Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)

(1)

PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

HANNY WAHYUNI SYAHPUTRI LUBIS 112401095

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)

KARYA ILMIAH

HANNY WAHYUNI SYAHPUTRI LUBIS 112401095

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar

Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Hanny Wahyuni Syahputri Lubis

Nomor Induk Mahasiswa : 112401095

Program Studi : Diploma (D3) Kimia Industri

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2014

Diketahui/Disetujui Oleh

Program Studi Diploma III Kimia Dosen Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nasution,,M.Si Dr. Emma Zaidar Nasution, Msi

NIP 195512181987012001 NIP. 195512181987012001

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

Dr.Rumondang Bulan Nasution,M.S NIP 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI PADA KULIT KAYU MANIS (CASSIA INDONESIA)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

HANNY WAHYUNI SYAHPUTRI LUBIS 112401095


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, penguasa dan pengatur langit dan bumi., Dialah Dzat yang kepada-Nya bertasbih planet-planet, bintang-bintang, galaksi-galaksi dan seluruh alam raya. Dialah sang pemberi rahmat dan karunia atas ciptaan-Nya Dialah Dzat yang memberikan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Beliaulah sosok terbaik yang menjadi suri tauladan yang telah berhasil mengubah dunia yang dipenuhi kebodohan menjadi dunia beradab yang disinari ilmu pengetahuan.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program Diploma 3 Kimia FMIPA USU Medan yang ditulis berdasarkan pengamatan dan analisa penulis dengan judul “Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)”.

Tugas Akhir ini dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Alm. Drs. Baitang Lubis dan ibunda Almh. Nurhaidah

Daulay beserta kakak saya Eka Adelistin Lubis, Aisyah Hafni Lubis, abang saya Harry Wahyudi Syahputra Lubis dan adik saya Dedy Firmansyah Lubis yang sangat saya sayangi, yang selalu menyertakan do’a kepada saya dalam setiap langkah dan usaha.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan M.S, selaku Ketua Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku dosen pembimbing yang

banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.

4. Ibu Darwati selaku Penyelia Laboratorium Minyak Nabati dan

Rempah-Rempah UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan.

5. Bapak/Ibu dosen serta pegawai program studi Kimia Industri Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang membimbing penulis sewaktu dibangku perkuliahan.

6. Rekan PKL saya Ayu putri wandani dan Elyana, dan sahabat-sahabat saya Weni yulanda, Kak cyntia, Kak pike, kak ifah, Dek Mia, Nunu, Chaira, Mely, Desy dan seluruh rekan-rekan mahasiswa kimia industri stambuk 2011 serta semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.


(6)

Saya menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis khususnya.

Saya berharap apa yang disajikan sekarang ini tidak hanya menjadi sebuah persyaratan saja, tetapi juga bisa menjadi referensi untuk rekan-rekan mahasiswa.

Medan, juli 2014 Penulis


(7)

ABSTRAK

Kayu manis adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang juga merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri berdasarkan variasi waktu yang didapat dari destilasi kulit kayu manis. Sampel kulit kayu manis didapat dari komoditi yang tersedia di laboratorium minyak nabati dan rempah-rempah UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan. Minyak atsiri dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia) didapat dengan menggunakan metode destilasi. Hasil penelitian diperoleh kadar minyak atsiri kulit kayu manis (Cassia Indonesia) pada waktu 4 jam 1,41%, pada waktu 6 jam 1,71%, selanjutnya pada waktu 8 jam 1,71%. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat gunakan waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-3395-1994.


(8)

EFFECT OF TIME DISTILLATION ESSENTIAL OIL CONTENT IN SKIN CINNAMON (CASSIA INDONESIA)

ABSTRACT

Cinnamon is a spice plant which is also an essential oil that is widely used community. The purpose of this study was to determine the levels of essential oils obtained by variation of time of distillation cinnamon bark. Samples derived from cinnamon bark that is available in the laboratory commodity vegetable oils and spices UPTD. Certification and Testing Center for Product Quality (BPSMB) field. Essential oils of cinnamon (Cassia Indonesian) obtained by using the method of distillation. The result showed levels of cinnamon bark essential oil (Cassia Indonesian) at 4 hours 1.41%, at 1.71% within 6 hours, 8 hours later at 1.71%. So as to be able to use the time efficiency of 6 hours in accordance with the procedures SNI 01-3395-1994.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang 1

1.2Perumusan Masalah 3

1.3Batasan Masalah 3

1.4Tujuan 4

1.5Manfaat 4

1.6Lokasi Penelitian 4

1.7Metodologi Penelitian 4

1.7.1 Metode Penelitian Kepustakaan 5

1.7.2 Metode Pengumpulan Data 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Manis 6

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis 6

2.1.2 Jenis-Jenis Kayu Manis dan Penyebarannya 7

2.1.3 Budidaya Kayu Manis 8

2.1.4 Sistem Panen Kayu Manis 8

2.1.5 Kulit Kayu Manis 9

2.1.6 Kandungan Kimia Kayu Manis 12

2.1.7 Khasiat dan Manfaat Kayu Manis 13

2.2 Minyak Atsiri 13

2.3 Tanaman Penghasil Minyak Atsiri 15

2.4 Sifat-Sifat Minyak Atsiri 16

2.5 Fungsi Minyak Atsiri 16

2.5.1 Fungsi Minyak Atsiri Bagi Tanaman 16

2.5.2 Fungsi Minyak Atsiri Bagi Manusia 17

2.6 Minyak Atsiri Kayu Manis 18


(10)

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Alat-alat 23

3.2 Bahan-bahan 23

3.3 Prosedur Percobaan 24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daata 25

4.2 Perhitungan 25

4.3 Pembahasan 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 29

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis 11

Tabel 2.2. Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis 12

Tabel 4.1. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis 19


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(13)

LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rangkaian Alat Destilasi dengan Vilatile Oil Trap 32


(14)

ABSTRAK

Kayu manis adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang juga merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri berdasarkan variasi waktu yang didapat dari destilasi kulit kayu manis. Sampel kulit kayu manis didapat dari komoditi yang tersedia di laboratorium minyak nabati dan rempah-rempah UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan. Minyak atsiri dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia) didapat dengan menggunakan metode destilasi. Hasil penelitian diperoleh kadar minyak atsiri kulit kayu manis (Cassia Indonesia) pada waktu 4 jam 1,41%, pada waktu 6 jam 1,71%, selanjutnya pada waktu 8 jam 1,71%. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat gunakan waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-3395-1994.


(15)

EFFECT OF TIME DISTILLATION ESSENTIAL OIL CONTENT IN SKIN CINNAMON (CASSIA INDONESIA)

ABSTRACT

Cinnamon is a spice plant which is also an essential oil that is widely used community. The purpose of this study was to determine the levels of essential oils obtained by variation of time of distillation cinnamon bark. Samples derived from cinnamon bark that is available in the laboratory commodity vegetable oils and spices UPTD. Certification and Testing Center for Product Quality (BPSMB) field. Essential oils of cinnamon (Cassia Indonesian) obtained by using the method of distillation. The result showed levels of cinnamon bark essential oil (Cassia Indonesian) at 4 hours 1.41%, at 1.71% within 6 hours, 8 hours later at 1.71%. So as to be able to use the time efficiency of 6 hours in accordance with the procedures SNI 01-3395-1994.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kayumanis merupakan salah satu tanaman yang kulit batang, cabang dandahannya digunakan sebagai bahan rempah-rempah dan merupakan salah satukomoditas ekspor Indonesia.

Tanaman kayumanis yang dikembangkan di Indonesia terutama adalah Cinnamomum burmanii Blume dengan daerah produksinya di Sumatera Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii cassia. Selain itu terdapatCinnamomum zeylanicum Nees, dikenal sebagai kayu manis Ceylon karena sebagian besar diproduksi di Srilangka (Ceylon) dan produknya dikenalsebagai cinnamon. Jenis kayumanis ini juga terdapat di pulau Jawa. Selain kedua

jenis tersebut, terdapat pula jenis C. cassia yang terdapat di Cina (Abdullah,1990).Sebagian besar kulit kayumanis yang diekspor Indonesia adalah jenisCinnamomum burmanii. Kulit kayumanis dapat digunakan langsung dalam bentukasli atau bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyak kayu manis dapat diperolehdari kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan caradestilasi, sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kulitkayu manis dengan pelarut organik (Rusli dan Abdullah, 1988).

Sampai saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis

(Cinnamomum burmanii Blume) dalam bentuk kulit yang merupakan komoditas ekspor penting bagi daerah tertentu seperti Sumatera Barat. Pada tahun 1987, dari


(17)

29.917 ton ekspor kayu manis dunia, 60%-nya berasal dari Indonesia sebagaipenghasil utama kayu manis. Negara pengimpor utama kayu manis Indonesiaantara lain adalah Amerika, Kanada dan Jerman. Indonesia dikenal sebagaiprodusen utama kayu manis tetapi harga jual komoditas itu sangat rendah karena

diekspor dalam bentuk bahan baku. Di masa depan sebaiknya harus diubahdengan terus berupaya melakukan diversifikasi produk dalam upayameningkatkan nilai tambah. Dengan mengolah kayu manis sebelum diekspormaka dipastikan akan diperoleh nilai tambah yang lebih besar dan mampumenaikkan harga di tingkat petani (Tan, 1981).

kayu manis adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan pemberi aroma dancitarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada pembuatan parfumserta obat-obatan. Penggunaan rempah-rempah secara tradisional biasanyadilakukan dengan menambahkan langsung bahan asal kedalam makanan danminuman, baik dalam bentuk utuh, rajangan atau dalam bentuk yang telahdihaluskan. Cara tersebut merupakan cara yang sederhana tetapi mengandungbeberapa kelemahan terutama bila diterapkan dalam skala industri. Kelemahankelemahantersebut antara lain : jumlah flavor yang terekstrak dan meresap kedalam makanan atau minuman rendah, bahan tidak seragam sehingga sulit untukdistandardisasi, kurang higienis, masih mengandung enzim lipase yang dapatmerusak bahan pangan dan bahan sering terkontaminasi oleh jamur, kotoran danbahan asing. Saat ini banyak industri makanan dan minuman menggunakanrempah-rempah bukan dalam bentuk asal melainkan dalam bentuk produk olahan (Sundari,2001).


(18)

Kulit kayu manis (Cassia Indonesia) yang sering digunakan sebagai penambah cita rasa makanan memiliki manfaat. Diantaranya, memiliki efek mengeluarkan angin, membangkitkan selera atau menguatkan lambung, dan lain-lain. Selain itu masyarakat pada umumnya sekarang ini lebih memilih menggunakan obat-obat alami untuk menyembuhkan penyakit, seperti penggunaan minyak kayu manis yang memiliki banyak kegunaannya. (Rismunandar,2001)

Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia), sehingga dapat mengetahui mutu dari cassia Indonesia yang didapat melalui proses destilasi dari cassia indonesia yang di dapat dari komoditi yang tersedia di laboratorium minyak nabati dan rempah-rempah di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang, Medan.dengan berdasarkan pada SNI.

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan yangtimbul adalah persepsi variasi waktu dalam penentuan kadar minyak atsiri pada kulit kayu manis(Cassia Indonesia)yang dilakukan sesuai dengan SNI 01-3395-1994 dimana kadar minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia) adalah minimum 1,25%.

1.3Batasan Masalah

Untuk mengarahkan pembahasan dalam Karya Ilmiah ini agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju maka perlu membuat batasan ruang lingkup


(19)

permasalahan. Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada persepsi variasi waktu 4,6,dan 8 jam pada penentuan kadar minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia) sesuai SNI 01-3395-1994

.

1.4Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu destilasi minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia)

1.5Manfaat

- Untuk mengetahui kenaikan kadar minyak atsiri kulit kayu manis (Cassia Indonesia) berdasarkan variasi waktu.

- Untuk mengetahui manfaat dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia).

- Untuk melihat secara langsung pengujian mutu terhadap berbagai jenis

rempah-rempah khususnya kulit kayu manis (Cassia Indonesia)berdasarkan SNI 01-3395-1994.

1.6Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis mengambil data yang dibutuhkan mengenai pengaruh waktu destilasi terhadap penentuan kadarminyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia) di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang, Medan.

1.7Metodologi Penelitian


(20)

1.7.1Metode Penelitian Kepustakaan

Penelitian Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data maupun informasi yang dibuthkan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku perkuliahan ataupun umum, serta mencari sumber informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

1.7.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data pada penulisan Karya Ilmiah ini, penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan dari UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Medan dan data SNI 01-3395-1994.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Manis

Nama ilmiah : Cinnamomun burmandi (Nees.) BI.

Nama asing : Kaneelkassia, Cinnamomum tree (inggris; yin xiang (cina).

Nama daerah : Sumatera: Holim, holim manis, modang siak-siak (Batak), kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih (Minang kabau). Jawa: Huru mentek, kiamis (Sunda), kanyegar (Kangean). Nusa tenggara: Kesingar, kecingar, cingar (Bali), onte (sasak), Kaninggu (Sumba).

Dibubidayakan untuk diambil kulit kayunya, didaerah pegunungan sampai ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong atau bulat telur, warna hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna kelabu; dijual dalam bentuk kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan digolongkan menurut panjang asal kulit (dari dahan atau ranting) (Haris,1990)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis

Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Gymnospermae

Subdivisi : Spermatophyta


(22)

Sub kelas : Dialypetalae

Ordo : Policarpicae

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanni

Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisny. Warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua.Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil.Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging.Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua (Rismunandar dan Paimin, 2001).

2.1.2. Jenis-Jenis Kayu Manis dan Penyebarannya

Ada empat jenis kayu manis yang terkenal di dunia perdagangan ekspor maupun local, yaitu :Cinnamomum burmani, Cinnamomum zeylanicum, Cinnamomum cassia, Cinnamomum cullilawan.

Cinnamomum burmanni ini berasal dari Indonesia. Tanaman akan tumbuh baik pada ketinggian 600-1500 mdpl. Tanaman ini banyak dijumpai di Sumatera Barat. Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 m sementara Cinnamomum zeylanicum dalam dunia perdagangan dikenal dengan Ceylon cinnamon tanaman ini masih bias di jumpai di habitat aslinya pulau (Srilanka), sangat cocok ditanam di dataran rendah sampai 500 mdpl.


(23)

Tanaman mencapai tinggi 5-6 m dan bercabang lateral.Pemanenan dapat dilakukan umur tiga tahun, kulitnya berwarna abu-abu.Selain kulit, daun dan

akarnya pun mengandung minyak atsiri sedangkan Cinnamomum cassia

merupakan tanaman asli dari Birma dan diperbanyak di Cina selatan.Dalam dunia perdagangan tanaman ini dikenal Chinese cinnamom.Warna pucuknya bervariasi dari hijau muda sampai hijau kemerahan, tajuknya berbentuk piramida dan Cinnamomum cullilawan hanya dikenal di daerah Ambon dan pulau Seram (Maluku) dengan nama selakat atau selakar. Kayunya termasuk kayu lunak dan berwarna putih sehingga kayunya tidak dapat dimanfaatkan sebagai kayu bangunan.Kulit batang dan akarnya mengandung minyak atsiri.

2.1.3. Budidaya Kayu Manis

Jenis-jenis kayu manis dapat diperbanyak melalui biji, tunas, akar, stek, dan cangkokan. Untuk membentuk tanaman yang luas, Ditempuh jalan menyamai biji sebanyak mungkin (Rismunandar, 1995)

2.1.4. Sistem Panen Kayu Manis

Menurut Rismunandar dan Paimin (2001), Sistem panen sangat menentukan mutu kayu manis yang dihasilkan. Panen yang kurang benar dapat menurunkan mutu. Ada empat system panen yang dikenal yaitu : sistem tebang sekaligus sistem ditumbuk, sistem batang dipukuli sebelum ditebang dan sistem Vietnam.

Sistem tebang sekaligus dilakukan dengan cara memotong langsung tanamannya hingga dekat tanah, setelah itu dikuliti, sedangkan pada sistem ditumbuk biasanya sekitar dua bulan sebelum penebangan, kulit batang tanaman


(24)

dikupas melingkar mulai pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80-100 cm. selanjutnya tanaman ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. Tujuan menyisakan pangkal batang ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru yang dapat dijadikan bibit. Pada sistem batang dipukuli sebelum ditebang caranya dengan memukuli kulit batang hinggat melingkar. Dengan cara ini diharapkan kulit yang diperoleh lebih tebal. Bertambahnya ketebalan kulit karena pada bekaspukulan akan terjadi memar atau keretakan pada kulit. Selanjutnya dari retakan kulit akan tumbuh kalus baru sehingga kulit tampak ada pembengkakan. Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliti dan pada sistem Vietnam dilakukan pengelupasan kulit membentuk persegi panjang dengan ukuran 10 cm × 30 cm atau 10 cm × 60 cm. pengelupasan kulit ini secara berselang-seling sehingga tampak seperti kotak papan catur. Pada kulit batang ditoreh dengan bentuk dan ukuran kulit yang akan dikupas. Kulit yang dikupas tersebut merupakan hasil panen untuk dijemur menjadi bentuk produk kulit kayu manis kering. Setelah tanaman dirawat. Pada kulit bekas pengupasan akan tumbuh kalus baru yang akhirnya kulit akan saling bertaut. Pada saat itulah, kulit batang yang sebelumnya tidak dipanen dapat di panen dengan menyisakan kulit yang baru tumbuh.Demikian seterusnya panen dilakukan pada kulitnya saja.

2.1.5. Kulit Kayu Manis

Produk kayu manis merupakan hasil utaman dari kayu manis, produk ini berupa potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk kayu manis sangat sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau dibersihkan dari kulit luar, lalu dibelah-belah menjadi berukuran lebar lebar 3-4


(25)

cm. selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama 2-3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudar susut sekitar 50% artinya, kalau bobot sebelum dijemur 1 kg maka kayu manis kering harus berbobot 0,5 kg. Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi, mutu kulit dipengaruhi oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu kulit dipengaruhi oleh kebersihan tempat penjemuran. Agar dapat menghasilkan mutu kulit yang baik, penjemuran sebaiknya dilakukan di bawa sinar matahari penuh (Rismunandar dan Paimin 2001).

Gambar 2.1. Kulit dan bubuk kayu manis

Syarat mutu kayu manis sesuai Standar Nasional Indonesia meliputi spesifikasi umum dan spesifikasi khusus.

Spesifikasi umum meliputi :

Uji fisika / uji mekanik : Pengikisan, warna, rasa.

Uji mikrobiologi : Serangga utuh mati, kadar jamur/kapang,

kotoran mamalia, kotoran binatang lain.

Uji kimia : Kadar air, kadar abu, kadar pasir.


(26)

Spesifikasi khusus hanya meliputi kadar minyak atsiri (lihat table 1 dan 2) Tabel 2.1. Spesifikasi Persyaratan Umum Kayu Manis

No. Spesifikasi Satuan Persyaratan

1 Pengikisan - Bersih

2 Warna - Kuning, kuning tua, kuning

kecoklatan

3 Rasa - Pedas-pedas manis, khas Cassia

Indonesia

4 Serangga utuh mati Ekor Maksimum 2 dari total sub

contoh

5 Kotoran mamalia Mg/b Maksimum 1,0

6 Kotoran binatang lain Mg/b Maksimum 1,0

7 Kadar jamur/kapang (bobot/bobot) % Maksimum 5,0

8 Cemaran serangga (bobot/bobot) % Maksimum 2,5

9 Bahan asing % Maksimum 0,50

10 Kadar air (bobot/bobot) % Maksimum 14,0

11 Kadar abu (bobot/bobot) % Maksimum5,0

12 Kadar pasir (bobot/bobot) dry basis % Maksimum 1,0


(27)

Tabel 2.2 Spesifikasi Persyaratan Khusus Kayu Manis

No. Jens mutu Satuan Persyaratan Kadar Minyak

Atsiri (V/B Dry Basis) Min

1 Indonesia Cassia AA Sticks % 1,75

2 Indonesia Cassia AA cut and washed

% 1,75

3 Indonesia Cassia AA unwashed % 1,75

4 Indonesia Cassia AA cutting % 1,75

5 Indonesia Cassia A Sticks % 1,75

6 Indonesia Cassia A cut and washed

% 1,75

7 Indonesia Cassia A Brokens % 1,75

8 Indonesia Cassia B Sticks % 1,50

9 Indonesia Cassia B Brokens % 1,50

10 Indonesia Cassia C Brokens % 1,25

(Sumber : SNI 01-3395-1994).

2.1.6 Kandungan Kimia Kayu Manis

Minyak atsiri yang berasal dari kulit komponen terbesarnya ialah cinamaldehid 60-70% ditambah dengan eugenol, beberapa jenis aldehida, benzyl benzoate, phelandrene dan lain-lainnya. Kadar eugenol rata-rata 80-66%. Dalam kulit masih banyak komponen-komponen kimiawi misalnya : misalnya: dammar, pelekat,


(28)

tannin, zat penyamak, gula, kalsium, oksalat, dua jenis insektisida cinnzelanin dan cinnzelanol, cumarin dan sebagainya (Rismunandar,1995).

Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi, serta bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat, dammar dan zat penyamak (Hariana,2007).

2.1.7 Khasiat dan Manfaat Kayu Manis

Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya tumbuh terhadap mikroorganisme (antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung (Stomakik) juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, detergen, lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan bahan makanan dan minuman minyak kayu manis di gunakan sebagai pewangi atau pengikat cita rasa, di antaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup (Rismunandar dan Paimin,2001).

Efek farmakologis yang dimilki kayu manis diantara sebagai peluruh kentut (carminative), peluruh keringat (diaphoretic), anti rematik, penambah nafsu makan (stomachica) dan penghilang rasa sakit (analgesic) (Hariana,2007).

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia o


(29)

Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap (Sastrohamidjojo,2004).

Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam tanaman.Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka.Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpangan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungn langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani,2004).

Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, atau biji, Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organic. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri.Misalnya dalam bahasa inggris disebut essensial oils. Ethereal oils dan volatile oils. Dalam bahasa Indonesia ada yang menyebut minyak kabur.Mengapa minyak atsiri dikatakan sebagai minyak terbang atau minyak kabur? Tiada lain karena minyak


(30)

atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam keadaan terbuka (Lutony dan Rahmayati, 2002).

2.3 Tanaman Penghasil Minyak Atsiri

Jenis minyak atsiri yang telah dikenal dalam dunia perdagangan berjumlah sekitar 70 jenis, yang bersumber dari tanaman, antara lain dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanman penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersial, yaitu minyak sereh wangi, nilam, kenanga, pala, daun cengkeh, cendana, kayu putih, akar wangi, jahe dan kemukus(Ketaren,1985).

Minyak atsiri terdapat pada dan diperoleh dari bagian tertentu tanaman yang mengandung minyak atsiri. Bagian ini antara lain akar, biji, buah, bunga, daun, kulit kayu, ranting dan rimpang atau akar tinggal. Bahkan ada jenis tanaman yang seluruh bagiannya mengandung minyak atsiri. Kandungan Minyaknya tidak akan sama antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Misalnya kandungan kimia minyak atsiri yang terdapat pada kuntum bunga cengkeh berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun (Lutony dan Rahmayati,2002).

Aneka minyak tumbuhan yang mengandung aroma dan mudah menguap, minyak ini dikenal sebagai minyak atsiri (essensial oil), jadi cirri minyak atsiri ialah mengandung aroma dan disamping terdapat minyak atsiri, terdapat pula getah dan dammar (resin) yang dinamakan balsam. Unsure yang mengandung aroma kemungkinan terbentuk dalam hijau daun (Chloroplast) unsure tersebut bersatu dalam glukosa menghasilkan glukosida yang disalurkan keseluruh tubuh


(31)

tumbuhan. Tumbuhan tersebut menghasilkan zat penawar (enzim) yang menyerbu glukosida, hingga mengakibatkan terciptanya minyak atsiri (Haris,1990).

2.4 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004) sifat-sifat minyak atsiri ialah : Tersusun oleh bermacam macam komponen senyawa, Memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Mempunyai rasa getir, kadang -kadang berasa tajam,menggigit, member kesan hangat sampai panas, atau dingin katika terasa dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap pada suhu kamar. Bersifat tidak bias disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik (rancid), Bersifat tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik berupa oksigen udara, sinar matahari dan panas, Indeks biasnya tinggi. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik dan tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup larut hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil, sanga mudah larut dalam pelarut organik.

2.5. Fungsi Minyak Atsiri

2.5.1. Fungsi Minyak Atsiri bagi Tanaman

Minyak atsiri dalam jumlah yang relative besar disimpan dalam tanaman, karena tidak ditransfer ke batang atau daun sebelum daun itu gugur sehingga timbul asumsi kuat bahwa minyak atsiri merupakan sumber energi yang penting. Minyak ini dapat menolak kehadiran binatang akan tetapi bagi tanaman tertentu, minyak atsiri dapatmenarik serangga sehingga penyerbukan lebih efektif. Dilain pihak


(32)

terciptasejenis daya tahan tanaman terhadap kerusakan oleh binatang maupun tanaman parasit dengan dihasilkan minyak dengan bau yang merangsang. Minyak berfungsi sebagai penutup bagian kayu yang terluka atau berfungsi sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan sel) yang berlebihan sehingga berfungsi sebagai penghambat penguapan air (Guenther,1987).

Peranan utama minyak atsiri terhadap tumbuhan adalah sebagai pengusir serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir hewan pemakan daun. Namun, sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu terjadinya penyerbukan silang dari bunga (Gunawan dan Mulyani,2004).

2.5.2. Fungsi Minyak Atsiri bagi Manusia

Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap, antiseptic internal atau ekternal, sebagai bahan analgesic, haemolitik atau sebagai antizymatik, sebagai sedative, stimulants, untuk obat sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang atau memuakkan. Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri lainnya dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri juga membantu pencernaan dengan merangsang system saraf sekresi sehingga dengan mencium bau-bauan tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga rongga mulut dan lambung menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri adalah sebagai bahan pewangi kosmetik (Guenther,1987).

Minyak atsiri memegang peranan penting bagi kesehatan. Di Indonesia penggunaan minyak atsiri bisa melalui berbagai cara :


(33)

- Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).

- Pemakaian luar (topical /external use), antara lain pemijat lulur, obat luka/memar, parfum/pewangi.

- Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi-wangian (parfum) atau aromatika untuk keperluan aroma terapi.

- Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir (repellent) nyamuk dan anti jamur (Kardinan,2005).

2.6. Minyak Atsiri Kayu Manis

Minyak atsiri kayu manis merupakan produk samping dari kayu manis. Minyak ini mengandung bahan kimia prganik yang berbentuk aroma khas secara terpadu.Minyak atsiri dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Nama minyak kayu manis ini didasarkan pada jenis kayu manis dan bahan asal bahan, yaitu Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari kulit. Sementara Cassia oil adalah minyak yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit kayu manis.

Komponen utama yang terkandung didalam minyak kayu manis adalah sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan aldehida. Selain itu ada kandungan lain yang menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan terbesar dalam minyak kayu manis adalah eugenol, sekitar 80-90%. Minyak ini diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap, kandungan minyak yang diperoleh tergantung pada cara penyulingannya (Rismunandar dan Paimin,2001).

Cinnamon bark oil diperoleh dengan cara menyuling serbuk kulit kayu manis kering atau serpihan kulit yang tidak dapat di jual. Cinnamon bark oil


(34)

mengandung Cinnamic aldehyde (tidak boleh kurang dari 55%), eugenol (4-10%), alipathic aldehyde, dan phellandene.

Patokan mutu cinnamon bark oil menurut Essential oil Association of USA (EOA) meliputi sifat alami dan kimiawi (lihat table 3).

Tabel 2.3. Spesifikasi Minyak Atsiri Kayu Manis

No PARAMETER ZAT/UKURAN

1 Warna, penampilan, dan bau Cairan kuning dengan

bau kayu manis dan rasa pedas.

2 Berat jenis pada 250C 1,010 sampai 1,030

3 Putaran optic 00 sampai 20C

4 Refractive index, 200C 1,5730 sampai 1,5910

5 Kandungan cinnamicaldehyde 55% sampai 78%

6 Kelarutan dalam alcohol 70% Larut dalam 3 volume

(Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994)

2.7. Penetapan Kadar minyak Atsiri

Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan sebagai berikut :

1. Metode destilasi

Di antara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai perusahaan indutri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut :


(35)

a) Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air). Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyak-minyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau dan warna saat dipanaskan), misalnya oleoresin.

b) Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya mirip dandang. Dalam metode ini ada beberapa versi perlakuan.

1. Bahan tanaman langsung direbus dalam air.

2. Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus. Dari bawahh dialirkan uap air panas.

3. Bahan tanaman ditaruh di bejana di bagian atas, sementara uap air dihasilkan oleh air mendidih dari bawah dandang.

4. Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana tanpa air dan disemburkan uap air dari luar bejana.

2. Metode Penyarian

Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar minyaknya di dalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri


(36)

menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organic nonpolar.

3. Metode Pengepresan atau Pemerasan

Metode pemerasan/pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus).Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang baud an warnanya berubah akibat pengaruh pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang randemennya relative besar.

4. Metode Enfleurage

Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang delekatkan pada media lilin.Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa hari/minggu, misalnya bunga melati, jasmine sambac, sehingga perlu perlakuan uang tidak merusak aktivitas enzim tersebut secara langsung.

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan partial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebahagian. Destilasi


(37)

uap, bahan (simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi.

Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebahagian dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinyu ikut terdestilasi (Dirjen POM,2000).


(38)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat-alat

-Neraca analitik sartorius

-Labu destilasi berkapasitas 1 liter pyrex

-Volatile oil trap pyrex

-Kondensor reflux

-Beaker glass pyrex

-Spatula -Batu didih -Heating mantel

- Alat penggiling rempah - Batang pengaduk - Pipet volume 2 ml - Corong

3.2 Bahan-bahan

- Kulit kayu manis (Cassia Indonesia) yang diserbukkan 35 g

- Larutan NaCI 10% 500 ml

- Xylena 2 ml


(39)

3.1.4 Prosedur Percobaan

1. Ditimbang dengan teliti 35 g kulit kayu manis yang telah diserbukkan sebelumnya dan dimasukkan dalam labu didih.

2. Ditambahkan larutan NaCl 10% sampai seluruh sampel tersebut terendam dan ditambahkan pula kedalamnya sejumlah batu didih.

3. Disambungkan labu didih dengan volatile oil trap, tambahkan aquadest dan 2 ml xylena ke dalam trap.

4. Disambungkan lagi dengan kondensorrefluks,panaskan labu didih tersebut beserta isinya selama (4,6, dan 8 jam) sesudah mendidih atau sampai tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes.

5. Didinginkan penampung pada suhu kamar sampai lapian minyak terlihat dengan jelas.

6. Diukur volume minyak yang tertampung. 7. Dihitung kadar minyaknya.


(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh data dalam table berikut :

Tabel 4.1 Pengaruh Waktu Destilasi Minyak Atsiri pada Kulit Kayu Manis (Cassia Indonesia)

No. Waktu

(jam) Berat Sampel (g) Volume NaCL 10% (ml) Volume Minyak Atsiri (ml) Kadar Minyak Atsiri (%)

1. 4 35,0000 500 0,4 1,14

2. 6 35,0005 500 0,6 1,71

3. 8 35,0007 500 0,6 1,71

4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan Minyak Atsiri

Kadar minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan perhitungan sebagaiberikut:

Kadar minyak atsiri (%) = volume minyakyangdibaca

beratsampel × 100 %

A. Variasi Waktu 4 Jam

Berat sampel : 35.0000 g


(41)

Waktu : 4 jam

Kadar minyak atsiri (%) = 0.4 ml

35,0000 g × 100 %

= 1.14 %

B. Variasi Waktu 6 Jam

Berat sampel : 35,0005 g

Volume minyak : 0.6 ml

Waktu : 6 jam

Kadar minyak atsiri (%) = 0.6 ml

35,0000 g × 100 % = 1.71 %

C. Variasi Waktu 8 Jam

Berat sampel : 35,0007 g

Volume minyak : 0.6 ml

Waktu : 8 jam

Kadar minyak atsiri (%) = 0.6 ml

35,0007 g× 100 %


(42)

4.3 Pembahasan

Dari data hasil percobaan diperoleh kadar minyak atsiri kulit kayu manis (cassia Indonesia)berdasarkan pengaruh waktu 4, 6, dan 8 jam tidak terlalu signifikan. Dimana selama proses pengerjaan diketahui bahwa pemanasan dengan waktu 4 jam kandungan minyak atsiri pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia)hanya 1,14%, hal ini disebabkan karena minyak atsiri pada kulit kayu manis belum keluar sempurna, kemuadian pemanasan dengan waktu 6 jam minyak atsiri yang terdapat pada kulit kayu manis (Cassia Indonesia) sudah keluar sempurna yaitu sebanyak 1,71%, dan pemanasan dengan waktu 8 jam minyak atsiri yang didapatkan sama dengan pemanasan dengan waktu 6 jam yaitu 1,71%. Hal ini disebabkan karena minyak atsiri yang terdapat dalam 35 g kulit kayu manis (Cassia Indonesia) tersebut hanya 1,71%. Jadi untuk efisiensi waktu dan tenaga maka waktu yang dapat digunakan adalah 6 jam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan SNI 01-3395-1994.

Komponen utama yang terkandung dalam minyak kayu manis adalah sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan aldehida. Selain itu, masih ada kandungan lain yang menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan terbesar dalam minyak kayu manis adalah eugenol sekitar 80-90%.

Sebagian besar komponen aromatik minyak kayu manis larut dalam air. Akibatnya, pemisahan minyak dan air menjadi sangat sulit sehingga rendemennya menjadi rendah.Untuk memisahkan minyak tersebut digunakan CO2 cair.Minyak kayu manis diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap. Kandungan minyak yang diperoleh tergantung pada cara penyulingannya.


(43)

Penyulingan dengan uap akan menyebabkan sebagian besar minyak terdekomposisi, sedangkan dengan air dan uap hanya sedikit yang terdekomposisi.

Manfaat minyak kayu manis adalah memiliki efek untuk mengluarkan angin (karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik). Selain itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream.

Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kayu manis sudah lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa. Diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue, kembang gula, bumbu gulai, dan sup (Rismunandar dan Paimin,2001).


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, diperoleh kadar minyak atsiri dari kulit kayu manis (Cassia Indonesia) pada waktu 4 jam lama destilasi 1,41 %, pada waktu 6 jam lama destilasi 1,71%, selanjutnya pada waktu 8 jam lama destilasi 1,71%. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat digunakan waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-3395-1994.

5.2 Saran

Dalam percobaan pengaruh waktu destilasi minyak atsiri kayu manisdisarankan agar disetiap variasi waktunya selalu memperhatikan tetesan air yang tersuling setiap menitnya dan memperhatikan suhu sehingga sampel tidak meluap.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (1990). Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya.Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid I, Terjemahan S Ketaren. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

Gunawan, D dan Sri Mulyani.(2004). Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta. Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penebar Swadaya : Jakarta. Harris, R. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta

Departemen. Kesehatan RI, Dirjen POM. Pedoman Pelksanaan Uji Klinik Obat Tradisional :Jakarta. Departemen Kesehatan 2000.

Lutony,T.L dan Y. Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rismunandar dan Farry B. Paimin.(2001). Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rusli, S dan Abdullah A. (1988).Prospek Pengembangan Kayu Manis di Indonesia,Jurnal Litbang Pertanian.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(46)

Manis. ITB Central Library.Ganesha : Bandung..

Tan, H.L. (1981). Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan, Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah Olahan di Tanjung Karang : Lampung.


(47)

LAMPIRAN


(48)

(49)

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (1990). Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya.Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid I, Terjemahan S Ketaren. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

Gunawan, D dan Sri Mulyani.(2004). Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta. Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penebar Swadaya : Jakarta. Harris, R. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta

Departemen. Kesehatan RI, Dirjen POM. Pedoman Pelksanaan Uji Klinik Obat Tradisional :Jakarta. Departemen Kesehatan 2000.

Lutony,T.L dan Y. Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rismunandar dan Farry B. Paimin.(2001). Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rusli, S dan Abdullah A. (1988).Prospek Pengembangan Kayu Manis di Indonesia,Jurnal Litbang Pertanian.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.


(51)

Manis. ITB Central Library.Ganesha : Bandung..

Tan, H.L. (1981). Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan, Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah Olahan di Tanjung Karang : Lampung.


(52)

LAMPIRAN


(53)

(54)

(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (1990). Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di Indonesia, dalam Tanaman Industri Lainnya.Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Cassia Indonesia. SNI 01-3395-1994

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid I, Terjemahan S Ketaren. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

Gunawan, D dan Sri Mulyani.(2004). Ilmu Obat Alam.Penebar Swadaya : Jakarta. Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Penebar Swadaya : Jakarta. Harris, R. (1990). Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta

Departemen. Kesehatan RI, Dirjen POM. Pedoman Pelksanaan Uji Klinik Obat Tradisional :Jakarta. Departemen Kesehatan 2000.

Lutony,T.L dan Y. Rahmayati. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rismunandar dan Farry B. Paimin.(2001). Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan. Penebar Swadaya : Jakarta.


(3)

Manis. ITB Central Library.Ganesha : Bandung..

Tan, H.L. (1981). Mengenal Macam-Macam Bentuk Rempah-Rempah Olahan, Keistimewaan dan Manfaatnya, Makalah di dalam Hasil Perumusan dan Kumpulan Kertas Kerja Pekan Pengembangan Ekspor Rempah-rempah Olahan di Tanjung Karang : Lampung.


(4)

LAMPIRAN


(5)

(6)