Tinjauan Atas Laporan keuangan Arus Kas Pada Bagian Akuntansi Dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat

(1)

1

1.1Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi seperti ini kemajuan ilmu pengetahuan ekonomi sangat kompleks, hal tersebut seiring dengan berkembangnya teknologi informasi sehingga akan membuka wawasan mengenai paradigma kehidupan dimasa yang akan datang terutama di bidang ekonomi akuntansi. Begitu banyak ilmu pengetahuan yang berkembang melebihi yang di bayangkan. Sumbangan besarpun diberikan ilmu pengetahuan bagi perkembangan ekonomi dewasa ini tak tekecuali Indonesia. Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang memberikan sebuah sistem dan informasi pelaporan yang baik, benar, dan memadai bagi perusahaan atau pun instansi.

Dewasa ini perkembangan dunia begitu cepat baik itu aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dll. Oleh karena itu pemerintah beserta elemen-element dibawahnya termasuk masyarakat ikut andil dalam pemeliharaan dan perkembangan di bumi pertiwi ini. Penyelenggaraan pemerintahan di ajukan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan negara, termasuk di dalamnya mengenai pengelolaan keuangan negara.

Pengelolaan keuangan negara perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, baik keuangan pusat dan keuangan daerah.


(2)

Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang Undang Dasar 1945, keuangan daerah yang di dalamnya termasuk keungan daerah merupakan hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat di nilai dengan uang termsuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan degan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pemerintah provinsi jawa barat merupakan salah satu entitas pelaporan yang wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan. Sebagai entitas pelaporan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki entitas akuntansi, salah satunya Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Sekretariat Daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan.

Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daaerah harus sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. Laporan keuangan pemerintah daerah harus memberikan infomasi keuangan secara terbuka, jujur, dan menyeluruh kepada stakeholders agar terhindar dari kebiasaan karena kesalahan atas pengelolaan keuangan daerah, baik itu berupa kesalahan dalam pencatatan maupun penyelewengan dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah.

Namun pada pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan penyusunan laporan keuangan khususnya pada laporan keuangan arus kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sering kali para karyawan mengeluhkan karena data laporan keuangan untuk arus kas sering terlambat karena data-data atau bukti –bukti transaksi masih ada di bagian Kuasa Daerah karena SDM yang kurang disiplin pada saat penyerahan bukti transaksi tersebut seperti SP2D dan SPM, hal tersebut dikarenakan lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan


(3)

prosedur, sehingga proses penyusunan laporan keuangan arus kas terhambat karena data data yang diterima belum lengkap, hal ini menyebabkan terlambatnya proses penyusunan laporan keuangan arus kas.

Tabel 1.1

Data keterlambatan selama tahun 2010

Akhir penyerahan Penerimaan Keterlambatan

10 Februari 23 Februari 13 hari

10 Mei 2010 25 Mei 2010 15 hari

10 Agustus 2010 3 September 24 hari

10 Oktober 20 Oktober 10 hari

Sumber : Data Penerimaan Dokumen Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Data diatas diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dindin Mahfudin SE.,M.AK,Ak selaku pembimbing selama penelitian di bagian Akuntansi dan Pelaporan pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai laporan keuangan arus kas, oleh karena itu laporan ini

berjudul “TINJAUAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ARUS KAS PADA

BAGIAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT”. Laporan ini menyajikan hasil pengematan dan pengalaman yang didapat selama melakukan peneliatian di bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.


(4)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Sistem penginputan data yang digunakan oleh bagian akuntansi dan pelaporan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum efisien dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

2. pelaksanaan prosedur pencatatan laporan keuangan arus kas yang dilaksanakan masih sering terlambat.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut maka dapat ditarik perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur pencatatan dan pelaksanaan laporan keuangan arus

kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2. Kendala- kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan penyusunan

laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta upaya untuk mengatasi masalah tersebut

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Dengan melakuakan penelitian ini, penulis mengetahui informasi mengenai prosedur dan pelaksanaan penyusunan laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.


(5)

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dengan melakukannya penelitian ini, penulis ingin mengetahui pelaksanaan penyusunan Laporan Keuangan Arus kas.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan melakukan Penelitian di bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat diantaranya :

1. Untuk mengetahui prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui prosedur penyusunan laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan penyusunan laporan keuangan arus kas pada

bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penulis, instansi Pemerintahan yang diteliti, juga bagi program studi akuntansi dan tentunya untuk Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia dan masyarakat pada umumnya yaitu sebagai berikut:


(6)

1.4.1 Kegunaan Akademis

Penelitian ini dapat berguna untuk : 1. Pengembangan ilmu

Memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi ilmu akuntansi tentang ada tidaknya keterkaitan penggunaan prosedur pencatatan dengan keefektifan kegiatan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

2. Peneliti lain

Dapat dijadikan bahan acuan dan referensi mengenai prosedur pencatatan laporan keuangan arus kas pada instansi lain dari hasil penelitian yang akan dilakukan.

3. Penulis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan penulis terhadap judul yang diteliti sekaligus untuk pembuktian teori yang diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang terdapat ditempat penelitian, serta menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai pelaksanaan pencatatan laporan keuangan arus kas.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pihak instansi diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan saran- saran dan masukkan berupa nilai-nilai yang bermanfaat sebagai upaya peningkatan efektivitas kegiatannya.


(7)

2. Bagi karyawan, diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi perangkat kinerja tambahan sehingga digunakan dalam upaya peningkatan kinerjanya.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam melakukan kegiatan penelitian ini penulis mengambil lokasi yang dilakukan di Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Gedung Sate) di bagian Akuntansi Pelaporan Jl. Diponegoro no.22 Bandung 40115,Telp (022) 4232448 – 4233347 – 423096.

Tabel 1.2 Waktu penelitian

NO KEGIATAN KP FEB BULAN & TAHUN

2011

MAR 2011

APR 2011

MEI 2010

JUN 2010

JUL 2010

AGT 2010

I 1 Pengajuan proposal tugas akhir

II

Pelaksanaan Penelitian

1

Perkenalan terhadap lingkungan

penelitian

2 Wawancara kepada pihak terkait

3 Revisi data-data yang diperoleh

III

Pelaporan

1 Bimbingan tugas akhir

2 Membuat Tugas Akhir

3 Revisi tugas Akhir


(8)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2..1 Kajian Pustaka 2.1.1 Laporan

Laporan merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari, apakah itu termasuk laporan yang diterima secara resmi maupun laporan yang masuk dari mulut ke mulut.

Jika dalam kehidupan sehari-hari laporan ini biasa kita kenal dengan istilah pengaduan, dimana pengaduan disini yang nantinya akan menimbulakan percecokan atau membawa manfaat kebaikan sangat tergantung dari si pemberi informasi atau bagaimana cara menagkap informasi tersebut.

Dari gambaran tersebut dapat kita ketahui bertapa pentingnya peranan laporan dalam kehidupan sehari-hari apalagi jika laporan tersebut menyangkut kehidupan suatu perusahaan atau instansi.

Menurut F X Soedjadi (1988) mendefinisikannya sebagai berikut :

Laporan adalah :

1. “Suatu panyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang

authority dan tanggung jawab responsibility yang ada antara mereka. 2. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu ke


(9)

Pengertian laporan menurut The Oxford English Dictionary dalam kusumah, dkk (2002: 2:3) adalah :

a. “cerita yang dibawakan seseorang kepada orang lain yang diteliti secara khusus.

b. Pernyataan formal hasil penelitian, tentang sesuatu hal yang memerlukan informasi yang pasti, dibuat oleh seseorang atau sebuah lembaga atau harus melakukannya.”

Sedangkan Siswanto (1989 : 62) memberikan batasan tentang report yaitu :

“sebagai informasi tertulis yang dimaksudkan sebagai

pertanggungjawaban atas sesuatu penugasan. Laporan juga dapat dikatakan sebagai sesuatu macam dokumen yang disampaikan atau menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diseliki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan pada pemikiran atau tindakan yang akan diambil.”

Sejalan dengan pendapat Keraf, Parera (1987 :56) mengemukakan:

“laporan pada dasarnya suatu bentuk penyampaian dan perjanjian fakta-fakta dan pemikitran-pemikiran guna tindakan.”

Dari beberapa pendapat pengertian laporan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu bentuk penyampaian dan penyajian hasil kegiatan baik secara lisan maupun tertulis dan dokomen berupa fakta-fakta yang dimanfaatkan guna mengambil sebuah keputusan atau tindak lanjut bagi seseorang atau lembaga atau instansi tertentu.


(10)

2.1.1.1 keuangan

Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat mempelancar kegiatan operasinya.

Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barliana (2002 : 34), pengertian keuangan sebagai berikut :

“keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubunngan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.”

2.1.1.2Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Deddy Nodiawan (2007 : 151)

Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas.” Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 19)

“laporan keuangan dalam suatu perusahaan sebenarnya merupakan

output dari proses atau siklus akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi usaha, dimana proses akuntansi meliputi kegiatan- kegiatan :

1. Mengumpulkan bukti bukti transaksi 2. Mencatat transaksi dalam jurnal

3. Memposting dalam buku besar dan membuat kertas kerja 4. Menyusun laporan keuangan”

Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 : 17)

“laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan.”


(11)

Menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47)

“laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan.”

Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Munawir (1991 : 2)

“laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan.”

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 01-1 (2005) menyebutkan,

disebutkan, Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan atau keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi sehingga nampak sebagai satu entitas tunggal. Sedangkan, Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan.”

Selain itu juga, dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 01-1 (2005) menyebutkan,

“Laporan keuangan (untuk tujuan umum) adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud

dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga

pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti Laporan Tahunan.”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang bekepentingan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.


(12)

2.1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermafaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi

2. Laporan keuangan yang disususn untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demiian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

3. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen stewardship atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai juga ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencangkup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik menurut Mardiasmo (2002 : 161),

1. “Kepatuhan dan Pengelolaan. Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.

2. Akuntabilitas dan Pelaporan Rektrospektif. Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada. Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan bagi mereka untuk


(13)

menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.

3. Perencanaan dan Informasi Otoritas. Laporan keuangan

berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas dimasa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otoritas penggunaan dana.

4. Kelangsungan Organisasi. Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa dimasa yang akan datang.

5. Hubungan Masyarakat. Laporan keuangan berfungsi untuk

memberikan kesempatan kepada organisasi untuk

mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemakai yang dipengaruhi, karyawan, dan masyarakat. Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

6. Sumber Fakta dan Gambaran. Laporan keuangan bertujuan

untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.”

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No.1 (2005) disebutkan,

“Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi

yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan

penggunaan sumber daya ekonomi;

4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan


(14)

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi

kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.” 2.1.1.4Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (2005) disebutkan,

“karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran

normative yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi

sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut merupakan prasyarat normative yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu :

1. Relevan

2. Andal

3. Dapat diperbandingkandan 4. Dapat dipahami.”

Karakteristik kualitati laporan keuangan menurut PSAK (2007),

“merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat beberapa karakteristik kualitatif pokok yaitu:

1. Dapat dipahami

Kualitas penting untuk informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi

dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian, sulitnya memahami informasi yang komplek jangan dijadikan alasan untuk tidak memasukan informasi tersebut dalam laporan keuangan.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut

dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan

membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat


(15)

dan materialitas nya. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.

3. Materialitas

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya pelaporan suatu segmen baru dapat dipengaruhi penilaian resiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa pertimbangan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Materialitas tergantung ada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat. Karenanya materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.

4. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (realible). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur.

5. Penyajian jujur

Agar dapat diandalkan informasi harus menggambarkan dengan jujur taransaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. 6. Subtansi mengungguli bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Subtansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.

7. Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan untuk memakai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan.

8. Pertimbangan sehat

Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi

ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang dirasakan, prakiraan masa manfaat pabrik serta


(16)

peralatan dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.

9. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya kesengajaan untuk tidak dapat mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi titik benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan atau tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.

10.Dapat Dibandingkan

Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan

laporan keuangan perusahaan antara periode untuk

mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan dan kinerja

perusahaan. Selain itu juga pemakai harus dapat

memperbandingkan lapora keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.”

2.1.1.5Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Didalam PSAK No. 31 (2000) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah :

1. “Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lalu karena laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari

penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi

ketidakpastian.

5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu

peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas). 6. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah

teknis, dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami teknis dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

7. Adanya berbagai altenatif metode yang dapat digunakan

menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber


(17)

Menurut Jumingan (2005: 10) empat keterbatasan laporan keuangan adalah :

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu, semua jumlahjumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang tidak menunjukan nilai realisasi dimana didalamnya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan.

2. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang

kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berbeda-beda. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep

going concern sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan

transaksi pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang

dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.


(18)

2.1.2 Arus kas

Laporan arus menurut Deddi Noordiawan (2007) :

“Merupakan laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahaan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.”

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (2009)

“Pengertian Laporan Arus kas adalah memeberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan

financing selama suatu periode akuntansi”

Pengklasifikasian Laporan Arus Kas menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 (2005) pada pemerintah daerah adalah arus masuk dan keluar kas yang berasal dari :

1. “Aktivitas Operasi yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah daerah selama suatu periode akuntansi.

2. Transaksi Aktiva Tetap dan Aset Lainnya yaitu perolehan dan pelepasan Aktiva Tetap dan Aset Lainnya.

3. Aktivitas Pembiayaan yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi

ekuitas dan pinjaman pemerintah sehubungan dengan

defisit/surplus anggaran.

4. Aktivitas Non Anggaran yaitu penerimaan dan pengeluaran kas

yang tidak mempengaruhi anggaran pemerintah yaitu

perhitungan pihak ketiga yang berasal dari potongan SPM Khusus seperti potongan iuran Taspen, Askes, Jamsostek, dan potongan PPN/Pajak lainnya yang menjadi hak pemerintah pusat.”


(19)

2.1.2.1Kegunaan Laporan Arus Kas

Kegunaan laporan arus kas menurut PSAK 02 (2009) :

“laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai entitas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu, informasi arus kas historis juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.”

2.1.2.2Penyajian Laporan Arus Kas

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan No. 03 (2005) entitas akuntansi dapat menyajikan arus kas dengan cara :

“(a)Metode Langsung

Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.

(b)Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi- transaksi operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan

(accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan

datang, serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi aset nonkeuangan dan pembiayaan.”

Untuk penyusunan Laporan Arus Kas dalam SAKD, metode yang digunakan adalah Metode Langsung (Direct Method ). Hal ini berarti arus kas yang berasal dari aktivitas operasi harus disusun dengan menyajikan seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kasnya


(20)

Tabel 3.4

Format Laporan Arus Kas Pemerintah Provinsi LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH PROVINSI

Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung

(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 Arus Kas dari Aktifitas Operasi

2 Arus Masuk Kas

3 Pendapatan Pajak Daerah XXX XXX

4 Pendapatan retribusi Daerah XXX XXX

5 Lain-lain PAD yang Sah XXX XXX

6 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX

7 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX

8 Dana bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX

9 Dana Alokasi Umum XXX XXX

10 Dana Alokasi Khusus XXX XXX

11 Dana Otonomi Khusus XXX XXX

12 Dana Penyesuaian XXX XXX

13 Pendapatan Hibah XXX XXX

14 Pendapatan Dana Darurat XXX XXX

15 Pendapatan Lainnya XXX XXX

16 Jumlah Arus Kas Masuk (3 s/d 15) XXX XXX

17 Arus Kas Keluar

18 Belanja Pegawai XXX XXX

19 Belanja Barang XXX XXX

20 Bunga XXX XXX

21 Subsidi XXX XXX

22 Hibah XXX XXX

23 Bantuan Sosial XXX XXX

24 Belanja Tak Terduga XXX XXX

25 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota XXX XXX

26 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/kota XXX XXX

27 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota XXX XXX

28 Jumlah Arus Keluar kas (18 s/d 27) XXX XXX


(21)

No. Uraian 20X1 20X0 30 Arus Kas dari Aktifitas Investasi Non Keuangan

31 Arus Masuk Kas

32 Pendapatan Penjualan atas Tanah XXX XXX

33 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX

34 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX

35 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX

36 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap lainya XXX XXX

37 Pendapatan dari Penjualan Aset lainya XXX XXX

38 Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 27) XXX XXX

39 Arus Keluar Kas

40 Belanja tanah XXX XXX

41 Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX

42 Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX

43 Belanja jalan, Irigasi dan Jaringnan XXX XXX

44 Belanja Aset Tetap lainya XXX XXX

45 Belanja Aset lainnya XXX XXX

46 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45) XXX XXX

47

Arus kas Bersih dari Aktifitas Investasi Aset Nonkeuangan

(38-46) XXX XXX

48 Arus Kas dari Aktifitas Pembiayaan

49 Arus Masuk Kas

50 Pencairan Dana Cadangan XXX XXX

51 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX

52 Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat XXX XXX

53 Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah lainya XXX XXX

54 Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Daerah XXX XXX

55 Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX

56 Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi XXX XXX

57 Pinjaman Dalam Negeri-Lainya XXX XXX

58 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara XXX XXX 59 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah XXX XXX 60 penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Pemerintah daerah lainya XXX XXX

61 Jumlah Arus Masuk Kas (50-60) XXX XXX

62 Arus keluar Kas

63 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX

64 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX

65 Pembayaran Pokok Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX

66 Pembayaran Pokok Dalam Negeri - Pemerintah Daerah lainya XXX XXX 67 Pembayaran Pokok Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Daerah XXX XXX 68 Pembayaran Pokok Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan bank XXX XXX


(22)

No. Uraian 20X1 20X0

69 Pembayaran Pokok Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX

70 Pembayaran Pokok Dalam Negeri - lainnya XXX XXX

71 pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX

72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX

73 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX

74 Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73) XXX XXX

75 Arus kas Bersih Dari Aktifitas Pembiayaan (61-74) XXX XXX 76 Arus Kas Dari Aktifitas Nonanggaran

77 Arus Masuk Kas

78 Penerimaan Pengeluaran Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX

79 Jumlah Arus Masuk Kas (78 s/d 78) XXX XXX

80 Arus Keluar Kas

81 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX

82 Jumlah Arus Keluar Kas (81 s/d 81) XXX XXX

83 Arus Kas bersih dari Aktifitas Nonanggaran (79 - 82) XXX XXX 84 kenaikan atau Penurunan Kas (29 + 47 + 75 + 83) XXX XXX

85 Saldo Awal Kas di BUD XXX XXX

86 Saldo Akhir Kas di BUD (84 + 85) XXX XXX 87 Saldo Akhir Kas di Bedahara Pengeluaran XXX XXX 88 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX 89 Saldo Akhir Kas (86 + 87 +88) XXX XXX Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP

1.2 Kerangka Pemikiran

Pemerintah provinsi jawa barat merupakan salah satu entitas pelaporan yang wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan.

Menurut Permendagri 13 (2006) entitas pelaporan adalah :

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau Iebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa


(23)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menurut Permendagri 13 (2006) disebutkan :

“Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.” Sebagai entitas pelaporan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki entitas akuntansi, salah satunya Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Sekretariat Daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan.

Sekretariat daerah menurut Permendagri 13 (2006) :

“Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) merupakan unsur

pembantu pimpinan Pemerintah Provinsi yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.”

Sekretariat Daerah Propinsi bertugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh Perangkat Daerah Provinsi

Setiap Instansi Pemerintahan, terutama dalam hal melakukan kegiatan usahanya selalu mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dalam melakukan seluruh aktivitasnya harus selalu sesuai dengan rencana atau anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu suatu instansi harus selalu dimotivasi untuk melaksanakan kegiatannya secara bertanggung jawab dan terarah.

Dalam melaksanakan semua kegiatannya itu,suatu instansi tentunya sering dihadapkan pada masalah-masalah yang sering terjadi, baik itu mengenai tata


(24)

kelola, sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan masalah yang serius, hal ini sangat menyangkut kemungkinan terjadinya kelalaian pada setiap pegawai di instansi tersebut.

Menurut Permendagri 13 (2006) :

1. “Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. 2. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.”

Oleh karena itu proses pencatatan transaksi kas masuk dan kas keluar dari bukti-bukti pendukung yang telah diotorisasi harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (General Accepted Accounting principle ) seperti memperhatikan prinsip konsistensi, prinsip kehati-hatian untuk menghasilkan informasi keuangan yang lelevan, dapat dimengerti dan dan dapat diverifikasi.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 (2005) tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, bahwa :

“laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.”

Laporan keuangan pemerintah daerah harus memberikan infomasi keuangan secara terbuka, jujur, dan menyeluruh kepada stakeholders agar terhindar dari kebiasaan karena kesalahan atas pengelolaan keuangan daerah, baik itu berupa kesalahan dalam pencatatan maupun penyelewengan dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah.


(25)

Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 2.1

Tinjauan Atas Laporan Keuangan Arus Kas

Pelaporan

Penerimaan Pemerintah Provinsi Jawa

Barat

Sekretaris Daerah

Pengguna Anggaran

Kuasa Bendahara Umum Daerah (KASDA)


(26)

26

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2006:13) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaa tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal”.

Menurut Sugiyono (2006:32) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang diterapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Sedangkan Menurut Husein Umar (2005:303) menerangkan bahwa : “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang

menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.” Objek penelitian yang penulis teliti adalah Laporan Keuangan Arus Kas di Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat di bagian Akuntansi Pelaporan yang beralamat di Jl. Diponegoro no.22 Bandung 40115,Telp (022) 4232448 – 4233347 – 423096.


(27)

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:4) mendefinisikan Metode Penelitian sebagai berikut :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.”

Metode yang digunakan penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini adalah metode deskriptif dan metode wawancara yang dapat mengungkapkan dan gambaran masalah yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.

Menurut Sugiyono (2005:21) dapat didefinisikan bahwa :

“Metode Deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambar atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Sedangkan menurut Moh. Nazir (2003:4) menyatakan bahwa :

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian digunakan peneliti untuk dapat menggambarkan Laporan Keuangan Arus Kas pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.


(28)

menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian dilakukan.

Metode penelitian yang yang digunakan yang digunakan dalam menyusun tugas akhir ini adalah menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif merupakan penilaian terhadap individu, organisasi atau keadaan tertentu.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian tersebut berjalan dengan baik.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2005:84) dalam bukunya Metode Penelitian menerangkan bahwa :

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Menurut Jonathan Sarwono (2006:79) dijelaskan sebagai berikut : “Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan teapat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.” Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, desain penelitian adalah suatu proses penelitian yang dimana dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Dalam penelitian ini penulis menerapkan desain penelitian, sebagai berikut : 1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan

diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dimana judul penelitian ini adalah “ Tinjauan Tas Laporan Keuangan Arus Kas Pada Bagian


(29)

Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat”. 2. Menentukan indentifikasi masalah yaitu :

a. Sistem penginputan data yang digunakan oleh bagian akuntansi dan pelaporan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum efisien dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Pelaksanaan prosedur pencatatan laporan keuangan arus kas belum dilaksanakan sesuai dengan standar.

3. Menentukan judul penelitian yang akan dijadikan objek penelitian. 4. Memilih prosedur dan teknik yang digunakan.

5. Menyusun alat serta teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.

7. Melaporankan hasil penelitian termasuk proses yang dijadikan objek penelitian.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008:122) menyatakan variabel dan operasional adalah :

“Variabel adalah sesuatu yang berubah-ubah atau tidak tetap. Variabel dapat juga diartikan sebagai konsep dalam bentuk kongkrit atau bentuk operasional.”


(30)

Menurut Sugiono (2006:31) mendifinisikan pengertian variabel sebagai berikut :

“Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Sesuai dengan judul tugas akhir yang penulis buat yaitu “Tinjauan atas Laporan Keuangan Arus Kas pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat“, hanya ada 1 variabel yaitu Variabel Independen.

Variable Independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya yang menjadi penyebab perubahan pada variabel dependen atau variabel tak bebas (terikat). Data yang menjadi variabel bebas adalah laporan keuangan arus kas.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:69) pengertian operasional variable adalah :

“ Operasional adalah penentuan contruct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Sedangkan variabel adalah contruct yang di ukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena.”

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, Serta skala dari variable-variabel terkait penelitian sehingga penelitian yang dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai laporan keuangan arus kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, maka variabel yang terkait dalam penelitian adalah :

Dalam penelitian yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan paradigma sederhana, dimana hanya terdapat satu variable, yaitu variable independent. Yang menjadi variable bebas adalah laporan keuangan arus


(31)

kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variable-variabel terkait penelitian sehingga penelitian yang dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai laporan keuangan arus kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Variabel, indikator, skala pengukuran yang digunakan baik untuk variabel bebas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variable Konsep Variabel Indikator

Laporan keuangan Arus Kas

“Laporan arus kas Merupakan

laporan keuangan yang

menyajikan informasi mengenai sumber,penggunaan,perubahaan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.”

Sumber : Noordiawan, Deddi (2007). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat

1.terselesaikanny a laporan

keuangan secara benar dan tepat waktu 2. prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas yang dijalankan dengan baik. 3.Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab. Sumber: Noordiawan, Deddi (2007). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat


(32)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dan teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak diungkapkan.

3.2.3.1 Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari objek meliputi dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi, dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian berasal dari literatur, artikel, dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang didapat dari buku-buku Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang akan dilaksanakan, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data. Metode yang digunakan dibawah ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian pada saat pengumpulan data diantaranya :

1. Studi Lapangan (field research)

Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan daalm penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang


(33)

meliputi :

a. Metode Observasi (pengamatan)

Penulis mengamati hal-hal yang berhubungan dengan laporan arus kas, mulai dari sumber-sumber peneriman sampai pengeluaran kas

b. Metode Interview

Penulis melakukan wawancara dengan Ibu Dra.Hj.Silviaty M,si selaku Kepala Bagian dan Bapak Dindin Mahpudin SE.,M.AK,Ak sebagai ketua pelaksana kegiatan di Akuntansi Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat selaku orang yang yang bertanggung jawab di bagian tersebut tentang laporan arus kas untuk mendapatkan data-data informasi yang benar di Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat khususnya di bagian Akuntansi dan Pelaporan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data yang diperoleh dari Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

2. Studi Kepustakaan (library research)

Penelitian pustaka adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan materi pembahasan guna dijadikan dasar dalam melakukan penilaian dan perbandingan dari penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan yang bersangkutan. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literatur, buku teks, dan catatan kuliah, dengan metode ini akan diperoleh gambaran mengenai laporan keuangan arus kas


(34)

pemerintahan.

3.2.4 Metode Analisis

Analisis data merupakancara yang digunakan penulis untuk mempermudah identifikasi masalah penelitian. Dalam melakukan analisis data yang diperoleh berdasarkan jawaban atas kuesioner, penulis melakukan analisis kualitatif , yaitu mencari kebenaran variabel yang diteliti dengan kenyataan yang ada dilapangan.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan data.


(35)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Instansi

4.1.1 Sejarah Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan,antara lain menyangkut sumber daya air,alam dan pemanfaatan lahan,sumber daya hutan,pesisir dan laut serta sumber daya perekonomiannya yang sangat maju di berbagai bidang.

Perkembangan sejarah menunjukan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang pertama di bentuk di wilayah Indonesia . Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950,tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat terdiri dari :17 Kabupaten dan 9 Kotamadya,dengan membawahkan 592 Kecamatan,5.201 Desa dan 609 Kelurahan.

Provinsi Jawa Barat telah di pimpin oleh 12 orang Gubernur sampai saat ini,yaitu :

1. M. Sutardjo Kartohadi (1945 – 1946)

2. Mr. Datuk Djamin (1946)

3. M. Sewaka (1946 - 1952)

4. R. Muhammad Sanusi Hardjadinata (1952 - 1956)

5. R. Ipik Gandama (1956 - 1960)


(36)

7. Solihin GP (1970 - 1975)

8. H. Aang Kunaefi (1975 - 1985)

9. HR. Yogie SM (1985 - 1993)

10.R. Nuriana (1933 - 2003)

11.H. Danny Setiawan (2003 - 2008)

12.H. Ahmad Heryawan (2008 – Sekarang)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari ; Sekretariat Daerah (SETDA),20 Dinas, 15 Badan, 1 Kas Daerah, dan 1 Kantor Perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di Jakarta.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan suatu yang mempunyai Visi dan Misi.Visi dan Misi tersebut digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan Pemprov Jabar,berikut ini Visi dan Misi Pemprov Jabar :

A. VISI Pemprov Jabar :

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah :

“TERCAPAINYA MASYARAKAT JAWA BARAT YANG MANDIRI,DINAMIS DAN SEJAHTERA”

Di dalam Visi tersebut banyak makna yang terucap dan menjadi acuan semua masyarakat Jawa Barat untuk menjadikan Visi tersebut sebagai alat dan penyemangat dalam kehidupan sehari – hari,untuk lebih jelasnya adapula penjabaran dari arti Visi Jawa Barat tersebut,yaitu :


(37)

1. Mandiri

Terus berusaha Adalah sikap dan kondisi semua masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri,terutama dalam bidang pendidikan,kesehatan,tenaga kerja,pelayanan publik yang berbasis e-government ,energy,infrastruktur,lingkungan dan sumber daya air. 2. Dinamis

Selalu ingin maju dalam hal apapun adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon sekecil apapun peluang yang ada dan tantangan zaman yang semakin tahun semakin bersaing antara satu dengan yang lainnya juga ikut serta berkontribusi dalam proses pembangunan daerah untuk kepentingan dan kenyamanan bersama sesame warga Jawa Barat.

3. Sejahtera

Saling menghormati adalah Sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir maupun batin mendapatkan rasa aman dan nyaman serta makmur dalam menjalani kehidupan juga saling membantu antara satu sama lain.

B. MISI Pemprov Jabar :

Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera,yaitu:


(38)

1. Misi Pertama, “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing”.

Tujuan :Mendorong masyarakat ke arah peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kompetensi kerja;Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sasaran :Tuntasnya program pemberantasan buta aksara Meningkatnya akses dan mutu pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pencanangan wajib belajar 12 tahun bagi anak usia sekolah;Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak;Meningkatnya pelayanan sosial dan

penanggulangan korban bencana;Meningkatnya kesetaraan

gender;Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja;Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat;Meningkatnya kualitas kehidupan beragama;Revitalisasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

2. Misi Kedua, “Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal”.

Tujuan :Meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.

Sasaran :Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi

lokal;Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan

kerja;Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan KUMKM dalam pengembangan ekonomilokal yang berdaya saing;Meningkatnya investasi


(39)

yang mendorong penciptaan lapangan kerja;Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat.

3. Misi Ketiga, “Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah”.

Tujuan :Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.

Sasaran :Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi untuk mendukung pergerakan perhubungan orang, barang dan jasa;Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air;Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan ketenagalistrikan di Jawa Barat;Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air limbah);Terwujudnya keamanan dan keserasian dalam pembangunan infrastruktur.

4. Misi Keempat, “Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”.

Tujuan :Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.

Sasaran :Terkendalinya pertumbuhan, pertambahan jumlah serta persebaran penduduk;Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan, dan resiko bencana;Meningkatnya fungsi kawasan lindung Jawa Barat;Terlaksananya penataan ruang yang berkelanjutan;Meningkatnya


(40)

ketersediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan serta energi terbaharukan diantaranya panas bumi, angin, dan surya.

5. Misi Kelima, “Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi”.

Tujuan :Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel;Mewujudkan kehidupan demokrasi dan terpeliharanya semangat kebangsaan.

Sasaran :Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi;Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerahserta pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi;Meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat;Meningkatnya kinerja pemerintahan desa dan pembangunan perdesaan;Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hukum di daerah;Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat;Meningkatnya kerjasama daerah dalam

pembangunan;Meningkatnya peran dan fungsi partai politik;Menguatnya peran masyarakat madani dalam kehidupan politik;Tumbuhnya pembangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat

Struktur Organisasi merupakan susunan wewenang kerangka kerja yang mewujudkan pola kerja tetap serta mengatur hubungan-hubungan di antara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan dan peranan masing-masing jabatan dalam mewujudkan kerjasama, struktur organisasi


(41)

juga membuka adanya kesatuan arah dan langkah dalam melaksanakan kegiatan, serta adanya kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari orang-orang yang melaksanakan tugas tersebut.

Struktur organisasi di Biro Keuangan yang baru sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

A. Biro Keuangan Dipimpin oleh seorang kepala biro, dimana Biro Keuangan ini membawahi :

1. Bagian Anggaran, membawahkan: 2. Sub bagian Anggaran Program; 3. Sub bagian Anggaran Non Program; 4. Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan; B. Bagian Perbendaharaan, membawahkan:

1. Sub bagian Perbendaharaan Belanja Program; 2. Sub bagian Perbendaharaan Belanja Non Program; 3. Sub bagian Belanja Pegawai;

C. Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahkan: 1. Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan;

2. Sub bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset; 3. Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan;

D. Bagian Kas Daerah, membawahkan: 1. Sub bagian Pengelolaan Kas; 2. Sub bagian Penerimaan;


(42)

3. Sub bagian Pengeluaran;

E. Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahkan: 1. Sub bagian Penganggaran;

2. Sub bagian Penatausahaan; Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan;


(43)

(44)

4.1.3 Job Description

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada pasal 131 menyebutkan:

Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.

Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Biro Keuangan mempunyai fungsi: 1. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan,

akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

3. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.

Rincian tugas Biro Keuangan:

1. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Keuangan. 2. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi serta

fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.


(45)

3. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran. 4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan.

5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan. 6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi Kas Daerah.

7. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan Sekretariat Daerah.

8. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah. 9. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan APBD.

10.Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.

11.Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.

12.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota. 13.Menyelenggarakan ketatausahaan Biro Keuangan.

14.Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Biro Keuangan.

15.Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Keuangan. 16.Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

17.Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok


(46)

pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.

3. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.

4.1.4 Aktivitas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat

Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro Keuangan yang sangat penting kontribusinya untuk menyusun dan meninjau semua transaksi yang ada/terjadi.

Berikut ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan:

1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan.

2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan Daerah.

3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan Daerah.

4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan. 5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi.


(47)

6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan.

7. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

8. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan.

9. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota.

10.Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan.

11.Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

12.Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.

13.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota. 14.Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan

Pelaporan.

15.Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

16.Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Bagian Akuntansi dan Pelaporan juga membawahkan :

1. Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan.

Subbagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas yang di antaranya:


(48)

b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Kebijakan akuntansi harus dibuat untuk mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antarperiode. Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk Catatan atas Laporan

Keuangan,yaitu melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan

pelaporan,menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara berkala.

Dalam hal ini, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah berupa laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang salah satu bagian dari laporan keuangan tersebut adalah Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pertanggungjawaban APBD tersebut harus dilakukan secara berkala baik per semester maupun per tahun.

Dalam hal ini juga staf yang bertugas menyusun Catatan atas Laporan Keuangan melakukan konsolidasi dengan tiap SKPD tingkat provinsi untuk dijadikan sebagai Catatan atas Laporan Keuangan pemda. Selain melakukan konsolidasi, Sub Bagian ini pun melakukan koordinasi dengan tiap SKPD tersebut untuk mengurangi kesalahpamahan dalam menyusun CaLK pemda sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang akuntabel,yaitu:


(49)

2. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

3. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian Akuntansi dan Pelaporan

4. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan tiap SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan atas Laporan Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang bertugas membuat Catatan atas Laporan Keuangan. Koordinasi biasanya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

4.2 Hasil Pembahasan

Penulis melakukan kegiatan penelitian di Pemprov Jabar di bagian Akuntansi dan Pelaporan,dalam pelaksanaannya penulis di berikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan pelaksanaan penyusunan laporan arus kas.

Disetiap perusahaan/instansi pasti mempunyai kewajiban pada ketentuan yang harus diikuti dalam mengolah transaksi untuk keperluan untuk mengecek neraca,laporan arus kas juga laporan keuangan. Hal ini berhubungan dengan pencatatan transaksi untuk suatu instansi maupun ekonomi yang lain dan menyiapkan beragam laporan yang berasal dari catatan-catatan yang diambil dari transaksi tersebut.


(50)

4.2.1 Prosedur Pencatatan dan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Arus Kas pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat Bagian Akuntansi dan Pelaporan

A. Prosedur Pencatatan Laporan Keuangan Arus Kas pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat Bagian Akuntansi dan Pelaporan

1. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi

Informasi Arus kas dari kegiatan operasi ini menggambarkan sumber-sumber penerimaan kas yang berasal dari kegiatan operasi pemerintahan dan pengeluaran kas untuk membiayai aktivitas operasional pemerintahan dalam rangka untuk melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, dengan bentuk dan susunan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi

Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi :

Pendapatan Asli Daerah XX

Pendapatan Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat XX Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi. XX Lain lain pendapatan yang sah XX Jumlah Arus Masuk Kas XX

Keluar Kas untuk Aktivitas Operasi :

Belanja Operasi XX

Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa XX

Jumlah Arus keluar kas (XX)

Jumlah kas bersih dari aktivitas operasi

(Arus masuk kas - Arus kas keluar) XX

Untuk Aktivitas Operasi, arus masuk kas adalah realisasi penerimaan kas yang diterima oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang diklasifikasikan menurut jenis pendapatannya yaitu :


(51)

1. Arus masuk kas dari Pendapatan Asli Daerah adalah realisasi penerimaan kas dari potensi pendapatan di daerah yang ditetapkan dengan suatu peraturan daerah (perda), terdiri atas:

1. Pendapatan Pajak Daerah 2. Pendapatan Retribusi Daerah

3. Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya 4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah

2. Arus masuk kas dari Pendapatan Dana Perimbangan adalah realisasi penerimaan kas yang sumber dananya berasal dari penerimaan APBN

untuk membiayai kebutuhan daerah dalam otonomi daerah, yang terdiri atas: 1. Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB

2. Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan 3. Pendapatan Bagian Daerah dari SDA

4. Dana Alokasi Umum 5. Dana Alokasi Khusus

3. Arus masuk kas dari Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi (bagi Pemerintah Kabupaten/Kota) adalah realisasi penerimaan kas untuk menampung pendapatan yang berasal dari bagi hasil yang diterima dari pemerintah propinsi, terdiri atas:

1. Pendapatan Bagi Hasil Pajak 2. Pendapatan Bagi Hasil Lainnya

4. Arus masuk kas dari Lain-Lain Pendapatan yang Sah adalah realisasi penerimaan kas dari pendapatan selain Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Dana Perimbangan, terdiri atas:


(52)

1. Pendapatan Hibah

2. Pendapatan Dana Darurat 3. Lain-Lain Pendapatan

Untuk Aktivitas Operasi, arus keluar kas adalah realisasi pengeluaran kas yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran, yang diklasifikasikan menurut jenis pengeluarannya, yaitu :

1. Arus keluar kas untuk Belanja Operasi adalah realisasi pengeluaran kas yang digunakan untuk kegiatan operasional penyelenggaraan pemerintahan, terdiri atas:

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barang dan Jasa 3. Belanja Pemeliharaan 4. Belanja Perjalanan Dinas 5. Belanja Pinjaman

6. Belanja Subsidi

7. Belanja Bantuan Sosial

8. Belanja Operasi Lainnya Belanja Tak Tersangka

2. Arus keluar kas untuk Bagi Hasil Pendapatan adalah realisasi pengeluaran kas untuk bagi hasil pendapatan dari Pemda Provinsi ke Kabupaten/Kota atau dari Kabupaten/Kota ke Desa, terdiri atas:

1. Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota

2. Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota 3. Bagi hasil pajak ke Desa


(53)

5. Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa.

Semua transaksi yang berkaitan dengan surplus/defisit yang dilaporkan dalam Laporan Perhitungan Anggaran dikelompokkan dalam golongan ini kecuali untuk Belanja Modal (Aset Tetap) dan Dana Cadangan.

Belanja Modal (aset tetap) diklasifikasikan ke dalam Aktivitas Investasi (transaksi aset tetap dan aset lainnya).

Dana Cadangan belum merupakan pengeluaran kas untuk pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah daerah, tetapi hanya merupakan penyisihan kas yang akan digunakan di waktu mendatang. Oleh karena itu, pembentukan Dana Cadangan tidak dimasukkan ke dalam arus keluar kas. Dana Cadangan yang dibentuk tersebut masih merupakan bagian dari Saldo kas pada akhir tahun anggaran. Demikian juga untuk pencairan Dana Cadangan, juga bukan merupakan arus masuk kas. Uang tersebut masih berada pada saldo kas awal tahun anggaran.

Pengeluaran untuk Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Pemeliharaan yang di dalamnya termasuk pengeluaran untuk pembelian aset tetap misalnya komputer, maka pengeluaran tersebut dimasukkan ke dalam bagian arus kas yang berasal dari aktivitas aktiva tetap dan aset lainnya.

Informasi yang disajikan dalam arus kas yang berasal dari aktivitas operasi ini akan memberikan indikasi atau merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan dana kas operasi yang cukup pemerintahan untuk daerah membiayai dalam aktivitas menghasilkan operasional pemerintahan, baik dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan maupun peningkatan pelayanan kepada masyarakat.


(1)

67

Daftar Pustaka

Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, (2002), Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Kedua, Yogyakara; Penerbit BPEE UGM.

Baridwan Zaki, (1992), Intermedia accounting, Edisi ketujuh. Yogyakarta : BPFE Baswir Revrisond, (1989), Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta :

BPFE

Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sondi P., & Maulidah Rahmawati. (2007). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat

Husein Umar.(2005). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Ikatan Akuntan Indonesia, (1994), Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.

Jonathan, Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Jumingan. (2005), Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara

Kieso, Donald E, dkk, (2004), Intemediate Accounting, Edisi sebelas, John wiley & Sons, Inc, USA

Mardiasmo, (2002), Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Andi.

Masyhuri dan Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung : PT Refika Aditama.

Moh. Nazir, (2003), Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia. Moh. Nazir, (2006). Metode Penelitian; Jakarta : Ghalia Indonesia. Munawir. (1991). Analisa Laporan Keuangan. Edisi ke Empat Cetakan ke Dua.

Yogyakarta : Liberty

Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian. (2002). Manajemen Keuangan. Bandung : PT. Prenhallindo.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Th 2006

Sofyan Syafri Harahap,Drs.,MSAc, (1996). Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Edisi2, Bumi Aksara,

Standar Akuntansi Pemerintahan, (PP RI No.24 Th. 2005), Jakarta : Sinar Grafika Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.


(2)

77

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Yadi Ramadhan Nama Panggilan : Yadi

Tempat Tanggal Lahir: Bandung, 13 April 1989 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Asal : Jalan Rajawali barat Gg Cikahuripan No.47 Bandung No. HP : (022) 6003980

E-mail : dodz_yeahh@yahoo.com

Data Pendidikan

1. Pendidikan Formal :

Tahun Keterangan

1995 -2001 SD Negeri Garuda III

Bandung Berizajah

2001 – 2004 SMP Negeri 25 Bandung Berizajah

2004 – 2007 STM Prakarya Internasional

Bandung Berizajah

2008 - Sekarang Universitas Komputer Indonesia Bandung

Tercatat sebagai mahasiswa jenjang D – III Program Studi Akuntansi , Fakultas


(3)

78 2. Pendidikan Non Formal :

Tahun Keterangan

2007 Pelatihan dasar Komputer di UNIBI Bersertifikat

2007 - 2008 Kursus Bahasa Inggris di PQEC

Institute -


(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “TINJAUAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ARUS KAS PADA BAGIAN AKUNTANSI PELAPORAN PEMERINTAH

PROVINSI JAWA BARAT ”

Penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun bahasanya. Hal ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk dijadikan bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(5)

ii

1. Dr.Ir. Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj Umi Narimawati,Dra.,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini SE.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Diploma III Universitas Komputer Indonesia. 4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

5. Siti Kurnia Rahayu,SE.,M.Ak.,Ak , selaku Dosen Wali Kelas AK-5 Angkatan 2008 Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Diploma III Universitas Komputer Indonesia.

6. Inta Budi Setya Nusa,SE.,M.Ak selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tekun memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

7. Semua Bapak, Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Dra.Hj.Silviaty M,Si selaku Kepala Bagian di Pemerintah Provinsi Jawa Barat bagian Akuntansi dan Pelaporan.

9. Dindin Mahfudin SE.,M.AK,Ak selaku pembimbing Penelitian serta semua Bapak, Ibu dan Karyawan Pemprov jabar bagian Akuntansi dan Pelaporan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10. Untuk kedua orang tua “Bapak Saepudin dan Ibu Sopiah” terima kasih atas semua kasih dan sayang, perhatian, dukungan dan do’a yang tiada henti hingga saat ini.


(6)

iii

11. Untuk kedua kakak saya “Yana dan Yeni” terima kasih atas segala bantuannya

12. Teman-teman AK-5 angkatan 2008 dan juga teman – teman yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan Laporan ini.

Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih atas semua bantuan selama laporan ini. Sebagai akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua yang memerlukan.

Bandung, Juli 2011

Penulis

Yadi Ramadhan NIM : 21308053