adalah budaya tradisional suku nomadis penunggang kuda di stepa Asia. Mulyana, 2007: 395
2.1.3.7 Konsep Waktu
Waktu menentukan hubungan antarmanusia. Pola hidup manusia dalam waktu berhubungan erat dengan persaan hati dan perasaan manusia.
Kronemika chronemics adalah studi dan interpretasi atas waktu sebagai pesan. Bagaimana kita mempersepsi dan memperlakukan waktu secara
simbolik menunjukan sebagian dari jati diri kita, siapa diri kita dan bagaimana kesadaran lingkungan kita. Bila kita menepati waktu yang kita
janjikan, maka komitmen pada waktu memberikan pesan tentang diri kita. Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua: waktu
monokronik M dan waktu polikronik P. Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi.
Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam waktu ketimbang waktu itu sendiri, menekankan keterlibatan orang-orang
dan penyelesaian transaksi ketimbang menepati jadwal waktu. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebagai
berjalan lurus dari masa silam kemasa depan dan memperlakukannya sebagai entitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan, dibuang,
dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan dan kesegeraan waktu.
Konsep waktu diIndonesia, seperti kebanyakan konsep waktu budaya timur, jelas termasuk konsep waktu polikronik seperti tercermin
dalam istilah “jam karet”. Kebiasaan jam karet orang Indonesia tampaknya terus dipraktikan di luar negeri selama mereka bergaul dengan sesama
orang Indonesia, termasuk mereka yang sudah puluhan tahun tinggal di Australia.
Kesimpulannya orang –orang Indonesia hidup di dua dunia waktu.
Mereka menerapkan norma waktu yang berbeda ketika berurusan dengan orang Australia. Setiap budaya mempunyai kesadaran berlainan mengenai
pentingnya waktu: millennium, abad, dekade, tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik. Mulyana, 2007:422
2.1.4 Tinjauan Tentang Etnografi 2.1.4.1 Asal Mula Etnografi