Peta Ketinggian Hilal informasi astronomis hilal syawwal 1431h

3 ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ = Da DAz Arc SD s tan cos , 4 dengan SD adalah semi diameter Bulan, |DAz| adalah nilai mutlak selisih Azimuth Bulan dan Matahari dan Da adalah selisih tinggi antara Bulan dan Matahari. Rata-rata, nilai semi diameter Bulan saat Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada tanggal 8 dan 9 September 2010 masing- masing adalah 16’ 42,14” dan 16’ 42,07”. Pada tabel di atas, nilai selisih tinggi antara Bulan dan Matahari dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut 2 2 DAz Elongasi Da − = . 5 Jika tulisan di samping nilai Elongasi adalah “ atas Matahari” maka nilai Da positif dan jika tulisan di samping nilai Elongasi adalah “ bawah Matahari” maka nilai Da negatif. Sebagai contoh untuk perhitungan di atas adalah ketinggian Hilal tanggal 8 September 2010 untuk pengamat di Pelabuhan Ratu dengan tinggi 50 meter dpl dan kondisi refraksi atmosfer standar 1,2 Temperatur lokasi pengamatan 10 o C dan tekanan barometrik 1010 milibars. Berdasarkan persamaan 2 di atas, nilai R adalah 1,4899 o . Berdasarkan persamaan 3 di atas, nilai d adalah 0,2275 o . Berdasarkan persamaan 4 dan 5 di atas, nilai s adalah 0,1158 o . setelah hasil- hasil ini diterapkan pada persamaan 1 di atas, diperoleh o o o o o a 2961 , 1 1158 , 2275 , 4899 , 1 8977 , 2 − = − + + − = . 6 Dengan demikian, tinggi Hilal di Pelabuhan Ratu dari horison teramati saat Matahari terbenam tanggal 8 September 2010 adalah -1 o 17,77’. Prosedur yang sama dapat dilakukan untuk lokasi lainnya, baik tanggal 8 September 2010 maupun 9 September 2010.

3. Peta Ketinggian Hilal

Pada Gambar 1 ditampilkan peta ketinggian Hilal di seluruh dunia saat Matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat di permukaan Bumi pada tanggal 8 September 2010. Di sini hanya ditampilkan ketinggian Hilal untuk pengamat di antara 60 o LU sampai dengan 60 o LS. Pada Gambar 1 tersebut ditampilkan pula ketinggian Hilal untuk pengamat yang berada di Indonesia. Hal ini lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3, saat Matahari terbenam tanggal 9 September 2010. Pada ketiga gambar tersebut, ketinggian Hilal dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horison dengan ketinggian pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi belum diikutsertakan dalam perhitungan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, ketinggian Hilal 0 o melewati daerah Samudra Hindia, Madagaskar, Afrika Tengah, Samudra Atlantik bagian tengah, Karibia, Meksiko, dan Samudra Fasifik bagian Utara. Secara sederhana, garis ketinggian Hilal 0 o dapat dianggap sebagai garis batas tanggal qomariah. Daerah yang berada di sebelah Barat Daya garis ketinggian Hilal 0 o dimungkinkan untuk memulai awal Syawwal 1431 H pada tanggal 9 September 2010 mengingat Hilal masih berada di atas Horison saat Matahari terbenam tanggal 8 September 2010. Adapun 4 daerah di sebelah Timur Lautnya belum akan memulai awal Syawwal 1431 H pada tanggal 9 September 2010. Ini karena Hilal saat Matahari terbenam tanggal 8 September 2010, Hilal sudah di bawah Horison. Namun demikian, dalam praktiknya penentuan awal Syawwal 1431 H bergantung kepada kebijakan masing-masing negara. Gambar 1. Peta ketinggian Hilal tanggal 8 September 2010 untuk pengamat antara 60 o LU s.d. 60 o LS. Gambar 2. Peta ketinggian Hilal tanggal 8 September 2010 untuk pengamat di Indonesia Pada Gambar 2 terlihat ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 8 September 2010 berkisar antara -4,50 o sampai dengan -2,88 o . Ketinggian yang negatif ini berarti Hilal sudah 5 berada di bawah horison saat Matahari terbenam. Saat Matahari terbenam tanggal 9 September 2010, ketinggian Hilalnya antara 8,00 o sampai dengan 10,75 o , sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Peta ketinggian Hilal tanggal 9 September 2010 untuk pengamat di Indonesia Setelah efek refraksi standar 1,2 dan semi diameter Bulan diikutsertakan dalam perhitungan, akan diperoleh peta ketinggian Hilal sebagaimana ditampilkan Gambar 4 dan 5. Pada kedua gambar tersebut, ketinggian Hilal dinyatakan sebagai ketinggian titik di piringan Bulan yang jarak sudutnya paling dekat dengan pusat Matahari dari horison teramati dengan elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl. Gambar 4. Peta ketinggian Hilal dari horison teramati tanggal 8 September 2010 di Indonesia 6 Sebagaimana terlihat pada Gambar 4, ketinggian Hilal dari horison teramati di Indonesia saat Matahari terbenam pada 8 September 2010 antara -4,10 o sampai dengan -1,29 o . Hasil ini menunjukkan meskipun efek refraksi atmosfer sudah diikutsertakan dalam perhitungan, ternyata ketinggian Hilal tetap masih negatif, sebagaimana Gambar 2. Ini artinya, Hilal sudah di bawah horison teramati saat Matahari terbenam tanggal 8 September 2010. Adapun pada saat Matahari terbenam tanggal 9 September 2010, ketinggian Hilalnya antara 7,70 o sampai dengan 10,76 o , sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Gambar 5. Peta ketinggian Hilal dari horison teramati tanggal 9 September 2010 di Indonesia

4. Peta Elongasi