa

Dewi Oktaviani NIM : 41707010 Disahkan Oleh

KEPALA BAGIAN PEMERINTAHAN UMUM

Drs. H. Ruli Hadiana NIP: 19690124 198903 1 001

KETUA PRODI ILMU PEMERINTAHAN

Nia Karniawati, S.IP.,M.SI NIP : 4127.35.31.002


(6)

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-09/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Int

3 148 90

Dampak Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dan Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 4 Ayat 2pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

14 149 189

Prosedur Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (Studi Desa Kutambaru Kecamatan Munthe Kabupaten Karo)

1 67 82

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah : Pajak Restoran Di Kabupaten Deli Serdang

24 244 132

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

8 130 133

Implementasi Kebijakan Restrukturisasi Organisasi Perangkat Daerah Di Kabupaten Toba Samosir (Studi Tentang Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah)

5 157 198

Pandangan Kritis Eksistensi Pasal 32 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Atas Sertipikat Hak Atas Tanah (Studi Kasus Di Kota Medan)

6 132 159

Faktor – Faktor Pendukung Keberhasilan Penerapan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Pada Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu

1 32 103

Perlindungan Hukum Yang Diberikan Oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Kepada Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah (Studi Kasus Di Kantor Pertanahan Kota Medan)

0 42 159

Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajb Pajak Yang Memiliki Predaran Bruto Tertentu Terhadap Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

3 57 83