Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri dan Penentuan Kadar Air pada Lada Hitam
PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI DAN PENENTUAN KADAR AIR PADA LADA HITAM
KARYA ILMIAH
AYU PUTRI WANDANI 112401089
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MAREMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI DAN PENENTUAN KADAR AIR PADA LADA HITAM
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
AYU PUTRI WANDANI 112401089
(3)
PERSETUJUAN
Judul : Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri dan Penentuan Kadar Air pada Lada Hitam
Kategori : Karya Ilmiah Nama : Ayu Putri Wandani Nomor Induk Mahasiswa : 112401089
Program Studi : Diploma (D3) Kimia Industri Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juni 2014
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing,
Dr.Rumondang Bulan Nasution,MS. Dr. Rumondang Bulan Nasution,MS. NIP. 195408301985032001 NIP. 195408301985032001
(4)
PERNYATAAN
PENGARUH WAKTU DESTILASI TERHADAP KADAR MINYAK ATSIRI DAN PENENTUAN KADAR AIR PADA LADA HITAM
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2014
AYU PUTRI WANDANI 112401089
(5)
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang tiada hentinya memberikan nikmat amal, insan dan ihsan, serta semangat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah ini sesuai dengan yang diharapkan dengan judul PENGARUH WAKTU DESTILASI MINYAK ATSIRI DAN PENENTUAN KADAR AIR PADA LADA HITAM.
Shalawat serta salam, akan tetap tercurah kepada junjungan penulis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Terimakasih ya Rasul, atas segala jerihmu untuk menyinari kegelapan dunia ini, atas segala darahmu yang tertumpah demi menyelamatkan kami.
Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di UPTD.Balai Penelitian dan Sertifikasi Mutu Barang Medan pada tanggal 27 Januari sampai dengan 27 Februari 2014. Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi syarat kelulusan dalam meraih gelar Ahli Madya Kimia Industri Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara.
Pada masa penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan dan bimbingan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Teristimewa kepada Ayahanda Muhammad Ridwan dan Ibunda Sunarni atas pengorbanan dan doa serta kasih sayangnya telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh keterbatasan. Maaf
(6)
jika anak ini sering membuat kalian susah dan menangis. Semoga Allah memberkahi setiap sisi kehidupan kalian.
2. Kepada Ayahanda Imanuddin yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun materil selama penulis melaksanakan studinya. 3. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan semangat, doa dan
dukungan kepada penulis.
4. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS, selaku dosen pembimbing dan Ketua Departemen Kimia FMIPA USU yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Dra.Emma Zaidar,M.Si, selaku ketua program studi Diploma III Kimia.
6. Ibu Ir. Novira Dwi Shanty Artsiwi, selaku Kepala UPTD.BPSMB Medan
7. Bapak Ali Imran, Ibu Lili, Ibu Lisni, Ibu Darwati, Bapak Parlan, Bapak Idam, Bapak Ferry beserta seluruh staf dan pegawai UPTD.Balai Penelitian dan Sertifikasi Mutu Barang Medan yang telah membimbing,memberikan motivasi,dan menyediakan fasilitas selama penulis melaksanakan praktek kerja lapangan.
8. Para staf pengajar dan pegawai Kimia Industri FMIPA USU
9. Teman – teman penulis, Hanny Wahyuni Syahputri Lubis, Kak Chyntia, Elyana, Nurul Imaniah, Chairani, Melydia, dan Desy Annisa
(7)
11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT akan membalasnya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khusunya.
Medan, Juni 2014
(8)
ABSTRAK
Lada hitam adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang juga merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri berdasarkan variasi waktu yang didapat dari destilasi lada hitam dan menentukan kadar airnya. Sampel lada hitam didapat dari Pajak Sore Padang Bulan Medan. Minyak atsiri dan kadar air dari lada hitam didapat dengan menggunakan metode destilasi di laboratorium Minyak Nabati dan Rempah-Rempah UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri yang diperiksa memiliki kadar minyak atsiri yang berbeda, dengan variasi waktu 4 jam memiliki kadar minyak atsiri 2,28%, 6 jam memiliki kadar minyak atsiri 2,57% dan 8 jam memiliki kadar minyak atsiri 2,85%. Sedangkan untuk kadar air lada hitam memiliki kadar 13,2%. Dari data yang diperoleh menunjukkan kadar minyak atsiri lada hitam berdasarkan variasi waktu 4,6,dan 8 jam tidak terlalu signifikan. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat gunakan waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-0005-1995. Dari hasil analisa juga menunjukkan kadar air pada lada hitam masih memenuhi SNI 01-0005-1995.
(9)
THE EFFECT OF DISTILLATION TIME OF ESSENTIAL OILS AND DETERMINATION OF WATER CONTENT OF BLACK PEPPER
ABSTRACT
Black pepper is one of the spice plant essential oil is also widely used by the people. The purpose of this study was to determine the levels of essential oils obtained by variation of time of distillation black pepper and determine the water content it. Black pepper is obtained from Pajak Sore Padang Bulan. Essential oils and moisture content of black pepper is obtained by using the distillation method in the Laboratory Vegetable Oil and Spice UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan. The results showed that the essential oils tested has different levels. Essential oils content in 4 hours is 2,28 %, for 6 hours is 2,57 %, and for 8 hours is 2,85 %. As for the water content of black pepper is 13,2 %. From the analysis results showed essential oil of black pepper on the variation of time 4,6,and 8 hours is not too significant. So as to able to use the time efficiency up to 6 hours in accordance with the procedures in SNI 01-0005-1995. From the analysis also showed the water content of black pepper still accordace with SNI 01-0005-1995.
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang 1
1.2Perumusan Masalah 2
1.3Batasan Masalah 2
1.4Tujuan 3
1.5Manfaat 3
1.6Lokasi Penelitian 3
1.7Metodologi Penelitian 3
1.7.1 Metode Penelitian Kepustakaan 3
1.7.2 Metode Pengumpulan Data 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Lada 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman 10
2.2 Komposisi Kimia Lada 10
2.3 Minyak Atsiri 14
2.3.1 Komponen Minyak Atsiri 15
2.3.2 Manfaat Minyak Atsiri 15
2.4 Tahap Pengambilan Minyak Atsiri 17
2.4.1 Perlakuan Bahan Tanaman 17
2.4.1.1 Pemotongan dan Memperkecil Bahan Tanaman 17
2.4.1.2 Penyimpanan Bahan Tanaman 18
2.4.1.3 Hilangnya Minyak Atsiri dalam Bahan Tanaman sebelum Penyulingan 19
(11)
2.6.1 Untuk Pengobatan 22
2.6.2 Lada sebagai Penyedap Makanan 23
2.6.3 Minyak Lada 23
2.6.4 Oleoresin Biji Lada 23
BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat-alat 25
3.2 Bahan-bahan 25
3.3 Prosedur Percobaan 26
3.3.1 Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Lada Hitam 26
3.3.2 Penentuan Kadar Air pada Lada Hitam 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 28
4.1.1 Data Analisa 28
4.2 Perhitungan 29
4.3 Pembahasan 30
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kadar Kimia Lada Hitam dan Lada Putih 11
Tabel 2.2 Kadar Zat Organik Lada 12 12
Tabel 4.1 Pengaruh Waktu Destilasi Minyak Atsiri pada Lada Hitam 28
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Tanaman Lada 8
(14)
LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Rangkaian Alat Destilasi dengan Vilatile Oil Trap 34
(15)
ABSTRAK
Lada hitam adalah salah satu tanaman rempah-rempah yang juga merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar minyak atsiri berdasarkan variasi waktu yang didapat dari destilasi lada hitam dan menentukan kadar airnya. Sampel lada hitam didapat dari Pajak Sore Padang Bulan Medan. Minyak atsiri dan kadar air dari lada hitam didapat dengan menggunakan metode destilasi di laboratorium Minyak Nabati dan Rempah-Rempah UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri yang diperiksa memiliki kadar minyak atsiri yang berbeda, dengan variasi waktu 4 jam memiliki kadar minyak atsiri 2,28%, 6 jam memiliki kadar minyak atsiri 2,57% dan 8 jam memiliki kadar minyak atsiri 2,85%. Sedangkan untuk kadar air lada hitam memiliki kadar 13,2%. Dari data yang diperoleh menunjukkan kadar minyak atsiri lada hitam berdasarkan variasi waktu 4,6,dan 8 jam tidak terlalu signifikan. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat gunakan waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-0005-1995. Dari hasil analisa juga menunjukkan kadar air pada lada hitam masih memenuhi SNI 01-0005-1995.
(16)
THE EFFECT OF DISTILLATION TIME OF ESSENTIAL OILS AND DETERMINATION OF WATER CONTENT OF BLACK PEPPER
ABSTRACT
Black pepper is one of the spice plant essential oil is also widely used by the people. The purpose of this study was to determine the levels of essential oils obtained by variation of time of distillation black pepper and determine the water content it. Black pepper is obtained from Pajak Sore Padang Bulan. Essential oils and moisture content of black pepper is obtained by using the distillation method in the Laboratory Vegetable Oil and Spice UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Medan. The results showed that the essential oils tested has different levels. Essential oils content in 4 hours is 2,28 %, for 6 hours is 2,57 %, and for 8 hours is 2,85 %. As for the water content of black pepper is 13,2 %. From the analysis results showed essential oil of black pepper on the variation of time 4,6,and 8 hours is not too significant. So as to able to use the time efficiency up to 6 hours in accordance with the procedures in SNI 01-0005-1995. From the analysis also showed the water content of black pepper still accordace with SNI 01-0005-1995.
(17)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Lada merupakan salah satu produk rempah-rempah tertua dan terpenting yang diperdagangkan di dunia. Theophratus (372-287 SM) menyatakan bahwa terdapat dua jenis lada yang telah digunakan oleh bangsa Mesir, Yunani, dan Romawi pada waktu itu yaitu lada hitam (Black pepper) dan lada panjang/cabe (Pepper longlum) (Hasanah,2011).
Selain sebagai rempah-rempah, lada juga berkhasiat untuk pengobatan, seperti meningkatkan nafsu makan, sebagai peluruh air kencing , rheumatik, dan masuk angin. Daun lada dapat dimanfaatkan sebagai insektisida terhadap ngengat dalam lemari pakaian (Rismunandar,2000).
Kadar minyak atsiri dan kadar bahan yang tidak menguap (non-volatile
extract) sangat tergantung dari jenis lada. Tinggi rendah kadar minyak lada
menentukan tinggi rendah nilai aroma jenis biji lada. Minyak lada yang baik dapat diperoleh melalui destilasi uap air.
Minyak lada banyak digunakan sebagai pemberi aroma dan rasa pada berbagai macam industri makanan. Selain itu minyak lada juga dipakai dalam industri farmasi dan kosmetika (Rismunandar,2003).
Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi maupun titik didih yang beragam. Penyulingan dapat didefinisikan
(18)
sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap mereka atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo,2004).
Lada memiliki peran yang sangat banyak di bidang industri makanan, olahan masakan, obat-obatan, maupun insektisida. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama lada.
Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri dan Penentuan Kadar Air pada Lada Hitam, sehingga dapat mengetahui mutu dari lada hitam yang didapat melalui proses destilasi dari lada hitam yang di dapat di pasar tradisional dengan berdasarkan pada SNI.
1.2Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul adalah apakah waktu destilasi berpengaruh terhadap kadar minyak atsiri pada lada hitam dan apakah kadar air pada lada hitam memenuhi syarat SNI 01-0005-1995.
1.3Batasan Masalah
Batasan masalah adalah waktu destilasi yang digunakan dalam menentukan kadar minyak atsiri pada lada hitam yaitu 4, 6, dan 8 jam sedangkan penentuan kadar air
(19)
1.4Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap destilasi minyak atsiri dan mengetahui kadar air pada lada hitam, sehingga dapat diketahui waktu yang efisien yang digunakan untuk penentuan kadar minyak atsiri dan kadar air yang didapat apakah masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
1.5Manfaat
- Untuk mengetahui kenaikan kadar minyak atsiri lada hitam berdasarkan variasi waktu dan mengetahui kadar air dari lada hitam.
- Untuk melihat secara langsung pengujian mutu terhadap berbagai jenis rempah-rempah khususnya lada hitam berdasarkan SNI 01-0005-1995.
1.6Lokasi Penelitian
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis mengambil data yang dibutuhkan mengenai pengaruh waktu destilasi minyak atsiri dan penentuan kadar air pada lada hitam di UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Medan.
1.7Metodologi Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan penulis adalah dengan cara sebagai berikut :
1.7.1Metode Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan dengan cara membaca
(20)
dan mempelajari buku-buku perkuliahan ataupun umum, serta mencari sumber informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
1.7.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data pada penulisan Karya Ilmiah ini, penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan dari UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Medan dan data SNI 01-0005-1995.
(21)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Lada
Lada berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, hal ini diindikasikan dengan banyaknya jenis lada liar di wilayah tersebut. Tanaman lada kemudian menyebar ke Ghat Barat (India) yang terjadi jutaan tahun yang lalu. Tanaman lada yang saat ini dibudidayakan di Indonesia juga diprediksi berasal dari India karena pada tahun 100 – 600 SM banyak koloni Hindu yang datang ke Pulau Jawa dengan membawa bibit lada.
Daerah penghasil lada di Indonesia adalah Lampung dan Bangka, dimana Lampung daerah penghasil lada hitam, sedangkan Bangka penghasil lada putih. Produksi lada pada kedua daerah tersebut mencapai 90% dari seluruh produksi lada di Indonesia (Hasanah,2011).
Biji lada merupakan komoditi ekspor, yang sering diberi nama ”raja” dari segala jenis rempah-rempah, merupakan daya tarik yang kuat bagi para pedagang perorangan maupun yang berbadan hukum, untuk dijadikan obyek perdagangan yang menyibukkan sepanjang masa (Rismunandar,2000).
Bagian tanaman lada yang dimanfaatkan adalah buahnya. Buah lada yang sudah diolah berbentuk lada putih dan hitam termasuk bahan perdagangan yang serba guna (multi function). Misalnya, lada putih dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dalam berbagai masakan. Lada sebagai bumbu masakan bisa memberikan aroma yang sedap dan dapat menambah kelezatan makanan. Disamping bumbu
(22)
masak, lada ini bisa dipergunakan sebagai pengawet daging, misalnya untuk pembuatan dendeng. Lada juga dipergunakan sebagai campuran bahan obat-obatan. Di Indonesia, lada ini banyak dipakai untuk obat traadisional, khususnya jamu Jawa. Bagi masyarakat di Kutub Utara maupun Kutub Selatan, lada diolah untuk dibuat minuman kesehatan. Dengan meminum bahan dari lada ini maka suhu tubuh tidak akan terasa dingin meskipun suhu udara disekitarnya mencapai 0o C, bahkan dibawah 0o C
Produk lada hitam pada umumnya dimanfaatkan untuk minyak wangi (parfum). Caranya, lada dikukus, lalu uapnya disalurkan ke tabung pendingin melalui pipa kaca. Dari hasil pendinginan uap lada ini akan diperoleh minyak lada. Minyak lada ini mempunyai aroma yang sedap dan khas yang sangat disukai oleh sebagian orang yang ingin berpenampilan eksklusif (Sarpian,1999).
Dalam klasifikasi tanaman, lada termasuk dalam famili Piperaceae. Famili tersebut terdiri dari 10 - 12 marga dan 1400 spesies yang bentuknya beraneka ragam, seperti herba, sebak, tanaman menjalar, hingga pohon-pohonan. Lada (Piper nigrum Linn.) dari genus Piper merupakan spesies tanaman yang berasal dari Ghats, Malabar, India.
Beraneka ragamnya masyarakat Indonesia secara langsung mempengaruhi pengenalan mereka terhadap biji lada dan penggunaannya. Oleh karena itu, nama biji atau tanaman lada disetiap daerah berbeda-beda. Beberapa diantaranya adalah lada (Aceh, Batak, Lampung, Buru, dan Nias), raro (Mentawai), lado
(23)
(Banjarmasin, Jawa Barat), sakang (Madura), saha (Bima), dan mboko saah (Ende).
Nama biji atau tanaman lada di beberapa negarapun berbeda-beda. Beberapa diantaranya ialah pepper (Belanda), black pepper dan white pepper (Inggris), pimienta (Spanyol), poivre (Perancis), peffer (Jerman),dan pimiento (Portugis).
Ciri yang mendasar dari tanaman lada terletak pada malai bunga berporos tunggal, berdiri sendiri, berputik lebih dari satu batang, berbuah tidak bertangkai, kelompak bungga betina melekat pada poros malai, dan berdaun ilat (Rismunandar,2003).
Ciri khas dari marga Piperaceae adalah bentuk bunganya yang berbentuk malai berporos tunggal atau bercabang. Pada poros tersebut tumbuh banyak bunga yang kecil-kecil, telanjang, dan berovari sebutir.
Ciri-ciri dasar tanaman lada adalah :
1. Malai bunganya berporos tunggal dan berdiri sendiri.
2. Berputik lebih dari satu batang buahnya tidak bertangkai kelompak bunga jantan tidak berdaging.
3. Kelopak bunga betina melekat pada poros malai. 4. Daunnya liat.
Buahnya tidak bertangkai alias duduk, berbiji tunggal, bulat bentuknya, berdiamaeter 4 - 6 meter, berdaging, kulitnya hijau bila masih muda dan berubah warnanya menjadi merah bila sudah masak. Buahnya yang masih hijau kulitnya akan menjadi kehitam-hitaman bila dijemur dibawah terik sinar matahari. Malai buah bisa mencapai panjang 15 cm, minimal 5 cm.
(24)
Biji lada berukuran rata-rata 3 - 4 mm, embrionya sangat kecil. Berat 100 biji lada 3 - 8 gram, namun rata-rata 4,5 gram adalah normal.
Biji lada diliputi selapis daging buah yang berlendir dan manis rasanya, hingga disukai burung berkicau. Biji lada tidak umum untuk dijadikan bibit, karena tanaman lada baru bisa berbuah 7 tahun setelah disemaikan.
Biji lada relatif berkurang daya tumbuhnya. Untuk disemaikan, kulit bijinya dibuang kemudian diangin-anginkan beberapa hari. Untuk mempercepat tumbuhnya, dianjurkan biji lada direndam dalam larutan zat asam sulfat yang agak pekat selama dua menit. Tempat penyemaian biji harus cukup basah dan diberi naungan yang cukup gelap. Rata-rata biji yang tumbuh bisa mencapai 90% dan tumbuh setelah 6 minggu disebar.
Semai yang tumbuh, beraneka ragam bentuk dan sifatnya. Kekuatan tumbuhnya pun tidak seragam. Semai yang kuat pertumbuhannya, yang akan dimanfaatkan untuk bibit, dipindahkan dalam kantong plastik. Rata-rata 1 (satu) bulan kemudian bisa ditanam (Rismunandar,2000).
(25)
Menurut jenisnya lada ada dua macam yaitu lada putih dan lada hitam. Lada putih adalah buah lada yang dipetik saat buah lada itu sudah matang. Lantas dikupas kulitnya dengan cara merendamnya dalam air mengalir selama dua minggu, kemudian dijemur selama tiga hari. Sedang lada hitam ialah buah lada yang saat dipetik sudah matang tapi kulitnya masih hijau, dan langsung di jemur selama tiga hari tanpa direndam terlebih dahulu.
Rempah-rempah telah luas dikenal gunanya sebagai pemberi cita rasa atau bumbu, disamping banyak digunakan untuk jamu tradisional. Sifat tersebut disebabkan kandungan zat aktif aromatis di dalamnya. Jika zat atau komponen aktif tersebut dipisahkan dengan cara diekstrak, baik dengan pelarut tertentu (misalnya etanol) maupun penyulingan (destilasi) hasilnya masing-masing dikenal dengan nama oleoresin atau minyak atsiri
Tanaman lada alias Piper Nigrum L. yang termasuk warga piper, masih mempunyai keluarga lainnya, yang mempunyai nilai sosial ekonomis, walaupun tidak setinggi lada sendiri. Keluarga lada ini ialah jenis-jenis Piper misalnya : 1. Piper betle L. alias sirih yang terkenal di seluruh Indonesia, sebagai bahan
kinangan.
2. Piper cubeba L. alias kemukus atau staarpe-per (lada berekor). Buahnya
dimanfaatkan dalam obat-obatan dan mengandung minyak atsiri 10-20% dan cubine 2-3 %.
3. Piper methysticum yang banyak berada di Irian Barat dan kepulauan
(26)
diolah menjadi minuman dengan nama kawa. Sebelum perang dunia kedua, akar kawa ini diekspor ke Jerman untuk bahan obat gonosan.
4. Piper retrofractum alias cabe jawa atau cabe panjang. Tumbuh liar di alam terbuka. Banyak dimanfaatkan untuk obat-obatan tradisional (Rismunandar,2000).
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Piperales
Family : Piperaceae Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum Linn
(Hasanah,2011)
2.2 Komposisi Kimia Lada
Biji lada digemari dan dihargai karena dua sifat yang khas, yaitu rasanya yang pedas dan aromanya yang khas. Kedua sifat ini mengangkat derajat biji lada
(27)
Rada pedas lada diakibatkan oleh adanya zat piperin, piperanin, dan chacivin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan semacam alkoida. Chacivin banyak terdapat dalam daging biji lada (mesocarp) dan tidak akan hilang walaupun biji yang masih berdaging dijemur hingga menjadi lada hitam. Oleh karena itu lada hitam lebih pedas dibanding lada putih.
Tabel 2.1 Kadar Kimia Lada Hitam dan Lada Putih
Senyawa Kimia Lada Hitam (%) Lada Putih (%)
Kadar air 8 – 13 9,9 - 15
Zat protein 11 11
Zat karbohidrat 22 – 42 50 - 65
Minyak atsiri 1 – 4 Kurang dari lada hitam
Piperin (alkanoid) 5 – 9 5 - 9
Aroma biji berasal dari minyak atsiri yang terdiri dari beberapa jenis minyak terpanen (terpentin). Rata-rata kadar kimia lada hitam dan lada putih dapat dilihat pada Tabel 2.1. Sementara. Kadar zat organik lada terdapat pada Tabel 2.2. Tinggi rendah kadar gugusan kimia banyak tergantung pada jenis maupun asal biji lada yang bersangkutan.
Pada Tabel 2.2 tampak bahwa tanaman sangat membutuhkan P2O, K2O, dan CaO. Zat belerang yang berperan penting dalam pembentukan protein dapat diperoleh dari pupuk organik yang banyak mengandung sisa-sisa zat protein.
(28)
Tabel 2.2 Kadar Zat Organik Lada
Zat Organik Lada Hitam (%) Lada Putih (%)
Zat P2O 11,2 20,8
Zat sulfur 8,6 4,1
Zat K2O 29,8 17,1
Zat kapur CaO 16,1 18,1
2.3 Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan cairan lembut, bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak ini diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa semak, belukar, atau pohon. Minyak atsiri merupakan formula obat dan kosmetik tertua yang diketahui manusia dan diklaim lebih berharga daripada emas (Agusta, 2000).
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi produk-produk lain. Biasanya komponen utama yang terdapat dalam minyak atsiri tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan penyulingan bertingkat atau dengan proses kimia sederhana. Pada saat isolasi dengan
(29)
atsiri. Kelompok kedua adalah minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya.
Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of Chemical Technologi menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa yang pada umunya berwujud cair, yang diperoleh dari tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan uap (Sastrohamidjojo,2004).
Jika daun mengalami luka, umumnya cairan bening akan mengalir keluar, identik dengan darah yang keluar dari luka pada tubuh manusia. Cairan bening maupun darah memiliki kesamaan fungsi, yaitu membersihkan dan melindungi luka, melawan mikroorganisme berbahaya, dan menyediakan nutrisi maupun oksigen untuk regenerasi sel tubuh. “Darah” pada tumbuhan berbentuk cairan menguap (volatil) atau resin yang berfungsi seperti darah dalam tubuh manusia. Substansi yang disebut dengan life force ini jika disuling disebut minyak atsiri (Agusta, 2000).
Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah dikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir Kuno dan digunakan untuk tujuan keagamaan, pengobatan, atau sebagai balsam untuk mengawetkan jenazah. Sejak zaman dahulu, penggunaan minyak esensial di Indonesia masih sangat terbatas dan masih bersifat tradisional. Pemakaian minyak sari tumbuhan secara tradisional dilakukan dengan cara merendam tanaman aromatik dengan air atau dalam minyak kelapa (Yuliani, 2012).
(30)
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik (Lutony, 1994).
Bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma sangat spesifik. Hal ini tidak lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda. Komponen atau kandungan masing-masing komponen kimia tersebut adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya. Jadi, penentuan komponen penyusun dan komposisi masing-masing komponen tersebut di dalam minyak atsiri merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaan, kualitas ataupun mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 2000).
Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman, misalnya pada rempah-rempah atau yang dapat memberikan cita rasa di dalam industri makanan dan minuman (Yuliani, 2012).
Satu jenis minyak atsiri, pada umumnya memiliki beberapa khasiat yang berbeda, misalnya sebagai antiseptik dan antibakteri. Penelitian klinik memperlihatkan bahwa minyak atsiri sering membantu menciptakan lingkungan
(31)
2.3.1 Komponen Minyak Atsiri
Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter.
Komponen kimia minyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak melebihi 300 senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu, kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut.
Jika minyak atsiri memiliki kandungan hidrokarbon tidak beroksigen dalam jumlah besar dan stearoptena dalam porsi kecil, maka kegunaannya lebih diutamakan sebagai pemberi bau yang spesifik atau perancah (flavoring), sedangkan jika minyak atsiri mengandung lebih banyak senyawa dari golongan hidrokarbon, alcohol, keton, fenol, ester dari fenol, oksida, dan ester, lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai obat, karena secara teori diketahui bahwa semua senyawa itu memiliki gugus aktif yang berfungsi melawan suatu jenis penyakit (Agusta,2000).
2.3.2 Manfaat Minyak Atsiri a. Aromaterapi dan kesehatan
Kandungan minyak atsiri memiliki efek menenangkan (relaxing). Senyawa minyak atsiri yang masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi sistem limbik atau pengatur emosi. Minyak atsiri yang tercium oleh hidung akan berikatan
(32)
dengan reseptor penangkap aroma. Setelah itu, reseptor akan mengirim sinyal-sinyal kimiawi ke otak dan akan mengatur emosi seseorang. Karena itu, minyak atsiri biasanya digunakan sebagai campuran ramuan aromaterapi untuk menangani masalah psikis.
Selain memiliki aroma yang menenangkan, minyak atsiri juga memiliki manfaat untuk kesehatan, seperti antiradang dan antiserangga.
b. Memiliki Aroma Wangi
Wangi yang dihasilkan oleh minyak atsiri banyak dimanfaatkan sebagai campuran wewangian atau parfum. Tidak hanya sebagai sumber wangi, minyak atsiri juga berperan sebagai pengikat bau (fixative perfume). Efek wewangian yang berasal dari minyak atsiri juga digunakan untuk beberapa produk seperti sabun, pasta gigi, sampo, lotion, deodorant, pembersih, penyegar, dan tonik rambut.
Selain itu, minyak atsiri dapat digunakan sebagai pengharum ruangan dan udara. Misalnya, minyak atsiri mampu menghilangkan partikel logam racun dari udara, memikat oksigen, dan menambahkan ion negative. Penggunaan minyak atsiri sebagai bahan baku pengharum ruangan dapat membuat udara diruangan menjadi lebih bersih, segar dan tidak pengap.
c. Bahan Tambahan Makanan
Dalam pembuatan makanan, minyak atsiri juga memiliki peranan yang cukup penting. Minyak atsiri berguna sebagai penambah aroma dan rasa, khususnya
(33)
d. Pestisida Alami
Dalam budidaya pertanian, beberapa wangi yang dihasilkan oleh minyak atsiri tidak disukai oleh serangga dan hama pengganggu tanaman. Karena itu, banyak petani yang menggunakan minyak atsiri untuk membasmi serangga (Rusli, 2010).
2.4 Tahap Pengambilan Minyak Atsiri 2.4.1 Perlakuan Bahan Tanaman
2.4.1.1 Pemotongan dan Memperkecil Bahan Tanaman
Pekerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Dalam tanaman minyak atsiri terdapat dalam kelenjar minyak atau pada bulu-bulu kelenjar. Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Biasanya proses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus diperkecil dengan cara dipotong-potong atau digerus. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan sering diistilahkan kominusi. Pemotongan atau penggerusan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan hingga difusi dapat terjadi. Peningkatan difusi akan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri. Ada kalanya meskipun sudah dipotong-potong ternyata hanya sebagian minyak atsiri yang dapat terbebaskan (Sastrohamidjojo, 2004).
(34)
Namun demikian tidak semua bahan tanaman yang mengandung minyak atsiri harus dipotong-potong. Bahan tanaman seperti bunga, daun atau bagian-bagian tipis tidak berserat dapat disuling tanpa harus dipotong-potong. Sedangkan bahan yang berupa biji (buah-buahan) harus diremuk agar dinding-dinding sel pecah hingga minyak atsiri mudah lepas bila dikenai oleh uap. Akar, batang dan semua bahan berupa kayu harus dipotong-potong terlebih dahulu hingga kelenjar-kelenjar minyak mudah menguap.
Perlu diperhatikan bila bahan telah dipotong-potong atau diperkecil harus segera disuling. Bila tidak segera diproses maka minyak atsiri yang mempunyai sifat mudah menguap sebagian akan teruapkan. Ada dua hal yang dapat merugikan proses ini: pertama, hasil total minyak atsiri yang diperoleh berkurang karena ada yang menguap; kedua, komposisi minyak atsiri akan berubah, hingga akan mempengaruhi baunya. Perlu diketahui bahwa satu jenis minyak atsiri terdiri atas sejumlah komponen, bahkan ada yang berjumlah 20-30 lebih komponen. Diantaranya ada yang mudah menguap pada suhu kamar pada saat akan diproses. (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.1.2 Penyimpanan Bahan Tanaman
Penyimpanan bahan tanaman sebelum dilakukan kominusi sering mengandung bahaya yaitu lepasnya minyak atsiri yang mudah menguap. Biasanya hilangnya minyak atsiri oleh penguapan relatif sedikit, tetapi hilangnya minyak atsiri
(35)
tersebut harus ditempatkan pada ruangan yang udaranya kering pada suhu rendah dan bebas terhadap sirkulasi udara. (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4.1.3 Hilangnya Minyak Atsiri dalam Bahan Tanaman sebelum Penyulingan
Minyak atsiri yang terdapat dalam jaringan tanaman sering hilang oleh pemanasan setelah bahan dipanen. Terdapat sejumlah tanaman yang segar atau bagian tanaman dengan kandungan air yang tinggi dapat kehilangan kandungan minyak atsiri dalam jumlah yang besar pada saat dikeringkan dalam keadaan udara terbuka, tetapi memang ada sejumlah tanaman yang kehilangan minyak atsiri sedikit.
Hilangnya minyak atsiri selama waktu pelayuan dan pengeringan bahan tanaman jauh lebih besar daripada hilangnya minyak atsiri yang terjadi selama penyimpanan bahan tanaman setelah tanaman tersebut dikeringkan. Berdasarkan kenyataan, yaitu selama tahap-tahap awal pelayuan dan pengeringan tanaman masih menahan jumlah cukup besar embun air didalam sel-sel. Kemudian oleh difusi mengangkut minyak atsiri kepermukaan dan membantu terjadinya penyerapan. Bila embun air hilang, dan tanaman telah kering maka hidrodifusi tidak dapat terjadi lagi. Setiap hilangnya minyak atsiri selama penyimpanan bahan tanaman yang kering udara tergantung pada beberapa faktor lain yaitu kondisi bahan, cara dan lamanya penyimpanan, dan komposisi minyak atsiri (Sastrohamidjojo, 2004).
(36)
2.4.2 Cara Pengambilan Minyak Atsiri
Pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Penyulingan menggunakan uap air (Steam Distillation) 2. Ekstraksi menggunakan pelarut (Solvent Extraction) 3. Pengempaan (Expression)
Dari ketiga cara ini, penyulingan menggunakan uap air dan ekstraksi menggunakan pelarut merupakan dua cara terpenting (Harris, 1987).
2.4.2.1 Penyulingan Menggunakan Uap Air
Penyulingan dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap mereka atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).
Penyulingan menggunakan uap air merupakan cara pengambilan minyak yang tertua, namun masih paling banyak digunakan, Akan tetapi, cara ini hanya cocok untuk minyak-minyak tanaman yang tidak rusak oleh panas uap air.
Penyulingan terbagi atas dua, yaitu : 1. Penyulingan Langsung
(37)
langsung mengakibatkan pengasaman (oksidasi) serta persenyawaan zat ester yang dikandung dengan air (hidrolisis ester). Selain itu, penggodokan ini menyebabkan timbulnya aneka hasil sampingan yang tidak dikehendaki.
2. Penyulingan Tidak Langsung
Cara yang lebih melipatkan hasil serta meningkatkan mutu ialah memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak bahan tumbuhan yag diolah. Bahan tumbuhan diletakkan di tempat tersendiri yang dialiri dengan uap air, yaitu diletakkan di atas air mendidih.
2.4.2.2 Ekstraksi Menggunakan Pelarut
Ekstraksi ini cocok untuk mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas uap air. Bahan pelarut dialirkan seecara berkesinambungan, melalui serangkaian penampan yang diisi bahan tumbuhan, menggunakan teknik arus-lawan (countercurent technique), sampai ekstraksi selesai.
2.4.2.3 Pengempaan
Sebagian besar pengempaan dilakukan untuk mendapatkan berbagai minyak jeruk. Minyak itu terkandung dalam sel-sel kecil daging buah. Seperti yang sering kita lihat, sel-sel jeruk sangat mudah melepaskan minyak (Harris, 1987).
2.5 Minyak Lada
Kandungan kimia dari buah lada adalah minyak atsiri mengandung felandren, dipenten, kariopilen, enthoksilin, limonen, alkaloida piperina dan kavisina.
(38)
Kadar minyak atsiri dan kadar bahan yang tidak menguap (non-volatile
extract) sangat tergantung dari jenis lada. Tinggi rendah kadar minyak lada
menentukan tinggi rendah nilai aroma jenis biji lada. Namun, bukan tidak mungkin faktor lain seperti kesuburan tanah pun berpengaruh terhadap aroma minyak lada.
Minyak lada yang baik dapat diperoleh melalui destilasi uap air. Minyak yang dihasilkan dengan cara ini hampir tidak berwarna hingga agak kehijau-hijauan dan berbau khas merica.
Minyak lada memiliki sifat mudah menguap pada suhu kamar. Oleh karena itu, pengemasan harus dilakukan dengan baik dan benar. Minyak lada dikemas dengan menggunakan botol yang bersih dan kedap udara. Botol yang digunakan sebaiknya berwarna gelap. Penggunaan botol berearna gelap dapat membantu mengurangi risiko kerusakan oksidatif karena mampu menahan cahaya matahari. Dengan kemasan yang baik maka kualitas (warna dan wangi) minyak lada dapat dipertahankan (Rismunandar,2003).
2.6 Khasiat Biji Lada 2.6.1 Untuk Pengobatan
Biji lada banyak dimanfaatkan untuk obat-obatan tradisional maupun modern. Khasiatnya sebagai stimulant pengeluaran keringat (diaphoretic), pengeluaran angin (carminativ), peluruh air kencing (diuretic), peningkatan nafsu makan,
(39)
fisik setelah dicampur telur ayam setengah matang. Bubuk lada pun dapat dicampurndengan madu sebagai ramuan peningkatan vitalitas (Rismunandar,2003).
2.6.2 Lada Sebagai Penyedap Makanan
Bubuk lada dimanfaatkan sebagai penyedap makanan Eropa maupun Asia. Masakkan daging di daerah Padang maupun dari daerah lain di Indonesia tidak akan ketinggalan bubuk ladanya. Banyak lada dimanfaatkan untuk pembuatan sosis daging yang membanjiri supermarket. Olahan buah dan sayuran seperti asinan kol, chutney ala India pasti memanfaatkan bubuk/biji lada (Rismunandar,2000).
2.6.3 Minyak Lada
Minyak lada banyak digunakan sebagai pemberi aroma dan rasa pada berbagai industri makanan. Selain itu minyak lada juga dipakai dalam industri farmasi dan kosmetika. Minyak lada dibuat melalui proses penyulingan. Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan minyak lada, yaitu lada gugur, lada enteng, lada menir, debu, asal, dan tangkai (Rismunandar,2003).
2.6.4 Oleoresin Biji Lada
Dari biji lada selain dapat dihasilkan minyak atsiri tersebut diatas, dapat pula melalui ekstraksi, diperoleh bahan padat yang diberi nama oleoresin.
Oleoresin dapat diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai oleo (minyak) dan resin (dammar), merupakan gugusan kimia yang terdiri dari minyak atsiri dan
(40)
dammar. Oleoresin biji lada mengandung zat piperine dan piperanine dan chavicine yang member sifat pedas pada biji lada dan minyak-minyak atsiri.
Minyak atsiri lada tidak mengandung unsur-unsur pemedas tersebut dan hanya meningkatkan aroma biji lada belaka (Rismunandar,2000).
(41)
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat-alat
-Neraca analitik sartorius -Labu didih berkapasitas 1 liter pyrex -Labu didih berkapasitas 500 ml
-Volatile oil trap atau penampung pyrex -Pendingin reflux
-Beaker glass pyrex
-Spatula -Batu didih -Elektromantel
3.2 Bahan-bahan
- Lada hitam yang telah dihaluskan - Aquades
(42)
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Lada Hitam
1. Ditimbang dengan teliti 35 gram lada hitam yang telah diserbukkan sebelumnya dan masukkan dalam labu didih.
2. Ditambahkan air sampai seluruh sampel tersebut terendam dan ditambahkan pula kedalamnya sejumlah batu didih.
3. Disambungkan labu didih dengan volatile oil trap, tambahkan aquades ke dalam trap.
4. Disambungkan lagi dengan kondensor refluks, panaskan labu didih tersebut beserta isinya selama (4,6 dan 8 jam) sesudah mendidih atau sampai tidak ada lagi butir-butir minyak yang menetes.
5. Didinginkan penampung pada suhu kamar sampai lapisan minyak terlihat dengan jelas.
6. Diukur volume minyak yang tertampung. 7. Dihitung kadar minyaknya.
3.3.2 Penentuan Kadar Air pada Lada Hitam
1. Dibersihkan dan keringkan seluruh alat yang digunakan untuk memperkecil melekatnya tetes air pada sisi dalam penampung
(43)
3. Ditambahkan toluen secukupnya (kira-kira 75 ml), kocok perlahan sehingga tercampur sempurna dan semua sampel terendam, ditambahkan pula kedalamnya sejumlah batu didih.
4. Disambungkan labu didih dengan penampung dan pendingin.
5. Diisi penampung dengan toluen melalui pendingin sampai mulai meluap kedalam labu destilasi.
6. Dipanaskan labu didih tersebut beserta isinya sampai tidak ada lagi penambahan air dalam penampung ( kira-kira 2 jam).
7. Didinginkan penampung pada suhu kamar sampai lapisan toluen telah menjadi jernih.
8. Diukur volume air yang tertampung. 9. Dihitung kadar airnya.
(44)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Analisa
Minyak atsiri dapat diproduksi melalui metode penyulingan dengan air. Pada metode ini, bahan tanaman, yaitu lada hitam mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Minyak akan tertampung di volatile oil trap atau penampung dan dapat dihitung kadarnya.
Sedangkan penentuan jumlah kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan menggunakan pelarut organik (toluen) yang tidak bercampur dengan air dan ditampung dalam trap berukuran.
Dari analisis yang telah dilakukan maka didapat hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Data Analisa Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Lada Hitam
No. Waktu (jam) Berat Sampel (g) Volume Aquades (ml) Volume Minyak Atsiri (ml) Kadar Minyak Atsiri (%)
1. 4 35,0027 500 0,8 2,28
2. 6 35,0029 500 0,9 2,57
(45)
Tabel 4.2 Penentuan Kadar Air pada Lada Hitam No. Waktu
(jam)
Berat Sampel (g)
Volume Toluen (ml)
Volume Air yang Tertampung (ml)
Kadar Air (%)
1. 2 40,0001 100 5,3 13,2
4.2 Perhitungan
A.Penentuan Kadar Minyak Atsiri
% Kadar Minyak Atsiri = volume minyak atsiri
berat sampel × 100%
Variasi Waktu 4 Jam
% Kadar Minyak Atsiri = 0,8
35,0027 × 100%
= 2,28 %
Penentuan kadar minyak atsiri variasi waktu 6 dan 8 jam dilakukan dengan perhitungan diatas. Data selengkapnya pada tabel 4.1.
B. Penentuan Kadar Air
% Kadar Air = volume air (ml )
berat sampel (g ) × 100%
= 5,3
40,0001 × 100%
(46)
4.3 Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, perbandingan ketiga hasil penentuan kadar minyak atsiri dari lada hitam dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Data Analisa Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Lada Hitam
No. Waktu (jam) Berat Sampel (g) Volume Aquades (ml) Volume Minyak Atsiri (ml) Kadar Minyak Atsiri (%)
1. 4 35,0027 500 0,8 2,28
2. 6 35,0029 500 0,9 2,57
3. 8 35,0027 500 1 2,85
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kadar minyak atsiri yang dihasilkan pada waktu 6 jam adalah 2,57 %. Bila waktu diturunkan yaitu 4 jam, maka kadar minyak atsiri yang diperoleh semakin rendah yaitu 2,28%. Hal ini disebabkan karena pada waktu 4 jam minyak atsiri belum keluar semua. Sedangkan apabila waktu dinaikkan menjadi 8 jam, kadar minyak atsiri yang diperoleh semakin naik yaitu 2,85 % namun kenaikannya tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena pada waktu 8 jam minyak atsiri sudah berkurang sehingga hanya sedikit penambahan yang dihasilkan.
Oleh karena itu, berdasarkan variasi waktu 4, 6, dan 8 jam kadar minyak atsiri yang diperoleh tidak terlalu signifikan. Jadi untuk efisiensi waktu dan tenaga maka waktu yang digunakan untuk menentukan kadar minyak atsiri dari lada hitam adalah 6 jam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan SNI
(47)
01-0005-Kadar minyak atsiri lada sangat tergantung dari jenis lada. Tinggi rendahnya kadar minyak lada menentukan tinggi rendahnya nilai aroma jenis biji lada. Namun, bukan tidak mungkin faktor kesuburan tanah pun berpengaruh terhadap aroma minyak lada. Minyak lada yang diperoleh dengan destilasi uap air, hampir-hampir tidak berwarna hingga agak kehijauan. (Rismunandar,2000)
Kadar air yang diperoleh pada lada hitam berpengaruh terhadap mutu. Dimana semakin sedikit kadar air yang didapat maka semakin baik mutu lada hitam dan semakin banyak kadar air yang didapat maka semakin rendah mutunya.
(48)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan di perusahaan, diperoleh data kadar minyak atsiri dari lada hitam pada variasi waktu 4 jam sebanyak 2,28 %, pada variasi waktu 6 jam sebanyak 2,57%, dan pada variasi waktu 8 jam sebanyak 2,85%. Dari data yang diperoleh maka kadar minyak atsiri lada hitam berdasarkan variasi waktu 4,6,dan 8 jam tidak terlalu signifikan. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat gunakan waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-0005-1995.
Dari hasil analisa juga didapat kadar air pada lada hitam sebanyak 13,2% ,dimana kadar air masih memenuhi SNI 01-0005-1995.
5.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan penelitian agar menganalisa kadar minyak atsiri dan kadar air dari lada hitam dengan metode
(49)
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. (2000). Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Jakarta: Penebar Swadaya
Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB
Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya
tanggal 1 Mei 2014
Lutony, T.L. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya
Rismunandar. (2000). Lada Budidaya dan Tata Niaganya. Jakarta: Penebar Swadaya
Rismunandar dan Riski, M.H. (2003). Lada Budidaya dan Tata Niaga. Jakarta: Penebar Swadaya
Rusli, M.S. (2010). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Sarpian,T. (1999). Lada, Mempercepat Berbuah,Meningkatkan Produksi, dan
Memperpanjang Umur. Jakarta: Penebar Swadaya
Sastrohamidjojo,H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Standar Nasional Indonesia Lada Hitam (SNI 01-0005-1995)
Yuliani, S. (2012). Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
(50)
LAMPIRAN
(1)
Tabel 4.2 Penentuan Kadar Air pada Lada Hitam No. Waktu
(jam)
Berat Sampel (g)
Volume Toluen (ml)
Volume Air yang Tertampung (ml)
Kadar Air (%)
1. 2 40,0001 100 5,3 13,2
4.2 Perhitungan
A.Penentuan Kadar Minyak Atsiri
% Kadar Minyak Atsiri = volume minyak atsiri
berat sampel × 100%
Variasi Waktu 4 Jam
% Kadar Minyak Atsiri = 0,8
35,0027 × 100% = 2,28 %
Penentuan kadar minyak atsiri variasi waktu 6 dan 8 jam dilakukan dengan perhitungan diatas. Data selengkapnya pada tabel 4.1.
B. Penentuan Kadar Air
% Kadar Air = volume air (ml )
berat sampel (g ) × 100% = 5,3
40,0001 × 100% = 13,2 %
(2)
4.3 Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, perbandingan ketiga hasil penentuan kadar minyak atsiri dari lada hitam dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Data Analisa Pengaruh Waktu Destilasi Terhadap Kadar Minyak Atsiri pada Lada Hitam
No. Waktu (jam) Berat Sampel (g) Volume Aquades (ml) Volume Minyak Atsiri (ml) Kadar Minyak Atsiri (%)
1. 4 35,0027 500 0,8 2,28
2. 6 35,0029 500 0,9 2,57
3. 8 35,0027 500 1 2,85
Dari data diatas dapat dilihat bahwa kadar minyak atsiri yang dihasilkan pada waktu 6 jam adalah 2,57 %. Bila waktu diturunkan yaitu 4 jam, maka kadar minyak atsiri yang diperoleh semakin rendah yaitu 2,28%. Hal ini disebabkan karena pada waktu 4 jam minyak atsiri belum keluar semua. Sedangkan apabila waktu dinaikkan menjadi 8 jam, kadar minyak atsiri yang diperoleh semakin naik yaitu 2,85 % namun kenaikannya tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena pada waktu 8 jam minyak atsiri sudah berkurang sehingga hanya sedikit penambahan yang dihasilkan.
Oleh karena itu, berdasarkan variasi waktu 4, 6, dan 8 jam kadar minyak atsiri yang diperoleh tidak terlalu signifikan. Jadi untuk efisiensi waktu dan tenaga maka waktu yang digunakan untuk menentukan kadar minyak atsiri dari lada hitam adalah 6 jam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan SNI 01-0005-1995.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh juga kadar air pada lada hitam adalah 13,2% memenuhi SNI 01-005-1995.
(3)
Kadar minyak atsiri lada sangat tergantung dari jenis lada. Tinggi rendahnya kadar minyak lada menentukan tinggi rendahnya nilai aroma jenis biji lada. Namun, bukan tidak mungkin faktor kesuburan tanah pun berpengaruh terhadap aroma minyak lada. Minyak lada yang diperoleh dengan destilasi uap air, hampir-hampir tidak berwarna hingga agak kehijauan. (Rismunandar,2000)
Kadar air yang diperoleh pada lada hitam berpengaruh terhadap mutu. Dimana semakin sedikit kadar air yang didapat maka semakin baik mutu lada hitam dan semakin banyak kadar air yang didapat maka semakin rendah mutunya.
(4)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan di perusahaan, diperoleh data kadar minyak atsiri dari lada hitam pada variasi waktu 4 jam sebanyak 2,28 %, pada variasi waktu 6 jam sebanyak 2,57%, dan pada variasi waktu 8 jam sebanyak 2,85%. Dari data yang diperoleh maka kadar minyak atsiri lada hitam berdasarkan variasi waktu 4,6,dan 8 jam tidak terlalu signifikan. Sehingga untuk efisiensi waktu dapat gunakan waktu 6 jam sesuai dengan prosedur SNI 01-0005-1995.
Dari hasil analisa juga didapat kadar air pada lada hitam sebanyak 13,2% ,dimana kadar air masih memenuhi SNI 01-0005-1995.
5.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan penelitian agar menganalisa kadar minyak atsiri dan kadar air dari lada hitam dengan metode pembuatan yang berbeda, variasi waktu yang berbeda dan dengan parameter yang berbeda.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. (2000). Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami. Jakarta: Penebar Swadaya
Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit ITB
Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press Harris, R. (1987). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya
tanggal 1 Mei 2014
Lutony, T.L. (2000). Produksi dan Perdagangan Minyak Asiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya
Rismunandar. (2000). Lada Budidaya dan Tata Niaganya. Jakarta: Penebar Swadaya
Rismunandar dan Riski, M.H. (2003). Lada Budidaya dan Tata Niaga. Jakarta: Penebar Swadaya
Rusli, M.S. (2010). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka
Sarpian,T. (1999). Lada, Mempercepat Berbuah,Meningkatkan Produksi, dan
Memperpanjang Umur. Jakarta: Penebar Swadaya
Sastrohamidjojo,H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Standar Nasional Indonesia Lada Hitam (SNI 01-0005-1995)
Yuliani, S. (2012). Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
(6)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Gambar : Rangkaian Alat Destilasi dengan Volatile Oil Trap dan Pendingin Refluks