Pemberian Probiotik Starbio Dalam Ransum Yang Menggunakan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit (Bis dan Solid decanter)Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging Umur 42 Hari

PEMBERIAN PROBIOTIK STARBIO DALAM RANSUM YANG MENGGUNAKAN LIMBAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (BIS DAN SOLID DEKANTER) TERHADAP KUALITAS KARKAS UMUR 42 HARI
SKRIPSI
Oleh : BOBBY SYAHPUTRA
050306049
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

PEMBERIAN PROBIOTIK STARBIO DALAM RANSUM YANG MENGGUNAKAN LIMBAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (BIS DAN SOLID DEKANTER) TERHADAP KUALITAS KARKAS UMUR 42 HARI
SKRIPSI Oleh :
BOBBY SYAHPUTRA 050306049
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama NIM Departemen

:iiPemberian Probiotik Starbio Dalam Ransum iiiYang Menggunakan Limbah Perkebunan Kelapa iiiSawit (Bis dan Solid decanter)iTerhadap iiiKualitas iiKarkas Ayam Pedaging Umur 42 Hari
: Bobby Syahputra : 050306049 : Peternakan


Disetujui Oleh Komisi Pembiming

(Ir. Tri Hesti Wahyuni, MSc) Ketua
Mengetehui,

(Ir. Roeswandy) Anggota

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Bobby Syahputra, lahir di Medan, 12 November 1985. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, anak kandung dari Bapak M. Saleh A.R dan Ibu Asriah. Tahun 2004 menamatkan SMU Negeri 1 Tanjung Morawa, Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui SPMB. Pada tanggal 20 Juni - 20 Juli Tahun 2008 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Perdagangan II, Kel. Perdagangan III, Bandar Jawa, Bahlias, Sugarang Bayu, Perlanaan, Bandar Rakyat, dan Bandar Pulo, Kecamatan Bandar Kab. Simalungun Sumatera Utara. Melaksanakan penelitian Skripsi pada bulan Juli tahun 2009 hingga bulan Agustus tahun 2009 di Unit Penelitian dan Latihan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BOBBY SYAHPUTRA, 2010. “Pemberian Probiotik Starbio dalam Ransum yang Menggunakan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit (Bis dan solid dekanter) Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging Umur 42 Hari. Dibawah bimbingan Ibu TRI HESTI WAHYUNI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak ROESWANDY sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik starbio dengan level Ro = Ransum tanpa penambahan probiotik starbio, R1 = Ransum dengan penambahan 0.125 % probiotik starbio, R2 = Ransum dengan penambahan 0.25 % probiotik starbio, R3 = Ransum dengan penambahan 0.375 %, probiotik starbio dalam ransum ayam pedaging yang menggunakan limbah perkebunan kelapa sawit terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam pedaging. Dari hasil penelitian menunjukkan rataan bobot potong (g/ekor) pada perlakuan ini adalah (1386.32, 1398.97, 1426.37, dan 1432.68). Rataan bobot karkas (g/ekor) pada perlakuan ini adalah (916.94, 927.50, 967.88, dan 982.90). Rataan persentase karkas (%) pada perlakuan ini adalah (62.80, 62.98, 64.44, dan 65.35). Rataan lemak abdominal (%) pada perlakuan ini adalah (1.22, 1.17, 1.03, dan 0.93). Penelitian menunjukan bahwa pemberian probiotik dalam ransum yang menggunakan limbah perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal. Pemberian probiotik starbio pada ransum ayam pedaging memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase bobot karkas dan lemak abdominal ayam pedaging Kata kunci : Probiotik starbio, limbah perkebunan kelapa sawit, ayam pedaging

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
BOBBY SYAHPUTRA, 2010. “Utilization of Probiotic Starbio in feed which as use Oil Palm by-product ( and solid decanter) on carcass quality of broiler 42 days of age. Under advised of TRI HESTI WAHYUNI as a supervisor and ROESWANDY as co supervisor.
The experiment is to observe of utilization of probiotic starbio to level Ro = feed without the addition of probiotic starbio, R1 = feed without the addition 0,125% of probiotic starbio, , R2 = feed without the addition 0,25% of probiotic starbioin, R3 = feed without the addition 0,375% of probiotic starbio, in broiler feed that use oil palm by( and solid decanter) to slaughter weight, carcass weight, carcass percentage and abdominal fat. This research was conducted by using a completely randomized design (CRD) with four treatments, five replications, each replication consist of 5 DOC. The result of this research indicated that the slaughter weight (g/broiler) was found in this treatment is 1386.32, 1398.97, 1426.37 and 1432.68, respectively). Average carcass weight (g/broiler) was found in this treatment is (916.94, 927.50, 982.90, and 982.90, respectively). Average carcass percentage (%) of this research indicated in treatment (62.80, 62.98, 64.44, and 65.35, respectively). Average abdominal fat (%) of this research in treatment is (1.22, 1.17, 1.03, and 0.93, respectively). The experiment indicated that utilization of probiotic starbio in broiler feed that use oil palm byproduct has not significantly different (P>0.05) on slaughter weight, carcass quality, carcass percentage and abdominal fat. Giving probiotic starbio in broiler feed give the same effect on slaughter weight, carcass weight, carcass percentage and abdominal fat broilers. Keywords : Probiotic starbio, oil palm by-product, broiler
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi saya ini adalah “iPemberian Probiotik Starbio Dalam Ransum yang Menggunakan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging Umur 42 Hari”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Kepada Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Roeswandy selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi dan semua pihak yang ikut membantu.
Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi penelitian dan ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan.
Medan, April 2010
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... Tujuan Penelitian................................................................................. Hipotesis Penelitian ............................................................................. Kegunaan Penelitian............................................................................ TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Starbio ................................................................................ Ayam Pedaging. .................................................................................. Kebutuhan Nutrisi Ayam Pedaging ..................................................... Bobot Potong....................................................................................... Karkas ................................................................................................ Persentase Karkas................................................................................ Lemak Abdominal ............................................................................... Bungkil Inti Sawit ............................................................................... Solid Dekanter..................................................................................... BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. Bahan ............................................................................................... Alat .................................................................................................. Metode Penelitian................................................................................ Parameter Penelitian..... ...................................................................... Pelaksanaan Penelitian......................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Potong ...................................................................................... Bobot Karkas....................................................................................... Persentase Karkas................................................................................ Lemak Abdominal..... .......................................................................... Rekapitulasi Hasil Penelitian..... ..........................................................


i ii iii iv v vi vii
1 3 3 3
4 6 7 10 10 12 13 14 15
17 17 17 18 19 20
23 24 26 28 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... Saran ...... ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

32 32

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
1. Ciri-ciri ayam pedaging AA CP-707........................................................ 7 2. Kebutuhan pakan ayam pedaging umur 1 sampai 6 minggu...................... 8 3. Kebutuhan zat makanan ayam pedaging fase starter dan fase finisher ....... 9 4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit ........................................................ 15 5. Kandungan nutrisi solid dekanter ............................................................. 16 6. Rataan bobot potong ayam pedaging umur 42 hari (g/ekor)...................... 23 7. Analisis keragaman bobot potong ayam pedaging umur 42 hari................ 24 8. Rataan bobot karkas ayam pedaging umur 42 hari (g/ekor)....................... 25 9. Analisis keragaman bobot karkas ayam pedaging umur 42 hari ................ 25 10. Rataan persentase karkas ayam pedaging umur 42 hari (%) .................... 27 11. Analisis keragaman persentase karkas ayam pedaging umur 42 hari ....... 27 12. Rataan lemak abdominal ayam pedaging umur 42 hari (%) .................... 28 13. Analisis keragaman lemak abdominal ayam pedaging umur 42 hari ....... 29 14. Rekapitulasi hasil penelitian..................................................................... 30
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. 1. Fase pertumbuhan ayam pedaging ............................................................ 9

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BOBBY SYAHPUTRA, 2010. “Pemberian Probiotik Starbio dalam Ransum yang Menggunakan Limbah Perkebunan Kelapa Sawit (Bis dan solid dekanter) Terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging Umur 42 Hari. Dibawah bimbingan Ibu TRI HESTI WAHYUNI sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak ROESWANDY sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik starbio dengan level Ro = Ransum tanpa penambahan probiotik starbio, R1 = Ransum dengan penambahan 0.125 % probiotik starbio, R2 = Ransum dengan penambahan 0.25 % probiotik starbio, R3 = Ransum dengan penambahan 0.375 %, probiotik starbio dalam ransum ayam pedaging yang menggunakan limbah perkebunan kelapa sawit terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam pedaging. Dari hasil penelitian menunjukkan rataan bobot potong (g/ekor) pada perlakuan ini adalah (1386.32, 1398.97, 1426.37, dan 1432.68). Rataan bobot karkas (g/ekor) pada perlakuan ini adalah (916.94, 927.50, 967.88, dan 982.90). Rataan persentase karkas (%) pada perlakuan ini adalah (62.80, 62.98, 64.44, dan 65.35). Rataan lemak abdominal (%) pada perlakuan ini adalah (1.22, 1.17, 1.03, dan 0.93). Penelitian menunjukan bahwa pemberian probiotik dalam ransum yang menggunakan limbah perkebunan kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal. Pemberian probiotik starbio pada ransum ayam pedaging memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase bobot karkas dan lemak abdominal ayam pedaging Kata kunci : Probiotik starbio, limbah perkebunan kelapa sawit, ayam pedaging
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
BOBBY SYAHPUTRA, 2010. “Utilization of Probiotic Starbio in feed which as use Oil Palm by-product ( and solid decanter) on carcass quality of broiler 42 days of age. Under advised of TRI HESTI WAHYUNI as a supervisor and ROESWANDY as co supervisor.
The experiment is to observe of utilization of probiotic starbio to level Ro = feed without the addition of probiotic starbio, R1 = feed without the addition 0,125% of probiotic starbio, , R2 = feed without the addition 0,25% of probiotic starbioin, R3 = feed without the addition 0,375% of probiotic starbio, in broiler feed that use oil palm by( and solid decanter) to slaughter weight, carcass weight, carcass percentage and abdominal fat. This research was conducted by using a completely randomized design (CRD) with four treatments, five replications, each replication consist of 5 DOC. The result of this research indicated that the slaughter weight (g/broiler) was found in this treatment is 1386.32, 1398.97, 1426.37 and 1432.68, respectively). Average carcass weight (g/broiler) was found in this treatment is (916.94, 927.50, 982.90, and 982.90, respectively). Average carcass percentage (%) of this research indicated in treatment (62.80, 62.98, 64.44, and 65.35, respectively). Average abdominal fat (%) of this research in treatment is (1.22, 1.17, 1.03, and 0.93, respectively). The experiment indicated that utilization of probiotic starbio in broiler feed that use oil palm byproduct has not significantly different (P>0.05) on slaughter weight, carcass quality, carcass percentage and abdominal fat. Giving probiotic starbio in broiler feed give the same effect on slaughter weight, carcass weight, carcass percentage and abdominal fat broilers. Keywords : Probiotic starbio, oil palm by-product, broiler
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Peternakan ayam pedaging merupakan sektor peternakan yang paling
efisien dan paling cepat menyediakan bahan-bahan makanan yang bergizi tinggi dari sumber hewani. Daging yang merupakan salah satu produk dari ternak ayam, maka industri pembibitan ayam khususnya pedaging masih mempunyai peluang untuk dikembangkan.
Saat ini peternakan ayam pedaging merupakan sektor peternakan yang paling efisien dan paling cepat dalam menyediakan bahan-bahan makanan bergizi tinggi dari sumber makanan hewani. Salah satu produk dari ternak ayam adalah daging. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak unggas yang memiliki potensi untuk pemenuhan akan pedaging. Masa pertumbuhannya yang cepat yaitu usia 5-6 minggu telah mencapai bobot hidup antara 1,2-1,6 kg yang berarti masa panennya juga cepat (Rasyaf, 2000). Dengan masa panen yang cepat maka akan menjamin ketersediaan daging khususnya unggas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan menigkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan gizi.
Disini sangat diperlukan peran dari dunia peternakan untuk memenuhi kebutuhan para konsumen dengan cara meningkatkan pemeliharaan ayam broiler sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan daging ayam yang mengandung banyak protein dan asam amino yang dibutuhkan tubuh. Ayam
Universitas Sumatera Utara

pedaging adalah jenis ayam jantan ataupun betina muda berumur sekitar 6-8 minggu yang dipiara secara intensif guna memproduksi daging yang optimal.

Dalam upaya peningkatan produksi ayam pedaging tersebut ditemukan kendala yang cukup mendasar, yaitu biaya pakan yang cukup tinggi, sehingga selalu menjadi masalah bagi peternak oleh karena itu harus dicarikan pemecahan yang serius dan sedini mungkin. Hal ini cukup beralasan karena biaya pakan ternak merupakan biaya terbesar jika dibandingkan dengan biaya produksi lainnya, yaitu sekitar 60 - 70 % (Muslim, 1992).
Untuk menyiasatinya, perlu dilakukan suatu terobosan dengan menambahkan probiotik Starbio pada ransum sehingga terjadi peningkatan efisiensi penggunaan ransum. Effesiensi penggunaan ransum berarti meningkatkan nilai tambah usaha peternakan. Penggunaan probiotik starbio dalam ransum ternyata dapat meningkatkan daya cerna sehingga zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun produksi ( Barrow, 1992 ).
Probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah lebih strain mikroorganisme dalam bentuk powder, tablet, granula atau pasta dan dapat diberikan kepada ternak secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air maupun pakan (Fuller,1992). Probiotik dapat dibuat dengan biaya relative murah dan merupakan produk yang ramah lingkungan. Penggunaan probiotik dalam ransum ayam dilaporkan tidak menimbulkan efek samping, namun penggunaan beberapa tipe probiotik akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktifitas ayam.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh penggunaan probiotik starbio
terhadap bobot potong, bobot karkas dan lemak abdominal ayam pedaging umur 42 hari. Hipotesis Penelitian
Pemberian probiotik starbio dalam ransum dapat meningkatkan bobot potong, bobot karkas dan menurunkan lemak abdominal ayam pedaging umur 42 hari. Kegunaan Penelitian
Menambah informasi bagi peneliti tentang pemberian starbio dalam ransum ayam pedaging, menambah infomasi bagi masyarakat umum, dan seberapa besar manfaat starbio dalam ransum ayam pedaging dan sebagai bahan informasi bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan khususnya dalam ilmu peternakan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Probiotik Starbio Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)
yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau ranting-ranting yang dibusukkan. Menurut Suharto et al. (1993) dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellulomonas Clostridium thermocellulosa (pencerna lemak); Agaricus dan coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum trasiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio merupakan probiotik an-aerob penghasil enzim berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.
Probiotik starbio merupakan koloni bakteri alami yang terdiri dari : 1. Mikroba Proteolitik
6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan: Nitrosomonas / Nitrobacter / Nitrospira / Nitrosococcus / Nitrosolobus. 2. Mikroba Lignolitik 6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan:Clavaria dendroidea / Clitocybe alexandri / Hypoloma fasciculare
Universitas Sumatera Utara

3. Mikroba Nitrogen Fiksasi Non Simbiotik 4 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan Jenis yang biasa diformulasikan: Azotobacter Spp / Beyerinkya Spp / Clostridium pasteurianum. Nostoc Spp / Anabaena Spp / Tolypothrix Spp / Spirillum lipoferum.
4. Mikroba Selulolitik 8 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan: Trichoderma polysporeum / Tricoderma viridae / Cellulomonas acidula / Bacillus cellulase disolven.

5. Mikroba Lipolitik 5 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan: Spirillum liporerum (Lembah Hijau Multifarm, 2009). Fungsi utama probiotik starbio :
1. Menurunkan biaya pakan Menurunkan mikroba yang terdapat dalam starbio akan membantu
pencernaan pakan dalam tubuh ternak, membantu penyerapan pakan lebih banyak sehingga pertumbuhan ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat. Hasilnya, FCR (Feed Conversion Ratio) akan merununkan sehinga biaya pakan lebih murah. 2. Mengurangi bau kotoran ternak
Pakan yang di campur dengan starbio akan meningkatkan kecernaan penyerapannya sehingga :
Universitas Sumatera Utara

1. Kotoran ternak (feces) lebih sedikit kering 2. Kandungan ammonia dalam kotoran ternak akan menurun sampai 50%
Akhirnya daya tahan tubuh ternak akan meningkat dan kondisi ternak akan lebih segar, karena kontaminasi lalat lebih sedikit. Peternak dan lingkungannya akan lebih nyaman, tidak terganggu dengan kotoran ternak (Lembah Hijau Multifarm Indonesia 2008).
Penggunaan probiotik pada ternak unggas ternyata sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan dapat menghasilkan zat antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan (Ritongga, 1992).
Lebih lanjut, dikatakan juga bahwa penggunaan starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk ternak. Selain itu, produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap. Sartika et al. (l994) melaporkan bahwa hasil analisis proksimat probiotik starbio mengandung: 19,17 % air, 10,42 % protein, 0,ll % lemak kasar, 8,37 % serat kasar, dan 51,54 % abu. Pemberian strabio 2,5 g/kg ransum pada ayam pedaging ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum sebesar 11,52 % jika dibandingkan dengan kontrol.
Ayam Pedaging Ayam pedaging merupakan bagian dari pertanian secara umum dan
merupakan makhluk hidup yang tidak lepas dari waktu. Kenyataan ayam pedaging dijual setelah mengalami masa pertumbuhan selama lima minggu, bahkan
Universitas Sumatera Utara

diantaranya beragam jenis unggas, hanya ayam pedaging yang dapat

memperpendek pengaruh waktu dalam produksi. Dalam jangka waktu 6-8

minggu ayam pedaging sanggup mencapai bobot hidup 1,5-2 kg. Ayam pedaging


memiliki sifat-sifat yang benar-benar menguntungkan (Rasyaf,.1997). Hal ini

dijelaskan oleh Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa ayam pedaging

merupakan hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis

dengan ciri khas pertumbuhan cepat. Dengan memperpendek waktu berarti

perputaran modal menjadi lebih cepat. Biaya yang dikeluarkan selama lima

minggu produksi akan cepat sekali. Salah satu strain ayam pedaging adalah strain

Abror Acres CP-707. Dengan karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri-ciri ayam pedaging AA CP-707 Data Biologis Bobot hidup umur 6 minggu Konversi pakan Bobot bersih Daya hidup Warna kulit Warna bulu
Sumber : Murtidjo (1987)

Satuan 1,56 Kg
1,93 70% 98% Kuning Putih


Kebutuhan Nutrisi Ayam Pedaging Rasyaf (1997) menyatakan bahwa ransum adalah campuran bahan-bahan
pakan untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan tidak berlebihan dan tidak kurang. Ransum yang digunakan haruslah mengandung protein, karbohidrat, lemak, viamin dan mineral. Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam adalah

Universitas Sumatera Utara

untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama

pertumbuhan dan penggemukan (Anggorodi, 1979).

Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan

sejumlah unsur nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan

berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat dan lemak, vitamin dan mineral

(Rasyaf, 1997).

Protein merupakan salah satu unsur yang penting bagi pertumbuhan anak

ayam pedaging. Kebutuhan protein masa awal untuk anak ayam pedaging di


daerah tropis sebesar 23%, sedangkan untuk masa akhir sebesar 20-21%

(Rasyaf, 2000).

Ayam mengkonsumsi pakan dengan energi tinggi akan memperlihatkan

lemak karkas dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang

mengandung energi rendah. Ayam cenderung meningkatkan konsumsi kalau

diberi pakan rendah energi. Dalam kondisi demikian, ayam akan kesulitan untuk

memenuhi kebutuhan energinya, karena sebelum terpenuhi, ayam akan berhenti

mengkonsumsi karena cepat kenyang (Widodo, 2002).

Tabel 2. Kebutuhan pakan ayam pedaging umur 1 sampai 6 minggu

Usia (minggu)


Bobot Badan (kg)

Konversi Pakan (kg)

Kebutuhan Pakan/Ekor (gr)
Per hari Kumulatif

1 0,159 2 0,418 3 0,803 4 1,265 5 1,765 6 2,255
Sumber : Murtidjo (1987)

0,92 21 146 1,23 53 517 1,40 87 1.126 1,52 114 1.924 1,65 141 2.911 1,79 161 4.038

Universitas Sumatera Utara

Bobot Badan

Pertumbuhan Lambat

Pertumbuhan Cepat


Pertumbuhan Lambat

0 1 2 3 4 5 6 Umur (minggu)

(Anggorodi, 1990).

Gambar 1. Fase pertumbuhan ayam pedaging

Perbedaan pakan yang diberikan bergantung pada kebutuhan ayam

pedaging pada fase pertumbuhannya. Kebutuhan zat makanan ayam broiler pada

fase yang berbeda dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Kebutuhan zat makanan ayam pedaging fase starter dan fase finisher

Zat Nutrisi

Starter

Protein kasar (%)

23

Lemak kasar (%)

4-5

Serat kasar (%)

3-5

Kalsium (%)

1

Pospor (%)

0,45

EM (Kkal/Kg)

3200

Sumber : National Research Council (1984)

Finisher 20 3-4 3-5 0,9 0,4 3200

Jagung sebagai sumber energi dalam ransum unggas. Varietas jagung kuning mempunyai nilai vitamin A lebih banyak. Jagung kuning merupakan sumber pigmen xanthofil yang menimbulkan warna kuning pada kaki, kulit ayam pedaging dan kuning telur. Protein jagung bervariasi mulai dari 8% sampai 10%, dengan nilai rata-ratanya adalah 8,7% (Anggorodi, 1985).

Universitas Sumatera Utara

Dedak padi adalah sisa penggilingan atau penumbukan padi. Dedak digunakan sebagai sumber energi, kandungan protein dedak cukup baik yaitu sebesar 12% - 13% dengan kandungan lemak 13% serta serat kasar 12% (Kartadisastra, 1994).
Bungkil kelapa merupakan bahan baku pakan ternak unggas, protein kasarnya mencapai 20,5% dan energi metabolis 1540 kkal/kg. Penggunaan bungkil kelapa dalam susunan ransum unggas harus diusahakan tidak lebih dari 15% (Murtidjo, 1987).
Bobot Potong Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot
ayam setelah dipuasakan selam 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap bobot karkas, oleh karena itu diperhatikan kualitas dan kuantitas karkas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapat pertumbuhan yang baik.
Tujuan utama pemberian ransum adalah untuk menghasilkan pertumbuhan yang paling cepat sedapat mungkin dengan jumlah pakan yang paling sedikit, serta hasil akhir yang memuaskan dalam jangka waktu ekonomis yang pendek (Blakely and Bade, 1998).
Karkas Karkas merupakan daging bersama tulang dari hasil pemotongan setelah
dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, isi rongga perut, darah dan bulu (Rasyaf, 1992).
Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi kualitas karkas unggas didasarkan atas tingkat keempukan dagingnya. Unggas yang dagingnya empuk, yaitu unggas yang daging karkasnya lunak, lentur, kulitnya bertekstur halus dan kartilago sternalnya fleksibel. Unggas dengan keempukan daging sedang diidentifikasikan dengan umur yang relatif lebih tua, kulit yang kasar dan kartilago sternalnya kurang fleksibel (Swatland, 1984 disitasi Soeparno, 1994).
Untuk mendapatkan bobot karkas yang tinggi dapat dilakukan dengan memberikan ransum dengan imbangan yang baik antara protein, vitamin, mineral dan dengan pemberian ransum yang berenergi tinggi (Scott et al.,1982).
Menurut Siregar (1980) bahwa karkas yang baik berbentuk padat dan tidak kurus, tidak terdapat kerusakan kulit ataupun dagingnya. Sedangkan karkas yang kurang baik mempunyai daging yang kurang padat pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan kurus. Pada dasarnya mutu dan persentase bobot karkas dipengaruhi oleh galur, jenis kelamin, umur, bobot dan kualitas makanan yang dibentuk. Hal ini juga didukung oleh Berg dan Butterfield (1972) yang menyatakan bahwa karkas yang baik ditandai dengan jumlah daging yang maksimum, sedangkan tulangnya minimum dan jumlah lemak yang optimum.
Faktor yang menentukan nilai karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan. Nilai karkas dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin ternak yang menghasilkan karkas, umur ternak, dan jumlah lemak intramuscular dalam otot. Komposisi karkas ayam pedaging dipengaruhi oleh banyak faktor antara laian bangsa, jenis kelamin, umur dan tingkat kepadatan kandang. Pada umur yang relatif muda akan menghasilkan persentase karkas yang lebih rendah dibandingkan umur yang sudah dewasa.
Universitas Sumatera Utara

Produksi karkas erat hubungannya dengan bobot badan. Selain faktor bobot badan, bobot karkas juga mempengaruhi genetis atau strain, umur, mutu ransum, tata laksana dan kesehatan ternak (Soeparno, 1994).
Pada ayam pedaging terdapat berbagai kelas ayam yang dijual, yakni kurang dari 1 kg, 1-1.7 kg dan lebih 1.7 kg. Klasifikasi berat ayam ini telah membudaya karena sudah sejak lama berbagai lapisan konsumen menuntut bermacam-macam berat tubuh ayam (Suharno, 2000).
Persentase Karkas Bobot karkas normal adalah 60-75 % dari berat tubuh. Sedangkan
persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100 % (Siregar, 1994).
Persentase karkas merupakan faktor terpenting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya, maka produksi karkasnya akan semakin meningkat (Murtidjo, 1987).
Persentase karkas ayam pedaging yang normal yang berkisar antara 65 - 67 % dari bobot hidup (Mc Nitt, 1983). Persentase karkas dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase karkas umur muda lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang lebih tua. Dan persentase ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase ayam betina lebih banyak menghasilkan kulit dan lemak abdomen dari pada jantan (morran and orr, 1970).
Murtidjo (1987) menyatakan bahwa persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi
Universitas Sumatera Utara

karkasnya semakin meningkat. Hal ini ditegaskan lagi oleh Ahmat dan Heman (1992) disitasi Presdi (2001) menyatakan bahwa ayam yang bobot tubuhnya tinggi akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi, sebaliknya ayam yang bobot hidupnya rendah akan menghasilkan persentase karkas yang rendah.
Lemak Abdominal Lemak abodominal merupakan lemak yang terdapat disekitar rongga perut
atau juga disekitar ovarium. Lemak sebagai sumber energi sangat efesien dalam jumlah atau 2.5 kali lebih tinggi dari kandungan karbohidrat. Namun pemakaian lemak untuk konsumsi unggas hanya dibolehkan sekitar 5 % dari jumlah total ransum. Hal ini disebabkan kandungan lemak yang tinggi akan menghambat ovulasi (Triyantini, 1997).
Menurut Haris (1997) yang menyatakan bahwa perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi energi yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu pada bagian intramuscular, subkutan dan abdominal. Ditambahkan lagi oleh Tilman et al. (1986) yang menyatakan bahwa kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah.
Sembiring (2001) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas ayam pedaging ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari ayam pedaging tersebut. Karkas yang baik harus mengandung daging yang banyak, bagian yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak tinggi.
Salah satu cara mengurangi perlemakan pada ayam pedaging adalah dengan jalan memvariasikan dengan nutrien ransum, terutama energi protein.
Universitas Sumatera Utara

Dengan meningkatnya energi ransum, maka akan meningkatnya kandungan lemak abdominalnya akan menurun. Ayam pedaging muda sampai umur enam minggu mengandung lemak kira-kira 4 % lemak badan (Wahyu, 1985).
Soeparno (1994) menyatakan lemak karkas yang tinggi sebagai kaibat dari perlakuan pakan berenergi tinggi yang menyebabkan sintesis lemak dan karbohidrat lebih besar dibanding dengan perlakuan pakan berenergi rendah sehingga terjadi kenaikan persentase lemak intra muskuler dan menurunkan kadar air. Sementara itu Ketaren, et al. (1999) menyatakan bahwa pemberian produk terfermentasi pada ayam pedaging meskipun tidak menyebabkan perubahan yang berarti terhadap persentase karkas, tetapi dapat menurunkan kadar lemak abdominalnya.
Komot (1989) menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang mempengaruhi lemak tubuh, maka faktor ransum adalah yang paling berpengaruh.
Perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi energi pakan yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu bagian dari intramuskuler, subkutan dan abdominal (Haris, 1997).
Mahfudz (2000) menyatakan bahwa untuk mencerna serat kasar dibutuhkan energi yang banyak sehingga ayam tidak memiliki energi yang berlebihan untuk disimpan dalam bentuk lemak daging.
Bungkil Inti Sawit Davendra (1997) menyatakan bahwa bungkil inti sawit adalah hasil
samping dari proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimiawi atau mekanik, walaupun kandungan proteinnya agak baik tetap karena
Universitas Sumatera Utara

serat kasarnya agak tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok

bagi ternak unggas dan lebih cocok pada ternak ruminansia.

Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lain.

Namun demikian masih dijadikan sebagai sumber protein. Kandungan asam

amino essensial cukup lengkap, imbangan kalsium dan posfornya cukup seimbang

( Lubis, 1993 ). Kandungan nutrisi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit

Zat Nutrisi

Kandungan(%)

Protein kasar Serat kasar Bahan kering

15-16 16,18 91,83

Lemak kasar Ca

6,49 0,56

P 0,84

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)

Solid Dekanter

Solid dekanter adalah padatan buangan yang dihasilkan selama proses

pemerasan ekstraksi minyak. Bahan ini merupakan padatan yang mengandung

sekitar 4-5% padatan, 0,5-1% sisa minyak dan sekitar 94% air (Davendra, 1997).

Kandungan protein solid dekanter bervariasi sekitar 11-14%. Ditinjau dari

kandungan protein dan lemaknya yang relatif tinggi, solid merupakan sumber

energi, protein dan mineral. Batubara et al. (1995) menyatakan bahwa kandungan

protein solid dekanter 14%, daya cerna bahan kering 65%, dan DE 3,0 Mcal/ kg.

Penggunaan solid dekanter dalam ransum ternak dibatasi oleh tingginya kadar abu

dan tembaga (Cu: 20-50 ppm). Secara umum babi dapat mentoleransi 10-20%,

unggas 5-10%, sapi 66%, domba 30% (Wong and Zahari, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Kandungan zat nutrisi solid dekanter secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel 5 di bawah.

Tabel 5. Kandungan nutrisi solid dekanter
Zat Nutrisi Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar TDN Ca P Energi Metabolis
Sumber: Agustin (1996) disitasi Tri Arti (2001)

Kandungan 93,10% 13,30% 13,70% 16,30% 74,00% 0,53% 0,33%
2840 Kkal/Kg

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, JL. Dr. A. Sofyan No.3 Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 minggu dimulai pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan
100 ekor DOC strain Arbor Acress - CP 707 dengan rataan bobot badan 44.8 ± 1.92, ransum yang terdiri dari tepung jagung, tepung ikan, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil inti sawit, top mix, DCP, solid dekanter, probiotik starbio, methionin dan minyak nabati, air minum yang diberikan secara ad libitum, obat-obatan,vaksin (ND), rodalon, gula merah. Alat
Kandang sebanyak 20 buah, berukuran 100cm x 100cm x 50 cm setiap kandang berisi masing-masing 5 ekor DOC, timbangan Salter dengan skala 5 kg dengan ketelitian 0,01 g, alat penerangan lampu pijar 40 Watt sebanyak 20 buah, alat tulis, buku data dan kalkulator.
Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan dan setiap ulangan terdiri atas

5 ekor ayam. Perlakuan yang diteliti adalah:

Ro = Ransum tanpa penambahan probiotik starbio

R1 = Ransum dengan penambahan 0.125 % probiotik starbio

R2 = Ransum dengan penambahan 0.25 % probiotik starbio

R3 = Ransum dengan penambahan 0.375 % probiotik starbio

Ulangan yang didapat berasal dari rumus :

t (n - 1)

≥ 15

4 (n - 1)

≥ 15

4n - 4

≥ 15

4n = 19

n = 4,75

n ≈5

Dengan susunan sebagai berikut :

R01 R22 R13 R05 R32

R33 R15 R23 R14 R04

R21 R02 R25 R34 R11

R12 R24 R31 R03 R35

Universitas Sumatera Utara

Model matematik percobaan yang digunakan adalah : Yij = µ + γi + εij
Dimana : i = 1, 2, 3,…i = perlakuan j = 1, 2, 3,…j = ulangan Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ = nilai tengah umum γi = pengaruh perlakuan ke-i εij = efek j galat pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Parameter Penelitian
1. Bobot Potong (g) Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot ayam setelah dipuasakan selam 12 jam.
2. Bobot Karkas (g) Diperoleh dari hasil penimbangan karkas yaitu hasil penimbangan dari
daging bersama tulang ayam hasil pemotongan yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut, darah dan bulu.
3. Persentase Karkas (%) Diperoleh dari bobot karkas segar dibandingkan dengan bobot potong
dikalikan dengan 100 %.
Universitas Sumatera Utara

4. Lemak Abdominal (%) Diperoleh dari hasil penimbangan lemak yang terdapat disekitar rongga
perut dan sekitar ovarium dibandingkan dengan bobot potong dikali dengan 100%.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang dan Peralatan Kandang dipersiapkan seminggu sebelum DOC atau anak ayam umur satu
hari masuk dalam kandang, terlebih dahulu kandang didesinfekatan dengan rodalon dan difumigasi dengan formalin dan KMnO4 untuk membasmi kandang dari jamur dan bakteri. Begitu juga untuk tempat minum dan tempat pakan didesinfektan dengan rodalon. Kemudian satu hari sebelum anak ayam DOC tiba, alat penerang sudah dihidupkan untuk menstabilkan suhu dalam kandang dan suhu tubuh ayam.
Penyusunan Ransum Bahan penyusun ransusm yang digunakan terdiri dari hasil dan limbah
pertanian dan peternakan seperti : Tepung jagung, Dedak halus, Bungkil kelapa, Bungkil kedelai, Tepung ikan, Starbio, Minyak sawit, Top mix, DCP.
Ransum yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan komposisi susunan ransum yang telah ditentukan sesuai dengan perlakuan, lalu ditambahkan starbio sesuai dengan level perlakuan. Metode yang dipakai adalah metode mencampur ransum secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah ketengikan pada ransum, sehingga ransum terjaga mutunya.
Universitas Sumatera Utara

Pengacakan DOC atau Anak Ayam Umur Satu Hari Sebelum DOC atau anak ayam umur satu hari dimasukkan kedalam
kandang sesuai dengan perlakuan, dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal dari masing-masing DOC kemudian dilakukan random (pengacakan) pada DOC yang bertujuan untuk memberikan peluang yang sama (homogen). Lalu DOC dimasukkan kedalam kandang sebanyak 5 ekor per plot.
Pemeliharaan Ayam 1. DOC diberi air gula begitu sampai ditempat pemeliharaan atau kandang. 2. Kandang diberi alat pemanas dengan daya 40 Watt sebagai induk buatan bagi DOC dan dinyalakan selama 24 jam sampai DOC berumur satu minggu dan setelah satu minggu pemanas diberikan pada malam hari saja, jika kondisi suhu udara lingkungan bagus. 3. Pakan dan air minum diberikan secara ad-libitum, penggantian air minum dilakukan setiap pagi dan sore hari. 4. Vaksin ND diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 4 hari dan 4 minggu. 5. Vitachick diberikan pada ayam untuk mencegah stress yaitu pada saat cuaca yang kurang baik dan pada saat penimbangan untuk pengambilan data serta saat sebelum dan sesudah vaksianasi 6. Rodalon disemprotkan ke kandang 2 hari sekali untuk membunuh kuman penyakit yang ada pada kandang tersebut. 7. Dilakukan pengambilan data 5 ekor/plot.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot

ayam setelah dipuasakan selam 12 jam. Berikut rataan bobot potong ayam

pedaging umur 42 hari.

Tabel 6. Rataan bobot potong ayam pedaging umur 42 hari (g/ekor)

Perlakuan
R0 R1 R2 R3 Total Rataan

1 1429,94 1415,50 1449,32 1394,98 5689,74 1422,44

Ulangan 234 1424,24 1329,62 1382,06 1395,36 1385,10 1414,17 1409,42 1398,40 1451,60 1440,96 1431,08 1469,46 5669,98 5544,20 5717,29 1417,50 1386,05 1429,32

5 1365,72 1384,72 1423,10 1426,90 5600,44 1400,11

Total
6931,58 6994,85 7131,84 7163,38 28221,65

Rataan
1386,32 1398,97 1426,37 1432,68
1411,08

Tabel 6 menunjukan hasil rataan bobot potong ayam pedaging umur 42

hari adalah 1411,08 g/ekor. Rataan bobot potong ayam pedaging tertinggi terdapat

pada perlakuan R3 (ransum dengan 0,375% probiotik starbio) yaitu sebesar 1432,68 g/ekor, sedangkan rataan bobot potong ayam pedaging terendah terdapat pada perlakuan R0 (ransum tanpa pemberian probiotik starbio) yaitu sebesar 1386,32 g/ekor.

Penambahan starbio ke dalam ransum ayam pedaging terhadap bobot

potong ayam pedaging dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis

keragaman seperti yang tertera pada Tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Analisis keragaman bobot potong ayam pedaging umur 42 hari

SK DB JK

Perlakuan 3

7300,09

Galat

16 13032,94

Total

19 20333,03

Ket: KK = 2.02% Ket: tn = tidak berbeda nyata

KT
2433,36 814,56

Fhitung 2,99tn

Ftabel 0.05 0.01 3.24 5.29

Hasil analisis keragaman pada Tabel 7 menunjukkan bahwa penambahan

probiotik starbio dalam ransum ayam pedaging memberikan pengaruh yang tidak

berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot potong ayam pedaging umur 42 hari.

Secara statistik, analisis keragaman bobot karkas ayam pedaging umur 42

hari menunjukan tingkat bobot potong yang relatif sama atau tidak ada perbedaan

yang mencolok dari semua perlakuan. Tingkat pertumbuhan bobot badan ayam

pedaging yang sama berdampak terhadap tingkat pertumbuhan bobot potong ayam

pedaging umur 42 hari. Pertambahan bobot badan ayam pedaging sejalan dengan

pertambahan bobot potongnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Blakely and

Bade (1998) yang menyatakan bahwa tujuan utama pemberian ransum dengan

kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ternak adalah untuk

menghasilkan pertumbuhan yang paling cepat sedapat mungkin dengan jumlah

pakan yang paling sedikit, serta hasil akhir yang memuaskan dalam jangka waktu

ekonomis yang pendek.

Bobot Karkas Karkas merupakan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, tanpa isi rongga bagian dalam sel darah dan bulu. Berikut rataan bobot karkas ayam pedaging umur 42 hari.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Rataan bobot karkas ayam pedaging umur 42 hari (g/ekor)

Perlakuan
R0 R1 R2 R3 Total Rataan

1 987.86 949.58 1019.71 923.33 3880.48 970.12

Ulangan 234 938.65 847.46 906.92 932.10 916.64 930.67 960.48 918.68 1000.53 998.66 980.21 1034.19 3829.89 3662.99 3872.32 957.47 915.75 968.08

5 903.82 908.52 940.00 978.10 3730.44 932.61

Total
4584.71 4637.52 4839.40 4914.50 18976.12

Rataan
916.94 927.50 967.88 982.90
948.81

Tabel 8 menunjukan hasil rataan bobot karkas ayam pedaging umur 42

hari adalah 948.81 g/ekor. Rataan bobot karkas ayam pedaging tertinggi terdapat

pada perlakuan R3 (ransum dengan 0,375% probiotik starbio) yaitu sebesar 982.90 g/ekor, sedangkan rataan bobot karkas ayam pedaging terendah terdapat

pada perlakuan R0 (ransum tanpa pemberian probiotik starbio) yaitu sebesar 916.94 g/ekor.

Penambahan starbio ke dalam ransum ayam pedaging terhadap bobot

karkas ayam pedaging dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis

keragaman seperti yang tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis keragaman bobot karkas ayam pedaging umur 42 hari

SK DB JK

Perlakuan 3

14976.43

Galat

16 25062.36

Total

19 40038.79

Ket: KK = 4.17% Ket: tn = tidak berbeda nyata

KT Fhitung

4992.14 1566.40

3.19tn

Ftabel 0.05 0.01 3.24 5.29

Hasil analisis keragaman pada Tabel 9 menunjukkan bahwa penambahan

probiotik starbio dalam ransum ayam pedaging memberikan pengaruh yang tidak

berbeda nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas ayam pedaging umur 42 hari.

Universitas Sumatera Utara

Secara statistik, analisis keragaman bobot karkas ayam pedaging umur 42 hari menunjukan tingkat bobot karkas yang relatif sama atau tidak ada perbedaan yang mencolok dari semua perlakuan. Tidak adanya perbedaan ini sesuai dengan pertambahan bobot badan dari ayam pedaging yang tidak berbeda nyata pula. Tingkat produksi karkas sejalan dengan tingkat pertumbuhan bobot badan ayam pedaging. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (1994) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya produksi karkas dari ayam pedaging ditentukan dari tingkat pertumbuhan ayam pedaging itu sendiri. Tingkat pertumbuhan yang semakin baik menghasilkan produksi karkas yang semakin baik pula.
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan yang mencolok dari bobot karkas ayam pedaging adalah jumlah kandungan nutrisi yang relatif sama dari semua perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scott et al. (1982) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan bobot karkas yang tinggi dapat dilakukan dengan memberikan ransum dengan imbangan yang baik antara protein, vitamin, mineral dan dengan pemberian ransum yang berenergi tinggi.
Persentase Karkas Persentase karkas adalah berat karkas yang diperoleh kemudian dibagi
berat hidup dan dikali seratus persen. Karkas yang baik harus mengandung daging yang banyak, bagian yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak tinggi. Adapun rataan persentase karkas ayam pedaging sampai umur 42 hari dapat dilihat pada Tabel 10.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 10. Rataan persentase karkas ayam pedaging umur 42 hari (%)

Perlakuan
R0 R1 R2 R3 Total Rataan

1 65.63 63.73 66.84 62.88 259.08 64.77

Ulangan 234 62.61 60.55 62.34 63.46 62.87 62.52 64.74 62.41 65.48 65.84 65.07 66.86 256.65 251.90 257.20 64.16 62.98 64.30

5 62.87 62.33 62.75 65.12 253.07 63.27

Total Rataan

314.00 314.91 322.22 326.77 1277.90

62.80 62.98 64.44 65.35
63.90

Tabel 10 menunjukan hasil rataan persentase karkas ayam pedaging umur

42 hari adalah 63.90%. Rataan persentase karkas ayam pedaging tertinggi terdapat

pada perlakuan R3 (ransum dengan 0,375% probiotik starbio) yaitu sebesar 65.35%, sedangkan rataan persentase karkas ayam pedaging terendah terdapat

pada perlakuan R0 (ransum tanpa pemberian probiotik starbio) yaitu sebesar 62.80%.

Penambahan probiotik starbio ke dalam ransum ayam pedaging terhadap

persentase karkas ayam pedaging dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan

analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis keragaman persentase karkas ayam pedaging umur 42 hari

SK DB JK

Perlakuan 3

19.55

Galat

16 37.23

Total

19 56.78

Ket: KK = 2.39% Ket: tn = tidak berbeda nyata

Ftabel KT Fhitung
0.05 0.01 6.52 2.80tn 3.24 5.29 2.33

Hasil analisis keragaman persentase karkas ayam pedaging umur 42 hari

menunjukan tingkat penelitian ini sampai umur 42 hari berkisar 62 – 65% yang

berarti persentase karkas yang relatif sama atau tidak ada perbedaan yang

mencolok dari semua perlakuan. Hasil tersebut menggambarkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

penambahan probiotik starbio tidak terlalu mempengaruhi persentase karkas ayam pedaging.
Persentase karkas dari ayam pedaging yang dihasilkan tidak dalam kondisi normal. Hal ini didukung dengan pernyataan Mc Nitt (1983) yang menyatakan bahwa persentase karkas pedaging yang normal berkisar antara 65 - 67 % dari bobot hidup.
Bobot hidup maupun bobot potong yang dihasilkan ayam pedaging yang tidak berbeda nyata satu sama lain dari semua perlakuan mempengaruhi persentase karkas ayam pedaging yang juga tidak berbeda nyata satu sama lain dari semua perlakuan. Peneliti juga berasumsi dengan faktor lainnya seperti umur, bangsa dan makanan yang sama ikut memberikan pengaruh terhadap persentase karkas ayam pedaging