Komunikasi Nonverbal Tarian Serampang Dua Belas (Studi Semiotika Mengenai Komunikasi Nonverbal Dalam Tarian Serampang Dua Belas

(1)

CURICULUM VITAE

A. Biodata Pribadi

1. Nana : Alviandy

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Tempat tanggal lahir : Medan, 03 July 1991

4. Kebangsaan : Indonesia

5. Status : Belum Menikah

6. Agama : Islam

7. Alamat : Jl. Baru No 21 Medan Kecamatan Tembung Kelurahan Bantan Ling V 8. No Handphone : 0812 6327 5278

9. Email : alvint24@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. TK : TK 2 Pertiwi 1995-1996

2. SD : SD 2 Angkasa Lanud Medan 1996-2002

3. SMP : Mts2n Medan 2003 2006

4. SMA : SMA Swasta An-Nizam 2006-2009

C. Pengakuan Organisasi

1. Purna Paskibraka Tahun 2007

2. Remaja Mesjid Al-Ijtima’iah 2006 sampai sekarang

3. Pelatih Paskibraka Sekolah SMA 1 Negeri 2014 Sampai sekarang 4. Staff Magang LDIK ( Laboraturiom Departemen Ilmu Komunikasi )

2011-2013


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

DAFTAR REFERENSI

Buku

Budiman, Kris. (2003). Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta

Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

_____________. (2001). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

_____________. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grup _____________. (2001). Metodelogi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press

Husny Lah T.H.M. (1986). Butir-Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Utara. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia Dan Daerah

Ikbar, Yanuar Akbar. (2012). Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung: PT Refika Aditarma

Kiryantono, Rachmat (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Kurniawan. (2001). Semilogi Roland Barhtes. Magelang: Yayasan Indonesiatera Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. (2009). Encyclopedia of Communication

Theory.

California : SAGE Publication, Inc

Maleong, Lexy J. (2000). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Morrisan, M.A (2009). Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia

Mulyana, Dedy. (2004). Komunikasi Populer, Kajian Komunikasi, dan Budaya Kontenporer. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Mulyana, Dedy. (2007). Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari. (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Universitty Press.


(14)

Pilliang, Yasraf Amir. (2004). Semiotika Komunikasi. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya

_________________. (2012). Semiotika Dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna. Bandung: Matahari

Salim, Peter. (1996) The Contemporary English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press

Singarimbun, Masri & Efendi, Sofyan (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Raja Grafindo

Singarimbun, Masri. (2008). Metode Penelitan Survei. Jakarta: LP3ES

Smalindo, Sharon E, dkk. (2008). Insturctuional Technology and Media for Learning. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall

Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Stokes, Jane. (2006) How To Do Media and Cultural Studies. Diterjemahkan oleh

Santi Indra Astuti. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka

Taswin, Sheila Sutana. (2014) Pemaknaan dalam Video “Takotak si Mis Kumis” Karya Cameo Project ( Analisis Semiotika Terhadap Pesan Video“Takotak si Mis Kumis”) Medan:

Tim Penyusun. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Tim Penyusun (2012). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian.

Medan: PT Grasindo Monoratama

Tim Penyusun (1999). Peralatan Musik dan Kelengkapan Tari Tradisional Sumatera. Palembang: Museum Negri Daerah Sumatera

Tim Survai. (1979/1980). Monografi Kebudayaan Melayu Di Kabupaten Langkat. Medan: Poyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Utara Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Venus, Antar. (2015). Filsafat Komunikasi Orang Melayu. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2011). Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis Bagi Peneltian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wancana Media West Richard, Turner Lynn H. (2009). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan

Aplikasi (Introdution of Communication Theory Analys and Aplication). Jakarta: Salemba Humanika


(15)

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan. Jadi metodelogi penelitian ini adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku disiplin ilmu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berlangsung dalam lingkungan alami dan melakukan interaksi dengan narasumber sehingga peneliti dapat melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi yang nantinya akan diteliti semaksimal mungkin. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Roland Barthes.

Pada dasarnya penelitian kualitatif merupakan aktivitas mencari teori bukan menguji teori. Penelitian kualitatif ini mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai instrument kunci. Demi menjaga iklim penelitian, maka peneliti akan langsung ke lapangan berbaur dengan informan. Dalam hal ini peneliti harus menjaga kredibilitas sebagai peneliti yang bersifat netral demi menjaga sumber informasi yang di sampaikan oleh informan, jika sumber informan ingin di rahasiakan ataupun tidak. Hal ini disebabkan peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses tersebut. Penelitian kualitatif biasanya secara observatif, partisipatif, wawancara mendalam, dan melakukan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara, lalu observasi kemudian melakukan validitas data tersebut dan mendokumentasikannya.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian memiliki peran sangat strategis karena pada subjek penelitian, hal inilah yang menjadi sumber data yang akan diamati. Sehingga


(16)

subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data. Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitan disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberikan informasi tentang pengumpulan data yang ingin diteliti yang berkaitan dengan penelitian yang di jalankan. Dari uraian di atas peneliti akan menentukan informan, seperti yang sudah dijelaskan pada metode penelitian. Yang menjadi fokus informan yaitu penari aktif yang ada di sanggar tari LK USU dan sebuah video yang bersal dari Youtube, akan tetapi peneliti akan mencari perbedaan antar sanggar tari lainnya, kemudian para praktisi ilmu yang sudah paham tentang Tari Serampang Dua Belas, dan terakhir budayawan yang ada di sekitar Medan.

3.3 ObjekPenelitian

Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda dari setiap individu atau merupakan konsep yang diberi lebih satu nilai (Nur Idrianto dan Bambang Supormo, 2007:56). Objek penelitian ini menunjuk kepada Budayawan, Ahli praktisi tari Serampang Dua Belas di wilayah Medan.

3.4 KerangkaAnalisis

Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy Moleong 2002:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini kerangka analisis diperoleh melalui reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhana, pengabstrakkan, dan transformasi “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan (Miles & Huberman, 1992 : 16). Dalam penelitian kualitatif naturalistik ini merupakan kegiatan bersifat kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu memeriksa dengan cermat apa hasil yang ada di lapangan dari setiap kontak antara peneliti dan informan. Proses reduksi data akan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data dan analisis


(17)

data secara valid, membuang yang tidak perlu, mengarahkan, dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan-kesimpulan final dapat diverifikasi.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Beberapa tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Observasi adalah kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatnya melalaui hasil kerja pancaindra mata dibantu dengan pancaindra lainnya.Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiantan pengamat baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data peneliti apabila memilki kriteria sebagai berikut

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncakan secara serius.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian

d. Pengamatan dapat di cek dan dikontrol mengenai keabsahaanya (Bungin, 2008 : 115)

Dari hasil observasi, dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya.

2. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi aadalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian sosial.Pada intinya metode dokumentasi sebuah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cinderamata, laporan, dan lain-lainnya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberikan peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal pernah terjadi di waktu silam


(18)

3. Metode Penelitian Kepustakaan

Metode Penelitian Kepustakaan yaitu mengumpulkan semua catatan, data yang bersumber dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini

3.6 KeabsahanData

Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan data hasil penelitian. Sehingga banyak hasil kualitatif diragukan tentang kebenarannya karena beberapa hal : (1) subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat peneliti yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi), (3) sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Untuk itu perlu dibangun sebuah mekanisme dalam mengatasi keraguan terhadap hasil penelitian kualitatif. Adapun beberapa teknik keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Kehadiran peneliti dalam tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dibuat dalam penelitian. Karena itu hampir dipastikan peneliti kualitatif adalah orang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti memiliki waktu yang lama bersama informannya di lapangan, bahkan kejenuhan pengumpulan data tercapai. Moloeng (2006:327) mengatakan apabila peneliti lebih lama di lapangan, maka ia akan membatasi; (1) gangguan dari dampak peneliti pada konteks; (2) kekeliruan (biases) peneliti; (3) mengonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesat.


(19)

2. Ketekunan Pengamatan

Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting yang ditempuh peneliti adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan dilapangan. Dengan meningkatan ketekunan dilapangan, maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin, 2008:256). Pengamatan bukan hanya mengandalkan pancaindra, akan tetapi menggunakan semua pancaindra lainnya, termasuk pendengaran, perasaan intuisi peneliti. Dalam ketekunanan pengamatan dilakukan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi relevan atau isu yang sedanng dicari dan kemudian memusatkan dari pada hal-hal tersebut secara rinci.

3.7 TeknikAnalisis Data

Dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi data, dan proses suatu fenomena sosial itu.

Semiotika memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan dimana ia beroperasi. Hali ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia mengulas cara-cara beragam unsur bekerja sama dan berinteraksi dengan pengetahuan.

3.7.1 Analisis Leksia

Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang akan dilakukan. Leksia dalam narasi bahasa bisa didasarkan pada: kata, frasa, klausa ataupun kalimat. Sedangkan pada gambar, leksia biasanya tanda-tanda (gambar) dianggap penting dalam pemaknaan.


(20)

3.6.2. Kode Pembacaan

Menurut Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok (five major code) yang di dalamnya terdapat penanda teks (leksia). Lima kode yang ditinjau Barthes yaitu:

1. Kode Hermeneutika, atau sering disebut dengan kode teka-teki. Kode ini melihat tanda-tanda dalam suatu teks yang menimbulkan pertanyaa. Fungsi kode ini adalah mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks.

Misalnya : Mengapa ada sepasang muda-mudi masuk menari di iringi lagu ? Mengapa tangan sang wanita di letakkan di atas dada ? Mengapa sang pria tangannya di atas perut ?

2. Kode Proaiterik, yaitu kode tindakan yang membaca akibat atau dampak dari suatu tindakan dalam teks. Analisis pada kode yang mengahasilkan makna denotasi I yaitu pada level teks.

Misalnya: Tiga sepasang muda-mudi masuk di iringi yang menggelegar, menarik perhatian penonton untuk melihat mereka menari dengan anggun dan gagah, dan langsung memasuki panggung, dengan berformasi satu pasangan ditengah dan dua pasangan berada sisi kiri dan kanan dibelakang.

3. Kode simbolik merupakan aspek pengodean yang gampang dikenali karena berulang-ulang muncul dalam teks. Kode pembacaan ini menghasilkan makna konotasi I yang terdapat dalam teks.

Misalnya : Tiga pasangan penari berhadapan dengan tangan kanan ke atas dan kebawah secara bergantian. Dan sang pria dengan gagah berani menghadapi perempuan untuk berkenalan, kemudian sang wanita bersenyum malu tunduk tersipu-sipu.

4. Kode kultural, yaitu kode yang telah dikenali bersumber pada pengalaman-pengalaman manusia. Kode ini menghasilkan denotasi II. Analisis bekerja pada level konteks


(21)

Misalnya: Tiga pasangan penari ini mempraktekkan tarian bagaimana sebuah pertemuan terjadi, dengan tanda-tanda bahasa tubuh, pria yang ditampilkan gagah, kemudian perempuan malu untuk berkenalan tapi tidak dapat menolaknya.

5. Kode semik, yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan makna yang ditimbulkan oleh penanda tertentu. Kode ini menghasilkan makna konotasi II, yaitu pada level konteks.

Misalnya: Ragam pertama permulaan tari dengan gerakan berputar sembari melompat-lompat kecil yang menggambarkan pertemuan.


(22)

4.1 Deskripsi Data Penelitian

4.1.1 Jejak Pencipta Serampang Dua Belas

Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada dekade 1930-an, ketika ia sedang bertugas di Dinas PP&K Provinsi Sumatra Utara. Serampang Dua Belas pertama kali ditampilkan pada pergelaran Muziek en Toneel Vereeniging Andalas tanggal 9 April 1938 yang bertempat di Grand Hotel, Medan, Sumatera Utara.

Para seniman penari tentu sudah tak asing lagi dengan tarian “Serampang Dua Belas”. Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada dekade 1930-an, ketika ia sedang bertugas di Dinas PP&K Provinsi Sumatra Utara. Pada masa itulah Sauti menciptakan beberapa kreasi tari yang terkenal hingga sekarang termasuk Tari Serampang Dua Belas.

Dari berbagai sumber, Serampang Dua Belas pertama kali ditampilkan pada pergelaran Muziek en Toneel Vereeniging Andalas tanggal 9 April 1938 yang bertempat di Grand Hotel, Medan, Sumatera Utara. Sejak pegelaran pertama itu, Sauti terus berproses dan menyempurnakan tarian ini.

Tahun 1941, tarian Serampang Dua Belas ditampilkan kembali yang kedua kalinya untuk masyarakat Serdang dalam rangka malam dana dan amal untuk membantu rakyat Serdang yang dilanda musibah banjir. Sejak saat itu, Sauti aktif dalam berkesenian, dan aktif dalam mencermati kesenian Melayu dan mendirikan kumpulan tari yang dipimpinnya sendiri. Pada tahun 1949, Sauti telah merampungkan dan menyusun pola dasar tari Serampang Dua Belas dan tari-tari lainnya seperti Lenggang Patah Sembilan, Melenggok Mak Inang, Tari Biasa dan lain-lain.

Perjalanan tari Serampang Dua Belas dan Guru Sauti semakin luas dan panjang. Pada dekade 50-an, Sauti dipercaya memimpin penampilan tari Serampang Dua Belas untuk menyambut kedatangan Presiden Soekarno dan Ibu


(23)

Fatmawati. Sauti juga ditunjuk untuk memimpin duta seni Sumatera Utara ke RRC, dan dipercaya menjadi bintang film Serampang Dua Belas pada tahun 1955. Sauti lahir pada tahun 1903 di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut penuturan Syahrial Felani, penari Melayu, pada awal perkembangannya, Tari Serampang Dua Belas hanya boleh dibawakan oleh laki-laki. Karena, kondisi masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya. Tetapi dengan perkembangan zaman, di mana perempuan sudah dapat berpartisipasi secara lebih leluasa dalam segala kegiatan, maka Tari Serampang Dua Belas kemudian dimainkan secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan.

Saat ini, Tari Serampang Dua Belas boleh dikatakan sangat berkembang sampai di berbagai daerah di Indonesia selain Sumatera Utara, seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Maluku. Tari Serampang Dua Belas juga terkenal sampai mancanegara dan sering dibawakan di beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong.

Namun, kata Dede Rasyid, penari Melayu dari Anjungan Sumatera Utara TMII, banyak penari Serampang Dua Belas generasi sekarang ini yang tidak mengerti makna tarian tersebut, bahkan tidak mengenal tokoh penciptanya. Sungguh ironis, memang.

4.2Ragam Gerak Tari Serampang Dua Belas

Nama Tari Serampang Dua Belas sebetulnya diambil dari dua belas ragam gerakan tari yang bercerita tentang tahapan-tahapan proses pencarian jodoh hingga memasuki tahap perkawinan.


(24)

4.2.1 Analisis Ragam I

Gambar 4.1


(25)

Gambar 4.3


(26)

Gambar 4.4

A. Analisis Leksia

Ragam I adalah permulaan tari dengan gerakan berputar sembari melompat-lompat kecil yang menggambarkan pertemuan pertama antara seorang laki-laki dan perempuan. Gerakan ini bertutur tentang pertemuan sepasang anak muda yang diselingi sikap penuh tanda tanya dan malu-malu. Di mulai dengan (Gambar 4.1) penari masuk dengan tiga banjar sepasang laki-laki dan perempuan, laki-laki tangan kanannya berada di tengah hulu hati sembari mengenggam jempolnya keluar kesisi dalam, sedangkan tangan kirinya terletak di pinggang. Sedangkan perempuan tangan kanannya sedikit menggengam tepat berada tengah dada, dan tangan kanannya terletak di bawah pingang sedikit kebawah dengan jari memegang kain songket berwarna keemasan (Gambar 4.2). Pada sepasang kekasih ini dalam tarian mengkisahkan pertuman berjalan bersamaan, laki-laki tersebut harus tampak gagah, sedangkan perempuan harus terlihat cantik atau anggun.


(27)

Sepasang demi sepasang membuat formasi untuk dapat dilihat penonton, dengan yang di tengah paling depan, satu pasang penari berada ditengah, kemudian yang lainnya berada di belakang di sisi kiri-kanan sejajar. Pada (Gambar 4.3). Dalam gerakan pertama ragam ini tangan mereka naik-turun di mulai dengan tangan kanan pertama dan tangan kiri langsung jatuh kebawah. Dalam tempo hitungan 8 ketukan tarian sembari menghadap pasangannya dapat dilihat (Gambar 4.4) pada hitungan ke 7-8 mereka langsung menghadap pasangan yang sudah ditentukan sewaktu tarian di mulai. Dan gerakan kakinya juga sama seperti lengak-lenggok tangan sang penari tersebut.

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermeneutika

Mengapa ada 6 orang yang muncul untuk menari ? Mengapa mereka berjalan berpasangan ? Mengapa tangan laki-laki berada di hulu hati sedangkan perempuan berada tepat didada ? Mengapa mereka satu didepan dan dua yang lainnya berada di belakang sisi kiri-kanan namun sejajar ?

2. Kode Proaterik

Sepasang penari yang berjumlah tiga pasang sedang menarikan tarian serampang dua belas dengan menggambarkan penari muda yang ingin mencari jodoh, dengan mengapresiasikan tarian yang berarti laki-laki berpenampilan gagah melambangkan pria harus wibawa, sedangkan perempuan berjalan dengan gemulai nan indah dipandang melambang wanita berparas cantik.

3. Kode Simbolik

Di mulai dengan (Gambar 4.1) penari masuk dengan tiga banjar sepasang laki-laki dan perempuan, laki-laki tangan kanannya berada di tengah hulu hati sembari mengenggam jempolnya keluar kesisi dalam, sedangkan tangan kirinya terletak di pinggang. Sedangkan perempuan tangan kanannya sedikit menggengam tepat berada tengah dada, dan tangan kanannya terletak di bawah


(28)

pingang sedikit kebawah dengan jari memegang kain songket berwarna keemasan (Gambar 4.2). Pada sepasang kekasih ini dalam tarian mengkisahkan pertuman berjalan bersamaan, laki-laki tersebut harus tampak gagah, sedangkan perempuan harus terlihat cantik atau anggun.

4. Sepasang demi sepasang membuat formasi untuk dapat dilihat penonton, dengan yang di tengah paling depan, satu pasang penari berada ditengah, kemudian yang lainnya berada di belakang di sisi kiri-kanan sejajar. Pada (Gambar 4.3). Dalam gerakan pertama ragam ini tangan mereka naik-turun di mulai dengan tangan kanan pertama dan tangan kiri langsung jatuh kebawah. Dalam tempo hitungan 8 ketukan tarian sembari menghadap pasangannya dapat dilihat (Gambar 4.4) pada hitungan ke 7-8 mereka langsung menghadap pasangan yang sudah ditentukan sewaktu tarian di mulai. Dan gerakan kakinya juga sama seperti lengak-lenggok tangan sang penari tersebut.

5. Kode Kultural

Laki-laki di gambarkan harus berwibawa dan tegap sembari berjalan tegas dan lugas menggambarkan seorang pria yang harus memadu wanita dengan adat melayu berpakaian rapi sehingga wanita ingin ia madu dengan memilhnya dengan bermodalkan benih cinta pada pandangan pertama.

Perempuan di gambarkan harus gemulai elok dipandang, beraparas cantik dengan senyuman menawan untuk memikat pria, wanita berjalan lengak-lenggok gemulai melirik sang pria yang yang terlihat sekilas namun malu untuk bersenyum tersipu malu, dalam arti kata tangannya yang lembut namun cekatan, untuk memulai percintaan yang mungkin baginya untuk dipilihnya sebagai calon suaminya kelak.

6. Kode Semik

Sepasang kekasih yang berjumpa pada dasarnya menggambarkan mabuk asrmara untuk memulai kehidupan yang baik untuk masa depan, namun dalam


(29)

memastikan diselingi pertanyaan untuk mereka ‘apakah ia mau?’ begitu laki-laki dan perempuannya tersebut, dengan penuh tanya mereka melihat pada pandangan pertama yang masih penuh harapan. Dengan penuh harapan mereka berjalan bagaikan sepasang kekasih di mabuk cinta.

4.2.2 Analis Ragam II


(30)

Gambar 4.6


(31)

A. Analisis Leksia

Ragam II adalah gerakan tari yang dilakukan sambil berjalan kecil, lalu berputar dan berbalik ke posisi semula sebagai simbol mulai tumbuh benih-benih cinta antara kedua insan. Ragam II ini bercerita tentang mulai tumbuhnya rasa suka di antara dua hati, akan tetapi mereka belum berani untuk mengutarakannya. Dimuali dengan (Gambar 4.5) semua penari saling membelakangi sembari di mulai kaki kanan tumit berpijak ketanah dan jari-jari menghadap ke atas sebanyak dua hitungan yang pertama menghadap kedepan gerakan selanjutnya saling membelakangi, (Gambar 4.6) kemudian perempuan menghadap kedepan sedangkan laki-laki menghadap membelakangi penonton sebanyak dua kali juga sembari memutar badan mereka. Dan hitungan selanjutnya mereka kembali ke posisi semula.

Pada saat mereka berputar para penari sedikit berdiri atau ¾ mata dan kaki serempak ketika tumit berdiri tatapan semua penari ke arah bawah ketika jari mereka memijak ke bawah mata mereka sedikit melirik keatas sambil berputar menyeselesaikan dua (Gambar 4.7)kali tumit berdiri dan jari-jari jinjit mereka langsung berputar saling membelakangi pasangan, kemudian laki-laki membelakangi penonton dan perempuan menghadap ke depan, berputar kembali ke posisi awal. Para penari laki-laki memegang pinggangnya dengan kedua tangannya. Sedangkan perempuan tangan kiri memegan pinggang kiri dan tangan kanan berada tepat di tengah dada dengan tangan seperti memegang kancing yang tepat atas dadanya, dan kepalnya sama seperti penari laki-laki ber-irigan sewaktu kaki tumit ke bawah jari ke atas melihat bawah, dan jari-jarinya jinjit berputar kepala melirik sedikit ke atas sembari berputar.

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermenuetika

Mengapa para penari berjalan perlahan? Mengapa mereka berhadapan tapi malu malu menatap ? Mengapa saling berjauhan ? Mengapa mereka


(32)

mengerak-gerakan kakinya ? Mengapa mereka berputar laki-laki searah arah jarum jam dan perempuan kebalikannya ? Mengapa penari laki-laki pada lengannya di letakkan dipinggang ? Mengapa perempuan tidak sama dengan laki-laki? Mengapa semua penari laki-laki maupun perempuan tidak berdiri tegan ?

2. Kode Proaretik

Dalam ragam dua ini para penari menunjukkan perjalanan di awali dengan perlahan sehingga memulai pendekatan di antara mereka. Dalam permulaan percintaan mereka saling malu-malu sehingga mereka ragu untuk mendekati satu antara lainnya, dalam melirik mereka hanya melakukan curi-curi pandang antar lelaki dan wanita, pada awal perjumpaan mereka tidak selalu agresif sehingga dimulai dengan pandangan yang berjauhan tetapi fokus terhadap tujuannya, dalam menggerakan kakinya cerita awal dimula semua terjadi, ibaratkan perjumpaan yang harus memutar waktu untuk mendekatinya. Seorang pria harus terlihat gagah dan wibawa sedangkan perempuan harus elok dipandang. Seorang wanita harus berbeda dengan pendapat lelaki jadi dia beputar menjauh untuk didekati oleh pria.

3. Kode Simbolik

Dimuali dengan (Gambar 4.5) semua penari saling membelakangi sembari di mulai kaki kanan tumit berpijak ketanah dan jari-jari menghadap ke atas sebanyak dua hitungan yang pertama menghadap kedepan gerakan selanjutnya saling membelakangi, (Gambar 4.6) kemudian perempuan menghadap kedepan sedangkan laki-laki menghadap membelakangi penonton sebanyak dua kali juga sembari memutar badan mereka. Dan hitungan selanjutnya mereka kembali ke posisi semula. Pada saat mereka berputar para penari sedikit berdiri atau ¾ mata dan kaki serempak ketika tumit berdiri tatapan semua penari ke arah bawah ketika jari mereka memijak ke bawah mata mereka sedikit melirik keatas sambil berputar menyeselesaikan dua (Gambar 4.7)kali tumit berdiri dan jari-jari jinjit mereka langsung berputar saling membelakangi pasangan, kemudian laki-laki


(33)

membelakangi penonton dan perempuan menghadap ke depan, berputar kembali ke posisi awal. Para penari laki-laki memegang pinggangnya dengan kedua tangannya. Sedangkan perempuan tangan kiri memegan pinggang kiri dan tangan kanan berada tepat di tengah dada dengan tangan seperti memegang kancing yang tepat atas dadanya, dan kepalnya sama seperti penari laki-laki ber-irigan sewaktu kaki tumit ke bawah jari ke atas melihat bawah, dan jari-jarinya jinjit berputar kepala melirik sedikit ke atas sembari berputar.

4. Kode Kultural

Anak muda dalam mengawali percintaan di mulai dengan tatapan dan jatuh kehati. Sehingga perlahan namun pasti untuk menjajaki percintaan melangkah pasti namun perlahan dua insan ini awal mula perjumpaan. Dalam memadu cinta pria digambarkan harus berani mendekati wanita yang ingin dimadunya, mereka bertemu dengan hanya bermodalkan tatapan curi-curi pandang antara satu dengan lainnya. Anak muda dihiasi dengan indahnya memadu cinta dalam melirik wanita yang malu-malu untuk didekati hingga akhirnya itulah sebagai jodoh mereka. Suka sama suka mereka saling malu-malu untuk mendekatinya.

5. Kode Semik

Percintaan memanglah rumit untuk dikaji satu-satu dari awal, jodoh itu memang dimulai dengan tatapan hingga menjadi benih-benih cinta yang tumbuh diantara mereka. Pria memanglah harus bertampilan menarik untuk mendekati wanita, dan wanita malu terhadap pria yang ingin dia dekati sehingga ada keraguan dalam melangkah kedepannya.


(34)

4.2.3 Analisis Ragam III

Gambar 4.7


(35)

Gambar 4.9

A. Analisis Leksia

Ragam III memperlihatkan gerakan berputar (tari Pusing) sebagai simbol sedang memendam cinta. Dalam tarian ini nampak pemuda dan pemudi semakin sering bertemu, sehingga membuat cinta makin lama makin bersemi. Namun, keduanya masih memendamnya tanpa dapat mengutarakannya. Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kegundahan dua insan yang memendam rasa. Di awali

(Gambar 4.7) penari laki-laki memutar ½ beralawan dengan arah jarum jam di ikuti perempuan dibelakangnya namun pada saat diposisi laki-laki, Gerakan ini lelaki laki-laki berdiri sempurna dengan tangan dikepalkan dan posisi jatuh tangannya kebawah sembari melihat wajah perempuan. Sedangkan perempuan jarinya dengan lentiknya naik tepat di atas hulu hati dan jatuh kembali kebawah seiring musik yang di mainkan. Perempuan kembali kebelakang dan laki-laki mundur ke posisi semula (Gambar 4.8), gerakan sewaktu mereka berputar (Tari Pusing) laki-laki berjalan dengan tegap dengan mengepal tangannya . Dan perempuan kembali berjalan gemulai sehingga menebar pesona untuk menabur benih cintanya terhadap laki-laki, pada posisi itu laki-laki dan perempuan saling menatap pada posisi berputar maju-mundur (Gambar 4.9).


(36)

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermeneutika

Mengapa mereka berputar ? Mengapa saat mereka berputar tidak pada satu putaran ? Mengapa laki-laki melihat wajah perempuan ? Mengapa tangan meraka tidak sama dalam bergerak ? Mengapa tangan laki-laki dikepal sedangakan perempuan tidak ? Mengapa perempuan tidak melihat namun hanya melirik ? Mengapa meraka maju-mundur ? Mengapa pada saat akhir ragam ini mereka akhirnya melihat wajah satu dengan lainnya ?

2. Kode Proaretik

Dalam ragam tiga ini mereka malakukan berputar (tari Pusing) yang mengartikan sedang memendam cinta antar dua insan yang mabuk dengan cinta. Benih-benih cinta sudah mulai tampak di antara mereka sehingga mereka saling ingin bertemu mendekat-menjauh antar satu dengan lainnya. Di sini laki-laki sudah berani menatap wajah siperempuan sedangkan perempuan masih malu untuk melihat. Dalam gerakan lelaki sebagai wajah berparas berani untuk mendekati wanita dengan simbol tangan naik dan turun berjalan memutari perempuan, sedangkan perempuan hanya malu-malu tersipu malu untuk memulainya, letik tangannya sebagai perempuan yang berartikan bahwa ‘aku perempuan idamanmu’ yang masih malu-malu. Gerakan maju-mundur sebagai simbol penjajakan awal untuk saling mengenal satu dengan lainnya, yang akhirnya perempuan sudah berani melihat wajah laki-laki.

3. Kode Simbolik

Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kegundahan dua insan yang memendam rasa. Di awali (Gambar 4.7) penari laki-laki memutar ½ beralawan dengan arah jarum jam di ikuti perempuan dibelakangnya namun pada saat diposisi laki-laki, Gerakan ini lelaki laki-laki berdiri sempurna dengan tangan dikepalkan dan posisi jatuh tangannya kebawah sembari melihat wajah perempuan. Sedangkan perempuan jarinya dengan lentiknya naik tepat di atas


(37)

hulu hati dan jatuh kembali kebawah seiring musik yang di mainkan. Perempuan kembali kebelakang dan laki-laki mundur ke posisi semula (Gambar 4.8), gerakan sewaktu mereka berputar (Tari Pusing) laki-laki berjalan dengan tegap dengan mengepal tangannya . Dan perempuan kembali berjalan gemulai sehingga menebar pesona untuk menabur benih cintanya terhadap laki-laki, pada posisi itu laki-laki dan perempuan saling menatap pada posisi berputar maju-mundur (Gambar 4.9).

4. Kode Kultural

Muda-mudi penuh dengan kejutan dalam memadu kasih sehingga dapat dilihat dalam gerakan tarian ini, dalam memadu kasih mereka digambarkan sebagai simbol awal mulanya cinta terjadi. Awal dengan berputar antara satu dengan lainya melihat pasti untuk mendapatkan cinta yang ingi di tujunya. Kisah kasih percintaan ini saling ingin bertemu mengenal lebih jauh berkenalan memendam rasa suka sehingga ingin mengutarakan cintanya sebagai sepasang kekasih yang memadu percintaan.

5. Kode Semik

Lahir sebagai sepasang kekasih memanglah indah dengan beparas gagah berani memulai percintaan untuk memadu cinta, lelaki sebagai simbol harus mendekati lebih awal didepan untuk berani mendekati wanita yang ingin dia kenal memendam rasa penasaran untuk mendekati wanita yang ingin dia dekati, sedang kan perempuan belum berani melihat wajahnya dengan mengartikan malu-malu tapi mau hanya dengan meliriknya namun akhirnya melihatnnya dengan penuh harapan.


(38)

4.2.4 Analisis Ragam IV

Gambar 4.10


(39)

A. Analasis Leksia

Ragam IV dilakukan dengan gerakan tarian seperti orang mabuk sebagai simbol dari dua pasang kekasih yang sedang dimabuk kepayang. Gerak tari yang dimainkan dengan melenggak-lenggok dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Pada ragam ini (Tahap IV) proses pertemuan jiwa sudah mulai mendalam dan tarian ini menggambarkan kondisi kedua insan yang sedang dimabuk kepayang karena menahan rasa yang tak kunjung padam. Disini gerakan dalam

Ragam IV pertemuan mereka sudah tidak terelakan lagi dalam gerakan laki-laki melompat kecil kegirangan dan perempuan sudah berani menatapnya dan mulai senyum sembari tangan dikepal dan jari jempol menunjuk langsung ke arah tepat tengah di atas dadanya (Gambar 4.10). Sedangkan laki-laki maju mandur lompat kecil kearah, degan tangan dikepal naik searah di atas hulu hati dan turun kebawah, perempuan menatap pasti melihat perempuan pilihannya sembari melenggak-lenggok senyum berparas cantik sembari melihat silaki-laki tersebut(Gambar 4.11), pada moment ini lah mereka sudah saling dekat dan dimabuk kepayang. Tidak dapat dibendung dengan cinta yang mulai tumbuh di antara mereka.

B. Lima Kode Pembahasan 1. Kode Hermeneutika

Mengapa mereka berjalan seperti itu ? Mengapa laki-laki terus menatapi perempuannya ? Mengapa gerakan laki-lakinya ada sedikit melompat ? Mengapa laki-lakinya berjalan memutar perempuannya ? Mengapa perempuan berjalan sembari memutar laki-lakinya ? Mengapa tangan laki-lakinya naik turun sambil mengepal pergelangan tanganya ? Mengapa tangan perempuannya mengepal dan ibu jarinya ke arah tengah atas dadanya ?

2. Kode Proaterik

Dalam Ragam IV ini penari berjalan seperti kegirangan sedikit melompat senang dan seperti mabuk kepayang menatap perempuannya. Sedangkan


(40)

perempuannya berjalan menatap laki-laki sambil melenggak-lenggok menatap dengan pasti sembari mereka saling berputar karena sudah terjadi memadu cinta dan melihat sisi-sisi setiap masing pasangannya. Dan laki-laki digambarkan kembali terlihat gagah berjalan memutar perempuan, sedangkan perempuan berjalan lemah gemulai menatap pria idamannya sembari berbalas memutari laki-laki.

3. Kode Simbolik

Dalam Ragam IV pertemuan mereka sudah tidak terelakan lagi dalam gerakan laki-laki melompat kecil kegirangan dan perempuan sudah berani menatapnya dan mulai senyum sembari tangan dikepal dan jari jempol menunjuk langsung ke arah tepat tengah di atas dadanya (Gambar 4.10). Sedangkan laki-laki maju mandur lompat kecil kearah, degan tangan dikepal naik searah di atas hulu hati dan turun kebawah, perempuan menatap pasti melihat perempuan pilihannya sembari melenggak-lenggok senyum berparas cantik sembari melihat silaki-laki tersebut(Gambar 4.11), pada moment ini lah mereka sudah saling dekat dan dimabuk kepayang. Tidak dapat dibendung dengan cinta yang mulai tumbuh di antara mereka.

Laki-laki sebagai simbol bergerak tegap berjalan sembari tangan dikepal menunjukkan dia berwibawa dalam berjalan memutari perempuan. Tangan dikepal sebagai tanda berani maju menatap wanita yang sudah ia dapati dan dipilihnya sebagai pendampingnya kelak sehingga berjalan gagah, sehingga berjalan kegirangan sembari melompat kecil kegirangan telah mendapatkan pasangannya. Sedangkan perempuan disimbolkan sebagai wanita yang enak dilhiat oleh laki-laki berjalan lemah gemulai untuk mendapatkan pria idamannya. Di sini mereka senang kegirangan karena sudah mabuk kepayang dikarenakan cinta yang mendalam.


(41)

4. Kode Kultural

Dewasa ini kita melihat pada gerakan tari yang sudah memadu cinta antar pasangannnya sang pria yang menunjukkan caranya untuk mendapatkna wanita idamannya dengan berjalan mengeliling siwanitanya tersebut sembari balas menatap antara satu dengan lainya, menunjukan kegiarangan dengan melompat kecil yang sedang mabuk kepayang karena cinta yang sudah dia dapatkan. Saking senangnya seperti orang mabuk tujuh hari tujuh malam kegirangan ia sudah medapatkan wanitanya dengan bermodal tatapan pertama. Sedangkan perempuan berjalan lenggak-lenggok terseyum manis dan ia juga menatap prianya dengan penuh harapan, simbol tangan jempolnya di maksud ‘pilih lah aku’ sebagai pendamping hidupmu kelak sembari tangan kirinya memegan kain songket berjalan bak gemulai senang dan bahagia sudah mendapatkan cintanya.

5. Kode Semik

Percintaan memanglah indah dengan berpadu kata-kata yang tidak dapat dituliskan dengan kata-kata maupun puisi serasa indah. Percintaan dimula dengan menatap jatuh kehati hingga senang tidak dapat dibendung oleh siapapun yang pernah menjalaninya, mata dibalas mata berjalan dibalas berjalan sehingga dapat saling berkenalan atau melihat sisi sikapnya masing-masing


(42)

4.4.5 Analisis Ragam V

Gambar 4.12


(43)

Gambar 4.14

A. Analisis Leksia

Ragam V dilakukan dengan cara berjalan melenggak-lenggok sebagai simbol memberi isyarat. Pada ragam ini, perempuan berusaha mengutarakan rasa suka dan cinta dengan memberi isyarat terhadap laki-laki, yaitu dengan gerakan mengikuti pasangan secara teratur. Gerakan tari pada Ragam V ini sering juga disebut dengan ragam gila. Dalam ragam ini perempuan memberikan isyarat pada laki-laki dengan jalan melenggak-lenggok tangan perempuan naik ke atas dan kebawah tanpa melihat laki-laki namun hanya meliriknya, dengan berjalan dengan anggun menggoyangkan pinggul kekiri dan kekanan (Gambar 4.12) namun dengan tatapan yang malu perempuan membuang wajahnya namun hanya meliriknya sehingga membuat laki-laki penasaran terhadapnya, perempuan berusaha mengutarakan rasa suka dan cintanya terhadap laki-laki tersebut (Gambar 4.13). Kemudian memutar kebelakang dan laki-laki mengikutinya berlawannan dengan arah jarum jam sebanyak 6 langkah kedepan dan langsung melirik kemudian sedikit berjinjit, kemudian mundur kebelakang searah jarum jam di ikuti dengan penari laki-laki dengan meletakkan tangan kanan ke atas dada


(44)

menggenggam dengan jempol menjulur keluar ke arah dalam dekat atas dadanya, dan tangan kirinya memegang bawah pinggang dekat paha sembari memegan kain berwarna kuning. Dengan sepuluh langkah mundur langsung menghadap kedepan (Gambar 4.14)

B. Lima Kode Pembahasan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa penari perempuan jalan melenggak-lenggok ? Mengapa tangannya begitu gemulai ? Mengapa pada saat berjalan ber iringan dengan penari laki-lakinya ? Mengapa penari perempuan tidak melihat penari laki-laki namun hanya meliriknya ?

2. Kode Proaretik

Dalam Ragam V ini perempuan berusaha megutarakan rasa suka dan cintanya terhadap penari laki-laki dengan berjalan melanggak-lenggok bak mencari perhatian laki-laki dan mengikuti arah dari laki-laki mengikuti kemana dia pergi. Disni penari perempuan malu untuk menatapnya namun hanya meliriknya sebagai isyarat rasa sukanya terhadap laki-laki yang ia cintai.

3. Kode Simbolik

Dalam ragam ini perempuan memberikan isyarat pada laki-laki dengan jalan melenggak-lenggok tangan perempuan naik ke atas dan kebawah tanpa melihat laki-laki namun hanya meliriknya, dengan berjalan dengan anggun menggoyangkan pinggul kekiri dan kekanan (Gambar 4.12) namun dengan tatapan yang malu perempuan membuang wajahnya namun hanya meliriknya sehingga membuat laki-laki penasaran terhadapnya, perempuan berusaha mengutarakan rasa suka dan cintanya terhadap laki-laki tersebut (Gambar 4.13). Kemudian memutar kebelakang dan laki-laki mengikutinya berlawannan dengan


(45)

arah jarum jam sebanyak 6 langkah kedepan dan langsung melirik kemudian sedikit berjinjit, kemudian mundur kebelakang searah jarum jam di ikuti dengan penari laki-laki dengan meletakkan tangan kanan ke atas dada menggenggam dengan jempol menjulur keluar ke arah dalam dekat atas dadanya, dan tangan kirinya memegang bawah pinggang dekat paha sembari memegan kain berwarna kuning. Dengan sepuluh langkah mundur langsung menghadap kedepan (Gambar 4.14)

4. Kode Kultural

Perempuan adalah makhluk hidup diciptakan Tuhan YME untuk dijadikan pasangan setiap manusia ciptaannya, sehingga memilki badan dan raut wajah untuk dilihat laki-laki supaya kagum, dalam tarian ini sudah jelas dilihat dengan memberikan satu isyarat yang besar untuk ia dekati dengan berjalan gemulai yang enak di padang. Pada dasarnya kehidupan sehari-hari perempuan memang harus tampil sempurna untuk dilihat.

5. Kode Semik

Kehidupan sehari-hari kita dapat mendapatkan rasa suka terhadap perempuan yang dengan hanya melirik atau dengan rasa sayang yang ia berikan kepada kita seperti hidup dengan ibu kita sendiri yang menunjukan rasa sayangnya terhadap kita dengan mendidik kita dari kecil hingga dewasa.


(46)

4.4.6 Analisis Ragam VI

Gambar 4.15


(47)

Gambar 4.17


(48)

A. Analisis Leksia

Ragam VI merupakan gerakan tari dengan sikap goncet-goncet sebagai simbol membalas isyarat dari kedua insan yang sedang dilanda cinta. Pada ragam ini, digambarkan pihak laki-laki yang mencoba menangkap isyarat yang diberikan oleh perempuan dengan menggerakkan sebelah tangan. Si pemuda dan pemudi kemudian melakukan tarian dengan langkah yang seirama antara pemuda dan pemudi. Setelah beberapa ragam di jelaskan ragam ini menjeleaskan tentang penari laki-laki yang penasaran ingin berkenalan dan mencoba menangkap isyarat yang diberikan oleh perempuan dengan melompat atau dalam tari Serampang Dua Belas ini dinamakan tari sikap ‘Goncet-Goncet’ (Gambar 4.16) kemudian se irama berputar mengilingi perempuan berirama sama dengan gerakan yang sama kemudian seperti menerkam (Gambar 4.17) mencoba menangkap penari perempuan yang ingin segera dia dekati lebih dalam lebih jauh. Dalam gerakan selanjutnya penari sambil menatap dan melihat bergoyang mengikuti irama mengahadap kedepan dan kemudian kebelakang sebanyak satu kali sesuai dengan irama musik yang dimainkan (Gambar 4.18)

B. Analisis Lima Kode

1. Kode Hermeutika

Mengapa penari laki-laki melompat ? Mengapa penari laki-laki seperti ingin menerkam ? Mengapa penari laki-laki menari mendekatkan diri kepenari perempuan ? Mengapa penari laki-laki menari se irama dengan perempuan ?

2. Kode Proaretik

Dalam ragam ini di sini penari laki-laki lebih agresif mencoba menanggkap isyarat dari perempuan yang sudah perempuan berikan pada Ragam V dan mencoba memahami maksud dari perempuan. Dalam tarian Serampang Dua Belas ini ada istilah tarian ‘Menerkam’ seperti ingin menangkap lawan penarinya


(49)

sehingga mendapatkan perempuan tersebut. Kemudian ia mendekati penari permpuan mencoba apa yang dimaksudnya sehingga dapat lebih percaya apa isyarat yang di maksud. Kemudian mereka menari dengan se irama untuk mengerti maksud dari isyarat perempuan tersebut dengan mendekatinya dan melihatnya dengan seksama.

3. Kode Simbolik

Si pemuda dan pemudi kemudian melakukan tarian dengan langkah yang seirama antara pemuda dan pemudi. Setelah beberapa ragam di jelaskan ragam ini menjeleaskan tentang penari laki-laki yang penasaran ingin berkenalan dan mencoba menangkap isyarat yang diberikan oleh perempuan dengan melompat atau dalam tari Serampang Dua Belas ini dinamakan tari sikap ‘Goncet-Goncet’ (Gambar 4.16) kemudian se irama berputar mengilingi perempuan berirama sama dengan gerakan yang sama kemudian seperti menerkam (Gambar 4.17) mencoba menangkap penari perempuan yang ingin segera dia dekati lebih dalam lebih jauh. Dalam gerakan selanjutnya penari sambil menatap dan melihat bergoyang mengikuti irama mengahadap kedepan dan kemudian kebelakang sebanyak satu kali sesuai dengan irama musik yang dimainkan (Gambar 4.18) Ragam VI

menjeleskan setelah mendapatkan isyarat laki-laki melompat kegirangan setelah mendapatkan isyarat dari perempuan supaya ia dekati, setelah itu gerakannya seperti menerkam menjelaskan bahwa ingin mendapatkan segera perempuan dengan semangat melompat ke arah penari perempuan tersebut. Setelah penari laki-laki melakukan gerakan ‘Menerkam’ dia mendekati perempuan untuk mengikuti gerakan perempuan dan mengenalnya lebih jauh.

4. Kode Kultural

Sebagai laki-laki kita harus lebih percaya diri supaya mendekatkan diri mengenal perempuan untuk kita dapat sebagai pendamping kehidupan kelak. Tarian ini mengajarkan ketika kita mendapat sebuah isyarat dari perempuan kita harus berusaha mendapatknya untuk kita pinang dikelak hari nanti. Dengan


(50)

gerakan yang lebih agresif walaupun ragu-ragu kita harus tetap mengikuti maksud perempuan yang ingin kita dekati.

5. Kode Semik

Gerakan demi gerakan sudah peniliti telaah sehingga penulisan ini banyak memaknai tahap proses pengenalan hingga berkenalan dengan seseorang hingga tahap menangkap isyarat dari perempuan yang ingin kita dekati.

4.4.7Analisis Ragam VII

Gambar 4.19

A. Analisis Leksia

Ragam VII dimulai dengan menggerakkan sebelah kaki kiri/kanan sebagai simbol menduga. Hal ini menggambarkan terjadinya kesepahaman antara dua pasang kekasih dalam menangkap isyarat yang saling diberikan. Dari isyarat ini mereka telah yakin untuk melanjutkan kisah yang telah mereka rajut hingga memasuki jenjang perkawinan. Setelah janji diucapkan, maka sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara tersebut pulang untuk bersiap-siap melanjutkan


(51)

cerita indah selanjutnya. Dalam ragam ini laki-laki sambil memegang pinggang berputar mengelilingi perempuan sebanyak delapan kali kekiri dan kekanan, pada hitungan ke empat gerakan kekiri dan kekanan penari laki-laki tangannya tetap dipinggang dan perempuan tetap tangan kanan diatas dekat dada, namun gerakan ke lima dan ke tujuh tangan kanan di ayunkan ke arah depan tepatnya dekat perut, perempuan tetap sama tangannya yang sebelah kiri di pinggang dan tangan kanannya terletak di atas tengah dadanya.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa mereka menari kekiri dan kekanan ? Mengapa gerakannya se irama ? Mengapa gerakan satu sampai empat gerakan laki-laki tetap ? Mengapa gerakan ke lima dah tujuh tangannya bergerak ?

2. Kode Proaterik

Ragam VII merupakan tahap dimana jenjang berikutnya berlanjut untuk mengenal satu dengan lainnya dengan arti kata lain setelah mendapatkan isyarat, mereka melanjutkan untuk kejengjang pernikahan. Gerakan seirama mengartikan menarik rajut kisah mereka untuk kejengjang yang lebih serius dengan menggerakan tari yang dinamakan gerakan ‘sebelah Kiri-Kanan’. Kemudian pada tahap ini laki laki menunjukan tanpa menggerakan kedua tangannya dipinggang yang berarti kesiapan untuk meminang perempuan. Gerakan kelima dan tujuh sebagai tanya kesiapan perempuan supaya bersedia untuk dipinang.

3. Kode Simbolik

Ragam VII, laki-laki berputar ke arah kanan perempuan sambil membuka tangannya membelakangi kemudian kembali berputar kehadapannya kemudian seditik ‘mendak’ bahunya dan tangan kepinggang sampai tiga hitungan, kemudian perempuan melenggak-lenggok berputar membelakangi laki-laki, setelah itu


(52)

berhadapan sembari badan berputar satu kali perempuan meletakan tangan kanan memegang sedikit atas dadanya dengan jempol menjulur sisi kedalam, tangan kiri memegang pinggulnya berputar juga tiga kali (Gambar 4.19

4. Kode Kultural

Dalam tahap ragam ini setalah mendapatkan isyarat satu dengan lainnya mereka mencoba saling mengenal lebih dalam sehingga dapat menjalani kehubungan lebih lanjut kepernikahan. Dengan kata lain mereka yakin terhadap satu dengan lainnya. Sepasang kekasih ini sudah mulai mabuk kepayang di karenakan cinta, sehinnga mereka mengenal dengan yang lainnya.

5. Kode Semik

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat sepasang kekasih dalam merajut kasih cinta sehingga mendapatkan keyakinan dan keperacayaan untuk mengenal lebih dekat. Namun dalam gerakan ini menjelaskan persamaan gerakan bermaksud untuk mengenal antara satu dengan lainnya untuk melanjutkan keperkawinan.


(53)

4.4.8 Analsis Ragam VIII

Gambar 4.20


(54)

Gambar 4.22

Gambar 4.23

A. Analisis Leksida

Ragam VIII dilakukan dengan gerakan melonjak maju-mundur simbol proses meyakinkan diri. Gerakan ini dilakukan dengan melompat sebanyak tiga


(55)

kali (Gambar 4.20 & Gambar 4.21) yang dilakukan sembari maju-mundur, pembahasan sebelumnya sudah diterapkan seperti gerakan pada (Ragam IV) dan kembali penari laki-laki berjalan dengan gagah menunggu jawaban atau restu dari kedua keluarga besarnya. Muda-mudi yang telah berjanji, mecoba kembali meresapi dan mencoba meyakinkan diri untuk memasuki tahap kehidupan selanjutnya. Gerakan tari dilakukan dengan gerak bersuka ria yang menunjukkan sepasang kekasih sedang asik bersenda-gurau sambil mendekati penari perempuan yang berada disisi kanannnya sambil mundur tiga langkah kebelakang memegang pinggang (Gambar 4.22) dengan menggerakan kaki kiri dan kanan sebanyak tiga kali untuk sembari penari lelaki terus mentapnya dengan penuh harapan untuk mengenal satu di antara lainya sebelum memasuki jenjang pengenalan dengan kedua keluarga besar. (Gambar 4.23) kembali menarikan ‘Tari Pusing’ yang berada di (Ragam III).

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermeunitik

Mengapa semua penari maju mundur ? Mengapa penari laki-laki selalu menatap penari perempuan ? Mengapa laki-lakinya berjalan mundur sambil dibelakang perempuannya ? Mengapa perempuan berjalan sembari memutar laki-lakinya ?

2. Kode Proaretik

Dalam tarian ini nampak pemuda dan pemudi semakin sering bertemu, sehingga membuat cinta makin lama makin bersemi. Namun, keduanya masih menunggu jawaban. Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kegundahan dua insan yang memendam rasa. Para penari melakukan gerakan sebagai tanda melonjak maju-mundur simbol proses meyakinkan diri untuk mendekati lebih jauh.


(56)

3. Kode Simbolik

Gerakan ini dilakukan dengan melompat sebanyak tiga kali (Gambar 4.20 & Gambar 4.21) yang dilakukan sembari maju-mundur, pembahasan sebelumnya sudah diterapkan seperti gerakan pada (Ragam IV)

4. Kode Kultural

Sebuah ragam yang dapat dilihat dari sebuah gerakan awal perkenalan hingga tahap demi tahap melakukannya, adalah sebagai simbol dimana setiap tindakan yang kita awali harus mencapai sebuah target yang kita mau sehingga dapat dilakukan secara bersamaam, Ragam VII mengajarkan sebuah pendeketan yang akrab sehingga dapat bersenda gurau, namun mengharapkan pertemuan antara keluarga besar kita.

5. Kode Semik

Gagasan dalam ragam ini menjelaskan sebagai manusia ciptaan tuhan harus hidup berdampingan sehingga kita tidak salah pilih dengan segala konsekuesinya. Menjalin sebuah perjalan cinta tidak lah mudah bagi kita yang berliku-liku, namun bagaimanapun kita harus menjalaninya untuk mendapatkan pasangan yang kita inginkan, dalam realita tarian ragam ini mejelaskan secara tegas setelah semakin dekat, bersenda gurau kemudian mengharapkan pertemuan antara keluarga besar mereka.


(57)

4.4.9 Analisis Ragam IX

Gambar 4.24


(58)

A. Analisa Leksida

Ragam IX adalah gerakan tari yang dilakukan dengan melonjak dan melompat sebagai simbol menunggu jawaban. Gerakan tari menggambarkan upaya dari muda-mudi untuk meminta restu kepada orang tua agar menerima pasangan yang mereka pilih (Gambar 4.24). Dalam gerakan ini para penari laki-laki dan perempuan melakukan gerakan bersamaan dengan menggerakan kakinya, seperti tumit kebaah dan jarinya ke atas, kemudian jari kaki kebawah dan tumitnya ke atas sebanyak delapan kali hitungan, hitungan pertama kaki tumit kebawah dan jarinya ke atas, hitungan kedua kaki jarinya ke bawah dan tumitnya keatas. (Gambar 4.25) Dalam gerakan selanjutnya, sama melakukan gerakan bersamaan akan tetapi sedikit melompat para penari laki-laki dan perempuan melakukan gerakan bersamaan dengan menggerakan kakinya, seperti tumit kebaah dan jarinya ke atas, kemudian jari kaki kebawah dan tumitnya ke atas sebanyak delapan kali hitungan, hitungan pertama kaki tumit kebawah dan jarinya ke atas, hitungan kedua kaki jarinya ke bawah dan tumitnya keatas Kedua muda-mudi tersebut berdebar-debar menunggu jawaban dan restu orang tua mereka, dengan menyimbolkan tarian tangan sebelah kanan di letak kan dekat dada. Dalam Ragam IX, kedua muda – mudi ini sangat berupaya agar kedua belah pihak dapat merestui mereka. Dan dengan cara melonjak dan melompatkan kedua kakinya, mereka menunjukkan kegembiraan agar mendapatkan restu.

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermeunitik

Mengapa mereka maju mundur ? Mengapa mereka saling bertatapan ? Mengapa mereka menunjukkan ekspresi bersuka ria ? Mengapa lelaki selalu menatap mata penari perempuan ? Mengapa penari lelaki dan perempuan bergerak beriring-iringan saling menatap menunjukkan senang ? Mengapa mereka menggerakan kakinya secara bersamaan ? Mengapa mereka melompat kecil ? Mengapa penari perempuan selalu memegang dadanya ?


(59)

2. Kode Proaretik

Dalam ragam ini mejelaskan bahwa menanyakan kepastian dari restu kedua orang tua supaya merestuinya sebagai simbol secara bersamaan. Kemudian penari sudah saling menatap karena ragam ini menjelaskan sudah ada kepastian tentang cinta mereka yang sudah dapatkan sehingga mereka ingin lebih serius kejengjang pernikahan. Dalam ekspresi bersuka ria sudah jelas mereka dengan senang karena sudah mendapatkan cintannya. Artian dalam gerakan beriring-iringan mereka sudah sepaham sehati kata untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Gerakan pada kaki merupakan simbol menanyakan kepastian jawaban dari pihak keluarga besar supaya dapat menikah. Melompat kecil merupakan gerakan antara senang yang tidak terbendung untuk melanjutkan pernikahan. Dalam ragam ini penari wanita memegang dadanya yang bermaksud sudah tidak sabar ingin menikah setelah mendapatkan jawaban dari keluarga besar mereka.

3. Kode Simbolik

Gambar 4.24). Dalam gerakan ini para penari laki-laki dan perempuan melakukan gerakan bersamaan dengan menggerakan kakinya, seperti tumit kebaah dan jarinya ke atas, kemudian jari kaki kebawah dan tumitnya ke atas sebanyak delapan kali hitungan, hitungan pertama kaki tumit kebawah dan jarinya ke atas, hitungan kedua kaki jarinya ke bawah dan tumitnya keatas. (Gambar 4.25) Dalam gerakan selanjutnya, sama melakukan gerakan bersamaan akan tetapi sedikit melompat para penari laki-laki dan perempuan melakukan gerakan bersamaan dengan menggerakan kakinya, seperti tumit kebaah dan jarinya ke atas, kemudian jari kaki kebawah dan tumitnya ke atas sebanyak delapan kali hitungan, hitungan pertama kaki tumit kebawah dan jarinya ke atas, hitungan kedua kaki jarinya ke bawah dan tumitnya keatas Kedua muda-mudi tersebut berdebar-debar menunggu jawaban dan restu orang tua mereka, dengan menyimbolkan tarian tangan sebelah kanan di letak kan dekat dada


(60)

4. Kode Kultural

Ragam IX ini sangat bagus dimana kedua muda – mudi ini menunjukkan sikap sopan santunnya dalam meminta restu. Jika kita melakukan Ragam IX

sekarang ini sangat membantu bagi muda–mudi agar bisa lebih menghormati orang tua dalam meminta restu agar mereka bisa bersama. Sebagai contoh pendekatan yang lebih serius namun dalam arti kata mereka senang yang tidak terbendung.

5. Kode Semik

Kesimpulan dari Ragam IX yang mana kita harus menghargai tradisi yang ada di sekeliling kita. Seperti Ragam IX mereka ingin mendapatkan restu dari orang tua agar bisa bersama tetapi dengan cara yang sangat sopan, ini sangat mengajarkan kepada generasi yang akan datang.

4.4.10 Analisa Ragam X


(61)

Gambar 4.27

A. Analisa Leksida

Ragam X menggambarkan gerakan saling mendatangi sebagai simbol dari proses peminangan dari pihak laki-laki terhadap perempuan. Setelah ada jawaban kepastian dan restu dari kedua orang tua masing-masing (Gambar 4.26) dalam gerkan setelah melompat kecil langsung melenggang kedua tangan ke kiri dan kekanan sembari melakukan ‘tari Mendak’ hitungannya tangan kanan kedepan kekiri kebelakang sembari kaki kiri kebelakang dan kanan melangkah kedepan (Gambar 4.27), maka pihak pemuda mengambil inisiatif untuk melakukan peminangan terhadap pihak perempuan. Hal ini dilakukan agar cinta yang sudah lama bersemi dapat bersatu dalam sebuah ikatan suci, yaitu perkawinan.

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermeunitik

Mengapa penari bersamaan melakukan membuka tangan ? Mengapa badannya sedikit turun sembari melakukan ke kiri-kekanan ?


(62)

2. Kode Proaretik

Setelah ada jawaban kepastian dan restu dari kedua orang tua masing-masing. gerakan saling mendatangi sebagai simbol dari proses peminangan dari pihak laki-laki terhadap perempuan. kepastian yang sudah dapat dari restu kedua orang tua, supaya merestuinya sebagai simbol secara bersamaan. maka pihak pemuda mengambil inisiatif untuk melakukan peminangan terhadap pihak perempuan. Dalam ini perempuan berusaha megutarakan rasa suka dan cintanya terhadap penari laki-laki dengan berjalan melanggak-lenggok bak mencari perhatian laki-laki dan mengikuti arah dari laki-laki mengikuti kemana dia pergi. Disni penari perempuan malu untuk menatapnya namun hanya meliriknya sebagai isyarat rasa sukanya terhadap laki-laki yang ia cintanya

3. Kode Simbolik

(Gambar 4.26) dalam gerkan setelah melompat kecil langsung melenggang kedua tangan ke kiri dan kekanan sembari melakukan ‘tari Mendak’ hitungannya tangan kanan kedepan kekiri kebelakang sembari kaki kiri kebelakang dan kanan melangkah kedepan (Gambar 4.27), maka pihak pemuda mengambil inisiatif untuk melakukan peminangan terhadap pihak perempuan. Hal ini dilakukan agar cinta yang sudah lama bersemi dapat bersatu dalam sebuah ikatan suci, yaitu perkawinan.

4. Kode Kultural

Arti di kehidupan sehari–hari Ragam X ini menunjukkan keseriusan seorang laki–laki yang ingin meminang seorang perempuan yang bertujuan baik. Yang mana mereka harus mendapatkan restu dari kedua orang tua terlebih dahulu agar bisa melangsungkan pernikahan yang benar–benar direstui.

5. Kode Semik

Ragam X ini kita sebagai laki – laki yang baik yang akan meminang seorang perempuan haruslah meminta izin terlehih dahulu kepada kedua orang tua agar pernikahannya selalu diberkati ole Tuhan YME. Sikap ini sangat baik karena


(63)

kita doajarkan untuk menghormati orang tua sebelum kita mengambil keputusan untuk seumur hidup.

4.4.11 Analisa Ragam XI


(64)

Gambar 4.29

Gambar 4.30

A. Analisa Leksida

Ragam XI memperlihatkan gerakan jalan beraneka cara sebagai simbol dari proses mengantar pengantin ke pelaminan. Setelah lamaran yang diajukan oleh


(65)

pemuda diterima, maka kedua keluarga akan melangsungkan perkawinan. Gerakan tari biasanya dilakukan dengan nuansa ceria dengan berputar saling berhadapan kemudian melompat kegirangan sebagai ungkapan rasa syukur menyatunya dua kekasih yang yang sudah lama dimabuk asmara menuju pelaminan dengan hati yang berbahagia. (Gambar 4.29). Ragam ini campuran dari semua ragam mulai dari Ragam III sampai IX . Memperlihatkan gerakan berputar (tari Pusing) Di awali penari laki-laki memutar ½ beralawan dengan arah jarum jam di ikuti perempuan dibelakangnya namun pada saat diposisi laki-laki, Gerakan ini lelaki laki-laki berdiri sempurna dengan tangan dikepalkan dan posisi jatuh tangannya kebawah sembari melihat wajah perempuan. Sedangkan perempuan jarinya dengan lentiknya naik tepat di atas hulu hati dan jatuh kembali kebawah seiring musik yang di mainkan. Perempuan kembali kebelakang dan laki-laki mundur ke posisi semula, gerakan sewaktu mereka berputar (Tari Pusing) laki-laki berjalan dengan tegap dengan mengepal tangannya.

(Gambar 4.30) dengan jalan melenggak-lenggok tangan perempuan naik ke atas dan kebawah tanpa melihat laki-laki namun hanya meliriknya, dengan berjalan dengan anggun menggoyangkan pinggul kekiri dan kekanan (Gambar 4.12) namun dengan tatapan yang malu perempuan membuang wajahnya namun hanya meliriknya sehingga membuat laki-laki penasaran terhadapnya, perempuan berusaha mengutarakan rasa suka dan cintanya terhadap laki-laki tersebut (Gambar 4.13). Kemudian memutar kebelakang dan laki-laki mengikutinya berlawannan dengan arah jarum jam sebanyak 6 langkah kedepan dan langsung melirik kemudian sedikit berjinjit, kemudian mundur kebelakang searah jarum jam di ikuti dengan penari laki-laki dengan meletakkan tangan kanan ke atas dada menggenggam dengan jempol menjulur keluar ke arah dalam dekat atas dadanya, dan tangan kirinya memegang bawah pinggang dekat paha sembari memegan kain berwarna kuning. Dengan sepuluh langkah mundur langsung menghadap kedepan (Gambar 4.14


(66)

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermeunitik

Mengapa mereka berputar ? Mengapa saat mereka berputar tidak pada satu putaran ? Mengapa laki-laki melihat wajah perempuan ? Mengapa tangan meraka tidak sama dalam bergerak ? Mengapa tangan laki-laki dikepal sedangakan perempuan tidak ? Mengapa penari perempuan jalan melenggak-lenggok ? Mengapa tangannya begitu gemulai ? Mengapa pada saat berjalan ber iringan dengan penari laki-lakinya ?

2. Kode Proaretik

Mereka malakukan berputar (tari Pusing) yang mengartikan sedang memendam cinta antar dua insan yang mabuk dengan cinta. Benih-benih cinta sudah mulai tampak di antara mereka sehingga mereka saling ingin bertemu mendekat-menjauh antar satu dengan lainnya. Di sini laki-laki sudah berani menatap wajah siperempuan sedangkan perempuan masih malu untuk melihat. Dalam gerakan lelaki sebagai wajah berparas berani untuk mendekati wanita dengan simbol tangan naik dan turun berjalan memutari perempuan, sedangkan perempuan hanya malu-malu tersipu malu untuk memulainya, letik tangannya sebagai perempuan yang berartikan bahwa ‘aku perempuan idamanmu’ yang masih malu-malu. Gerakan maju-mundur sebagai simbol penjajakan awal untuk saling mengenal satu dengan lainnya, yang akhirnya perempuan sudah berani melihat wajah laki-laki. Dalam gerakanini perempuan berusaha megutarakan rasa suka dan cintanya terhadap penari laki-laki dengan berjalan melanggak-lenggok bak mencari perhatian laki-laki dan mengikuti arah dari laki-laki mengikuti kemana dia pergi. Disni penari perempuan malu untuk menatapnya namun hanya meliriknya sebagai isyarat rasa sukanya terhadap laki-laki yang ia cinta

3. Kode Simbolik

. (Gambar 4.29). Ragam ini campuran dari semua ragam mulai dari


(67)

Di awali penari laki-laki memutar ½ beralawan dengan arah jarum jam di ikuti perempuan dibelakangnya namun pada saat diposisi laki-laki, Gerakan ini lelaki laki-laki berdiri sempurna dengan tangan dikepalkan dan posisi jatuh tangannya kebawah sembari melihat wajah perempuan. Sedangkan perempuan jarinya dengan lentiknya naik tepat di atas hulu hati dan jatuh kembali kebawah seiring musik yang di mainkan. Perempuan kembali kebelakang dan laki-laki mundur ke posisi semula, gerakan sewaktu mereka berputar (Tari Pusing) laki-laki berjalan dengan tegap dengan mengepal tangannya. (Gambar 4.30) dengan jalan melenggak-lenggok tangan perempuan naik ke atas dan kebawah tanpa melihat laki-laki namun hanya meliriknya, dengan berjalan dengan anggun menggoyangkan pinggul kekiri dan kekanan namun dengan tatapan yang malu perempuan membuang wajahnya namun hanya meliriknya sehingga membuat laki-laki penasaran terhadapnya, perempuan berusaha mengutarakan rasa suka dan cintanya terhadap laki-laki tersebut. Kemudian memutar kebelakang dan laki-laki mengikutinya berlawannan dengan arah jarum jam sebanyak 6 langkah kedepan dan langsung melirik kemudian sedikit berjinjit, kemudian mundur kebelakang searah jarum jam di ikuti dengan penari laki-laki dengan meletakkan tangan kanan ke atas dada menggenggam dengan jempol menjulur keluar ke arah dalam dekat atas dadanya, dan tangan kirinya memegang bawah pinggang dekat paha sembari memegan kain berwarna kuning. Dengan sepuluh langkah mundur langsung menghadap kedepan (Gambar 4.14)

4. Kode Kultural

Dalam kehidupan susah di tela’ah satu-persatu sehingga kita tidak dapat melihat semuanya namun tanpa disadari sudah kita lalui, Dalam ragam ini mengharuskan memahami sebuah perjalanan kisah cinta, sehingga dapat memahami untuk berkomunikasi dengan laki-laki maupun perempuan. Isyarat yang didapat sebagai modal untuk mengenal lebih jauh se orang calon kelak.


(68)

5. Kode Semik

Sewaktu masa muda, adalah hal yang indah dilalui untuk setiap manusia yang diciptakan oleh Tuhan YME, ini merupakan proses kita, seperti sewaktu tahap-tahap pertumbuhan mulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga tahap dewasa. Sama seperti dengan percintaan yang memiliki lika-liku namun indah pada nantinya


(69)

Gambar 4.32


(70)

Gambar 4.34


(71)

A. Analisis Leksida

Ragam XII atau ragam yang terakhir dimainkan dengan menggunanan sapu tangan sebagai sebagai simbol telah menyatuya dua hati yang saling mencintai dalam ikatan perkawinan. Pada ragam ini, gerakan tari dilakukan dengan sapu tangan yang menyatu yang manggabarkan dua anak muda sudah siap mengarungi biduk rumah tangga, tanpa dapat dipisahkan baik dalam keadaan senang maupun susah. Pada gerakan ini sapu tangan sebagai simbol penyatuan dua insan yang bercinta dan segera bernikah, laki-laki menyimpan sapu tangan tersebut didekat pinggang bebalut tali pinggang dan disembunyikan dekat kain songket bewarna kuning, sedangkan perempuan menyimpannya sama seperti laki-laki yang dekat pinggang terletak membalut kain songket. Melakukan berputar kekiri pada laki-laki, dan kekanan pada perempuan. Kemudian langsung saling mengahadap kedua pasang penari dan melakukan putaran kekiri dan kekanan untuk bersiap menyilangkan sapu tangannya bergerak dua kali kekiri dan dua kali kekanan. Setealah itu melakukan putaran secara bersamaan mengikuti bersama kekiri pada laki-laki dan perempuan kekanan sebanyak dua kali dan di balas kearah selanjutnya dua kali bersiap jongkok menunjukan silangan dari sapu tangan tersebut.

B. Lima Kode Pembacaan 1. Kode Hermeunitik

Mengapa laki-laki dan perempuan menyimpan kain seperti sapu tangan ? Mengapa mereka menunjukannya ? Mengapa diletakan didekat kain songket ? Mengapa mereka saling menghadap dan menunjukan sapu tangan kepada pasangannya ? Mengapa mereka bergerak beriring-iringan sembari memengang sapu tangan ? Mengapa mereka menyilangkan sapu tangannya tersebut ?

2. Kode Proaretik

Kain sapu tangan merupakan arti kelembutan dalam membina rumah tangga atau janji yang ingin mereka ikatkan sebagai sebuah ikatan pasangan. Kain sapu tangan diletakkan dekat kain songket supaya memudahkan penarinya untuk


(72)

menariknya untuk gerakan terakhir pada tarian ini. Bergerak beriring-iringan yang mengartikan membina sebuah bahtera rumah tangga harus bersama dalam keadaan baik maupun buruk, sedih-senang, hujan-panas, bahkan siang-malam. Menyilangkan sapu tangan menggambarkan sebuah sepasang kekasih yang menyatu untuk menjalin keluarga yang sakinah mawaddah dan warrahmah.

3. Kode Simbolik

Sapu tangan adalah kelembutan yang dalam artian kita untuk menjalin sebuah hubungan, ibaratkan hati sebuah perasaan yang lemah lembut untuk menjalin sebuah hubungan. Sapu tangan adalah aspek simbol yang tepat untuk melakukan tarian ini sehingga mempunyai makna tersendiri, khas dalam tarian Serampang Dua Belas ini adalah sapu tangan yang berakhir dengan makna yang besar. Laki-laki menyimpan sapu tangan tersebut didekat pinggang bebalut tali pinggang dan disembunyikan dekat kain songket bewarna kuning, sedangkan perempuan menyimpannya sama seperti laki-laki yang dekat pinggang terletak membalut kain songket. Melakukan berputar kekiri pada laki-laki, dan kekanan pada perempuan. Kemudian langsung saling mengahadap kedua pasang penari dan melakukan putaran kekiri dan kekanan untuk bersiap menyilangkan sapu tangannya bergerak dua kali kekiri dan dua kali kekanan. Setealah itu melakukan putaran secara bersamaan mengikuti bersama kekiri pada laki-laki dan perempuan kekanan sebanyak dua kali dan di balas kearah selanjutnya dua kali bersiap jongkok menunjukan silangan dari sapu tangan tersebut.

4. Kode Kultural

Menjalin sebuah hubungan membutuhkan arti mahar atau tanda bahan yang harus digunakan dalam tarian Serampang Dua Belas menggunakan sapu tangan. Sapu tangan adalah simbolnya benda yang digunanak untuk mengikat seuatu hubungan.


(73)

5. Kode Semik

Kehidupan dunia percintaan memanglah rumit, seperti sebuah pernikahan yang menggunkan cincin dan mahar. Namun sebuah pernikahan tidak akan terjadi dengan pertemuan sebuah insan antara anak adam dan anak hawa, yang mengalami pertemuan hingga menjalani kehidupan bersama.

Ragam tarian yang dimainkan dalam Tari serampang Dua Belas bertambah indah dan menarik dengan komposisi pakaian warna-warni yang dipakai para penarinya. Biasanya warna melambang khas di daerah masing masing, seperti anak remaja yang biasanya bewarna kuning merah muda, hijau, kuning ke emasan yang bersifat lebih cerah, sedangkan pada orang tua yang menarikan sedikit bewarna gelap, akan tetapi sebagian daerah biasanya menarikan daerahnya sendiri dengan khas daerah tersebut, seperti daerah pesisir yang bewarna kuning ke emasan. Lenggak-lenggok para penari begitu anggun dengan berbalut kain satin yang menjadi ciri khas pakaian adat dari masyarakat Melayu di pesisir pantai timur Pulau Sumatra. Sapu tangan melengkapi perpaduan pakaian tersebut yang kemudian dipergunakan sebagai media tari pada gerakan penutup Tari Serampang Dua Belas.

4.3 Pola Tari serampang Dua Belas

Pola yang digunakan pada tari serampang Dua Belas menggunakan variasi gerak sebagai berikut

1. Serempak

Gerakan dilakukan secara bersama-sama, dilihat dari segi waktu, tenaga, dan ruang gerak.Keserempakan melakukan sebuah gerakan dapat disajikan dengan baik jika penari telah sering berlatihbersama-sama, menyatukan rasa, sama-sama memiliki tingkat keterampilan menari, serta menguasaiteknik menari dengan baik.


(74)

Pernahkah Anda melihat peluru sebuah meriam ditembakkan dalam sebuah film perang? Atau mendengar bunyi gema suara yang terdengar saling bersahutan? Pola gerak yang efeknya sama jika dilakukan oleh dua orang penari pada tari berpasangan, sering pula disebut gerakan canon sebagai pengertian bersusulan.Jika diuraikan, maka bentuk pola bersusulan adalah gerakan menyembah pada hitungan kedua oleh penari A bersamaan dengan gerakan berdiri oleh penari B. Gerakan berdiri oleh penari A dilakukan pada hitungan kesatu. Atau gerak bersusulan dengan pola penari pertama bergerak menuju suatu tempat dengan meloncat, kemudian diam menunggu,disusul penari kedua melakukan gerakan yang sama. Cobalah ajak teman Anda untuk melakukan gerak kreasi sendiri dengan pola bersusulan agar lebih memahami dan menguasai berbagai variasi pola gerak

3. Berlawanan

Berlawanan bisa berarti arah hadap yang saling membelakangi, berhadapan, berlawanan garis lantai, berlawanan area, tinggi rendah level pemain, dan sebagainya. Pola berlawanan yang paling mudah untuk dipahami adalah ketika kita melihat orang yang sedang berkelahi, yaitu ketika satu memukul dan yang lain menghindar dan menangkis, atau ketika keduanya saling balas memukul. Gerakan-gerakan tersebut merupakan gerakan maknawi yang terdapat pada tari perang berpasangan. Gerak menangkis oleh penari A dilakukan ketika penari A membuat desain gerak memukul. Gerak berjalan maju oleh penari A akan diikuti gerak berjalan mundur oleh penari B. Jika penari A menendang dengan level atas, respons penari B menangkis dengan tangan dengan level bawah.


(75)

4.4Musik Pengiring dan Gerakan Tari Serampang Dua Belas

Secara umum, gerakan tari serampang dua belas memiliki kekhasan tersendiri dibanding jenis tari adat lainnya di nusantara. Tarian yang diiringi dengan musik tradisional ini, dari gerakan yang ditampilkan sebetulnya merupakan satu keseluruhan cerita tentang pertemuan seorang bujang dan gadis, rangkaian kisah cinta, hingga prosesi pernikahan. Sesuai dengan namanya, tari serampang dua belas terbagi menjadi 12 gerakan tari yang dilakukan secara berkesinambungan. Keduabelas gerakan tari yang dimainkan secara berpasangan oleh pria dan wanita tersebut antara lain: Gerak tari permulaan adalah gerakan tari yang menggambarkan pertemuan seorang pemuda dan gadis yang masih malu-malu diselingi sikap penuh tanya. Gerak ini dilakukan dengan berjalan lambat diselingi lompatan kecil mengelilingi satu sama lain. Gerak tari berjalan adalah gerakan yang menceritakan tentang tumbuhnya rasa cinta dari sepasang muda-mudi, namun keduanya masih belum berani mengungkapkannya perasaan tersebut satu sama lain. Gerakan ini dilakukan dengan berjalan kecil, berputar dan berbalik. Gerak tari pusing adalah gerak yang menceritakan sepasang muda-mudi yang sudah semakin sering bertemu, perasaan cinta yang kian berkembang, dan kegundahgulanaan di antara keduanya. Gerakan tari gila adalah gerakan yang menceritakan sepasang muda mudi yang sudah mabuk kepayang karena cintanya. Gerak ini dilakukan dengan gerak terhuyung dan melenggak-lenggok seperti orang mabuk. Gerakan tari berjalan sipat adalah gerakan yang menceritakan seorang gadis yang berusaha mengutarakan rasa cintanya dengan cara memberi isyarat tertentu. Gerak ini dilakukan dengan berjalan lenggak-lenggok dan permainan tatapan mata. Gerakan tari goncet-goncet adalah gerakan tari yang menggambarkan seorang pemuda yang telah menerima isyarat dari si gadis untuk segera dapat mengungkapkan rasa sukanya. Gerak tari ini dilakukan dengan langkah seirama antara keduanya. Gerakan tari sebelah kaki adalah gerakan tari yang menggambarkan perasaan menduga-duga antara yakin untuk mengungkapkan cintanya atau untuk mengurungkan niat. Di akhir gerakan, keduanya pun memperoleh kesepahaman bahwa cinta mereka tak bertepuk


(76)

sebelah tangan sehingga mereka berdua bisa mulai merajut cinta hingga memasuki jenjang pernikahan. Gerakan tari langkah tiga adalah gerakan yang menggambarkan perasaan tidak percaya dan usaha meyakinkan diri bahwa cinta muda-mudi itu menemui jalannya. Gerakan ini dilakukan dengan melonjak atau melompat tiga kali kedepan dan ke belakang atau maju mundur. Gerak tari melonjak adalah gerakan tari yang menceritakan upaya si pemuda dan si gadis dalam meminta restu orang tua. Gerakan yang dilakukan sebagai simbol penantian jawaban ini dilakukan dengan melonjak-lonjak. Gerak tari datang mendatangi adalah gerakan yang menggambarkan proses peminangan pihak keluarga si bujang terhadap keluarga si gadis. Gerakan ini dilakukan dengan gerakan datang mendatangi antara 2 kelompok penari. Gerak tari rupa-rupa adalah gerakan yang menceritakan prosesi mengantar pengantin ke pelaminan. Gerakan tari ini dilakukan dengan suasana dan nuansa keceriaan Gerak tari sapu tangan adalah gerakan penutup dari tari serampang dua belas. Gerakan tari ini menceritakan tentang penyatuan dua hati yang saling mencintai satu sama lain dalam sebuah ikatan pernikahan. Gerakan ini dilakukan dengan menyilangkan sapu tangan sebagai tanda kedua pasangan tidak bisa dipisahkan.

Properti dan Kostum Penari Serampang Dua Belas Selama menari, para penari wajib mengenakan pakaian adat melayu. Penggunaan pakaian adat ini memiliki 2 alasan utama yaitu, agar pertunjukan tari semakin atraktif karena warna dan kekhasan pakaian yang dikenakan, serta agar menjadi cirri dan penanda asal tari serampang dua belas ini. Selain mengenakan kostum khusus dan beragam aksesorisnya, para penari juga akan membawa secarik sapu tangan. Sapu tangan akan mereka gunakan sebagai media pelengkap pada tarian penutup.


(77)

5.1.1 Simpulan

Tari Serampang Dua Belas merupakan salah satu dari sekian banyak tarian yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang di Kabupaten Serdang Bedagai (dahulu disebut Kabupaten Deli Serdang) Provinsi Sumatera Utara Indonesia. Tarian ini merupakan jenis tari tradisional yang dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan. Kesenian ini merupakan salah satu cara masyarkat Melayu Deli dalam mengajarkan tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga Tari Serampang Dua Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk mempelajari proses yang akan dilalui nantinya jika ingin membangun mahligai rumah tangga. Serampang Dua Belas tidak hanya berkembang dan dikenal oleh masyarakat di wilayah Kesultanan Serdang saja, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Maluku. Tari Serampang dua belas memiliki beberapa ciri yang khas, diantaranya ialah para penarinya menggunakan sapu tangan sebagai simbol pengikat. Para penari lelaki menggunakan pakaian dengan istilah Teluk Belanga atau Baju Koko, sedangkan untuk penari wanitanya menggunakan Baju Kebaya panjang dengan Kain Songket. Adapun dalam bentuk gerakannya, tarian ini banyak menggunakan gerak kaki yang berpindah tempat, dan loncat-loncat kecil, selain itu para penarinya selalu beriringan dengan gerak tangan yang melenggang secara mengalun. Tari Serampang Dua Belas berkisah tentang cinta suci dua anak manusia yang muncul sejak pandangan pertama dan diakhiri dengan pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua sang dara dan teruna. Oleh karena menceritakan proses bertemunya dua hati tersebut, maka tarian ini biasanya dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan. Kini tarian Serampang Dua Belas cukup terkenal dan berkembang di berbagai daerah, dan dengan itulah maka keberadaan tarian daerah khas Melayu Sumatera Utara ini dapat tetap lestari.


(78)

5.1.2 Mitos

Setelah menganalisis gerakan tarian serampang dua belas dan menelusuri sistem gerakan yang ada setiap gerakan yang ada terdapat di tarian teresebut bahawa setiap gerakan memiliki tanda untuk cara mendekati seseorang sehingga dapat mengkaji lebih dalam mendekatinya, sehingga dapat mengarungi apa yang terjadi dalam suatu hubungan adapun itu semua tergantung pribadinya sehingga dapat memahami lebih jauh untuk mendekatinya. Dapat dikatakan hampir tidak ada aspek kehidupan bersama yang lepas dari perhatian komunikasi. Dalam khazanah pemikiran orang melayu, komunikasi tampaknya menjadi sendi dalam membangun kehidupan bersama. Orang melayu lebih suka mendahulukan cara komunikasi dalam mengembangkan hidupdan menangani beragam masalah daripada cara konflik kekerasan yang tidak cerdas dan tidak beradap, sehingga dalam tarian serampang dua belas merupakan ceriminan awal dari sebuah tarian dalam mendekati sebuah hubungan yang terjadi di kehidupan sehari-hari mereka.

5.2 Saran Penelitian

Semiotika sebagai kajian mendalam tentang tanda memerlukan pemahaman yang mendalam yang ekstensif, baik tentang teks maupun konteks. Selama proses analisis berlangsung, entitas teks dipecah menjadi bagian-bagian, lalu dihubungkan dengan wancana-wancana lebih luas. Bahan-bahan bacaan yang relevan dengan teks dapat memperkaya analisis terhadap kontkes, yang lazimnya ditemukan dalam kode kulturan dan kode semik.

Dalam kajian penelitian ini masih fokus terhadap ragam gerakan dan komunikasi nonverbal sehingga dalam pengiring lagu, suara, musik hingga hentakan musik, rentetan pengiring lampu pencahayan tidak peneliti kaji lebih dalam.

5.3 Implikasi teoritis

Semiotik signikatif Roland Barthes dapat digunakan menganalisi video sebuah produk, audiovisual secara struktural melalui analisis lekisa dan lima kode


(1)

ABSTRACT

This reaserch titled Nonverbal Communication Serampang Dua Belas (Semiotics Studies On Nonverbal Communication In Serampang Dua Belas). The purpose of this study was to determine meaning of Serampang Dua Belas. movements performed by dancers in performing the dance performances as well as an important event in a special cerrmonial event. Theories that are considered relevant in this study is Nonverbal Communication within the meaning of the movement. The dance is a wonderful movement in dance and unsightly. This study uses as a basis paradigm constructivist approach. While knives data analysis, researchers used a technique leksia analysis of five readings code proposed by Roland Barthes. In this study, researchers sought to examine how nonverbal communication is danced by dancers in the production GNP Production from youtube.

Keywords: Nonverbal Communication, Dance Serampang Dua Belas, semiotic Roland Barthes, analys Leksia.


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

LEMBAR PERSEJUTUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAKSI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah ... 1

1.2Fokus Masalah ... 16

1.3Tujuan Penelitian ... 16

1.4Manfaat Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 18

2.2 Kajian Pustaka ... 33

2.3 Model Teoritik ... 48

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 49

3.2 Subjek Penelitian ... 49


(3)

3.4 Kerangka Analisis ... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51

36 Keabsahan Data ... 52

3.7 Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 55

4.2 Ragam Gerak Tari Serampang Dua Belas ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 110

5.2 Saran Penelitian ... 111

5.3 Implikasi Teoritis ... 111

5.4 Praktis ... 112

DAFTAR REFERENSI ... 113 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

A. BAB I B. BAB II

1. Gambar 2.1 ……….. 34

2. Gambar 2.2 ……….. 39

3. Gambar 2.3 ……….. 42

4. Gambar 2.4 ……….. 45

5. Gambar 2.5 ……….. 48

C. BAB III D. BAB IV 1. Gambar 4.1 ……….………. 58

2. Gambar 4.2 ………... 58

3. Gambar 4.3 ……….. 59

4. Gambar 4.4 ……….. 60

5. Gambar 4.5 ……….. 53

6. Gambar 4.6 ……….. 64

7. Gambar 4.7 ……….. 64

8. Gambar 4.8 ……….. 68

9. Gambar 4.9 ……….. 69

10.Gambar 4.10 ……… 72

11.Gambar 4.11 ……… 72

12.Gambar 4.12 ……… 75

13.Gambar 4.13 ……… 76

14.Gambar 4.14 ……… 76

15.Gambar 4.15 ……… 79

16.Gambar 4.16 ……… 80

17.Gambar 4.17 ……… 80

18.Gambar 4.18 ……… 81

19.Gambar 4.19 ……… 84

20.Gambar 4.20 ……… 86

21.Gambar 4.21 ……… 87

22.Gambar 4.22 ……… 87

23.Gambar 4.23 ……… 88

24.Gambar 4.24 ……… 90

25.Gambar 4.25 ……… 91

26.Gambar 4.26 ……… 94

27.Gambar 4.27 ……… 95

28.Gambar 4.28 ……… 97

29.Gambar 4.29 ……… 98


(5)

31.Gambar 4.31 ……… 102

32.Gambar 4.32 ……… 103

33.Gambar 4.33 ………. 103

34.Gambar 4.34 ………. 104

35.Gambar 4.35 ………. 104


(6)

LAMPIRAN

1. Peta masyarakat Melayu zaman dulu

2. Alat musik adat Melayu

3. Pakaian Serampang Dua Belas

4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi


Dokumen yang terkait

Komunikasi Nonverbal dan Citra Presiden Joko Widodo (Analisis Semiotika Komunikasi Nonverbal Serta Citra yang terbentuk dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo)

23 137 161

Gangguan Berbahasa Gagap pada Anak Usia Dua Belas Sampai Delapan Belas di Kecamatan Medan Helvetia

6 80 115

Struktur Metafora Melayu Pada Gurindam Dua Belas

3 69 73

Tari Serampang Dua Belas Warisan Asli Budaya Melayu Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Di Sumatera Utara

17 141 72

Komunikasi Nonverbal Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Para Penari Kecak Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kawasan Wisata Denpasar Bali)

7 119 103

Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran Sisingan pada Masyarakat Desa Tambak Mekar di Kabupaten Subang (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran)

1 59 110

Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Kebudayaan Banten (Studi Etnografi Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Desa Petir Kabupaten Serang Banten)

1 27 1

Komunikasi Nonverbal Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Para Penari Kecak Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kawasan Wisata Denpasar Bali)

0 5 1

Komunikasi Nonverbal Dalam Sendratari Ramayanan Prambanan

0 16 83

Komunikasi Nonverbal dan Citra Presiden Joko Widodo (Analisis Semiotika Komunikasi Nonverbal Serta Citra yang terbentuk dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo)

0 0 15