Analisis Usaha Itik Raja (Mojosari Alabio) Umur 0-7 Minggu Menggunakan Bungkil Inti Sawit yang Diberi Hemicell Pada Ransum.

(1)

ANALISIS USAHA ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR

0-7 MINGGU MENGGUNAKAN BUNGKIL INTI SAWIT

YANG DIBERI HEMICELL PADA RANSUM

SKRIPSI

Oleh

RINALDO AGINTA GINTING 060306003/Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS USAHA ITIK RAJA (MOJOSARI ALABIO) UMUR

0-7 MINGGU MENGGUNAKAN BUNGKIL INTI SAWIT

YANG DIBERI HEMICELL PADA RANSUM

SKRIPSI

Oleh

RINALDO AGINTA GINTING 060306003/Peternakan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul : Analisis Usaha Itik Raja (Mojosari Alabio) Umur 0-7 Minggu Menggunakan Bungkil Inti Sawit yang Diberi Hemicell Pada Ransum

Nama : RINALDO AGINTA GINTING

NIM : 060306003

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Eniza Saleh, MS Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA Ketua Anggota

Mengetahui:

Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Ketua Program Studi


(4)

ABSTRAK

RINALDO AGINTA GINTING., 2012 “Analisis Usaha Itik Raja (Mojosari Alabio) Umur 0-7 Minggu Menggunakan Bungkil Inti Sawit yang Diberi Hemicell Dalam Ransum”, di bimbingan oleh ENIZA SALEH dan ARMYN HAKIM DAULAY.

Analisis usaha perlu dilakukan untuk mengetahui keuntungan suatu usaha. Tujuan penelitian untuk mengetahui nilai usaha penggunaan Bungkil Inti Sawit yang ditambahkan Hemicell dalam ransum itik raja umur 0 – 7 minggu, dapat dilihat dari laba- rugi, income over feed cost (IOFC), benefit cost ratio (B/C ratio). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak program studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Ransum yang digunakan adalah ransum buatan sendiri . R0 (tanpa bungkil inti sawit yang diberi hemicell), R1 (5%

bungkil inti sawit yang diberi hemicell), R2 (10% bungkil inti sawit yang diberi

hemicell), R3 (15% bungkil inti sawit yang diberi hemicell), R4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil inti sawit yang dicampur

hemicell dalam ransum pada perlakuan R

(20% bungkil inti sawit yang diberi hemicell).

0, R1, R2, R3 dan R4

Kata kunci : analisis usaha, Bungkil Inti Sawit, Hemicell, itik raja

memberikan hasil yang berbeda terhadap rataan laba – rugi (Rp): 3.268, hasil rataan income over feed

cost (IOFC) (Rp): 8.254, hasil rataan B/C ratio: 1,16. Kesimpulan dari hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Bungkil inti sawit yang diberi

hemicell pada Ransum itik raja dapat meningkatkan keuntungan, serta dapat untuk

diterapkan dalam usaha peternakan itik raja. Bungkil inti sawit yang diberi hemicell sebanyak 2c/kg pada level 20% memberikan hasil yang terbaik.


(5)

ABSTRACT

RINALDO AGINTA GINTING., 2012 " Analysis of business of duck king (Mojosari Alabio) seven weeks age used of palm kernel cake which is mixed with hemicell in the ration. Guided by ENIZA SALEH and ARMYN HAKIM DAULAY.

Analysis of business important for know profit on duck King farm.This research to determine analysis of business duck king (Mojosari Alabio) seven weeks age used of palm kernel cake which is mixed with hemicell in the ration which can be seen from profit and loss, income over feed cost and benefit cost ratio. The research was conducted at the Laboratory of Biology of Livestock

Husbandry Course, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. Rations used were homemade. Research design used complete randomized design with five treatments and four replications. R0 (without palm kernel cake which is mixed with

hemicell), R1 (5% palm kernel cake which is mixed with hemicell), R2 (10% palm

kernel cake which is mixed with hemicell), R3 (15% palm kernel cake which is

mixed with hemicell), R4

The results showed that

(20 palm kernel cake which is mixed with hemicell).

the kernel cake which is mixed with hemicell in ration treatment R0, R1, R2, R3 and R4 give significant difference for profit and

loss (Rp): 3.268, income over feed cost (IOFC) (Rp): 8.254 and benefit cost ratio is

1,16. The concluded is the result Utilization of palm kernel cake which is mixed with hemicell in the ration of duck king will increase profits, and can be applied on duck king farm. Palm kernel cake at a given level of 20% hemicell 2cc/kg give the best results

Keywords:

.

Analysis of business, palm kernel cake, Hemicell , duck King.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talun Kenas, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 29 Januari 1988 dari Siang Ginting S.Pd dan ibu Rita Br Barus. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2000 penulis tamat dari SD Inpres 101864 Talun Kenas, Tahun 2003 tamat dari SMP SWASTA KAVRI Talun Kenas, Tahun 2006 tamat dari SMA RK Deli Murni Deli Tua dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Peternakan pilihan ketiga.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan, Ikatan Mahasiswa Karo dan Aktif dalam kegiatan Keagamaan di Talun Kenas sebagai Ketua Permata pada tahun 2009 -.Sekarang.

Pada tanggal 1 Juni 2008 sampai Juli 2008 penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Mabar Feed Indonesia Divisi Layer Farm Kecamatan Tanjung Anom, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Pada bulan Juni sampai Agustus 2011 penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Ilmu Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul sikripsi saya ini adalah “Analisis Usaha Itik Raja (Mojosari Alabio) Umur 0-7 Minggu Menggunakan Bungkil Inti Sawit yang diberi

Hemicell Pada Ransum”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Kepada Ibu Ir. Eniza Saleh, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di program studi peternakan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, 15 Februari 2012


(8)

DAFTAR ISI

... Hal.

ABSTARK... i

ABSTRACT... .. ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... . ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Usaha... ... 5

Biaya Produksi... ... 6

Penerimaan ... 7

Pendapatan... ... 7

Analisis Laba-Rugi ... 8

Income Over Feed Cost (IOFC)... ... 9

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)... ... 9

Hemicell ... 10

Bungkil Inti Sawit ... 11

Itik Raja. ... 13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat Penelitian ... 15

Metode Penelitian ... 16

Parameter Penelitian... ... 17

Laba-Rugi... ... 17

Income Over Feed Cost (IOFC)... ... 17

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)... ... 17

Pelaksanaan Penelitian... ... 17

Persiapan Kandang dan Peralatannya.... ... 17

Random DOD (Day Old Duck)... ... 18

Penyusunan Ransum... ... 18

Pemeliharaan Itik.... ... 18

Pengambilan Data ... 19

Analisis Data... ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha ... 20

Total Biaya Produksi ... 20

Biaya Pembelian Bibit ... 20


(9)

Biaya/Upah tenaga kerja ... 23

Biaya Sewa Kandang ... 23

Biaya Fumigasi ... 24

Total Seluruh Biaya Produksi ... 24

Total Hasil Produksi ... 25

Hasil Penjualan Itik Raja ... 25

Hasil Penjualan Kotoran Itik Raja ... 27

Analisis Keuntungan ( Laba-Rugi ) ... 28

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 29

Analisis Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) ... 30

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1.Karakteristik dan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit . ... 11

2. Komposisi Asam dan Ketersediaan Amino Pada BIS... ... 12

3. Kebutuhan gizi itik pedaging... 14

4. Rataan bobot badan awal DOD ... 20

5. Biaya pembelian bibit DOD ... 21

6. Jumlah ransum itik raja selama penelitian (g/ekor) ... 22

7. Biaya ransum Itik selama penelitian (Rp/ekor) ... 22

8. Biaya obat – obatan tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 23

9. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp/ekor) ... 23

10. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/ekor) ... 24

11. Biaya fumigasi tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 24

12. Total biaya produksi Selama Penelitian ... 25

13. Total biaya produksi tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 25

14. Ratan bobot badan akhir itik (g/ekor) ... 26

15. Hasil penjualan itik (Rp/ekor) ... 26

16. Hasil hasil penjualan kotoran itik tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 27

17. Total hasil produksi ... 27

18. Total hasil produksi tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 28

19. Keuntungan (laba – rugi) tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 29

20. Income Over Feed Cost (IOFC) tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 30


(11)

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Harga bahan-bahan ransum dan obat-obatan serta vitamin

selama penelitian ... 37

2. Biaya Pembelian Bibit... ... 38

3. Konsumsi Ransum Selama Penelitian... ... 38

4. Rataan konsumsi itik ... 39

5. Total Konsumsi Itik ... 39

6. Biaya ransum Itik selama penelitian (Rp/ekor) ... 39

7. Biaya obat – obatan tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 40

8. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp/ekor) ... 40

9. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/ekor) ... 40

10. Biaya fumigasi tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 41

11. Total Biaya Produksi ... 41

12. Hasil penjualan Itik ... 42

13. Hasil penjualan kotoran itik raja tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 42

14. Total hasil produksi ... 42

15. Total hasil produksi tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 43

16. Keuntungan (laba - rugi) tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 43

17. Income Over Feed Cost (IOFC) tiap perlakuan ... 44

18. B/C ratio tiap perlakuan ... 44

19. Rekapitulasi hasil penelitian ... 49


(13)

22. Kebutuhan R2 ... 46

23. Kebutuhan R3 ... 47

24. Kebutuhan R4 ... 47

25. Data Bobot Badan Akhir ... 48

26. Grafik Laba- Rugi ... 49

27. Grafik IOFC ... 49

28. Grafik B/C ... 49

29. Diagram Laba-Rugi ... 49

30. Diagram IOFC ... 50


(14)

ABSTRAK

RINALDO AGINTA GINTING., 2012 “Analisis Usaha Itik Raja (Mojosari Alabio) Umur 0-7 Minggu Menggunakan Bungkil Inti Sawit yang Diberi Hemicell Dalam Ransum”, di bimbingan oleh ENIZA SALEH dan ARMYN HAKIM DAULAY.

Analisis usaha perlu dilakukan untuk mengetahui keuntungan suatu usaha. Tujuan penelitian untuk mengetahui nilai usaha penggunaan Bungkil Inti Sawit yang ditambahkan Hemicell dalam ransum itik raja umur 0 – 7 minggu, dapat dilihat dari laba- rugi, income over feed cost (IOFC), benefit cost ratio (B/C ratio). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak program studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Ransum yang digunakan adalah ransum buatan sendiri . R0 (tanpa bungkil inti sawit yang diberi hemicell), R1 (5%

bungkil inti sawit yang diberi hemicell), R2 (10% bungkil inti sawit yang diberi

hemicell), R3 (15% bungkil inti sawit yang diberi hemicell), R4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil inti sawit yang dicampur

hemicell dalam ransum pada perlakuan R

(20% bungkil inti sawit yang diberi hemicell).

0, R1, R2, R3 dan R4

Kata kunci : analisis usaha, Bungkil Inti Sawit, Hemicell, itik raja

memberikan hasil yang berbeda terhadap rataan laba – rugi (Rp): 3.268, hasil rataan income over feed

cost (IOFC) (Rp): 8.254, hasil rataan B/C ratio: 1,16. Kesimpulan dari hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Bungkil inti sawit yang diberi

hemicell pada Ransum itik raja dapat meningkatkan keuntungan, serta dapat untuk

diterapkan dalam usaha peternakan itik raja. Bungkil inti sawit yang diberi hemicell sebanyak 2c/kg pada level 20% memberikan hasil yang terbaik.


(15)

ABSTRACT

RINALDO AGINTA GINTING., 2012 " Analysis of business of duck king (Mojosari Alabio) seven weeks age used of palm kernel cake which is mixed with hemicell in the ration. Guided by ENIZA SALEH and ARMYN HAKIM DAULAY.

Analysis of business important for know profit on duck King farm.This research to determine analysis of business duck king (Mojosari Alabio) seven weeks age used of palm kernel cake which is mixed with hemicell in the ration which can be seen from profit and loss, income over feed cost and benefit cost ratio. The research was conducted at the Laboratory of Biology of Livestock

Husbandry Course, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. Rations used were homemade. Research design used complete randomized design with five treatments and four replications. R0 (without palm kernel cake which is mixed with

hemicell), R1 (5% palm kernel cake which is mixed with hemicell), R2 (10% palm

kernel cake which is mixed with hemicell), R3 (15% palm kernel cake which is

mixed with hemicell), R4

The results showed that

(20 palm kernel cake which is mixed with hemicell).

the kernel cake which is mixed with hemicell in ration treatment R0, R1, R2, R3 and R4 give significant difference for profit and

loss (Rp): 3.268, income over feed cost (IOFC) (Rp): 8.254 and benefit cost ratio is

1,16. The concluded is the result Utilization of palm kernel cake which is mixed with hemicell in the ration of duck king will increase profits, and can be applied on duck king farm. Palm kernel cake at a given level of 20% hemicell 2cc/kg give the best results

Keywords:

.

Analysis of business, palm kernel cake, Hemicell , duck King.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu tujuan peternakan adalah untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, sehingga permasalahan kekurangan gizi masyarakat Indonesia akan protein hewani dapat ditanggulangi.

Secara nasional unggas merupakan penyumbang terbesar dalam upaya pemenuhan protein asal hewani. Pada tahun 2009 total produksi daging diperkirakan sebanyak 2,5 juta ton yang terdiri dari daging sapi dan kerbau 0,5 juta ton, kambing dan domba 0,1 juta ton, babi 0,2 juta ton, ayam buras 0,3 juta ton, ayam ras pedaging 1,0 juta ton dan ternak lainnya 0,1 juta ton. Dengan demikian produksi daging terbesar disumbang oleh ayam ras pedaging 46,6%, sapi dan kerbau 20,4%, ayam buras 13,0%, dan babi 10,1%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2008) produksi daging mengalami peningkatan yaitu 8% persen dan peningkatan terbesar berasal dari ternak domba 15,3%, diikuti ternak kuda 5,6%, kerbau 5,4%, babi 4,9%, kambing 4,2%, ayam buras 3,4%, ayam ras petelur 3,1%, sapi 3,1% dan itik 2,9% (Program Swasembada Daging Sapi 2014).

Ternak itik merupakan unggas air yang tersebar luas di pedesaan yang dekat dengan sungai, dikawasan persawahan yang luas, rawa atau pantai dengan pengelolaan yang masih tradisional. Populasi ternak itik yang tinggi dan perannya yang penting bagi kehidupan manusia sebagai sumber gizi berupa daging dan telur merupakan potensi nasional yang masih dapat ditingkatkan.


(17)

Penyediaan bahan pakan dalam jumlah yang cukup dan mengandung nilai nutrisi yang mencukupi bagi kelangsungan hidup dan produksi ternak. Seiring dengan kemajuan teknologi sekarang ini, dapat dilakukan peningkatan produksi pada ternak terutama pada ternak itik pedaging unggul. Semua cara tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas bahan ransum yang diberikan kepada itik pedaging agar dapat menghasilkan produksi maksimal.

Disamping untuk meningkatkan kualiatas bahan ransum, sekarang ini banyak dilakukan pengolahan bahan pakan ternak dengan memanfaatkan limbah-limbah atau hasil samping pertanian dan perkebunan, terutama limbah-limbah hasil perkebunan sawit yaitu bungkil inti sawit yang melimpah di Indonesia salah satunya di daerah Sumatera Utara.

Bungkil Inti Sawit tersebut merupakan potensi untuk dijadikan bahan baku dalam penyusunan ransum unggas, namun penggunaannya masih terbatas. Hal demikian disebabkan karena bungkil inti sawit memiliki keterbatasan yaitu kandungan serat kasar yang cukup tinggi (terutama lignin), serta palatabilitasnya rendah. Pada umumnya bahan pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi memiliki nilai kecernaan yang rendah, sehingga penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum menjadi terbatas. Penggunaan serat kasar yang tinggi, selain dapat menurunkan komponen yang mudah dicerna juga menyebabkan penurunan aktivitas enzim pemecah zat-zat makanan, seperti enzim yang membantu pencernaan karbohidrat, protein dan lemak (Sembiring, P.,2006).

Melakukan pengunaan bahan ransum lain perlu dilakukan untuk menyiasati peningkatan produksi ternak, yaitu dengan penambahan bungkil inti sawit yang ditambahkan hemicell dalam ransum itik raja sehingga terjadi peningkatan


(18)

efeisiensi penggunaan ransum. Efisiensi penggunaan ransum berarti meningkatkan nilai tambah usaha peternakan. Penggunaan bungkil inti sawit yang ditambahkan

hemicell dalam ransum, diharapkan dapat meningkatkan daya cerna sehingga

zat-zat nutrisi lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun produksi ternak. Memanfaatkan bungkil inti sawit yang ditambahkan hemicell dalam ransum itik tersebut diharapkan dapat menghasilkan ransum yang berkualitas tinggi.

Pemanfaatan hasil samping perkebunan yaitu bungkil inti sawit yang ditambahkan hemicell dalam ransum diharapkan mampu memenuhi kebutuhan akan nutrisi untuk ternak terutama itik raja agar dapat terwujud penggunaan bahan ransum murah, efesien dan efektif sehingga dapat tercapainya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.

Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis usaha penggunaan bungkil inti sawit yang diberi

hemicell pada ransum itik raja (Itik Mojosari Alabio) umur 0-7 Minggu.

Hipotesis Penelitian

Dengan pemberian bungkil inti sawit yang diberi Hemicell pada ransum pada tingkat tertentu dapat menekan biaya pada pakan ternak itik raja dan dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi peternak itik raja serta masyarakat pada umumnya, mengenai nilai ekonomi pemberian bungkil inti sawit yang diberi

hemicell terhadap produksi itik raja.

Sebagai bahan informasi bagi instansi pemerintahan (Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan sebagainya) dan kalangan akademik (mahasiswa, dosen, dan para


(19)

peneliti) mengenai pemberian bungkil inti sawit yang diberi hemicell terhadap produksi itik raja ditinjau dari nilai usaha.

Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dikawasan perkebunan sawit dan industri pengolahan sawit.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Usaha pertanian di Asia tidak lagi sekedar kegiatan sampingan, tetapi telah berubah pula menjadi kegiatan komersial yang ditandai dengan pendekatan biaya, pendapatan, interakasi antara modal dan tenaga kerja (Prawirokusuma, 1990).

Analisis usaha mutlak dilakukan bila seseorang hendak memulai usaha. Analisis usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha tersebut menguntungkan atau merugikan. Analisis usaha memberi gambaran kepada peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha diperlukan beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah sesuai dengan perkembangan waktu (Supriyadi, 2009).


(21)

Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak itik pedaging dapat diketahui, maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah diperhitungkan. Untuk menghitung keadaan harga persatuan produksi haruslah diketahui terlebih dahulu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan banyaknya produksi daging yang dihasilkan akan menghasilkan angka atau nilai biaya persatuan produksi (Sudarmono, 2003).

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Maka dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).

Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada atau tidak ada itik di kandang, biaya ini harus tetap keluar. Misalnya : gaji pekerja bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan jumlah produksi itik pedaging yang diusahakan.Semakin banyak itik semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan secara total. Pada pemeliharaan itik pedaging, biaya pakan mencapai 60% - 70% dari total biaya produksi (Rasyaf, 1995).

Menurut (Lipsey et al., 1995) biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang


(22)

berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap. Penerimaan

Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut (Budiono, 1990). Penerimaan merupakan jumlah hasil peternakan seperti penjualan hasil ternak dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima(Rasyaf,1995).

Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya, serta panen dari peternakan dan barang olahannya, seperti hasil penjualan ternak dan tambahan modal hasil penjualan ternak (Kadarsan, 1995). Besarnya penerimaan total dari perusahaan akan tergantung kepada banyaknya penjualan produk atau jasa.

Pendapatan

Perusahaan yang beroperasi atau mempunyai kegiatan sesuai dengan didirikannya perusahaan tersebut akan mengharapkan adanya penerimaan pendapatan dari operasi perusahaan yang dilaksanakan. Bagi perusahaan yang memproduksi barang, maka penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang tersebut. Demikian juga dengan perusahaan jasa, penerimaan pendapatan perusahaan tersebut berasal dari usaha penjualan jasa yang dilakukan perusahaan tersebut

(Agus, 1990).

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga


(23)

masyarakat adalah hasil ”penjualanya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini”membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (penjualan itik pedaging, baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping penjualan seperti tinja dan alas ”litter” (Rasyaf, 1995).

Analisis Laba-Rugi (Keuntungan – Kerugian)

Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).


(24)

Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama (Kasmir dan Jakfar, 2005).

Menurut Soekartawi (2003) rumus dari keuntungan adalah: Dimana :

π = Keuntungan

TR = Total Revenue (Total pendapatan) TC = Total cost (Total biaya)

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan

total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990).

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)

Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost ratio (BCR), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total biaya (input). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo - karo et al., 1995).

π = TR - TC

IOFC = (Bobot badan akhir itik x harga jual itik/kg) – (Total konsumsi pakan x harga pakan)


(25)

Benefit/Cost ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan

dengan total biaya. Semakin besar B/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi,2003).

B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya

yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana

B/C Ratio > 1 : Efisien B/C Ratio = 1 : Impas

B/C Ratio < 1 : Tidak efisien

Total hasil produksi (pendapatan)

B/C-Ratio =

Total biaya produksi (pengeluaran)

Hemicell

Hemicell ® Feed Enzim adalah persiapan enzim yang dihasilkan oleh strain

Bacillus lentus, menggunakan teknik fermentasi konvensional. Produk ini adalah air berwarna coklat cair, yang berisi minimal 7,2 x 10 8 UL -1 dari β-D- mannanase. Ini dapat digunakan untuk penggemukan ayam dan itik. Dosis penggunaan yang dianjurkan 79.200 U kg -1 feedingstuffs lengkap

(Chemgen Corporation,2000).

Penambahan Hemicell ® Enzim pakan dengan dosis yang dianjurkan secara signifikan dapat meningkatkan berat badan. Enzim telah diberikan pada dosis yang


(26)

dianjurkan pada ayam untuk penggemukan. Ayam untuk penggemukan ditoleransi 12 kali dosis yang dianjurkan Hemicell (Chemgen Corporation,2000).

Bungkil Inti Sawit (BIS)

Kelapa sawit (Elaeis gueneensis, Jack) dalam susunan taksonominya tergolong ke dalam phillum Angiospermae, sub phillum Monocotyledonae, division

Corolliferae, ordo Palmales, tribe Cocoineae, genus Elaeis dan spesies gueneensis

(Hartadi et al.,1990 ; Surbakti, 1982).

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir dan berkiprah di Indonesia dan berkembang dengan baik dan produk olahannya minyak sawit dapat menjadi salah satu komoditi perkebunan yang handal (Satyawibawa dan Widyastuti, 2000).

Bungkil inti sawit adalah limbah ikutan proses ekstrasi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik (Devendra, 1997). Zat makanan yang terkandung dalam bungkil inti sawit cukup bervariasi, tetapi kandungan yang terbesar adalah protein berkisar antara 18-19%

(Satyawibawa dan Widyastuti, 2000).

Protein dan asam amino pada bungkil inti sawit (BIS)

Pada BIS terdapat 18.15% protein kasar terlihat pada Tabel 1. Tingkatan ini adalah terlalu rendah untuk digunakan dalam awal pertumbuhan pada itik, tetapi protein cukup untuk pertumbuhan unggas yang sudah dewasa. Karakteristik dan nilai nutrisi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik dan Nilai Nutrisi Bungkil Inti Sawit

Kandungan Nutrisi %

Protein kasar 18.15

Serat kasar 15.89

Bahan kering 91.08

GE (Kkal/g) 4.8964


(27)

Tabel 2. Komposisi Asam dan Ketersediaan Amino Pada BIS

Kandungan Zat Komposisi Ketersediaan

(A) (B) (C) (%) (B)

Arginin 2,18 2,68 2,40 93,2

Sistin 0,20 - - -

Glisin 0,82 0,91 0,84 63,3

Histidin 0,29 0,41 0,34 90,1

Isoleusin 0,62 0,60 0,61 86,1

Leusin 1,11 1,23 1,14 88,5

Metionon 0,30 0,47 0,34 91,0

Penilalanin 0,73 0,82 0,74 90,5

Thereonin 0,55 0,66 0,60 86,5

Lysin 0,59 0,69 0,61 90,0

Tyrosin 0,38 0,58 0,47 85,0

Serin 0,69 0,90 0,77 88,7

Valin 0,93 0,43 0,80 68,4

Triptopan 0,17 - 0,19 -

Sumber : A). Yeong, (1980), B). Nwokolo et al., (1976), C). Hutagalung, (1980) dan D). NRC, (1994)

Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lain. Namun demikian masih layak dijadikan sebagai sumber protein. Kandungan asam amino esensialnya cukup lengkap dan imbangan, kalsium dan fosfor cukup baik

(Lubis, 1992).

Pengaruh Pemberian BIS terhadap pertumbuhan Itik

Penggunaan BIS menunjukkan sebanyak 20% bisa diberikan kepada itik pedaging tanpa ada pengaruh negatif (Yeong, 1980) dan (Hutagalung, 1980). Onwudike, 1986 menyatakan penggunaan BIS terhadap pertumbuhan 28%-35% bisa diberikan dan tidak memberikan pengaruh negatif. Asam amino dan energi yang metabolisme adalah dua pertimbangan yang penting di dalam pertumbuhan unggas, terutama untuk pakan yang berserat tinggi seperti BIS.


(28)

Itik Raja

Itik mojosari banyak ditemukan di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sedangkan, penyebarannya mencakup daerah Jawa Timur dan Jawa Barat. Itik Mojosari mempunyai ciri- ciri spesifik sebagai berikut : bulu pada betinannya berwarna coklat tua kemerahan dengan beberapa variasi yang tampak diseluruh permukaan tubuh, sedangkan pada jantan bulu pada bagian kepala, leher, dan dada berwarna coklat gelap mendekati hitam, bagian perut agak keputih- putihan, serta pada bagian punggung coklat tua. Bulu dibagian ekornya melengkung keatas dan pada bagian sayap terdapat bulu suri yang berwarna hitam mengkilap. Paruh dan kaki itik mojosari betina berwarna hitam, sedangkan pada itik jantan paruh dan kaki tampak lebih hitam dari betina. Selain itu, ada juga itik mojosari(betina dan jantan) yang berwarna putih polos dengan warna paruh dan kaki kuning. Itik seperti ini sering disebut itik mojosari putih. Namun, populasinya sudah sangat jarang. Bobot telur itik mojosari coklat rata- rata 69 g dan itik mojosari putih 65,2 g. Produksi telur itik mojosari coklat 238 butir per tahun dan itik mojosari putih 219 butir per tahun sehingga kebutuhan gizi itik ini dapat dilihat pada Tabel 3 (Supriyadi, 2009).

Hasil penelitian mengenai itik belum banyak dipublikasikan,sehingga cara pemeliharaan itik dengan intensif, di Indonesia masih belum bisa dilakukan. Petani peternak masih berpendapat bahwa pemeliharaan itik dengan cara ekstensif lebih menguntungkan (Wahyu, 1985).


(29)

Tabel 3. Kebutuhan gizi itik pedaging

Zat Satuan 0 - 4 minggu 4 - 6 minggu

Protein % 20 - 21 19 - 20

Energi Kkal/kg 2.800 – 2.900 2.900 - 3.000

Sumber : Supriyadi (2009).

Itik Raja memiliki ciri - ciri sebagai berikut : 1) Warna bulu coklat kehitam - hitaman dengan kombinasi warna putih pada bagian bawah dada dan perut. 2) Pada bagian leher terdapat bintik - bintik putih memanjang dari bawah mulut hingga bawah perut. Pada bagian sayap terdapat beberapa lembar bulu suri yang mengkilap berwarna biru kehitaman. 3) Pada bagian kepala terdapat garis putih, tepatnya di atas mata menyerupai alis. 4) Warna paruh dan kaki hitam, tetapi ada juga yang paruhnya berwarna hitam dan kakinya berwarna kuning. Hal ini merupakan kelainan dari suatu persilangan yang tidak dapat 100 % seragam.


(30)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini berlangsung selama 7 minggu dimulai dari Bulan Juni sampai dengan Agustus 2011.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Day Old Duck (DOD)

sexing anak jantan Itik Raja sebanyak 100 ekor. Bahan pakan penyusun ransum

terdiri dari tepung jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, bungkil inti sawit yang sudah dicampur hemicell, dan top mix. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan saat transportasi. Formalin 40% dan KMnO4

Alat

(kalium permanganat) untuk fumigasi kandang. Vitamin seperti neobro dan vitachick ® sebagai suplemen tambahan.

Kandang sebanyak 20 plot, berukuran 1 m x 1 m x 80 cm, setiap plot berisi masing-masing 5 ekor DOD, tempat pakan sebanyak 40 buah, tempat minum sebanyak 20 buah, timbangan Salter dengan skala 5 kg dengan ketelitian 0,01 g, alat- alat kebersihan seperti ember, sapu lidi, alat penerangan dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 60 buah dan alat tulis, buku data dan kalkulator.


(31)

Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Dengan perlakuan pemberian ransum, yaitu :

R0

R

= 0 % BIS yang diberi Hemicell sebanyak 2cc/kg

1

R

= 5 % BIS yang diberi Hemicell sebanyak 2cc/kg

2

R

= 10 % BIS yang diberi Hemicell sebanyak 2cc/kg

3

R

= 15 % BIS yang diberi Hemicell sebanyak 2cc/kg

4

Ulangan yang didapat berasal dari rumus :

= 20 % BIS yang diberi Hemicell sebanyak 2cc/kg

t(n-1) ≥15 5(n-1 )≥15 5n-5≥15 5n≥20 n≥4

Dengan susunan sebagai berikut :

R01 R13 R24 R34 R4

R1

4

R0

2 2 R33 R21 R4

R4

2

R3

3 2 R14 R03 R2

R3

2

R2

1 3 R04 R41 R1

Model matematika percobaan yang digunakan adalah :

1

Yij = µ + γi + εij Dimana :

i = 1, 2, 3, . . . .i = perlakuan j = 1, 2, 3, . . . .i = ulangan

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke j µ = nilai tengah umum

γi = pengaruh perlakuan ke-i


(32)

IOFC = (Bobot badan akhir itik – bobot badan awal x harga jual itik/kg) – (Total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg) Parameter Peneletian

1. Laba – Rugi (L/R)

Analisa laba-rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan (total reserve) dan total pengeluaran (total cost).

2. Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih

pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara pertambahan bobot badan akibat perlakuan (dalam Kg bobot hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertumbuhan bobot badan ternak (Prawirokusumo, 1990).

3. Analisis B/C-Ratio (benefit / cost ratio)

B/C ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan

total biaya. Semakin besar B/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi,2003).

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah sistem plot, terdiri dari 20 unit, setiap unit terdapat 5 ekor DOD (Day Old Duck). Sebelum DOD dimasukkan, kandang dibersihkan dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan


(33)

Rodalon dan fumigasi menggunakan formalin 40% dan KMnO4

2. Random DOD (Day Old Duck)

. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan. Istirahat kandang dilakukan selama 1 minggu. Air gula diberikan pada saat DOD baru tiba untuk mengurangi cengkaman stres selama perjalanan.

Sebelum DOD dimasukkan kedalam kandang, terlebih dahulu dilakukan homogenitas berat awal DOD, kemudian dilakukan pengambilan secara acak (random) yang bertujuan untuk memperkecil nilai keragaman dan menghilangkan subjektivitas serta untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing unit sebanyak 5 ekor.

3. Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari tepung jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil inti sawit, minyak nabati, kapur dan top mix.

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari tepung jagung, dedak padi, Bahan penyusun ransum yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi tiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ransum.

4. Pemeliharaan Itik

Itik dipelihara dalam kandang perlakuan yang diberi pemanas dan penerangan (lampu pijar 45 watt). Ransum dan air minum diberikan secara


(34)

Alas kandang diberi serbuk gergaji kayu untuk melindungi ternak dari kelembaban sehingga ternak menjadi lebih hangat. Pemberian serbuk kayu ini digunakan pada awal ternak atau itik masuk sampai dengan umur 4 minggu, setelah tumbuh bulu pada itik serbuk kayu tidak lagi digunakan. Itik di pelihara langsung ke liter sampai pemanenan.

5. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan setiap minggu selama penelitian (7 minggu). 6. Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap pengamatan ditabulasi kemudian dianalisis. Analisis yang dilihat adalah analisis laba rugi, analisis IOFC dan analisis B/C ratio.


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Usaha

1. Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung : biaya bibit, biaya ransum, biaya obat – obatan, biaya tenaga kerja, biaya sewa kandang dan biaya fumigasi.

1.1. Biaya Pembelian Bibit

Bobot badan awal bibit Day Old Duck ( DOD) itik raja merupakan acuan utama total hasil produksi yang diterima (laba/rugi) setelah diperoleh bobot badan akhir dari perlakuan. Rataan bobot badan awal DOD itik Raja/perlakuan, dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot badan awal DOD

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 45,60 39,40 43,60 38,80 16740 41,85

R1 39,40 36,40 43,00 40,63 159,43 39,85

R2 37,40 40,00 41,81 44,00 163,21 40,80

R3 39,40 39,00 42,60 40,00 161,00 40,25

R4 38,20 36,40 37,60 40,80 153,00 38,25

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit Day Old

Duck (DOD) dan harga saat pembeliaan DOD sebesar Rp. 3000/ekor untuk itik


(36)

Biaya pembelian bibit keseluruhan didapat Rp. 300.000. Dengan asumsi 100 ekor DOD dikali dengan harga DOD Rp. 3000/ekor. Sehingga didapat harga beli bibit DOD keseluruhan Rp.300.000. Biaya pembelian bibit DOD dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya pembelian bibit DOD (Rp/perlakuan)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000

R1 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000

R2 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000

R3 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000

R4 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

1.2. Biaya Ransum

Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan ransum yang diperoleh dari perkalian antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan harga ransum perkilogram, sehingga diperoleh biaya ransum yang dikonsumsi selama penelitian. Bahan ransum yang terdiri dari tepung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak, bungkil inti sawit yang dicampur Hemicell, kapur, top mix dan minyak makan. Rataan biaya ransum itik raja selama penelitian sebesar Rp 17.014pada perlakuan R0, Rp 17.152 pada perlakuan R1, Rp 16.313 pada perlakuan

R2, Rp 15.778 pada perlakuan R3 dan Rp 15.170 pada perlakuan R4. Rataan biaya

ransum yang terbaik di peroleh pada perlakuan R4 sebesar Rp. 15.170,

dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Biaya ransum pada perlakuan R4 lebih

rendah dari perlakuan yang lain. Jumlah ransum itik raja selama penelitian tertera pada Tabel 6.


(37)

Tabel 6. Jumlah ransum itik raja selama penelitian (g/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 4.236,01 4.444,40 4.148,66 4.228,54 17.057,60 4.264,40

R1 4.251,96 4.219,55 4.244,60 4.348,93 17.065,04 4.266,26

R2 4.282,90 4.416,13 4.205,10 4.095,33 16.999,46 4.249,87

R3 4.294,19 4.424,17 4.106,83 4.168,07 16.993,25 4.248,31

R4 4.243,27 4.147,31 4.283,05 4.314,98 16.988,61 4.247,15

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

Setelah diketahui jumlah ransum yang digunakan selama penelitian maka dapat diketahui total biaya konsumsi selama penelitian. Biaya konsumsi ransum dapat dihitung dari total jumlah ransum yang dikonsumsi itik raja tiap perlakuan selama penelitian dikalikan dengan harga ransum tiap perlakuan. Biaya seluruh konsumsi ransum selama penelitian tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya ransum itik raja selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 16.902 17.733 16.553 16.872 68.059 17.014

R1 17.095 16.965 17.065 17.485 68.610 17.152

R2 16.440 16.951 16.141 15.720 65.252 16.313

R3 15.949 16.431 15.253 15.480 63.112 15.778

R4 15.157 14.814 15.299 15.413 60.683 15.170

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

1.3.Biaya Obat – obatan

Biaya obat – obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat – obatan yang diberikan selama penelitian. Obat – obatan yang diberikan adalah vitachick, neobro dan gula merah sebagai sumber tambahan vitamin dan energi yang dicampurkan kedalam air minum. Dengan rincian harga vitachick sebanyak 3 bungkus dengan harga perbungkus Rp 2.500 dan neobro sebanyak 1,5 bungkus dengan harga Rp 18.000 serta pembelian gula merah sebesar Rp 8.000 dan 4 bungkus cimahi dengan harga perbungkus Rp. 3.000 . Pemberian air gula untuk memberikan energi pada anak itik yang baru datang serta vitamin diharapkan agar nafsu makan dan daya tahan tubuh itik raja dapat bertahan dari berbagai macam


(38)

jenis penyakit yang dapat menyerang itik raja tersebut. Biaya Obat- obatan selama penelitian tertera pada Tabel 8

Tabel 8. Biaya obat – obatan tiap perlakuan (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 545.00 545.00 545.00 545.00 2.180,00 545.00

R1 545.00 545.00 545.00 545.00 2.180,00 545.00

R2 545.00 545.00 545.00 545.00 2.180,00 545.00

R3 545.00 545.00 545.00 545.00 2.180,00 545.00

R4 545.00 545.00 545.00 545.00 2.180,00 545.00

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan 1.4. Biaya/Upah tenaga kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara itik raja selama penelitian. Berdasarkan Upah Minimum Regional Propinsi Sumatera Utara (UMRP) sebesar Rp. 1.035.000,00/bulan. Dengan asumsi 1 orang tenaga kerja dapat menangani 5000 ekor itik raja . Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk 100 ekor itik raja sebesar Rp. 33.810,00 selama 49 hari. Biaya atau upah tenaga kerja tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

R1 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

R2 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

R3 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

R4 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

Keterangan: Upah tenaga kerja berdasarkan UMRP SUMUT (Upah Minimum Regional Propinsi Sumatera Utara) sebesar Rp. 1.035.000,00/bulan.

Dengan asumsi 1 orang tenaga kerja dapat menangani 5000 ekor itik raja .

1.5. Biaya Sewa Kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang diperhitungkan berdasarkan nilai dari sewa kandang sehingga diperoleh sewa kandang selama penelitian. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan


(39)

kandang selama penelitian sebesar Rp. 250.000. Dan biaya untuk sewa kandang untuk itik raja tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 10.000,00 2.500,00

R1 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 10.000,00 2.500,00

R2 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 10.000,00 2.500,00

R3 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 10.000,00 2.500,00

R4 2.500,00 2.500,00 2.500,00 2.500,00 10.000,00 2.500,00

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

1.6. Biaya Fumigasi

Biaya fumigasi adalah biaya yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan–bahan yang diperlukan dalam melakukan fumigasi. Seperti pembelian formalin dan KMnO4. Dengan rincian harga formalin sebanyak 1 liter

seharga Rp 10.000 dan KMnO4

Tabel 11. Biaya fumigasi tiap perlakuan (Rp/ekor)

dengan harga Rp 15.000. Biaya untuk melaksanakan fumigasi tertera pada Tabel 11.

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1

2 3 4

R0 250,00 250,00 250,00 250,00 1.000,00 250,00

R1 250,00 250,00 250,00 250,00 1.000,00 250,00

R2 250.00 250,00 250,00 250,00 1.000,00 250,00

R3 250,00 250,00 250,00 250,00 1.000,00 250,00

R4 250,00 250,00 250,00 250,00 1.000,00 250,00

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

1.7. Total seluruh biaya produksi selama penelitian

Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya produksi. Maka biaya produksi tertera pada Tabel 1


(40)

Tabel 12. Total biaya produksi selama penelitian

Total Biaya Produksi Rupiah (Rp)

Biaya pembelian bibit 300.000

Biaya pembelian ransum 1.628,592

Biaya obat – obatan 54.500

Biaya/upah tenaga kerja 33.810

Biaya sewa kandang 250.000

Biaya fumigasi 25.000

Total 2.291,902

Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biaya produksi untuk tiap perlakuan selama penelitian. Total biaya produksi terbaik dapat kita lihat pada perlakuan R4 sebesar Rp. 20.156. Total biaya produksi dikatakan terbaik pada

perlakuan R4 karena lebih kecil dari total biaya R0,R1,R2 dan R3

Tabel 13. Total biaya produksi tiap perlakuan (Rp/ekor)

dan jumlah total biaya selama penelitian tiap perlakuan tertera pada Tabel 13.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

R0 21.887 22.719 21.539 21.857 88.002 22.000 R1 22.081 21.950 22.051 22.470 88.552 22.138 R2 21.425 21.937 21.127 20.705 85.194 21.299 R3 20.934 21.417 20.238 20.466 83.055 20.764 R4 20.142 19.800 20.285 20.399 80.625 20.156 Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

1. Total Hasil Produksi

Total hasil produksi adalah semua perolehan dari hasil penjualan yaitu penjualan itik raja dan penjualan kotoran itik raja.

2.1. Hasil Penjualan itik raja

Penjualan itik raja diperoleh dari harga jual itik raja perkilogram dikali rata- rata bobot badan akhir itik. Rata- rata bobot badan akhir itik raja yaitu sebesar 1.293,88 gram atau sebesar 1,29 kilogram dan harga waktu penjualan itik yaitu sebesar Rp 18.000/kg. Sehingga diperoleh hasil seluruh penjualan itik raja yaitu


(41)

sebesar Rp 2.328,984. Rataan bobot badan akhir dan hasil penjualan itik raja tertera pada Tabel 14 dan Tabel 15.

Tabel 14. Ratan bobot badan akhir itik raja (g/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

R0 1.315,7 1.320,2 1.293,6 1.285,8 5.215,3 1.303,8

R1 1.313,7 1.321,4 1.315,2 1.301,8 5.252,1 1.313,0

R2 1.297,3 1.300,1 1.282,8 1.272,8 5.153,0 1.288,2

R3 1.288,6 1.300,4 1.276,7 1.277,1 5.142,8 1.285,7

R4 1.264,8 1.313,2 1.261,1 1.275,3 5.114,4 1.278,6

Keterangan: Jumlah anak itik umur 1 hari (DOD) sebanyak 5 ekor/unit percobaan

Tabel 15. Hasil penjualan itik raja (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1

2 3 4

R0 23.682,6 23.763,6 23.284,8 23.144,4 93.875,4 23.468,8

R1 23.646,6 23.785,2 23.673,6 23.432,4 94.537,8 23.634,4

R2 23.351,4 23.401,8 23.090,4 22.910,4 92.754,0 23.188,5

R3 23.194,8 23.407,2 22.980,6 22.987,8 92.570,4 23.142,6

R4 22.766,4 23.637,6 22.699,8 22.955,4 92.059,2 23.014,8

Keterangan: Harga jual itik raja Rp 18.000/Kg

: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekor/unit percobaan

Dari tabel 15 diperoleh hasil penjualan itik raja rata-rata pada R0 sebesar Rp

23.468,85/ekor, R1 sebesar Rp 23.634,45/ekor, R2 sebesar Rp 23.188,50/ekor, R3

sebesar Rp 23.142,60/ekor dan R4 sebesar Rp 23.014,80/ekor Dari kelima

perlakuan diatas penerimaan terbesar pada perlakuan R1 sebesar Rp 23.634,45, ini

di sebabkan pada perlakuan R1 mempunyai berat badan rata-rata itik 1.313,025 kg

lebih tinggi dari perlakuan R0 sebesar 1.303,825 danR2 sebesar 1.288,25 sehingga


(42)

2.2. Hasil Penjualan Kotoran itik raja

Penjualan kotoran itik raja diperoleh dari harga jual kotoran itik raja perkilogram. Harga waktu penjualan yaitu sebesar Rp 2.500 /goni dikali total bobot kotoran itik raja sebanyak 50 goni. Maka harga penjualan seluruh kotoran itik raja adalah Rp 125.000.

Dan hasil penjualan kotoran itik selama penelitian tertera pada Tabel 16 Tabel 16. Hasil penjualan kotoran itik raja tiap perlakuan (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 1.250 1.250 1.250 1.250 5.000 1.250

R1 1.250 1.250 1.250 1.250 5.000 1.250

R2 1.250 1.250 1.250 1.250 5.000 1.250

R3 1.250 1.250 1.250 1.250 5.000 1.250

R4 1.250 1.250 1.250 1.250 5.000 1.250

Keterangan: Harga jual kotoran itik raja Rp 125/Kg

Tabel 17. Total hasil produksi

Total Hasil Produksi Rupiah (Rp)

Hasil penjualan itik raja 2.328,984

Hasil penjualan kotoran itik raja 125.000

Total 2.453,984

Total hasil produksi usaha itik raja yang diperoleh dari hasil penerimaan penjualan itik raja dan kotoran dengan mengalikan harga produksinya sebesar Rp 2.453,984 yang terdiri dari hasil penjualan itik raja sebesar Rp 2.328,984 dan hasil penjualan kotoran itik raja sebesar Rp 125.000. Dan total hasil produksi selama penelitian tertera pada Tabel 17

Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut (Budiono, 1990). Penerimaan bersumber dari penjualan hasil usaha seperti panen tanaman dan hasil olahannya serta panen dari peternakan dan hasil olahannya (Kadarsan, 1995).


(43)

Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi, hasil penjualan itik raja ditambah hasil penjualan kotoran itik raja. Maka total hasil produksi tiap perlakuan tertera pada Tabel 18.

Tabel 18. Total hasil produksi tiap perlakuan (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

R0 24.933 25.014 24.535 24.394 98.875 24.719

R1 24.897 25.035 24.924 24.682 99.538 24.884

R2 24.601 24.652 24.340 24.160 97.754 24.439

R3 24.445 24.657 24.231 24.238 97.570 24.393

R4 24.016 24.888 23.950 24.205 97.059 24.265

Keterangan: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekor/unit percobaan

3. Analisis Usaha Berdasarkan Data – data Diatas 3.1. Analisis Laba – Rugi

Analisis usaha atau laba – rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut untung atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi. Keuntungan yang terbaik dapat kita lihat pada perlakuan R4

Keuntungan = Total Hasil Produksi – Total Biaya Produksi

= Rp 97.059 – Rp 80.625 = Rp 16.435

Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ternak ditambah penjualan kotoran ternak memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya bibit, biaya ransum, biaya obat – obatan, biaya/upah tenaga kerja, biaya sewa kandang dan biaya fumigasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1995) yaitu keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk


(44)

memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Soekartawi 1995).

Diketahui bahwa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan dengan total hasil produksi. Pada perlakuan R0 dengan rata-rata keuntungan sebesar 2.718 dan

R4 dengan rata-rata 4.108. Dari hasil yang diperoleh perlakuan R4

Tabel 19. Keuntungan (laba / rugi) tiap perlakuan (Rp/ekor)

memiliki keuntungan terbesar dengan pemakaian bungkil inti sawit yang diberi hemicell sebanyak 20%, karena harga ransum pada level ini jauh lebih murah dibandingkan pada level yang lain. Penelitian itik raja yang dilakukan selama 49 hari memberikan keuntungan. Berikut dapat dilihat keuntungan (laba / rugi) pada Tabel 19.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

R0 3.045 2.295 2.996 2.537 10.874 2.718 R1 2.816 3.085 2.873 2.212 10.986 2.746 R2 3.176 2.715 3.214 3.455 12.560 3.140 R3 3.511 3.240 3.992 3.772 14.515 3.629 R4 3.874 5.088 3.665 3.807 16.434 4.108 Keterangan: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekor/unit percobaan

3.2. Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan usaha

peternakan dengan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha pemeliharaan ternak. Dan Income Over feed Cost selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 20


(45)

Tabel 20. Income Over Feed Cost (IOFC) tiap perlakuan (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

R0 8.031 7.280 7.982 7.523 30.816 7.704 R1 7.802 8.070 7.858 7.198 30.928 7.732 R2 8.161 7.700 8.199 8.440 32.502 8.125 R3 8.496 8.226 8.978 8.758 34.457 8.614 R4 8.859 10.073 8.651 8.792 36.376 9.094 Keterangan: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekor/unit percobaan

Berdasarkan tabel diatas diperoleh rataan IOFC pada perlakuan R4 sebesar

Rp 9.094, rataan IOFC pada perlakuan R3 sebesar Rp 8.614, rataan IOFC pada

perlakuan R2 sebesar Rp 8.125, rataan IOFC pada perlakuan R1 sebesar Rp

7.732 serta rataan IOFC pada perlakuan R0

Berdasarkan data diatas maka rataan IOFC yang tertinggi didapat pada perlakuan R

sebesar Rp 7.704.

4

Analisis Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

sebesar Rp. 9.094 sehingga memberikan keuntungan.

Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha tersebut dihentikan karena kurang layak. Dan B/C Ratio selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 21

Tabel 21. B/C ratio tiap perlakuan

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

R0 1.14 1.10 1.14 1.12 4.50 1.12 R1 1.13 1.14 1.13 1.10 4.50 1.12 R2 1.15 1.12 1.15 1.17 4.59 1.15 R3 1.17 1.15 1.20 1.18 4.70 1.18 R4 1.19 1.26 1.18 1.19 4.82 1.20 Keterangan: Jumlah itik raja sebanyak 5 ekor/unit percobaan

B/C ratio yang diperoleh analisis usaha itik pedaging mojosari alabio umur 0-7 minggu menggunakan bungkil inti sawit yang diberi hemicell pada ransum itik raja layak untuk dilanjutkan karena rataan dari semua perlakuan memiliki hasil


(46)

perlakuan R4 yaitu sebesar 1.20 dan nilai rataan B/C ratio terendah diperoleh pada

perlakuan R0 dan R1 sebesar 1.12. B/C ratio tertinggi terdapat pada perlakuan R4

Semakin besar nilai B/C ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai B/C ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan layak apabila total biaya pengeluaran lebih kecil dibandingkan dengan total biaya pemasukan.

dapat meberikan keuntungan karena semakin tinggi B/C ratio akan memberikan keuntungan dan semakin kecil B/C ratio maka keuntungan akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karo – karo et al (1995) bahwa suatu usaha dapat dikatakan memberikan keuntungan bila nilai B/C ratio diatas 1 (> 1).

3.3. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan data-data diatas maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitian seperti pada Tabel 22

Tabel 22. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan

Parameter Penelitian Yang Diamati Total biaya produksi

Total hasil

produksi Laba IOFC B/C Ratio

R0 22000 24718.9 2718 7703.89 1.12

R1 22138 24884.5 2746 7731.95 1.12

R2 21299 24438.5 3140 8125.39 1.15

R3 20764 24392.6 3629 8614.37 1.18

R4 20156 24264.8 4108 9093.97 1.20

Dari tabel rekapitulasi hasil penelitian diatas dapat dilihat perbedaan hasil dari tiap perlakuan. Pada perlakuan R0, R1, R2, R3 dan R4 menunjukkan total hasil

penelitian yang berbeda-beda yaitu 24.718.9, 24.884.5, 24.438.5, 24.392.6 dan 24.264.8, dari total hasil diatas didapat tertinggi pada perlakuan R1 sehingga


(47)

salah satunya biaya ransum. Ransum merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan yaitu 70 - 80%, biaya ransum rata-rata pada R0 sebesar Rp 3.990, R1

sebesar Rp 4.020,5, R2 sebesar Rp 3.838,5, R3 sebesar Rp 3.714 dan R4 sebesar Rp

3.572. Dilihat dari biaya ransum, biaya terendah pada R4 dan tertinggi R1 sehingga

R4 memberikan keuntungan dilihat dari biaya ransum,yang dikeluarkan

Keuntungan (laba) yang diperoleh pada perlakuan R

pada hasil penelitian. Perbedaan jumlah ransum, harga ransum dan berat badan akhir itik dapat mempengaruhi perbedaan total biaya produksi.

4 lebih tinggi yaitu

sebesar Rp 4.108 dan terendah pada perlakuan R3, R2, R1 dan R0 sebesar Rp 3.629,

3.140, 2.746 dan 2.718. Hal ini disebabkan efisiensi harga ransum dan biaya ransum pada R4 lebih rendah sehingga mempengaruhi total hasil produksi dan total biaya produksi.

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi ransum, faktor efisiensi biaya juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya ransum. Perhitungan IOFC ini terlepas dari biaya lain yang belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, sewa kandang, bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya tetap, maka IOFC pada penelitian diperoleh biaya tertinggi pada R

4 sebesar Rp 9.093,97

dan biaya terendah yaitu pada R0 sebesar Rp 7.703,89. Ini di sebabkan karena,

perbedaan biaya ransum pada perlakuan yang tidak sama sehingga nilai IOFC pada setiap perlakuan berbeda-beda. Bukan hanya biaya ransum tetapi total pendapatan juga mempengaruhi nilai IOFC pada perlakuan.


(48)

Pada B/C ratio, nilai tertinggi diperoleh pada R4 sebesar 1.20 dan nilai

terendah diperoleh pada R0 dan R1

Rp 160,00. Semakin besar B/C ratio dalam usaha, maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh peternak mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi,2003). Maka penggunaan bungkil inti sawit yang ditambahkan

hemicell pada ransum dari segi analisis usaha itik raja layak digunakan.

sebesar 1.12. B/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Pada hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata B/C ratio 1.16 ini berati setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1000,00 maka akan mendapatkan keuntungan tambahan sebesar


(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan bungkil inti sawit yang ditambahkan hemicell pada ransum itik raja dapat meningkatkan keuntungan dan dapat diterapkan pada usaha peternakan itik raja. Bungkil inti sawit pada level 20% yang diberi hemicell sebanyak 2 cc/kg memberikan hasil yang terbaik.

Saran

Dari hasil penelitian disarankan kepada para peternak untuk menggunakan Bungkil inti sawit yang ditambahkan Hemicell dalam ransum ternak itik raja sebanyak 20 % dan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk level yang lebih tinggi.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, 1990. Analisis Pulang Pokok, UGM-Press, Yogyakarta.

Budiono, 1990. Ekonomi Mikro Edisi Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1 Edisi Kedua Cetakan ke II BEFE, Yogyakarta.

Chemgen Corporation. 2000. Hemicell Feed Enzyme. Chemgen corp.,USA.

Devendra, C.,1997. Utilation Feeding Stuff from the Oil Palm, Malaysia Society of Animal Production Serdang, Malaysia.

Hansen dan Mowen. 2001. Manajemen Biaya. Salemba Empat Patria, Jakarta. Hartadi, H., L.E. Harris., L.C, Kearl., S. Lebdosoekojo., dan A.D, Tillman. 1990.

Tabel-Tabel dan Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Published by The International. Feed Stuff Institude Utah Agric. Exp. St.,

Utah State University, Logan, Utah.

Hutagalung, R. I., 1980. Availability of Feedstuffs for Farm Animals. Proccedings First Asia-Australia Animal Science Congress, Abstract No 40:15.

Kadariah. 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kadarsan, H., 1995. Keuangan Pertanian dan Pemembiayaan Perusahaan

Agribisnis. Cetakan ke Dua. PT Gramedia,Jakarta.

Karo – Karo, S., Junias Sirait and Henk Knipsheer. 1995. Farmers Shares,

Marketing Margin and Demand for Small Ruminant In North Sumatera,

Working Paper No.150 November.

Kasmir dan Jakfar. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Lipsey, R., P. Courant, D. Purvis dan P. Steiner, 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid I. Binarupa Aksara, Jakarta.

Lubis, A.V. 1992. Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis JACK)

diIndonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandur Kuala. SUMUT.

Murtidjo, B. A., 1995. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta. NRC. 1994. Nutrient Requirements of poultry. National academy Press,


(51)

Nwokolo , E. N., Bragg, D. B. And Saben, H. S., 1976. The Availability of Amino

Acids From Palm Kernel, Soybean, Cotton Seed Meal for The Growing Chick. Poultry Science 31:189-194.

Onwudike, O. C., 1986. Palm Kernel As A Feed for Poultry 2. Diets Containing

Palm Kernel Meal for Starter and Grower Pullets. Animal Feed Science

and Technology 16:187-194.

Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komperatif. BPFE, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Satyawibawa, I., dan Y.E. Widayastuti. 2000. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya,

Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sembiring, P., 2006. Biokonversi Limbah Pabrik Minyak Inti Sawit Dengan

Phanerochaete Chrysosporium Dan Implikasinya Terhadap Performans Ayam Broiler. Disertasi. UNPAD. Bandung.

Soekartawi. 2003. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. Supriyadi. 2009. Panen Itik Pedaging Dalam 6 Minggu. PT. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Surbakti, P. 1982. Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis, Jack) di Kebun

Betung PTP X (Persero) Palembang Untuk Proyek NES (Nucleus Estate Small Holders) IV. Laporan Praktek Kerja Lapang. Fakultas Pertanian

IPB.Bogor.

Wahyu, J., 1985, Ilmu Nutrisi Unggas, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta Yeong , S. W., 1980. Amino Acid Availability of Palm Kernel Cake. Palm Oil

Sludge and Sludge Fermentated Product (Prolima) In Studies with Chickens. Mardi Research bulletin 11:84-88.


(52)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Harga bahan-bahan ransum dan obat-obatan serta vitamin selama penelitian

Bahan-bahan Ransum Harga Keterangan

Tepung jagung 3000/Kg BahagiaTernak

Tepung ikan 6000/Kg Poultry Shop Sumber Ternak

Bungkil kedelai 6500/Kg BahagiaTernak

Bungkil Kelapa 1500/Kg BahagiaTernak

Dedak Halus 1500/Kg BahagiaTernak

Bungkil Inti Sawit dicampur

hemicell 2025/Kg Bapak warisman

Top mix 10000/Kg Poultry Shop Sumber Ternak

Minyak nabati 10000/Kg Pajak sore padang bulan

Vitachick 3000/bungkus BahagiaTernak

Neobro 18000/Kg Poultry Shop Sumber Ternak

Keterangan :

Poultry Shop Sumber Ternak Jalan Jamin Ginting Padang Bulan, Medan BahagiaTernak Jalan Gedung Johor – Namo Rambe, Medan


(53)

Lampiran 2. Biaya Pembelian Bibit

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4

R0 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 R1 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 R2 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 R3 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 R4 15.000 15.000 15.000 15.000 60.000 15.000 Rataan 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 Total 300.000

Lampiran 3.Konsumsi Ransum Selama Penelitian

Perlakuan Konsumsi ransum (g/ekor/minggu) Total Rataan

I II III IV V VI VII 605.14

R01 101.01 314.25 563.40 639.37 709.08 943.99 964.91 4236.01 634.91

R02 109.66 324.15 598.33 681.36 759.20 961.04 1010.66 4444.40

R03 97.01 292.06 605.00 671.09 761.28 855.53 866.70 4148.66 592.67

R04 103.57 316.53 574.04 636.74 734.14 913.64 949.90 4228.54 604.08

R11 97.70 302.52 544.67 621.84 760.69 927.08 997.46 4251.96 607.42 609.47

R12 102.67 302.46 589.68 640.60 765.57 923.55 895.03 4219.55 602.79

R13 101.62 325.16 558.84 642.96 750.60 894.74 970.68 4244.60 606.37

R14 101.62 356.58 572.93 662.26 769.73 932.24 953.57 4348.93 621.28

R21 104.28 320.66 582.33 643.52 738.94 924.26 968.91 4282.90 611.84 607.12

R22 106.60 325.40 602.10 685.39 758.44 959.65 978.56 4416.13 630.88

R23 95.82 313.69 566.55 635.53 714.40 944.86 934.25 4205.10 600.73

R24 93.19 292.47 604.91 623.40 757.36 857.63 866.36 4095.33 585.05

R31 95.69 323.14 563.35 648.59 742.99 950.73 969.70 4294.19 613.46 606.90

R32 98.88 327.96 582.37 690.50 762.58 962.02 999.88 4424.17 632.02

R33 95.63 296.22 613.29 628.03 751.61 857.68 864.36 4106.83 586.69

R34 94.08 314.97 567.94 641.08 701.35 910.40 938.26 4168.07 595.44

R41 97.19 319.51 552.01 647.00 718.21 947.51 961.83 4243.27 606.18 606.74

R42 96.84 304.14 594.62 646.92 729.66 873.62 901.51 4147.31 592.47

R43 92.72 322.75 589.20 648.50 733.23 953.84 942.82 4283.05 611.86


(54)

Lampiran 4. Rataan konsumsi itik

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 605.14 634.91 592.67 604.08 2,436.80 609.20

R1 607.42 602.79 606.37 621.28 2,437.86 609.47

R2 611.84 630.88 600.73 585.05 2,428.49 607.12

R3 613.46 632.02 586.69 595.44 2,427.61 606.90

R4 606.18 592.47 611.86 616.43 2,426.94 606.74

Rataan 608.81 618.62 599.66 604.45 607.89

Total 12,157.71

Lampiran 5. Total Konsumsi Itik

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 4.236,01 4.444,40 4.148,66 4.228,54 17.057,60 4.264,40

R1 4.251,96 4.219,55 4.244,60 4.348,93 17.065,04 4.266,26

R2 4.282,90 4.416,13 4.205,10 4.095,33 16.999,46 4.249,87

R3 4.294,19 4.424,17 4.106,83 4.168,07 16.993,25 4.248,31

R4 4.243,27 4.147,31 4.283,05 4.314,98 16.988,61 4.247,15

Rataan 4.261,67 4.330,31 4.197,65 4.231,17 4.255,20

Total 85.103,97

Lampiran 6. Biaya ransum itik raja selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 16.902 17.733 16.553 16.872 68.059,83 17.014,96

R1 17.095 16.965 17.065 17.485 68.610,00 17.152,50

R2 16.440 16.951 16.141 15.720 65.252,44 16.313,11

R3 15.949 16.431 15.253 15.480 63.112,92 15.778,23

R4 15.157 14.814 15.299 15.413 60.683,32 15.170,83

Rataan 16.308 16.578,94 16.062,33 16.194,00 16.285,93


(55)

Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

R1 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

R2 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

R3 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762.00 1.690,50

R4 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 6.762,00 1.690,50

Rataan 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50 1.690,50

Total 33.810,00

Lampiran 9. Biaya Sewa Kandang

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1

2 3 4

R0 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 10,000.00 2,500.00

R1 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 10,000.00 2,500.00

R2 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 10,000.00 2,500.00

R3 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 10,000.00 2,500.00

R4 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 10,000.00 2,500.00

Rataan 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 Total 50,000.00

Lampiran 7. Biaya Obat-obatan

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 545.00 545.00 545.00 545.00 2,180.00 545.00

R1 545.00 545.00 545.00 545.00 2,180.00 545.00

R2 545.00 545.00 545.00 545.00 2,180.00 545.00

R3 545.00 545.00 545.00 545.00 2,180.00 545.00

R4 545.00 545.00 545.00 545.00 2,180.00 545.00

Rataan 545.00 545.00 545.00 545.00 545.00


(56)

Lampiran 10.Biaya Fumigasi

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1

2 3 4

R0 250.00 250.00 250.00 250.00 1,000.00 250.00

R1 250.00 250.00 250.00 250.00 1,000.00 250.00

R2 250.00 250.00 250.00 250.00 1,000.00 250.00

R3 250.00 250.00 250.00 250.00 1,000.00 250.00

R4 250.00 250.00 250.00 250.00 1,000.00 250.00

Rataan 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00

Total 5,000.00

Keterangan : harga formalin sebanyak 1 liter seharga Rp 10.000 dan KMNO4

dengan harga Rp 15.000

Lampiran 11. Total Biaya Produksi Total Biaya Produksi Rupiah (Rp) Biaya pembelian bibit Rp 300.000 Biaya pembelian

ransum Rp 1.628,592

Biaya obat – obatan Rp 54.500 Biaya/upah tenaga

kerja Rp 33.810

Biaya sewa kandang Rp 250.000 Biaya fumigasi Rp 25.000


(57)

Lampiran 12. Hasil penjualan Itik

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

R0 23.682,60 23.763,60 23.284,80 23.144,40 93.875,40 23.468,85

R1 23.646,60 23.785,20 23.673,60 23.432,40 94.537,80 23.634,45

R2 23.351,40 23.401,80 23.090,40 22.910,40 92.754,00 23.188,50

R3 23.194,80 23.407,20 22.980,60 22.987,80 92.570,40 23.142,60

R4 22.766,40 23.637,60 22.699,80 22.955,40 92.059,20 23.014,80

Rataan 23.328,36 23.599,08 23.145,84 23.086,08 23.289,84

Total 465.796,80

Lampiran 13. Hasil penjualan kotoran itik raja tiap perlakuan (Rp/ekor)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1

2 3 4

R0 1.250 1.250 1.250 1,250 5,000 1,250

R1 1.250 1.250 1.250 1,250 5,000 1,250

R2 1.250 1.250 1.250 1,250 5,000 1,250

R3 1.250 1.250 1.250 1,250 5,000 1,250

R4 1.250 1.250 1.250 1,250 5,000 1,250

Rataan 1.250 1.250 1,250 1,250 1,250

Total 25,000

Lampiran 14. Total hasil produksi

Total Hasil Produksi Rupiah (Rp)

Hasil penjualan itik raja 2.328.984 Hasil penjualan kotoran itik raja 12.5000


(1)

Formula Ransum R1 Menggunakan Hemicell 5 %

Lampiran 22.

Kebutuhan R2

NO BAHAN BATAS

PENGGUNAAN (%) PK (%) EM (kkal/kg) SK (%) LK (%) Ca (%) P (%) Lisin (%) Metionin (%)

1 BIS 29.38 2810 9.49 9.22 0.34 0.69

2 Tepung Jagung 60 8.6 3370 2 3.9 0.2 0.8 0.4 0.18

3 Dedak Halus 15 13 1630 13 13 0.12 1.5 0.77 0.23

4 Bungkil Kelapa

20 18.56 1540 15 1.8 0.2 0.6 0.64 0.29

5 Tepung Ikan 10 61.2 2565 2.6 7.9 7.7 3.9 4.62 1.51

6 Top Mix 2 0 0 0 0 23.3 18 0 0

7 Minyak Nabati 3 0 8600 0 100 0 0 0.64 0.29

3 B.Kedelai 40 40.1 2290 4.32 0.9 0.32 0.67 2.9 0.65

Kebutuhan 19 3100 5 3

0,65-1,0

0.63 1.02 0.41

Formula Ransum R2 Menggunakan Hemicell 10 %

NO BAHAN Penggunaan PK

(%) EM (kkal/kg) SK (%) LK (%) Ca (%) P (%) Lisin (%) Metionin (%) 1 BIS + Enzim

hemicel 2 cc/Kg

10.00 2.938 281 0.949 0.922 0.034 0.069 0 0

2 Tepung Jagung 59.00 5.07 1988.30 1.18 2.30 0.12 0.47 0.24 0.11 3 Dedak Halus 0.50 0.07 8.15 0.07 0.07 0.00 0.01 0.00 0.03 4 Bungkil Kelapa 1.00 0.19 15.40 0.15 0.02 0.00 0.01 0.01 0.00 5 Tepung Ikan 10.00 6.12 256.50 0.26 0.79 0.77 0.39 0.46 0.15

6 Top Mix 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23 0.18 0.00 0.00

7 Minyak Nabati 2.00 0.00 172.00 0.00 2.00 0.00 0.00 0.01 0.01 8 B.Kedelai 16.50 6.62 377.85 0.71 0.15 0.05 0.11 0.48 0.11 total 100.00 21.00 3099.20 3.32 6.24 1.21 1.24 1.20 0.41

NO BAHAN Penggunaan PK

(%) EM (kkal/kg) SK (%) LK (%) Ca (%)

P (%) Lisin (%)

Metionin (%) 1 BIS + Enzim

hemicel 2 cc/Kg

5.00 1.469 140.5 0.4745 0.461 0.017 0.0345 0 0

2 Tepung Jagung 60.00 5.16 2022.00 1.20 2.34 0.12 0.48 0.24 0.11 3 Dedak Halus 1.00 0.13 16.30 0.13 0.13 0.00 0.02 0.01 0.03 4 Bungkil Kelapa 0.50 0.09 7.70 0.08 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 5 Tepung Ikan 10.00 6.12 256.50 0.26 0.79 0.77 0.39 0.46 0.15

6 Top Mix 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23 0.18 0.00 0.00

7 Minyak Nabati 2.00 0.00 172.00 0.00 2.00 0.00 0.00 0.01 0.01 8 B.Kedelai 20.50 8.22 469.45 0.89 0.18 0.07 0.14 0.59 0.13 total 100.00 21.19 3084.45 3.03 5.91 1.21 1.24 1.32 0.43


(2)

Lampiran23.

Kebutuhan R3

NO BAHAN BATAS

PENGGUNAAN (%) PK (%) EM (kkal/kg) SK (%) LK (%) Ca (%) P (%) Lisin (%) Metionin (%)

1 BIS 29.38 2810 9.49 9.22 0.34 0.69

2 Tepung Jagung 60 8.6 3370 2 3.9 0.2 0.8 0.4 0.18

3 Dedak Halus 15 13 1630 13 13 0.12 1.5 0.77 0.23

4 Bungkil Kelapa 20 18.56 1540 15 1.8 0.2 0.6 0.64 0.29

5 Tepung Ikan 10 61.2 2565 2.6 7.9 7.7 3.9 4.62 1.51

6 Top Mix 2 0 0 0 0 23.3 18 0 0

7 Minyak Nabati 3 0 8600 0 100 0 0 0.64 0.29

8 B.Kedelai 40 40.1 2290 4.32 0.9 0.32 0.67 2.9 0.65

Kebutuhan 19 3100 5 3

0,65-1,0

0.63 1.02 0.41

Formula Ransum R3 Menggunakan Hemicell 15 %

NO BAHAN Penggunaan PK

(%) EM (kkal/kg) SK (%) LK (%) Ca (%)

P (%) Lisin (%)

Metionin (%) 1 BIS + Enzim

hemicel 2 cc/Kg

15.00 4.407 421.5 1.4235 1.383 0.051 0.1035 0 0

2 Tepung Jagung 56.50 4.86 1904.05 1.13 2.20 0.11 0.45 0.23 0.10 3 Dedak Halus 0.50 0.07 8.15 0.07 0.07 0.00 0.01 0.00 0.03 4 Bungkil Kelapa 0.50 0.09 7.70 0.08 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 5 Tepung Ikan 10.00 6.12 256.50 0.26 0.79 0.77 0.39 0.46 0.15

6 Top Mix 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23 0.18 0.00 0.00

7 Minyak Nabati 2.00 0.00 172.00 0.00 2.00 0.00 0.00 0.01 0.01 8 B.Kedelai 14.50 5.81 332.05 0.63 0.13 0.05 0.10 0.42 0.09 total 100.00 21.36 3101.95 3.58 6.58 1.22 1.23 1.13 0.39

Lampiran 24

Kebutuhan R4

NO BAHAN BATAS

PENGGUNAAN (%) PK (%) EM (kkal/kg) SK (%) LK (%) Ca (%) P (%)

Lisin

(%)

Metionin

(%)

1 BIS 29.38 2810 9.49 9.22 0.34 0.69

2 Tepung Jagung 60 8.6 3370 2 3.9 0.2 0.8

0.4

0.18

3 Dedak Halus 15 13 1630 13 13 0.12 1.5

0.77

0.23

4 Bungkil Kelapa 20 18.56 1540 15 1.8 0.2 0.6

0.64

0.29

5 Tepung Ikan 10 61.2 2565 2.6 7.9 7.7 3.9

4.62

1.51

6 Top Mix 2 0 0 0 0 23.3 18

0

0

7 Minyak Nabati 3 0 8600 0 100 0 0

0.64

0.29

8 B.Kedelai 40 40.1 2290 4.32 0.9 0.32 0.67

2.9

0.65

Kebutuhan 19 3100 5 3

0,65-1,0


(3)

Formula Ransum R4 Menggunakan Hemicell 20 %

NO BAHAN Penggunaan PK

(%)

EM (kkal/kg)

SK (%)

LK (%)

Ca (%)

P (%)

Lisin (%)

Metionin (%) 1 BIS + Enzim

hemicel 2 cc/Kg

20.00 5.876 562 1.898 1.844 0.068 0.138 0 0

2 Tepung Jagung 54.00 4.64 1819.80 1.08 2.11 0.11 0.43 0.22 0.10 3 Dedak Halus 0.50 0.07 8.15 0.07 0.07 0.00 0.01 0.00 0.03 4 Bungkil Kelapa 0.50 0.09 7.70 0.08 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 5 Tepung Ikan 10.00 6.12 256.50 0.26 0.79 0.77 0.39 0.46 0.15

6 Top Mix 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.23 0.18 0.00 0.00

7 Minyak Nabati 2.00 0.00 172.00 0.00 2.00 0.00 0.00 0.01 0.01 8 B.Kedelai 12.00 4.81 274.80 0.52 0.11 0.04 0.08 0.35 0.08 total 100.00 21.61 3100.95 3.90 6.92 1.22 1.23 1.05 0.37

Perlakuan Bobot badan (g/ekor/minggu)

Awal I II III IV V VI VII

R01 45.60 100.20 210.90 411.30 656.60 890.20 1110.40 1315.70 R02 39.40 94.60 207.70 409.10 657.50 896.30 1110.70 1320.20 R03 43.60 96.90 206.70 406.70 648.70 883.30 1093.90 1293.60 R04 38.80 91.50 200.70 399.20 641.40 874.10 1085.40 1285.80

1303.83

R11 39.40 94.60 205.90 406.90 642.80 877.00 1097.80 1313.70 R12 36.40 92.20 205.90 407.90 656.90 896.30 1111.30 1321.40 R13 43.00 96.90 217.30 417.90 660.50 895.70 1106.90 1315.20 R14 40.60 93.90 213.70 412.80 655.60 888.90 1100.80 1301.80

1313.03

R21 37.40 89.40 197.50 395.30 636.00 867.00 1084.60 1297.30 R22 40.00 92.60 203.10 401.90 647.70 882.90 1094.70 1300.10 R23 41.00 91.70 198.90 396.30 635.70 867.70 1085.70 1282.80 R24 44.00 94.10 200.70 396.60 636.20 866.30 1075.00 1272.80

1288.25

R31 39.40 90.30 197.30 384.00 623.60 863.50 1080.00 1288.60 R32 39.00 90.50 199.90 387.60 632.30 866.40 1096.10 1300.40 R33 42.60 93.20 199.30 395.60 633.90 863.80 1080.70 1276.70 R34 40.00 89.00 194.50 389.30 627.80 852.80 1070.40 1277.10

1285.70

R41 38.20 88.30 194.50 380.40 619.20 848.30 1064.00 1264.80 R42 36.40 87.10 195.70 392.60 636.50 869.80 1109.70 1313.20 R43 37.60 86.40 191.70 387.20 624.70 849.80 1065.90 1261.10 R44 40.80 92.00 196.70 390.70 628.40 852.60 1079.40 1275.30 1278.60


(4)

Lampiran 26. LABA/RUGI

Lampiran 27. Grafik IOFC

Lampiran 28. Grafik B/C Ratio


(5)

Lampiran 30. Diagram IOFC


(6)