Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS SISTEM PENGAWASAN

PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK

SUMUT CABANG UTAMA MEDAN

Oleh

NAMA : NURYENDA PINTA TARIGAN

NIM : 060522143

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

”Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Ekstensi S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh perusahaan.

Medan, 19 Mei 2010

Yang membuat Pernyataan

Nuryenda Pinta Tarigan NIM : 060522143


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Sorgawi, Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan anugerahnya serta limpahan rahmatNya yang telah memberikan pengetahuan, kesehatan, kekuatan, kesempatan dan pengalaman kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Adapun judul skripsi saya adalah ” Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis belumlah cukup untuk menyempurnakan skripsi ini sehingga masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penggunaan maupun penyajian data. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis telah mendapat sangat banyak bantuan dan bimbingan baik berupa moral maupu n materil dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi Unversitas Sumatera Utara. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi


(4)

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan.

4. Bapak Drs. Zainul B. Torong, M.Si selaku Dosen Penguji/Pembanding I

dan Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak selaku Dosen

Penguji/Pembanding II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, Ak, selaku Dosen Wali yang telah

membantu penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan dan seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing serta membantu penulis selama perkuliahan.

6. Bapak Harmen Nasution selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Utama

Medan dan khususnya kepada Bapak Ferdinan Oktavianus selaku Staff Pelaksana Kredit yang telah memberikan izin dan data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ayahanda Daud Tarigan, SE, MM dan Ibunda terkasih M. Kerina

Sembiring yang telah banyak memberikan dukungan moral, materil, nasehat serta doanya kepada penulis. Terutama kepada Ibunda tersayang yang menjadi tempat curahan hati penulis.


(5)

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, dan penulis mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

Medan, 19 Mei 2010

Penulis,

Nuryenda Pinta Tarigan NIM : 060522143


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dan mengetahui apakah pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan perkreditan perbankan dan prosedur pemberian kredit.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif yaitu penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dari objek penelitian dan literatur-literatur lainnya kemudian menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak bagian kredit , dan data sekunder berupa struktur organisasi perusahaan, sejarah singkat perusahaan, dan daftar kolektibilitas kredit tahun 2006-2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.

Dari hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanakan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2008 yang dapat dilihat dari ratio NPL (Non Performing Loan) yaitu sebesar 4.09% per 31 Desember 2006 yang mengalami peningkatan menjadi 1,68% per 31 Desember 2007 serta mengalami peningkatan lagi menjadi 0.89% per 31 Desember 2008. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia nomor SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa tingkat ratio NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5%. Pemberian kredit telah dijalnkan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit yaitu tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit, dan tahap keputusan kredit.

Kata kunci: sistem, prosedur pemberian kredit, pengawasan kredit, NPL


(7)

ABSTRACT

This research is conducted in order to find out the effectiveness of the controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan and to find out whether the credit extension has been performed well in accordance with the credit matters of banking and the procedures of credit extension.

The sort of research performed by the writer is descriptive research; meaning that the data was gained by the writer from object of research and other literatures then explained them in detail to find out the problems of study and to find out the solutions. The sort of data used are primary data which was the outcome of interviews in form of question and answer with the credit side, and the secondary data was in the form of organization structure of a company, a brief history of a company and the list of credit collectability in the year of 2006-2010. the technique of data analysis is descriptive method.

From the objective of research, the writer may conclude that the operation of controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan is quite effective. The credit controlling which was conducted by PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan went into a increase from 2006 to 2008 which can looked from NPL ratio (Non Performing Loan) that is 4.09% per December 31, 2006 increase into 1,68% per December 31 2007 and still continued increase to 0.89% per December 31 2008. This case is appropriate for circular Indonesia Bank number SE No.6/23/DPNP date on May 31 2004 mentioned that the rate of NPL ratio is said to be good if it is less than 5%. The credit extension has been performed well in accordance with credit bank policy and the procedures of credit extension that is credit supplication step, credit analysis step and credit termination step.

Keywords: system, procedures of credit extension, credit controlling, NPL.


(8)

Daftar Tabel

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Kolektibilitas Kredit PT. Bank Sumut Cabang Utama

sampai Desember 2008 ... 69 Tabel 4.2 Daftar Kolektibilitas Kredit Tahun 2006 sampai 2008... 78


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual……... 06 Gambar 2.1 Proses Pengawasan Kredit... 29 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan... 43


(10)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Konseptual Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kredit ... 7

1. Pengertian Kredit ... 7

2. Jenis-Jenis Kredit ... 10

3. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 13

B. Sistem Pengawasan Kredit 1. Prosedur Pemberian Kredit ... 16

2. Sistem Pengawasan Kredit ... 27


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Waktu Penelitian ... 35

B. Jenis dan Sumber Data ... 35

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 36

D. Model Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 38

2. Ruang Lingkup Usaha... 39

3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 43

4. Jenis-Jenis Kredit ... 59

5. Prosedur Pemberian Kredit... 63

6. Sistem Pengawasan Kredit... 70

7. Prosedur Penyelesaian Kredit Bermasalah... 72

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Prosedur Pemberian Kredit... 73

2. Sistem Pengawasan Kredit... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 80

B. Saran... 82


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Formulir Persetujuan Membuka Kredit... 85 Lampiran ii Nota Kredit...……... 86 Lampiran iii Nota Hubungan Rekening Setempat... 87


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : NURYENDA PINTA TARIGAN

NIM : 060522143

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK SUMUT CABANG UTAMA MEDAN

MEDAN, MEI 2010 Menyetujui Pembimbing,

NIP : 19600302 198601 1 001 Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : NURYENDA PINTA TARIGAN

NIM : 060522143

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK SUMUT CABANG UTAMA MEDAN

TANGGAL : ... KETUA DEPARTEMEN

NIP : 19600302 198601 1 001 Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak TANGGAL : ...

DEKAN

NIP. 131 285 985


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

TELAH DIUJI PADA

TANGGAL

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

KETUA

: Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si,Ak

PEMBIMBING

: Nurzaimah, MM, Ak

PENGUJI I

: Drs. Zainul B. Torong, M.Si

PENGUJI II

: Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dan mengetahui apakah pemberian kredit telah dijalankan sesuai dengan perkreditan perbankan dan prosedur pemberian kredit.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif yaitu penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh dari objek penelitian dan literatur-literatur lainnya kemudian menguraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara berupa tanya jawab dengan pihak bagian kredit , dan data sekunder berupa struktur organisasi perusahaan, sejarah singkat perusahaan, dan daftar kolektibilitas kredit tahun 2006-2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.

Dari hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pelaksanakan sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2008 yang dapat dilihat dari ratio NPL (Non Performing Loan) yaitu sebesar 4.09% per 31 Desember 2006 yang mengalami peningkatan menjadi 1,68% per 31 Desember 2007 serta mengalami peningkatan lagi menjadi 0.89% per 31 Desember 2008. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia nomor SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa tingkat ratio NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5%. Pemberian kredit telah dijalnkan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan bank dan prosedur pemberian kredit yaitu tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit, dan tahap keputusan kredit.

Kata kunci: sistem, prosedur pemberian kredit, pengawasan kredit, NPL


(17)

ABSTRACT

This research is conducted in order to find out the effectiveness of the controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan and to find out whether the credit extension has been performed well in accordance with the credit matters of banking and the procedures of credit extension.

The sort of research performed by the writer is descriptive research; meaning that the data was gained by the writer from object of research and other literatures then explained them in detail to find out the problems of study and to find out the solutions. The sort of data used are primary data which was the outcome of interviews in form of question and answer with the credit side, and the secondary data was in the form of organization structure of a company, a brief history of a company and the list of credit collectability in the year of 2006-2010. the technique of data analysis is descriptive method.

From the objective of research, the writer may conclude that the operation of controlling system in credit extension at PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan is quite effective. The credit controlling which was conducted by PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan went into a increase from 2006 to 2008 which can looked from NPL ratio (Non Performing Loan) that is 4.09% per December 31, 2006 increase into 1,68% per December 31 2007 and still continued increase to 0.89% per December 31 2008. This case is appropriate for circular Indonesia Bank number SE No.6/23/DPNP date on May 31 2004 mentioned that the rate of NPL ratio is said to be good if it is less than 5%. The credit extension has been performed well in accordance with credit bank policy and the procedures of credit extension that is credit supplication step, credit analysis step and credit termination step.

Keywords: system, procedures of credit extension, credit controlling, NPL.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan yang dibangun atas dasar kepercayaan. Fungsi utama sebuah Bank adalah sebagai lembaga yang dalam aktivitas usahanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Salah satu cara penyaluran dana tersebut adalah melalui kebijakan kredit yang dilakukannya, sehingga dengan kata lain kesehatan perbankan akan sangat dipengaruhi oleh resiko kredit. Pengelolaan resiko kredit yang tidak efektif yang antara lain disebabkan kelemahan dalam penerapan serta pengawasan kebijakan dan prosedur pemberian kredit, dan penilaian kemampuan debitur dalam menyelesaikan kredit.

Sistem pengawasan kredit akan dilakukan dalam menjamin kepentingan bank terhadap kredit yang diberikan, maka bank menerapkan sistem pengawasan pemberian kredit yang diawali dengan prosedur permohonan kredit, pengawasan lanjutan setelah kredit diterima debitur sampai dengan prosedur pelunasan kredit oleh debitur. Di dalam proses pengawasan sebelum pemberian kredit pada debitur, bank meminta laporan-laporan yang diperlukan secara periodik tentang perkembangan usahanya khususnya tentang usaha yang dibiayai oleh bank sehingga bank dapat mengawasi usaha nasabahnya. Pengawasan kredit yang diberikan oleh bank sangat penting artinya bagi bank untuk menjamin kepentingannya terhadap pembayaran kembali kreditnya dan untuk memastikan digunakan sesuai rencana permohonan kredit.


(19)

Jika sistem pengawasan pemberian kredit sudah diterapkan dengan baik mulai dari nasabah mengajukan permohonan kredit sampai pelunasan kredit, maka pihak bank akan selalu dapat mengetahui dengan baik kegiatan dan perkembangan usaha nasabahnya sehingga jika persoalan yang dihadapi nasabah bank akan segera mengetahui dan berusaha membantu untuk kepentingan bank itu sendiri. Pengawasan kredit mutlak dilaksanakan untuk menghindari kredit macet. Kondisi kredit macet akan terlihat dari Non Performing Loan (NPL) atau tingkat pengembalian kredit yang lebih dari 5% yang merupakan batas toleransi kredit yang tidak tertagih setelah dinyatakan macet, standar ini ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku pemegang otoritas pengaturan perbankan di Indonesia.

Non Performing Loan (NPL) sangat menentukan dalam penilaian tigkat kesehatan Bank, dimana Bank yang memiliki nilai NPL lebih dari 5% bisa dikategorikan tidak sehat. Oleh karena itu untuk memelihara kelangsungan usahanya Bank perlu meminimalkan potensi kerugian yang akan muncul dikarenakan adanya kredit macet tersebut, salah satunya dengan mengoptimalkan kebijakan-kebijakan Bank dalam hal kredit yang tertuang dalam Standar Operasional Perusahaan dan dilakukannya pengawasan dalam hal pemberian kredit. Oleh sebab itu pemberian kredit pada masyarakat merupakan suatu proses yang memerlukan pertimbangan dan analisis yang baik dari pimpinan bank untuk menghindari kemungkinan kerugian serta pertimbangan dan analisis tersebut dipengaruhi oleh ketentuan dari Bank Indonesia dan kebijakan dari kantor pusat itu sendiri. Sebelum memberikan kredit seorang pimpinan atau pejabat yang berwenang dalam memutuskan kredit harus memperhatikan beberapa faktor


(20)

sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan kredit seperti : siapa yang menginginkan kredit, untuk apa kredit digunakan, apa dan berapa nilai agunannya, dan bagaimana dan berapa lama kredit akan dikembalikan kepada bank dan beberapa pertimbangan lainnya yang diperoleh.

Pengawasan kredit adalah usaha lancar yang produktif artinya kredit itu dapat ditarik kembali bersama bunganya sesuai perjanjian yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Hal ini penting jika kredit macet berarti kerugian bagi bank bersangkutan. Oleh karena itu, penyaluran kredit harus berdasarkan prinsip kehati-hatian dengan sistem pengendalian yang baik dan benar. Dengan demikian betapa pentingnya sektor perkreditan bagi kehidupan perbankan, sehingga sangatlah dibutuhkan pola pengawasan kredit yang terampil dan memadai.

PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan sebagai objek penelitian penulis merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan. Perusahaan perseroan yang sebagian sahamnya dimiliki pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kota Medan, memberikan layanan jasa perbankan di wilayah Sumatera Utara. Berbagai jasa pelayanan perbankan telah dilaksanakan oleh Bank Sumut dalam upaya peningkatan kualitas, termasuk di dalamnya penyaluran kredit. Adapun jenis-jenis kredit tersebut antara lain, kredit industri, kredit perdagangan, kredit pertanian, kredit investasi, kredit modal kerja dan lain sebagainya.

Pengawasan yang dilakukan oleh PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan merupakan hal yang penting dalam usaha perbankan. Tujuan dari pengawasan pemberian kredit ini untuk menjaga, mengamankan dan mengantisipasi terjadinya


(21)

penyimpangan yang dapat menjadikan kredit bermasalah dan jika tidak ditindaklanjuti akan menyebabkan kerugian bagi Bank. Serta dengan adanya sistem ini, pihak Bank dapat mengetahui dengan cepat munculnya potensi kredit bermasalah yang dapat merugikan Bank.

Berdasarkan kenyataan yang ada, maka setiap bank selalu berusaha untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap kredit dan pelayanan kepada nasabah agar tercapai tujuan yang diharapkan melihat betapa pentingnya kefektifan sistem pengawasan kredit yang nantinya akan diukur dengan tingkat NPL (Non Performing Loan), maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Analisis Sistem Pengawasan Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”.

B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Dalam proses kegiatan penelitian ini, penulis hanya membahas masalah yang berkaitan dengan sistem pengawasan terhadap pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Dalam penelitian ini laporan yang digunakan adalah Laporan Keuangan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Apakah sistem pengawasan pemberian kredit pada PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan telah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku ?


(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

Untuk mengetahui apakah sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan telah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan

pemahaman mengenai akuntansi perbankan bank secara teoritis maupun praktek.

2. Bagi PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan, penelitian ini dapat

memberikan sumbangan pemikiran bagi praktisi perbankan dalam hal pengawasan pemberian kredit pada perusahaan.

3. Bagi civitas akademika, sebagai bahan referensi dan panduan dalam

melanjutkan penelitian ini di masa akan datang, khususnya mengenai sistem pengawasan pemberian kredit.


(23)

E. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan teori di atas, maka kerangka konseptualnya sebagaimana tercantum pada gambar 1.1:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Data Olahan Penulis, 2009

Bank memerlukan informasi tentang data-data yang dimiliki calon penerima kredit. Data-data tersebut penting bagi perusahaan untuk menilai keadaan dan kemampuan nasabah sehingga menumbuhkan keyakinan Bank dalam memberikan kreditnya, hal ini dilakukan sesuai dengan prosedur pengawasan pemberian kredit yang berlaku, dimana keyakinan tersebut diperoleh dengan melakukan penilaian dengan seksama terhadap watak, kemampuan, modal agunan, dan prospek usaha dari debitur, Pengawasan yang berkelanjutan juga dilakukan pada saat pemberian kredit dan setelah pemberian kredit, guna meningkatkan kualitas pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

PT. BANK SUMUT Cabang Utama Medan

Sistem Pengawasan Pemberian Kredit sesuai prosedur yang berlaku

Meningkatkan Kualitas Pemberian Kredit secara efektif

Sistem Pengawasan Setelah Pemberian Kredit Sistem Pengawasan Saat

Pemberian Kredit Sistem Pengawasan


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kredit

1. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetjuan pemberian kredit oleh bank pada seseorang atau badan usaha adalah kepercayaan. Bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha yang berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan pada kreditur (bank) setelah jangka waktu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur.

Menurut Pasal 1 butir (11) UU No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Menurut Rivai dan Veithzal (2006:4), “


(25)

kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain(nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.”

Komaruddin (2004:151) menyebutkan, “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan (yang disamakan dengan uang) berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang dalam hal ini peminjam berkewajiban melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu dengan (biasanya) sejumlah bunga yang ditetapkan lebih dahulu”. Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:II.8A.1) mengartikan kredit sebagai, “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian kredit di atas, dapat diketahui bahwa kredit mempunyai beberapa unsur, yaitu:

a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

b. Adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan


(26)

benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh kreditor, dimana sebelumnya sudah melakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan ini meliputi kondisi masa lalu dan sekarang nasabah

c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak kreditor dengan pihak

lainnya yang berjanji akan membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.

e. Adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memilki jangka

waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

f. Adanya unsur resiko (degree of risk), baik di pihak pemberi kredit

maupun di pihak penerima kredit. Suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit, semakin besar resiko gagal bayar atau ketidakmampuan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan pihak kreditor, antara lain keinginan dari pihak pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.


(27)

g. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit. 2. Jenis-jenis Kredit

Menurut Kasmir (2003:99) jenis – jenis kredit yang disalurkan oleh Bank dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

a. kegunaan,

b. tujuan kredit, c. jangka waktu, d. jaminan, e. sektor usaha

ad.a. Berdasarkan kegunaan terdiri dari : kredit modal kerja dan kredit investasi.

1) Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk

keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya, Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2) Kredit investasi merupakan kredit yang biasanya digunakan

untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lama dan biasanya digunakan suatu perusahaan.

ad.b. Berdasarkan tujuan kredit terdiri dari : kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit perdagangan.

1) Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk

peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.


(28)

2) Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha.

3) Kredit perdagangan merupakan kredit ang digunakan untuk

kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan, yang pembayarannya diharapkan dari penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.

ad.c. Berdasarkan jangka waktu terdiri dari : kredit jangka pendek dan kredit jangka menengah, dan kredit jangka panjang.

1) Kredit jangka pendek merupaka kredit yang memiliki jangka

waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2) Kredit jangka menengah merupakan kredit yang jangka

waktunya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun. Beberapa Bank mengklasifikasikan kredit jangka menengah menjadi kredit jangka panjang.

3) Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa

pengembaliannya lebih dari 3 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan


(29)

karet, kelapa, atau manufaktur dan juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

ad.d. Berdasarkan jaminan terdiri dari : kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan.

1) Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dnegan

suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud ataupun barang tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang disalurkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

2) Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa

jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengn melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan Bank bersangkutan.

ad.e. Berdasarkan sektor usaha terdiri dari : kredit pertanian, redit peternakan, kredit industri, kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, dan kredit perumahan.

1) Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

2) Kredit peternakan merupakan kredit yang diberikan untuk jangka waktu relatif pendek, misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi.


(30)

3) Kredit industri merupakan kredit yang membiayai indsurti pengelolaan baik industri kecil, menengah dan besar.

4) Kredit pertambangan merupakan jenis kredit untuk usaha

tambang, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tmbang timah.

5) Kredit pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk

membangun sarana prasarana pendidikan.

6) Kredit profesi merupakan kredit yang diberikana kepada

kalangan para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.

7) Kredit perumahan merupakan kredit untuk membiayai

pembangunan atau pembelian perumahan. 8) Dan sektor-sektor lainnya.

3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Rivai and Veithzal (2006:6) mengatakan bahwa ” pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu profitability dan safety”. Profitability yaitu, tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan dari bunga yang harus dibayar nasabah. Sedangkan safety merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat tercapai tanpa hambatan yang berarti.

Tjoekam (1999:3) mengatakan bahwa ”dalam perkreditan melibatkan beberapa pihak yaitu: kreditur (bank), debitur (penerima kredit), otorita


(31)

moneter (pemerintah) dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, tujuan perkreditan bagi setiap pihak berbeda-beda”. Adapun tujuan kredit bagi setiap pihak yang terkait antara lain:

a. Bagi Kreditur (bank):

1) Perkreditan Merupakan sumber utama pendapatannya.

2) Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas bank.

3) Kredit dapat memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang

ada.

b. Bagi Debitur:

1) Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha

semakin lancar dan kinerja (perfomance) usaha semakin baik daripada sebelumnya.

2) Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai

jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.

3) Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam

perusahaan.

c. Bagi Otorita (pemerintah):

1) Kredit sebagai instrumen moneter.

2) Kredit dapat menciptakan kesempatan berusaha dan kesemoatan


(32)

3) Kredit dapat sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efesiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini.

d. Bagi Masyarakat:

1) Kredit dapat mengurangi pengangguran, karena membuka peluang

berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan.

2) Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatkan

daya beli.

Sedangkan Abdullah (2005:84), “ melihat tujuan pemberian kredit dari pendekatan mikro ekonomi guna mendapatkan suatu nilai tambah bagi nasabah (debitur) maupun bank sebagai kreditur, dan dari pendekatan makro ekonomi melihat pemberian kredit merupakan salah satu instrumen untuk menjaga keseimbangan jumlah uang beredar di masyarakat”.

Fungsi Kredit menurut Hasibuan (2001:88) :

a. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan

perdagangan dan perekonomian.

b. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.

c. Memperlancar arus barang dan jasa.

d. Meningkatkan hubungan internasional.

e. Meningkatkan produktivitas dana yang ada.

f. Meningkatkan daya guna (utility) barang.

g. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.

h. Memperbesar modal perusahaan.

i. Meningkatkan income per capita masyarakat

j. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih

ekonomis.

Fungsi Kredit menurut Abdullah (2005:84) :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) uang. b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) barang.


(33)

c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.

e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

B. Sistem Pengawasan Kredit

1. Prosedur Pemberian Kredit

Sebagai lembaga kredit, bank harus dapat menentukan kebijaksanaan umum yang harus ditempuhnya. Bank harus telah dapat menyelami dengan sungguh-sungguh kondisi perekonomian dan perdagangan yang merupakan landasan usahanya. Berbicara soal perkreditan tidak lepas dari masalah-masalah yang ada dalam suatu kegiatan perbankan. Dalam perkembangan bisnis perbankan permasalahannya akan semakin rumit, karena perkreditan itu sendiri akan saling berkaitan dengan kegiatan-kegiatan lainnya dan akan membentuk jaringan kerja yang terus menerus.

Untuk mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya kegiatan perkreditan tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan rangkaian peraturan - peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan perkreditan itu sendiri berlangsung. Rangkaian peraturan itu disebut kebijakan kredit. Karena kebijakan ini akan merupakan pedoman kerja di bidang perkreditan maka kebijakan tersebut harus mengandung keputusan yang bersifat teknis operasional. Pada kebijakan kredit perbankan, dibuatlah prosedur di dalam pemberian kredit oleh bank. Prosedur pemberian kredit tersebut dibagi atas beberapa tahap sebagai berikut:


(34)

a. Tahap Permohonan Kredit

Tahap ini merupakan persyaratan awal yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila hendak mengajukan kredit, yaitu dengan mengajukan terlebih dahulu surat permohonan dan mengisi daftar isian yang disediakan oleh bank. Pada tahap ini nasabah melengkapi persyaratan berupa data atau informasi berikut:

1) Identitas diri.

2) Pribadi atau perseorangan: keterangan mengenai diri pemohonan

kredit.

3) Badan usaha atau profesi terdiri dari: bentuk badan usaha,

susunan pengurus dan alamatnya, bidang usaha dan kegiatannya, dan susunan permodalan.

4) Informasi mengenai posisi keuangan perusahaan.

5) Prospek dari nasabah yang bersangkutan untuk waktu yang akan

datang.

6) Informasi sosial ekonomi.

7) Jumlah dan perincian penggunaan kredit.

8) Rencana kapan penarikan dan pengembalian kredit.

9) Informasi mengenai jaminan yang akan diberikan nasabah.

10)Membuka rekening di bank yang bersangkutan.

b. Tahap Analisis Kredit

Permohonan kredit yang sehat harus didasarkan pada suatu analisis yang cermat atas permohonan kredit yang dimaksud. Biasanya kriteria


(35)

penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan 5C. Penilaian dengan 5C ini berisi penilaian mengenai :

1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usaha, dan dengan meminta bank to bank information. Hal ini merupakan ukuran kemauan untuk membayar.

2) Capital, adalah jumlah modal/dana sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Ini dapat melihat apakah penggunaan modal yang efektif dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas.

3) Capacity, adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Ini digunakan mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.

4) Collateral, adalah barang-barang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Ini digunakan untuk menilai sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.


(36)

5) Condition, yaitu situasi politik, ekonomi, sosial, budaya yang mempengaruhi kelancaran perusahaan calon nasabah.

Selain dengan menggunakan prinsip 5C ini, pihak perbankan juga akan mempertimbangkan beberapa aspek yang mempengaruhi dalam pemberian kredit, diantaranya:

1) Aspek hukum, yang dinilai adalah masalah legalitas badan usaha

serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian ini akan meneliti akte pendirian perusahaan, Surat Izin Usaha, Tanda daftar perusahaan, NPWP dan keabsahan surat yang dijaminkan. Aspek hukum sangat penting karena walaupun semua aspek yang ada cukup layak, tetapi apabila secara hukum dokumen yang diberikan tidak sah, maka semua perjanjian dianggap batal.

2) Aspek pemasaran, yang dinilai adalah permintaan terhadap produk

yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana, misalnya pemasaran produknya minimal 3 tahun yang lalu, rencana penjualan dan produksi untuk 3 tahun yang akan datang, peta kekuatan pesaing, dan prospek produk secara keseluruhan.

3) Aspek keuangan, yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang

dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan data tersebut. Penilaian ini dapat dilihat dari cash flow, payback period, dan break even point.


(37)

4) Aspek teknis, yang dinilai adalah masalah yang berkaitan dengan produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.

5) Aspek manajemen, yang dinilai adalah struktur organisasi

perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya dan pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada.

6) Aspek sosial ekonomi, menganalisis dampak terhadap

perekonomian dan masyarakat umum, seperti mengurangi pengangguran, meningkatkan ekspor dan lain-lain.

7) Aspek amdal, menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan

tersebut nantinya akan digunakan untuk proyek yang apat mengalami pencemaran lingkungan atau tidak.

Setelah pihak bank melakukan analisis seperti yang tersebut di atas, maka selanjutnya mereka akan melakukan wawancara. Wawancara ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, bertujuan untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak bank, sekaligus untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Sebelum dilakukannya wawancara tahap kedua, maka akan dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan lapangan.

Pada tahap ini, pihak bank akan melakukan pemeriksaan langsung ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Data yang diperoleh dari pemeriksaan lapangan


(38)

nantinya akan dicocokkan dengan hasil dari wawancara tahap pertama. Biasanya, dalam melakukan pemeriksaan lapangan, calon nasabah tidak akan diberitahu sebelumnya agar dapat dilihat langsung kondisi yang sebenarnya. Setelah itu, akan dilakukan wawancara tahap kedua. Pada tahap ini dilihat apakah ada kesesuaian dan mengandung kebenaran antara wawancara tahap pertama dengan pemeriksaan lapangan.

c. Tahap Keputusan Kredit

Setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses rekomendasi dari pejabat bank yang terkait, maka akan ada keputusan kredit akan disetujui atau ditolak. Jika permohonan ditolak, maka akan dikirimkan surat penolakan yang disertai alasannya. Dan jika kredit disetujui, maka akan dibuat persetujuan kredit yang berisi jenis kredit, jumlah kredit yang diterima, jangka waktu, biaya-biaya yang harus dibayar, suku bunga, jaminan kredit dan ketentuan lainnya.

Setelah dilakukan penandatangan surat-surat yang diperlukan, maka kredit dapat direalisasikan. Realisasi kredit ini dapat dilakukan secara bertahap ataupun sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.

Pada saat dilakukannya penarikan kredit oleh debitur ini, maka pihak bank akan mengakui kredit ini sebesar pokok kredit. Pokok kredit merupakan saldo kredit yang telah digunakan debitur dan belum dilunasi oleh debitur. Pokok kredit ini sering juga disebut dengan baki


(39)

kredit. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8A.2) yang menyatakan ”Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan”.

Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8A.8) juga menyatakan bahwa:

Pada saat penandatanganan perjanjian kredit, pihak bank akan menerima provisi kredit, yang merupakan biaya-biaya yang harus dibayar oleh debitur pada saat kredit telah disetujui. Pihak bank akan membukukannya sebesar jumlah yang ditentukan sebagai provisi kredit dengan mendebitkannya pada kas/rekening simpanan nasabah dan mengkreditkannya sejumlah yang sama pada pendapatn provisi kredit diterima di muka. Dan pada saat debitur melakukan penarikan kredit, pihak bank akan mencatat sejumlah kredit yang ditarik pada akun kredit yang diberikan pada debet dan mengkreditkannya pada kas/rekening nasabah. Bersamaan dengan itu, juga akan dilakukan jurnal untuk mengurangi kewajiban komitmen fasilitas kredit yang belum digunakan debitur.

Misalkan, seorang nasabah mendapatkan kredit modal kerja sebesar Rp 1.000.000.000, dengan jangka waktu 36 bulan dan bunga 15%. Provisi kredit 1% dari jumlah kredit. Penalti tunggakan pokok/ bunga sebesar 50 dari kewajiban bunga sebulan. Pihak bank akan mengakui kredit ini pada saat dilakukannya penarikan oleh debitur. Misalkan pihak debitur melakukan penarikan sebesar Rp. 750.000.0000, maka pihak bank akan melakukan pencatatan sebagai berikut:


(40)

Provisi kredit akan dicatat sebesar = 1% x Rp. 1.000.000.000

= Rp. 10.000.000,

Provisi kredit ini akan dicatat dengan jurnal :

Kas/rekening nasabah ... Rp. 10.000.000,- Pendapatan provisi kredit ... Rp. 10.000.000,-

yang diterima di muka 2) Pencatatan kredit yang diberikan

Kredit yang diberikan ini akan dicatat pada saat debitur melakukan penarikan, yaitu sebesar Rp. 750.000.000. Pihak bank akan mencatat dengan jurnal:

Kredit yang diberikan ... Rp. 750.000.000,-

Kas/rekening nasabah ... Rp. 750.000.000,- Dan bersamaan dengan itu, akan dilakukan pencatatan untuk mengurangi kewajiban fasilitas kredit yang belum digunakan, dengan mendebitkannya sebesar Rp. 250.000.000, pada Kewajiban Komitmen Fasilitas Kredit yang Belum Ditarik Nasabah dan mengkreditkannya pada Kontra Fasilitas Kredit yang belum Ditarik Nasabah.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:23.6), ”pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila


(41)

arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Menurut Stice, dkk (2004:297) berpendapat bahwa:

Pengakuan pendapatan adalah saat dimana akuntan menggunakan catatan penjualan melalui jurnal entri dalam catatan akuntansi formal. Pendapatan selalu diakui pada saat dua kriteria penting berikut dapat dipenuhi:

a. Pekerjaan sudah diselesaikan (perusahaan sudah melakukan sesuatu)

b. Kas atau keabsahan janji untuk pembayaran di masa datang sudah diterima (perusahaan sudah menerima sesuatu sebagai pengembalian).

Maksudnya pendapatan tersebut dapat diakui dalam keadaan setelah perusahaan tersebut telah menyelesaikan pekerjaannya ataupun pada saat perusahaan belum melakukan pekerjaannya tetapi sudah menerima kas dengan perjanjian bahwa pekerjaanya akan diselesaikan di masa yang akan datang.

Prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika:

a. Pendapatan dihasilkan, yaitu bila perusahaan telah

menyelesaikan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukannya asalkan berhak atas manfaat yang diberikan oleh pendapatan yang terkait.


(42)

b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi, pendapatan direalisasi ketika kas atau piutang atau kas diterima untuk barang atau jasa yang dipertukarkan. Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah yang diketahui.

Secara umum, metode pengakuan pendapatan ada dua, yaitu: a. Dasar akrual

Menurut dasar akrual ini, pendapatan diakui pada saat barang dijual atau jasa dilaksanakan tanpa memandang saat penerimaan kas.

b. Dasar Kas

Pengakuan dilakukan dengan dasar tunai adalah jika pendapatan dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Ini berarti, pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya diakui dalam periode ketika kas diterima, yaitu pada saat kas diterima dari pelanggan.

Bunga kredit merupakan sumber pendapatan bank. Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8A.4), ”bunga kredit adalah imbalan yang dibayarkan oleh debitur atas kredit yang diterimanya dan biasanya dinyatakan dalam persentase”.

Pada perusahaan perbankan terdapat penyisihan terhadap kerugian kredit. Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8D.1) ”penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang


(43)

dibentuk, baik dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit”.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang dibentuk disajikan sebagai pos pengurang (offestting account) dari

masing-msing jenis aktiva produktif yang bersangkutan. Dalam

pembentukan PPAP ini, dipisahkan antara PPAP umum dan khusus. PPAP umum merupakan PPAP bagi kredit lancar, sedangkan PPAP khusus ditujukan bagi kredit dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Pembentukan PPAP bagi kredit yang direstrukturisasi juga dibedakan dengan kredit yang tidak direstrukturisasi. PPAP kredit yang direstrukturisasi dihitung bedasarkan dari nilai buku kredit setelah direstrukturisasi.

Berdasarkan SK BI No. 31/148/KEP/DIR menyatakan bahwa pembentukan PPAP minimal adalah sebagai berikut:

a. Cadangan umum sebesar 1% x Aktiva Produktif Lancar b. Cadangan Khusus sebesar:

1) 5% x Aktiva Produktif Dalam Perhatian Khusus +

2) 5% x (Aktiva Produktif Kurang Lancar-Nilai Agunan) + 3) 50% x (Aktiva Produktif Diragukan-Nilai Agunan) +

4) 100% x (Aktiva Produktif Macet-Nilai Agunan)

Agunan yang dapat dijadikan pengurang dalam pembentukan PPAP ini terdiri dari:


(44)

a. Giro, deposito, tabungan dan setoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan.

b. Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Pemerintah. c. Surat berharga yang aktif diperdagangkan di pasar modal.

d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut

dengan ukuran di atas 20 meter kubik.

Besarnya agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan PPAP ini ditetukan oleh masing-masing bank.

2. Sistem Pengawasan Kredit

a. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengawasan Kredit

Menurut Raymond Mcleod, Jr (2004:9) menyebutkan, ” sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan”.

Sistem merupakan jaringan proses yang saling berhubungan dan dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan utama perusahaan. Oleh karena itu untuk memperkuat sistem pengawasan terhadap pendapatan dan biaya, maka diperlukan sistem pengawasan kredit. Sistem pengawasan ini berisikan prosedur-prosedur yang harus dilalui dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk melindungi hak perusahaan dari penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan.


(45)

Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis kredit dan merupakan suatu upaya untuk menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit.

Menurut Tjoekam (1999:220) menyatakan :

Pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara dini indikasi-indikasi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan, yang kemudian menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur.

Pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga dan mengamankan kredit yang bersifat preventif. Pengawasan kredit ini juga merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit yang berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh karena itu, pengawasan kredit harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut perbaikan segera dapat dilaksanakan.

Menurut Abdullah (2005:95):

Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit, selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini ( saat penilaian jaminan).

Menurut Abdullah (2005:95): Berdasarkan tujuannya,

pengawasan kredit dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Preventif Control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum pencairan kredit dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan kredit.


(46)

2) Represif Control; merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang terjadi.

b. Proses Pengawasan Kredit

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan paling akhir dalam fungsi manajemen. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan suatu program telah dilaksanakan dengan efektif atau tidak.

Dalam pelaksanaan pengawasan kredit ini, akan melalui beberapa tahapan yang membentuk suatu proses pengawasan kredit.

Proses pengawasan kredit ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.1

Proses Pengawasan Kredit Sumber: Moh. Tjoekam (1999:226)

Uraian dari mekanisme proses pengawasan kredit tersebut adalah: Dari kredit yang telah diberikan, dilakukan pemeriksaan, apakah terjadi penyimpangan dari perjanjian antara pihak debitur dengan Identificati on of deviation Analysis of causes of deviation Action program of corrective Implementation of corrective Desired performance Actual performance Measurement of Actual standard Comparison of actual against


(47)

bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa dari pihak bank maupun dari pihak debitur. Penyebab dari pihak bank misalnya struktur organisasi yang lemah dari pihak bank, kurang akurat dalam melakukan peneltian sebelum memberikan kredit, dsb. Dan dari pihak debitur biasanya penyebabnya adalah menurunnya kondisi keuangan perusahaan.

Setelah dilakukan analisis terhadap penyebab penyimpangan tersebut, maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya. Dan dari pelaksanaan program itu nantinya akan dibandingkan dengan suatu standar yang baku dalam menentukan kolektibilitas kredit. Dalam tahap ini, kredit akan dikelompokkan dalam kelompok lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Hasil pengelompokkan ini nantinya akan dapat menggambarkan actual performance. Dan setelah melihat actual performance lagi dan begitulah selanjutnya.

C. Kredit Bermasalah NPL (Non Performing Loan)

Pada saat melakukan pengawasan redit, pihak bank akan dapat menentukan tingkat kolektibilitas kredit. Bagi kredit yang berada dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet, pihak bank harus mengambil tindakan untuk dapat menyelesaikannya karena ini sangat berpengaruh dalam


(48)

kemampuan bank dalam memperoleh laba dan juga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank yang sangat mempengaruhi eksistensi usaha perbankan.

Abdullah (2003:98) mengatakan bahwa “beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam pengawasan kredit adalah dengan mengadakan restrukturisasi kredit, mengadakan penjadwalan kembali, mempertimbangkan kredit baru, dan melikuidasi jaminan”.

1. Restrukturisasi kredit

Restrukturisasi dalam arti luas mencakup perubahan struktur organisasi, manajemen, operasional, sistem dan prosedur, keuangan, aset, utang, pemegang saham, dan sebagainya.

Menurut Hasibuan (2001:116) :

Restrukturisasi atau penataan ulang adalah perubahan syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, konversi sebagian/seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, atau konversi sebagian/seluruh kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner lain untuk menambah penyertaan.

Restrukturisasi kredit ini dilakukan apabila bank mempunyai keyakinan bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajibannya setelah dilakukan restrukturisasi. Menurut Bastian (2006:268), “restrukturisasi kredit ini dapat dilakukan dengan banyak cara, antara lain melalui modifikasi syarat-syarat kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aset/agunan debitor, konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitor, dan sebagainya”.


(49)

Restrukturisasi hutang piutang mencakup, namun tidak terbatas pada, satu atau lebih kombinasi berikut ini: (a) transfer aset berikut ini: real estat, piutang pada pihak ketiga, atau aset lai dari debitur kepada kreditur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang piutang (b) penerbitan sahan baru atau penyerahan saham debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh hutang piutang, kecuali jika saham diberikan dalam rangka pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk pengubahan hutang piutang menjadi pemberian saham (c) modifikasi syarat-syarat hutang piutang seperti satu atau kombinasi dari: (1) pengurangan tingkat suku bunga untuk sisa masa hutang; (2) perpanjangan jangka waktu pelunasan atau pengunduran tanggal jatuh tempo dengan tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk hutang baru dengan resiko yang sama; (3) pengurangan jumlah pokok atau jumlah yang harus dibayar pada saat jatuh tempo hutang piutang; (4) pengurangan jumlah bunga yang terutang.

2. Mengadakan penjadwalan kembali (re-scheduling)

Rescheduling atau penjadwalan ulang adalah perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Ini dapat membantu debitur dalam mengangsur debitur dalam jangka waktu yang lebih panjang yang berarti jumlah angsuran yang lebih kecil. Debitur yang dapat memberikan fasilitas ini adalah nasabah yang menunjukkan itikad baik dan karakter yang jujur, serta ada keinginan untuk membayar serta menurut bank usahanya tidak memerlukan tambahan dana.

3. Persyaratan ulang (reconditioning)

Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit meliputi jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan persyaratan lainnya. Penambahan syarat kredit ini tidak termasuk penambahan dana dan


(50)

konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi modal perusahaan. Ini diberikan kepada debitur yang jujur, terbuka, dan kooperatif yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan, tetapi diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan.

4. Mempertimbangkan kredit baru (novasi kredit)

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8C.1) “novasi adalah pembaharuan utang yang merupakan salah satu sebab dari dihapusnya suatu perjanjian, dengan cara perjanjian utang lama diambil alih (diganti) dengan perjanjian utang baru”. Dalam pemberian kredit baru ini, pihak bank harus memperoleh jaminan yang baru dengan safety margin yang tinggi.

5. Likuidasi jaminan

Langkah likuidasi jaminan biasanya dilakukan apabila langkah-langkah yang disebutkan di atas tidak dapat dilakukan lagi. Likuidasi adalah penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi dilakukan terhadap kategori yang menurut bank benar-benar sudah tidak dapat dibantu untuk disehatkan kembali, atau usaha nasabah sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan.

Hasibuan (2001:116) menyatakan bahwa proses likuidasi ini dapat dilakukan dengan:

a. Menyerahkan penjualan agunan kepada debitur yang

bersangkutan, harga minimumnya ditetapkan oleh bank, dan pembayarannya tetap dikuasai bank.

b. Penjualan agunan dilakukan melalui lelang dan hasil penjualan diterima oleh bank untuk membayar pinjamannya.


(51)

c. Bagi bank negara diselesaikan BUPN dengan melelang agunan untuk membayar pinjaman nasabah.

d. Agunan disita pengadilan negeri lalu dilelang untuk membayar utang debitor.

e. Agunan dibeli bank untuk dijadikan asset bank.

Ratio NPL (Non Performing Loan) melihat berapa besar kredit yang berada dalam kondisi kurang lancar, diragukan, dan macet dibandingkan dengan total jumlah kredit yang diberikan. Sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa tingkat NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5%(<5%). Rumus untuk perhitungan NPL ini adalah :

% 100 x t

TotalKredi

Macet diragukan

nglancar Kreditkura


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul skripsi yang diajukan, maka lokasi penelitian adalah pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan yang beralamat di Jl. Imam Bonjol No.18 Medan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari penulisan proposal hingga ujian skripsi. Adapun waktu yang direncanakan adalah dari bulan Oktober 2009 samapai dengan April 2010.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari,

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek

penelitian, dalam penelitian ini adalah PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan, yang diperoleh dari proses wawancara dengan pihak Bank, antara lain dengan pegawai bagian pemasaran kredit dan seksi penyelamatan kredit.

2. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah. Data ini bersumber dari

penelitian yang diteliti, yang mendukung pembahasan masalah yang dilakukan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa


(53)

laporan sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, kebijakan-kebijakan Bank berkaitan dengan sistem pengawasan pemberian kredit, jenis kredit, laporan keuangan Bank tahun 2006 sampai dengan 2008.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Observasi

Suatu tinjauan langsung ke tempat perusahaan yang menjadi objek penelitian.

2. Teknik Studi Literatur

Mengumpulkan data – data dengan membaca dan mempelajari teori – teori dan literatur yang berkaitan dengan pengawasan pemberian kredit.

3. Teknik wawancara

Dalam penelitian ini dilakukan tanya jawab langsung secara lisan dengan pegawai bagian pemasaran kredit dan seksi penyelamatan kredit.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain :

i. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur untuk

mendapatkan kredit ?

ii. Bagaimana tindakan selanjutnya yang akan dilakukan pihak Bank

Sumut Cabang Utama Medan setelah permohonan kredit calon debitur disetujui oleh pihak Bank ?


(54)

iii. Adakah aspek yang terkait dalam melakukan Analisis atas Calon Debitur secara umum ?

iv. Pihak-pihak yang terkait dalam pengawasan pemberian kredit pada

PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan ?

v. dst.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian tentang sistem pengawasan pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan digunakan analisis deskriptif, yaitu metode dimana data-data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan dan diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang perusahaan yang diteliti.


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara didirikan pada tanggal 4 November 1961 dengan Akte Notaris RUSLI Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 13 tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk usaha diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.5 Tahun 1965, dengan modal dasar sebesar Rp. 100 juta dan sahaham dimiliki oleh PEmerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utaradan Pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai denngan kebutuhan, terjadinya beberapa kali perubahan Peraturan Daerah untuk meningkatkan Modal Disetor.

Pada tanggal 16 April 1999 bentuk badan hukum diubah kembali menjadi Perseroan Terbatas sesuai dengan Akte Pendirian Perseroan Terbatas No 38 Tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nasution, SH yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C-8224 HT.01.01 Tahun 1999, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999, dengan Modal Dasar sebesar Rp. 400 Milyar. Dasar perubahan Bentuk Hukum dan


(56)

Modal Dasar sebelumnya telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 1999. sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan selanjutnya dengan Akte Nomor 31 Tanggal 15 Desember 1999 Modal Dasar ditingkatkan menjadi Rp. 500 Milyar.

2. Ruang lingkup Usaha

Dari awal pendiriannya Bank Sumut berfungsi sebagai alat kelengkapan Otonomi Daerah di bidang perbankan, PT. Bank Sumut berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebagai Pemegang Kas Daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli daaerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Umum seperti dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Saham PT. Bank Sumut yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara sebesar Rp. 46.015.120.000,- atau sebanyak 46.015.120 lembar dengan nilai nominal uuntuk setiap lembar saham sebesar Rp. 10.000,- Penyetoran saham PT. Bank Sumut oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara berasal dari APBD dan 5% (lima persen) hasil perolehan PBB serta dari 50% (lima puluh persen) perolehan jasa giro rekening Pemerintah Provinsi


(57)

Sumatera Utara serta seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota se Sumatera Utara.

Kegiatan utama dari Bank Sumut adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Penghimpunan dana dilakukan dalam bentuk simpanan berupa Giro, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito dan Tabungan. Khusus untuk Tabungan, Bank Sumut memiliki produk Tabungan Martabe yang berhadiah barang dan diundi 2 kali dalam setahun. Selain itu ada Tabungan Simpeda yang merupakan produk bersama Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia yang berhadiah uang dan juga diundi 2 kali setahun. Bagi nasabah yang berniat menunaikan ibadah haji dapat menyetorkan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS-BPIH) melalui Bank Sumut dengan produk Tabungan Makbul. Bank Sumut juga melayani pembayaran pajak secara online.

Selain melayani Penarikan Tunai melalui ATM, pada tahun 2005 juga

telah mengoperasikan layanan penerimaan pembayaran jasa

telekomunikasi sistem Host To Host (H2H). PT.Bank Sumut telah menjadi Bank Operasional I (BO I) yang berarti menjadi Bank mitra KPKN sebagai penyimpan uang negara untuk gaji dan non gaji berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan No.SE-19/PB/2005 tanggal 9 Maret 2005 dan sebagai Bank Persepsi BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah) sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan No.Kep-10/PB/2005 tanggal 16 Februari 2005.


(58)

Produk kredit yang ditawarkan meliputi Kredit dengan sistem angsuran dan rekening koran tergantung kepada jenis usaha yang akan dibiayai. Sejalan dengan kebijakan yang telah digariskan yaitu mengembangkan dunia usaha secara umum khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), maka hampir seluruh pembiayaan disalurkan kepada debitur yang tergolong Kredit Usaha Kecil (KUK). Disamping itu, Bank Sumut juga menyediakan jasa transfer dan inkasso, penyediaan safe deposit box, penyewaan ruang kantor, service point pembayaran rekening listrik, air dan telepon serta garansi bank.

Penetapan tingkat bunga dipengaruhi oleh tingkat bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada akhir tahun 2005 tingkat bunga Deposito sebesar 13,00% sementara bunga Tabungan diberikan secara progresif yaitu 5,64% s/d 6,64%. Bunga kredit terendah adalah 13,80% dan tertinggi 19%.

Jaringan pelayanan yang dimiliki Bank Sumut saat ini sebanyak 86 unit yang terdiri dari Kantor Pusat, Kantor Cabang Utama dan Kantor Cabang Konvensional, Kantor Cabang Syariah, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas, Kas Mobil, dan Payment Point. Bank Sumut juga memiliki jaringan kerja yang mencakup seluruh wilayah Indonesia melalui kerjasama dengan seluruh Bank Pembangunan Daerah, terutama untuk melayani transaksi Kiriman Uang.


(59)

Khusus untuk Kantor Cabang Utama dipimpin oleh seorang Pemimpin Cabang yang dibantu oleh 2 orang Wakil Pemimpin Cabang yang membawahi 5 Bagian, 13 Seksi.

Dalam melakukan kegiatan operasionalnya Bank Sumut juga tidak melupakan tanggungjawab sosialnya. Bencana alam Tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2004 dan Gempa Bumi yang terjadi di Nias tahun 2005 telah menjadi perhatian PT.Bank Sumut untuk turut berpartisipasi dalam memberikan bantuan. Bank Sumut juga telah melakukan bantuan Beasiswa kepada anak-anak yatim dan bantuan sosial lainnya.


(60)

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan a.Tata Kelola Perusahaan

Pencapaian tata kelola yang baik dilakukan dengan membentuk struktur organisasi yang menggambarkan garis pertannggung jawaban yang jelas dengan unsur utama pelaksanaan tata kelola perusahaan mencakup pemimpin cabang utama, wakil pimpinan cabang bidang pemasaran dan wakil pimpinan cabang bidang


(61)

Organisasi di Kantor PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan terdiri dari 5 Bagian yang membawahi 13 Seksi. Uraian deskripsi jabatan pada struktur organisasi di PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan adalah sebagai berikut :

Tugas pemimpin cabang utama

1. Memimpin, mengkoordinir, membimbing, dan mengawasi serta

melakukan penilaian terhadap kinerja pejabat dan karyawan dilingkungan Kantor Cabang Utama;

2. Membimbing dan mengarahkan kegiatan pelayanan kepada

nasabah, penggunaan teknologi informasi, administrasi kredit, pengelolaan likuiditas serta memantau dan mengendalikan kegiatan-kegiatan tersebut;

3. Membimbing dan mengarahkan kegiatan penghimpunan dana,

penyaluran kredit, pemasaran jasa-jasa bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan kebijakan direksi pada rencana kerja bank serta memantau dan mengendalikan kegiatan-kegiatan tersebut;

4. Membimbing dan mengarahkan penyusunan rencana kerja

tahunan, jangka menengah dan jangka panjang untuk diajukan kepaada Direksi dan selanjutnya menyusn action plan, melakukan koordinasi atas pelaksanaan rencana kerja yang telah disetujui Direksi;


(62)

5. Melakukan evaluasi atas performance dan memberikan pengarahan dalam penyusunan program-program untuk meningkatkan performance sesuai target yang telah ditetapkan Direksi;

6. Menjalin dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat

terutama pemilik dana dan atau pengusaha – pengusaha swasta dan pemerintah, instansi / dinas pemerintah, yayasan – yayasan, dan lain –lain;

7. Memimpin kegiatan kelompok pemutus kredit sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

8. Membimbing, mengarahkan dan memonitor upaya – upaya

penyelesaian kredit non lancar;

9. Mengelola dan mengamankan kunci pintu kluis penyimpanan

uang dan penyimpanan surat berharga / surat barang jaminan kredit serta seluruh inventaris kantor;

10.Menyelenggarakan acara serah terima jabatan Wakil Pemimpin

Cabang sesuai ketentuan yang berlaku;

11.Mengadakan rapat-rapat (yang bersifat koordinasi, bimbingan / pengarahan ataupun supervise) untuk memelihara / meningkatkan performance Cabang Utama / pelayanan kepada nasabah, kebersihan / kerapian kantor dan pengamanan seluruh harta benda perusahaan;


(63)

12.melakukan tugas-tugas lainnya yang berhubungan dengan aktivitas Kantor Cabang Utama;

13.Memberikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan

kepada Direksi tentang langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya;

Tugas Wakil Pemimpin Cabang Bidang Pemasaran

1. Menciptakan hubungan kerja yang baik dan harmonis dengan unit – unit lainnya untuk tujuan pencapaian hasil usaha Bank;

2. Mengkoordinir penyusunan usulan rencana dari :

a. Bagian Pemasaran Dana;

b. Bagian Pemasaran Kredit; c. Seksi Penyelamatan Kredit;

d. Cabang Pembantu sesuai bidangnya;

e. Kantor Kas sesuai bidannya.

3. Melakukan supervise dan mengkoordinir Bagian Pemasaran

Dana, Bagian Pemasaran Kredit, Seksi Penyelamatan Kredit, Cabang Pembantu sesuai bidangnya dan Kantor Kas sesuai bidangnya;

4. Sebagai anggota Komite Pemutus Kredit, memeriksa dan meneliti berkas – berkas / dokumen kredit yang dibuat Bagian Pemasaran Kredit serta membahas kelayakan kredit sesuai ketentuan yang berlaku;


(64)

5. Memeriksa, meneliti dan menandatangani berkas – berkas analisis kredit dan taksasi barang agunan sesuai ketentuan yang berlaku;

6. Mengatur dan memeriksa pembuatan program kunjungan kepada

debitur serta memonitor pelaksanaannya;

7. Mengatur pembentukan system peringatan dini (Early Warning

System) untuk memudahkan monitoring keadaan usaha debitur atau kodisi financial debitur;

8. Mengatur pembuatan laporan - laporan dan analisa dengan

mengacu kepada standar ratio dan Early Warning System, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehubungan dengan kredit yang direalisasi;

Tugas Wakil Pemimpin Cabang Bidang Operasional

1. Membantu Pemimpin Cabang Utama mengelola likuiditas

Cabang Utama;

2. Menjalin dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat

terutama pemilik dana dan atau pengusaha – pengusaha swasta dan pemerintah, yayasan – yayasan, dan lain – lain;

3. Menyimpan dan mengawasi penggunaan kunci pintu terali

khazanah (kluis) penyimpanan uang dan khazanah (kluis) penyimpanan barang agunan sesuai ketentuan yang berlaku;

4. Memeriksa dan meneliti bilyet Deposito / Sertifikat Deposito


(65)

5. Memeriksa dan meneruskan berkas – berkas dan dokumen kredit serta akad kredit dan pengikatan barang agunan;

6. Menggkoordinir dan memeriksa pembuatan laporan – laporan dari bidang / unit yang disupervisinya;

Tugas Kepala Bagian Pemasaran Dana

1. Membantu Pimpinan Cabang dalam menyusun Rencana Kerja

dan membuat action program yang berhubungan dengan unit kerjanya;

2. Melakukan kegiatan pemasaran produk bank khususnya dibidang

dana kepada masyarakat dan pemerintah daerah;

3. Mengelola administrasi yang berhubungan dengan rekening Kas

Daerah / Dinas;

4. Melakukan kegiatan promosi produk bank khususnya dibidang

dana;

5. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengaturan seluruh

kegiatan operasional Seksi Dana;

Tugas Kepala Bagian Pemasaran Kredit

1. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengaturan selurh

kegiatan operasional Seksi Kredit Umum, Seksi Kredit Profesi dan Seksi Kredit SPK;


(66)

2. Melaksanakan kegiatan pemasaran kredit, Bank Garansi dan produk / jasa perbankan lainnya yang berhubungan dengan bidang perkreditan;

3. Memeriksa analisa permohonan kredit, mengkonfirmasi data

calon debitur ke bank lain atau Kantor Cabang Bank Sumut dan melakukan wawancara dengan calon debitur;

4. Menyusun jadwal taksasi / retaksasi barang agunan dan

peninjauan usaha / proyek;

5. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen yang

diperlukan sehubungan dengan permohonan kredit;

6. Turut serta sebagai salah satu anggota Komite Pemutus Kredit;

7. Mempersiapkan dan menyusun agenda Rapat Komite Pemutus

Kredit;

8. Memeriksa permohonan, bahasan analisa dan berkas lainnya ke

Kantor Pusat untuk kredit yang melebihi wewenang Pemimpin Cabang Utama setelah mendapat persetujuan Komite Pemutus Kredit;

9. Melakuakan analisa permoonan Bank Garansi sesuai ketentuan

yang berlaku;

10. Membina hubungan baik dengan instansi / dinas dan perusahaan swasta di wilayah kerja Cabang Utama;

11. Menata administrasi dan pengarsipan dokumen yang


(67)

12. Mengkoordinir pembuatan laporan yang berhubungan dengan unit kerjanya baik untuk kepentingan intern maupun ekstern.

13. Mengkoordidir pelaksanaan supervise atas kredit yang telah

direalisir ( sandi 1 dan 2)

14. Memeriksa dan memaraf surat panggilan / teguran / peringatan

kepada debitur yang menunggak pembayaran atau pelunasan angsuran pokok dan bunga kredit serta melakukan monitoring penagihan langsung;

15. Melaknsanakan tugas lainnya yang berhubungan dengan unit

kerjanya.

Tugas Kepala Bagian Pelayanan Nasabah

1. Memberikan saran – saran dan atau pertimbangan – pertimbangan kepada Pimpinan Cabang Utama tentang langkah – langkah atau tindakan – tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya;

2. Mengkoordir, membimbing, mengarahkan dan mengawasi

pekerjaan Seksi Pelayanan Informasi Nasabah dan Seksi Keuangan;

3. Membantu Pimpinan Cabang Utama dalam menyusun Rencana

Kerja Tahunan dan Anggaran, serta membuat action program berkenaan dengan unit kerjanya;

4. Menyerahkan uang kepada Kepala Seksi Keuangan / Heas Teller

untuk diteruskan ke Teller pada pagi hari dan menerima uang dari Kepala Seksi Keuangan / Head Teller pada sore hari untuk


(68)

selanjutnya disimpan ke dalam khazanah bersama – sama dengan Wakil Pemimpin Bidang Operasional;

5. Mengatur pembayaran gaji Pegawai Otonom, Instansi / Dinas

lainnya;

Tugas Kepala Bagian Operasional

1. Mengajukan usulan rencana kerja, anggaran tahunan dan action

program untuk Bagian Operasional;

2. Memeriksa kebenran, kelengkapan dan pencatatan dokumen

transaksi pengiriman / penerimaan uang pembebanan biaya, test key dan mensahkannya;

3. Memeriksa bukti / advice / informasi sehubungan dengan transfer / inkaso / LLG / pajak maupun warkat – warkat yang akan dikliringkan, neraca kliring dan warkat kliring yang akan diinput ke comput er Sistem Otomasi Kliring Lokal (SOKL)

4. Memeriksa kebenaran bukti – bukti penerimaan dan pembayaran

berkenaan dengan rekening – rekening nasabah yang

berhubungan dengan Bagiannya;

5. Memeriksa dan menandatangani surat keterangan penolakan

warkat kliring;

6. Mengawasi dan memeriksa follow up Surat Edaran, Surat

Instruksi, Surat Keputusan, Nota Dinas DIreksi dan naskah tata dinas lainnya serta surat – surat masuk dan keluar;


(69)

7. Mengawasi proses tutup hari transaksi dan memeriksa kesesuaian rekap lampiran dengan Neraca dan memeriksa hasil cetakan rekap mutasi gabungan serta posisi Neraca dan Laba Rugi harian;

8. Memeriksa kebenaran laporan – laporan harian, mingguan,

bulanan dan tahunan untuk kepentingan intern dan ekstern yang merupakan tugas Bagianny;

9. Mengatur pemakaian kendaraan dinas, pengadaan dan penyediaan

ATK, BBC, Materai dan alat – alat logistic yang diperlukan untuk operasional Bank dan memeriksa laporan daftar aktiva tetap yang akan dikirim ke Kantor Pusat;

10. Memeriksa Perjanjian Kredit (PK) dan atau Persetujuan Membuka Kredit (PMK), keabsahan barang agunan, pengikatan barang agunan serta akta perjanjian lainnya yang dibuat Notaris sehubungan pencairan kredit maupun surat – surat dan Berita Acara pengembalian agunan;

Tugas Kepala Bagian Kontrol Intern

1. Membantu Pemimpin Cabang Utama dalam kegiatan yang

berhubungan dengan pengawasan transasksi dan administrasi;

2. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran transaski dan verifikasi

nota serta memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku;


(70)

3. Memberitahukan segera kesalahan transaski atau kekurangan persyaratan administrasi kepada kepala unit terkait untuk diperbaiki atau dilengkapi;

4. Melaporkan segera kepada Pemimmpin Cabang Utama atas

penyimpangan transaski yang ditemukan untuk segera diambil tindakan dengan tembusan kepada Direksi cq. Divisi Pengawasan;

5. Membuat laporan hasil temuan penyimpangan kegiatan

operasional Kantor Cabang Utama kepada Pemimpin Cabang Utama dengan tembusan kepada Dieksi cq.Divisi Pengawasan dan kepada Seksi terkait;

Tugas Kepala Seksi Dana

1. Membantu Kepala Bagian Pemasaran Dana dalam menjalankan

kegiatan pemasaran produk bank khususnya dibidang pendanaan;

2. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengaturan seluruh

kegiatan operasional Pelaksana Penghimpunan Dana dan Pelaksana Administrasi Kasda / Dinas;

3. Menatausahakan rekening – rekening Kas Daerah / Dinas /

Instnasi pemerintah yang berada di bank;

4. Memonitor dan memastikan masuknya dana calon nasabah untuk

meningkatkan loyalitas nasabah kepada bank;

5. Melakukan evaluasi dan memberikan usul kepada Kepala Bagian

Pemasaran Dana tentang kebutuhan nasbah dan produk – produk / jasa perbankan yang dibutuhkan pasar.


(71)

Tugas Kepala Seksi Kredit Umum

1. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengaturan seluruh

kegiatan operasional Analis Kredit;

2. Membantu Kepala Bagian Pemasaran Kredit dalam upaya

pemasaran kredit, menerima permohonan kredit, wawancara dengan calon debitur, melakukan taksasi / retaksasi barang agunan, kunjungan ke tempat usaha, membuat analisa kelayakan kredit terutama untuk jenis kredit umum baik untuk system angsuran maupun rekening Koran;

3. Melaksanakan kegiatan pemasaran produk – produk bank dan jasa perbankan lainnya yang berhubungan dengan bidang perkreditan; 4. Membina hubungan baik dengan debitur dan pejabat di instnasi /

dinas pemerintah maupun swasta;

5. Mempersiapkan seluruh dokumen dan administrasi yang

berhubungan dengan perkreditan;

6. Mempersiapkan agenda rapat Komite Pemutus Kredit dan turut

serta dalam Komite Pemutus Kredit;

7. Meneruskan permohonan bahasan analisa dan berkas lainnya ke

Kantor Pusat untuk kredit yang melebihi wewenang Pemimpin Cabang Utama setelah mendapat persetujuan Komite Pemutus Kredit;


(1)

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa objek yang diberi kredit benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam permohonan kredit. 5. Dapat kita lihat bahwa sistem pengawasan kredit pada PT. Bank Sumut

Cabang Utama Medan pada tahun 2006 – 2008 telah cukup efektif yang dapat dilihat dari peningkatan rasio NPL yang cukup baik selama 3 tahun berturut –turut.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005. Manajemen Perbankan, Cetakan Ketiga, UMM Press, Malang.

Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006. Akuntansi Perbankan, Buku 1 dan 2, Salemba Empat, Jakarta.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000. Teori Akuntansi, Buku Satu, Terjemahan Marwata, Kurniawan, Alia Aniesanti, Salemba Empat, Jakarta.

Hasibuan, Malayu, 2001. Dasar-Dasar Perbankan, Edisi Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mcleod, Raymond Jr dan George Schell, 2004. Sistem Informasi Manajemen, Edisi Kedelapan, PT. Intermasa, Jakarta Pusat.

Rivai, Veithzal dan Andriana Permata Vethzal, 2006. Credit Management

Handbook, Edisi Pertama, Jakarta.

Sastradipoera, Komaruddin, 2004. Strategi Manajemen Bisnis Perbankan :

Konsep dan Implementasi Untuk Bersaing, Penerbit Kappa Sigma,

Bandung.

Stice, Earl K., James D. Stice, Fred Skousen, 2004. Akuntansi Keuangan

Menengah, Edisi Ketiga Belas, Terjemahan PT. Dian Mas Cemerlang,

Salemba Empat, Buku 1, Jakarta.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, CV. Alfabeta, Bandung.

Tjoekam, Moh., 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil :Konsep, Teknik &

Kasus, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tohar, Moh., 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi, Kanisius, Yogyakarta.

Warren, Carl S., James M. Reeve, Philip E. Fess, 1999. Pinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Sembilan Belas, Buku I, Terjemahan Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta.


(3)

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Pebankan, Bank Indonesia, 2001. Pedoman

Akutansi Perbankan Indonesia (PAPI), Revisi 2001, Jakarta.

Bank Indonesia, 2004. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor SE No.6/23/DPNP

tanggal 31 Mei 2004

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku

Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,


(4)

LAMPIRAN

Normal Credit Process

Branch/Account Officer

Docs Custodian (All Branch) Loan Admin Ops Branch/Account Officer Credit

Reviewer Credit Committee Credit Support `

Target Market By Credit Committee Policy Preliminary Data Collection By Marketing Staff Legal

Support Support Credit

Call Program & Collecting Data By

Account Officer

Evaluation: Need & Product By Account

Officer Rejected Credit Proposal Offering Letter To Debtor Ok? Account Maintenance Ask Branch to

Complete The Requirement Branch Committee Within Brach Limit

HO Crd Rvw

Recommend

Head Office Crd. Comm

Approved

Reject

Legal Aspect By Legal Oficer

Complience By Adm. Credit

Booking Loan By Loan Adm

No Yes Yes

Yes Yes

Yes No No No No No Within Branch Limit


(5)

Gambar 4.2 Normal Credit Processs

Credit Control & Monitoring

Credit File, Legal File & Security

Docs

Ask branch to complete the requirement or TBO

Approval

Call Report, should have:

• Payment Capacity

• Condition of Financial

• Business Prospective

Col. >2

MKK & LPAK

Check & Review:

• Credit Complience

• Term & Condition

• Covenant

Spesifikasi Akad

Ok?

Safe All Legal and Security

Document

Tickler & Reminder:

• PK jatuh tempo

• Asuransi jatuh tempo

• Docs To Be Obtained

• Covenants

• SHGB jatuh tempo

Prepare for internal & External Report (BI):

1. PPA 2. New Loan 3. BMPK

4. Loan Restructure 5. SID Disbursement Realization Payment Monitoring Reporting Credit quality No Yes No Yes

Check & Comply:

• Credit Structure

• BIR

• Legalitas Usaha

• Condition Precedent

• Term & Condition

• Covenant

• Legal & Documentation Draw Down Process

• Draw Down Condition

OK


(6)

Gambar 4.3

Credit Control & Monitoring

Credit Monitoring

• Perjanjian Kredit JT

• Asuransi

• Covenant

• Pemenuhan Collateral

• Call Report